Anda di halaman 1dari 21

Tujuh hal penting yang dinilai pada dokumen RPL

dalam PPGJ 2015


Pendidikan profesi guru dalam jabatan (PPGJ) tahun 2015, salah satu persyaratannya dalah
mengumpulkan dukumen RPL. Tentunya sebagai guru yang akan mengikuti PPGJ tahun 2015 wajib
mengetahui hal apa saja yang akan dinilai. Penilaian dalam dokumen RPL memiliki 7 (tujuh) hal yang
akan di nilai seperti diuraikan dalam artikel ini. Perlu anda ketahui apa itu RPL (Baca : Apa itu Rekognisi
Pembelajaran Lampau atau disingkat RPL ?)
1.
Pengalaman Pembelajaran dan Pengembangan Diri
2.

Analisis Buku Ajar /Analisis Program Layanan BK/TIK

3.

Perangkat Pembelajaran/Layanan

4.

Analisis Penilaian Hasil Belajar/Layanan Bimbingan Siswa

5.

Pembelajaran/Layanan Bimbingan yang dibuktikan dengan rekaman video

6.

Penilaian Atasan Langsung

7.

Prestasi Akademik dan/atau Karya Monumental

Bagaimana melengkapi ke tujuh aspek tersebut di atas simak berikut, namun anda perlu memperhatikan
dokumen RPL yang anda buat (baca : Apa saja yang perlu diperhatikan dalam menyusun berkas PPGJ
2015?)
Pengalaman Pembelajaran dan Pengembangan Diri
1.
Deskripsi diri mencakup tiga aspek, yaitu: pengembangan kualitas pembelajaran, pengembangan
institusi sekolah, dan pengembangan kegiatan kesiswaan seperti yang telah di contohkan pada artikel
(Baca : Contoh Deskripsi Diri pada Sertifikasi Guru 2015)
2.
Pengalaman mengajar adalah masa kerja dalam melaksanakan tugas sebagai guru pada satuan
pendidikan tertentu yang dibuktikan dengan Surat Keputusan (SK) dari lembaga yang berwenang
(pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau kelompok penyelenggara pendidikan). Bukti fisik dari sub
komponen ini dapat berupa surat keputusan/surat keterangan yang sah dari lembaga yang
berwenang. Pengalaman mengajar yang diakui harus memenuhi persyaratan: (1) relevansi antara
komponen RPL dengan bidang studi sertifikasi yang diajukan dalam PPGJ, (2) lama mengajar (3)
dokumen komponen RPL harus orisinal (benar dan memenuhi asas legalitas).
3.

Pendidikan S2/S3; Pendidikan adalah pendidikan tertinggi yang dimiliki guru dan dibuktikan
dengan ijazah. Pendidikan yang dapat diakui dalam penilaian RPL ini adalah ijazah S2 dan/atau S3,
baik kependidikan maupun non kependidikan dari lembaga yang memiliki ijin penyelenggaraan oleh
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Dokumen yang dilampirkan berupa foto kopi ijazah S2 dan/atau
S3 yang dilegalisasi oleh perguruan tinggi (lembaga pendidikan formal) yang mengeluarkannya.
4.
Pelatihan; Pendidikan dan pelatihan adalah pengalaman mengikuti kegiatan dalam rangka
pengembangan dan/atau peningkatan kompetensi selama melaksanakan tugas sebagai pendidik
yang relevan dengan bidang sertifikasi, baik pada tingkat kecamatan, kabupaten/kota, provinsi,
nasional, maupun tingkat internasional, yang dapat mendukung pelaksanaan tugas sebagai guru.
Lembaga penyelenggara pelatihan yang diakui adalah LPMP, P4TK, MGMP, KKG, dinas pendidikan,
perguruan tinggi, asosiasi profesi, dan lembaga lain yang diakui Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan atau Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi. Workshop/lokakarya yang
sekurang-kurangnya dilaksanakan 30 jam pelatihan dan menghasilkan karya dapat dikategorikan ke
dalam sub komponen ini. Bukti fisik sub komponen pendidikan dan pelatihan ini berupa sertifikat atau
piagam asli yang dikeluarkan oleh lembaga penyelenggara yang sah. Sertifikat/piagam pendidikan
dan pelatihan dapat dinilai apabila: dikeluarkan oleh lembaga/institusi penyelenggara yang kredibel;
memenuhi asas kepatutan dan kewajaran;
Analisis Buku Ajar /Analisis Program Layanan BK/TIK
Analisis buku ajar merupakan kegiatan yang menggambarkan kemampuan guru dalam melakukan
analisis materi ajar sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator pembelajaran yang akan dicapai
dalam pembelajaran yang bersumber dari buku guru dan buku siswa kurikulum 2013.

Dokumen yang dikumpulkan pada komponen ini adalah hasil analisis buku ajar sesuai dengan format
yang disediakan (format terlampir). Kemampuan analsis buku ajar akan terlihat pada kualitas
pengembangan materi ajar sebagai suplemen RPP.
Analisis program layanan BK/TIK merupakan kemampuan guru Bimbingan Konseling (BK) atau guru TIK
dalam melakukan analisis program layanan yang akan dilaksanakan di sekolah dalam implementasi
BK/TIK.
Kemampuan analisis guru BK/TIK akan terlihat dalam inovasi program layanan yang dituangkan sebagai
komponen RPPBK/RPBTIK.
Perangkat Pembelajaran/Layanan
Dokumen yang dikumpulkan pada komponen ini adalah perangkat pembelajaran/layanan yang meliputi:
RPP/RPPBK/RPBTIK, pengembangan bahan ajar/layanan, media pembelajaran/inovasi layanan, dan
instrumen penilaian. Peserta yang pernah mengikuti PLPG, dapat melampirkan perangkat pembelajaran
yang dihasilkan dari workshop pengembangan perangkat pembelajaran (workshop SSP).
Analisis Penilaian Hasil Belajar/Layanan Bimbingan Siswa
Bukti fisik yang dilampirkan dalam komponen ini adalah dokumen hasil analisis penilaian hasil belajar
berupa analisis penilaian hasil belajar dan dokumen penyajian hasil belajar (guru kelas dan guru mapel),
analisis layanan BK dan dokumen penyajian hasil layanan BK (guru BK), dan analisis bimbingan TIK dan
dokumen penyajian hasil bimbingan TIK (guru TIK).
Pembelajaran/Layanan Bimbingan yang dibuktikan dengan rekaman video
Guru kelas atau guru mata pelajaran harus mampu mengimplementasikan kurikulum 2013 dalam
pembelajaran (dengan pendekatan saintifik). Dalam komponen ini guru wajib mengumpulkan rekaman
video pembelajaran berdurasi 1 (satu) JP. Rekaman video tersebut menggambarkan kemampuan guru
dalam mengimplementasikan kurikulum 2013. Video pembelajaran dibuat orisinal yang berisi
keterlaksanaan langkah pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Demikian juga guru BK/TIK wajib
mengumpulkan rekaman video yang menunjukkan bahwa guru BK/TIK telah melaksanakan layanan
BK/bimbingan TIK. Video bersifat orisinal yang berisi keterlaksanaan layanan BK/bimbingan TIK.
Penilaian Atasan Langsung
Penilaian atasan langsung dilakukan oleh kepala sekolah dan pengawas yaitu penilaian terhadap
kompetensi kepribadian dan sosial (format terlampir). Aspek yang dinilai merujuk pada jabaran
kompetensi kepribadian dan sosial guru yang tertuang dalam Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007
tentang kualifikasi akademik dan kompetensi guru.
Prestasi Akademik dan/atau Karya Monumental
Prestasi akademik adalah prestasi yang dicapai guru dalam pelaksanaan tugasnya sebagai pendidik dan
agen pembelajaran yang mendapat pengakuan dari lembaga/panitia penyelenggara, baik tingkat
kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, nasional, maupun internasional. Dokumen prestasi akademik
dan/atau karya monumental dapat berupa sertifikat, piagam penghargaan, buku, dan artikel/makalah.
Prestasi akademik dapat berbentuk: Lomba karya akademik, Sertifikat keahlian/keterampilan, Karya tulis
(buku, artikel). Karya monumental adalah suatu karya hasil usaha kreatif dalam bidang pendidikan yang
dilandasi oleh pengalaman dan penghayatan dengan melibatkan cipta, rasa, dan karsa yang mendapat
pengakuan masyarakat pada suatu tempat dan kurun waktu tertentu (karya teknologi tepat guna atau
karya seni).
Artikel ini masi merupakan pedoman awal sebagai bentuk penilian dalam PPGJ 2015, olehnya itu jika ada
perubahan di kemudian hari harap selalu menghubungi dinas masing-masing atau LPMP agar lebih jelas.
Demikian di sampaikan sebgaia bahan rujukan bagi peserta sertifikasi guru tahun 2015.
Tahapan pelaksanaan sertifikasi guru tahun 2015 dapat anda baca di : Tahap Penyusunan dan
Pengumpulan Dokumen RPL

1.
Pengalaman
Meliputi
a.Deskripsi diri
b.Pengalaman
c.Pendidikan
d.Pelatihan

Pembelajaran

dan

2. Analisis Buku
Ajar
Analisis Buku Guru/Siswa
(Guru BK/TIK)

Sesuai
Kurikulum
(Guru Kelas/Guru Mapel)

Pengembangan

Diri

Mengajar

2013/ Analisis Program Layanan


BK/TIK
atau Analisis ProgramLayanan
BK/
TIK

3. Perangkat Pembelajaran/Layanan Sesuai Kurikulum 2013 (mungkin berubah jika memakai KTSP)
a.
RPP/RPBK/RPTIK
b.
Pengembangan
Bahan
Ajar/Layanan
c.
Media
Pembelajaran/
Inovasi
Layanan
d. Instrumen Penilaian
4. Analisis Penilaian
Hasil
Belajar/Layanan
Bimbingan
a.
Dokumen Analisis Hasil
b.
Dokumen
Penyajian

Siswa

Sesuai
Hasil

Kurikulum
2013
Penilaian
Belajar

5. Pembelajaran/Layanan Bimbingan Sesuai Kurikulum 2013 yang dibuktikan dengan rekaman video
a.
Orisinalitas
b.
Keterlaksanaan
Langkah
Pembelajaran/
Layanan
BK/TIK
c.
Pendekatan
Saintifik/Inovasi
Layanan
BK/TIK
6.
a.
b.
7.
a.
b.
c.
d.

Penilaian
Penilaian

Atasan
Kepala
Penilaian

Prestasi
Akademik
Guru Berprestasi/Guru Tel
adan/
Karya
Presentasi
Penghargaan
Prestasi

di

dan/atau
Pemandu/
Tulis
Karya
Masyarakat

Langsung
Sekolah
Pengawas
Karya Monumental
InstrukturGuru
Inti
Terpublikasi
Ilmiah
yang
Relevan

Nah bagi Anda guru yang akan mengikuti sertifikasi guru 2015, ayo dari sekarang persiapkan dokumen
Rekognisi Pengalaman Lampau Anda. Buka juga tahap pengumpulan, perbaikan dan penilaian RPL

Contoh Deskripsi Diri dalam dukumen RPL pada


Sertifikasi Guru 2015
Sebagaimana yang telah di berikan pada artikel tentang RPL (Baca : Apa itu Rekognisi Pembelajaran
Lampau atau disingkat RPL ?) yang menyatakan bahwa salah satu komponen dalam RPL adalah
Deskripsi diri. Deskripsi diri digunakan sebagai alat bagi guru untuk menjelaskan keunggulan atau
kebanggaan pribadi seorang guru atas prestasi dan/atau kontribusi yang telah dilakukan dalam
menjalankan karirnya sebagai guru, khususnya terkait dengan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi guru.
Dalam deskripsi diri ini guru diminta menguraikan dengan jelas apa saja yang telah dilakukan yang dapat
dianggap sebagai pengalaman bermakna dan/atau kontribusi bagi pelaksanaan tugas pokok dan fungsi
guru. Deskripsi diriperlu dilengkapi dengan contoh nyata yang dialami/dilakukan dalam kehidupan
profesi sebagai guru. Guru dapat mendeskripsikan perannya sebagai motivator, inspirator, fasilitator, dan
menumbuhkan rasa keingintahuan (curiosity). Deskripsi diri mencakup tiga aspek, yaitu: pengembangan
kualitas pembelajaran, pengembangan institusi sekolah, dan pengembangan kegiatan kesiswaan.
Adapun komponen deskripsi diri yaitu :
1.
Pengembangan kualitas pembelajaran meliputi : Usaha kreatif, Dampak instruksional,
Kedisiplinan, dan Keterbukaan terhadap saran dan kritik
2.
Pengembangan institusi sekolah yaitu : Penyusunan EDS, Keterlibatan dalam RKAS, dan
Kegiatan ekstra kurikulum
3.
Pengembangan kegiatan kesiswaan berupa : Peran guru terhadap kegiatan kesiswaan,
Interaksi dengan siswa, dan Manfaat kegiatan
Salah contoh uraian deskripsi diri untuk aspek pengembangan kualitas pembelajaran akan diuraikan
seperti berikut :
Pengembangan Kualitas Pembelajaran
Aspek ini menguraikan contoh nyata semua usaha kreatif yang telah atau sedang dilakukan oleh guru
dalam
meningkatkan
kualitas
pembelajaran
yang
disertai
dengan
uraian dampak instruksional,kedisiplinan, dan keterbukaan terhadap saran dan kritik kepala sekolah
dan teman sejawat.
Deskripsi:

Usaha kreatif:
.
.
. (kurang lebih 100 kata)

Dampak instruksional:
.
.
. (kurang lebih 100 kata)

Kedisiplinan:
.
.
. (kurang lebih 100 kata)

Keterbukaan terhadap saran dan kritik kepala sekolah dan teman sejawat:
.
.
. (kurang lebih 100 kata)
Pengembangan institusi sekolah dan pengembangan kegiatan kesiswaan, mengikuti format diatas.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun deskripsi diri dengan memperhatikan hal-hal
yang pernah dilakukan selama mengajar dalam mengembangkan sekolah.

Saya adalah dosen bidang kesusastraaan dan hampir 10 tahun mengabdi di Jurusan Bahasa dan
Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Jakarta. Saya mengampu beragam
mata kuliah seperti Sastra Populer, Kajian Cerita Anak, Apresiasi Sastra, Kajian Prosa, Kajian
Puisi, Sejarah Sastra, Teori Sastra, Kritik Sastra, Metodologi Penelitian Sastra, Kajian
Dramadan Apresiasi Drama. Namun sejak lima tahun terakhir saya lebih banyak ditugaskan fokus
pada mata kuliah Sastra Populer, Kritik Sastra, Apresiasi Sastra, Kajian Drama, Apresiasi Drama
dan Penulisan Kreatif.
Di bangku sekolah hingga di perguruan tinggi, pemelajaran sastra kerap berlangsung dengan metode
ceramah dan diskusi yang terasa monoton. Peserta didik cenderung tidak menunjukkan antusiasme
atau keaktifan di kelas. Kebanyakan di antara mereka bahkan berpikir bahwa Sastra atau Drama
misalnya, merupakan mata kuliah yang tidak penting, dan mungkin tidak akan terpakai dalam
pekerjaan serta kehidupan mereka kelak.
Di jurusan kami, sebelumnya saya juga melihat rendahnya minat yang berpengaruh pada rendahnya
nilai mahasiswa dalam mata kuliah tersebut. Maka saat saya dipercaya mengampu mata kuliah
bidang sastra, saya bertekad melakukan beberapa perubahan dalam metode pembelajaran.
Pada pertemuan awal kuliah saya selalu memotivasi para mahasiswa bahwa mata kuliah yang saya
ampu itu penting untuk mereka. Sastra adalah kehidupan. Belajar sastra adalah belajar kehidupan.
Kita akan buktikan dalam kuliah ini, kata saya pada mereka. Begitu pula dengan mata kuliah
Apresiasi Drama yang kerap dipandang sebelah mata oleh mahasiswa.
Apresiasi Drama akan membuat Anda mengerti arti penting sebuah proses, bukan hanya proses
pertunjukan di panggung, namun proses dari kehidupan yang Anda jalani. Kuliah ini bukan hanya
akan memberi Anda pengetahuan tentang keaktoran, penyutradaraan atau manajemen pertunjukan,
namun juga akan mengasah karakter Anda dalam kehidupan bermasyarakat. Ini adalah mata kuliah
tentang bagaimana kita di panggung kehidupan, kata saya.
Saya kemudian merevisi Silabus dan Satuan Acara Perkuliahan (SAP), menyiapkan diktat untuk tiap
mata kuliah, selalu siap dengan power point serta CD dan video yang sering tak diduga oleh
mahasiswa. Ya, pada tiap materi pembelajaran, saya selalu menggunakan bahan audio visual, LCD
dan proyektor.
Dalam semua mata kuliah yang saya ampu saya terapkan berbagai metode pembelajaran. Tidak
berhenti di situ, saya juga membuat metode-metode sendiri untuk menambah pemahaman dan
antusiasme

mahasiswa

terhadap

Metode Password dan Soulmate

mata

kuliah

yang

saya

berikan.

Salah satu metode yang saya buat untuk diterapkan di kelas adalah metode kata kunci
(password) dan belahan jiwa (soulmate). Misalnya pada kuliah Apresiasi Sastra yang diikuti
mahasiswa tingkat I. Saya minta mereka untuk memilikipassword setiap kali masuk ke kelas
saya. Password itu berupa kutipan yang terdiri dari 1-3 kalimat, yang terdapat dalam sebuah karya
sastra. Mahasiswa harus menghapal password yang mereka pilih hari itu lengkap dengan nama
pengarang, judul karya/buku, penerbit, kota, tahun terbit hingga nomor halaman dari kalimatkalimat yang mereka kutip. Selanjutnya di kelas saya minta mereka menyampaikannya dengan
berbagai ekspresi, gerak, dan gaya, yang tak jarang mengundang reaksi riuh rendah dari sesama
mahasiswa, hingga kelas bertambah semarak.
Selama satu semester kuliah, setiap mahasiswa akan mengumpulkan minimal 16 password dari 16
buku yang berbeda dari 16 sastrawan yang berbeda pula. Dengan demikian mereka terdorong untuk
membaca karya sastra sebanyak mungkin dan mengetahui lebih banyak karya sastrawan. Setiap
pertemuan akan kami pilih password terbaik hari itu. Saya akan mengumumkannya di muka kelas,
membahas

maknanya

bersama

mahasiswa

dan

memberi

nilai

plus

bagi

sang

pembawa password tersebut.


Metode soulmate juga saya terapkan pada semua mata kuliah yang saya ampu. Misalnya pada mata
kuliah

Apresiasi

Sastra.

Setiap

mahasiswa

selama

satu

semester

wajib

memiliki

seorang soulmate. Tentu saja mereka riang mendengar kata soulmate. Padahal yang saya maksud
dengan soulmate adalah seorang sastrawan yang harus terus-menerus mereka ikuti secara khusus
pemikiran, karya, kegiatan, dan lain sebagainya dari sastrawan tersebut. Dengan demikian setiap
mahasiswa di dalam kelas akan mempunyai soulmate yang mereka pilih sendiri dan akrabi selama
satu semester. Misalnya, bila salah seorang mahasiswa menjadikan Seno Gumira Ajidarma
sebagai soulmate. Selama satu semester di kelas Apresiasi Sastra, semua kuliah dan pembicaraan
yang menyinggung Seno Gumira Ajidarma, akan menjadi keahliannya. Mahasiswa tersebut akan
menjadi orang yang paling tahu, seolah menjadi asisten yang membantu saat saya menyampaikan
mengenai karya dan keberadaan Seno Gumira Ajidarma dalam dunia sastra Indonesia.
Saya juga mendorong tiap mahasiswa agar tak hanya mengikuti karya-karya dan kehidupan sang
sastrawan dari koran, majalah atau sekadar data pustaka, tetapi sebisa mungkin berusaha mengenal
sastrawan tersebut. Karena itu mereka saya minta untuk mencari soulmate dari kalangan sastrawan
yang masih hidup.
Selain itu sebagai dosen saya mengikuti perkembangan Iptek guna pemutakhiran pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran saya memanfaatkan kemajuan teknologi dan pengetahuan secara
maksimal di dalam maupun di luar kelas. Salah satu contohnya dengan memanfaatkan twitter
sebagai media pembelajaran.

Saya memiliki akun twitter @helvy. Setiap mahasiswa saya wajibkan pula memiliki akun twitter
hingga kami bisa saling interaksi secara cepat dengan salingmention dan follow. Dengan demikian
saya bisa memantau dan mengenal lebih dalam para mahasiswa lewat interaksi mereka di twitter.
Hal tersebut juga mempermudah saya dalam memahami mahasiswa-mahasiswa tipe introvert.Pada
umumnya saya temukan mereka yang cenderung tertutup atau pendiam di kelas justru lebih ramai
berceloteh di ranah maya, termasuk di twitter. Ekspresi dan sikap terbuka mereka baru bisa terlihat
melalui facebook atau twitter.
Saya juga meminta para mahasiswa membuka akun pribadi dihttp://www.goodreads.com. Situs
yang saya sebut ini adalah perpustakaan virtual yang memiliki koleksi jutaan buku dari seluruh
dunia lengkap dengan sinopsis dan data detail buku. Sebagai pengguna, kita bahkan bisa menjadi
pustakawan di situs tersebut, termasuk mengunggah buku-buku terbaru yang belum terdaftar.
Sebagai pengguna, setiap orang bisa memberi rating 1-5 bintang bagi buku-buku yang telah mereka
baca, memberi resensi, dan memasukkan buku-buku yang telah atau akan mereka baca dalam
perpustakaan virtual pribadi mereka. Sebagaimana facebook, setiap orang bisa menambahkan
teman ribuan orang, termasuk mereka yang memiliki minat sama pada genre buku tertentu. Hanya
bedanya, di goodreads.com setiap orang terhubung disebabkan oleh buku. Menariknya lagi,
di http://www.goodreads.com tiap

pengguna

bisa

langsung

berinteraksi

dengan

para

sastrawan/penulis idola mereka yang juga membuka akun di goodreads. Demikian dengan adanya
goodreads.com saya bisa mengetahui buku-buku apa yang telah dan akan dibaca para mahasiswa,
berikut komentar mereka, sehingga bisa menjadi bahan pula dalam diskusi kelas dan menambah
pemahaman saya terhadap minat mereka akan buku.
Hal lain yang saya lakukan adalah mengadakan semacam Jumpa Tokoh Sastra. Dalam satu
semester, pada mata kuliah yang saya ampu, sekurang-kurangnya akan saya hadirkan dua sastrawan
kenalan saya untuk berbagi inspirasi dengan para mahasiswa, dalam waktu yang berbeda. Salah satu
dari mereka biasanya seumuran atau lebih tua dari saya, sedangkan yang lain usianya tak jauh dari
rata-rata usia mahasiswa saya. Hal tersebut membuat mereka menjadi lebih akrab dengan tokoh
sastra, dunia sastra, mengetahui proses kreatif dua sastrawan tersebut serta situasi kepengarangan
di Indonesia.
Setiap bulan saya akan memilih mahasiswa favorit saya di tiap kelas, berdasarkan evaluasi
dari progress yang mereka tunjukkan. Mahasiswa favorit akan mendapat hadiah buku sastra karya
sastrawan terkemuka Indonesia lengkap dengan tandatangan sang sastrawan yang sudah saya minta
sebelumnya.
Mengembangkan Mata Kuliah Drama Lewat Festival
Untuk peningkatan kualitas mata kuliah Apresiasi Drama, sejak 2008, saya mengusulkan pada
jurusan agar bisa didampingi oleh seorang praktisi teater. Dengan memiliki rekan, saya bisa

mengajar seluruh kelas Apresiasi Drama pada semester tersebut (biasanya 5-7 kelas), sekaligus bisa
mengadakan ujian akhir semester bersama dalam bentuk Festival yang kemudian diberinama
Festival Teater Sastra Indonesia. Usulan itu diterima. Tahun 2008-2010 saya dibantu oleh Drs. Edi
Sutarto, MPd., dari Teater Koma. Tahun 2011 hingga kini saya dibantu Sdr. Madin Tyasawan, SPd.,
yang juga merupakan Anggota Komite Teater Dewan Kesenian Jakarta.
Ujian akhir dalam bentuk Festival Teater Sastra Indonesia (FIESTA) mengharuskan mahasiswa
membuat pertunjukan teater atau drama secara kelompok di akhir perkuliahan. Diharapkan dengan
penugasan ini mahasiswa mampu mementaskan sebuah naskah drama secara profesional. Melalui
proses pembelajaran di dalam maupun di luar kelas, mahasiswa akan memahami, merasakan, dan
melakukan manajemen seni pertunjukan dan manajemen teater/drama secara utuh, mulai dari
sosialisasi dan adaptasi kelompok sampai dengan tata pentas yang meliputi penataan cahaya,
penataan kostum, penataan rias, penataan musik, penataan seting/panggung, akting pemain, sampai
pada kerja manajemen panggung dan penyutradaraan serta manajemen pertunjukan.
Oleh sebab itu secara teknis yang dilakukan oleh mahasiswa adalah: (a) Membentuk kelompok
minimal terdiri dari 10 orang. (b) Melakukan pertemuan-pertemuan di luar jam tatap muka
perkuliahan untuk latihan sesuai jadwal yang telah disepakati bersama. (c) Membuat naskah drama
sendiri (individu maupun tim dari kelompoknya) atau memilih naskah yang sudah ditulis oleh
sastrawan dengan kriteria: estimasi durasi minimal 60 menit maksimal 120 menit, naskah sarat
dengan nilai-nilai hidup dan kemanusiaan. (d) Menganalisis naskah secara struktur teks dan
struktur teknik pementasan/pemanggungan dibawah bimbingan dosen pengampu. (e) Memilih
sutradara dan pemain serta tim kerja secara musyawarah dalam kelompoknya dan dikoordinasikan
dengan dosen pengampu mata kuliah. (f) Memberi nama pada kelompoknya dengan musyawarah.
(g) Melakukan sosialisasi seminggu sebelum pementasan dalam bentuk karnaval (keliling kampus)
bersama kelompok yang lain. (h) Mementaskan drama secara profesional pada waktu yang telah
ditentukan, serta (i) Pemberian anugerah (award) bagi kelompok terbaik beserta komponennya.
Untuk tercapainya hal-hal tersebut dibutuhkan proses latihan di luar jam tatap muka perkuliahan.
Oleh karena itu tiap kelompok di dampingi oleh seorang mentor. Mentor adalah mahasiswa yang
dipilih oleh dosen pengampu dengan kriteria mampu, memiliki dedikasi serta masuk sebagai
nominator dalam Festival Teater Sastra Indonesia (FIESTA) yang diadakan kelas Apresiasi Drama
tahun sebelumnya. Proses latihan tetap dalam kontrol dosen pengampu. Biaya proses kreatif ini
mandiri, namun setiap kelompok diperkenankan melakukan pengadaan dana melalui rekrutmen
sponsor, donatur, maupun tiket pertunjukan. Hal ini seluruhnya tetap dalam kontrol dan bimbingan
dosen pengampu.

Seperti yang disebutkan di atas, penyelenggaraan festival, didahului oleh karnaval seluruh kelompok
teater sebagai bentuk sosialisasi pementasan. Karnaval ini minimal dilakukan keliling UNJ, bahkan
sambil berjualan tiket pertunjukan (di samping ada tiket box). Setelah berlangsungnya festival,
diadakan Malam Penghargaan Fiesta Award yang dimirip-miripkan dengan Malam Penghargaan
Piala Oscar. Dewan Juri yang terdiri dari dua dosen pengampu dan satu praktisi teater dari luar akan
memilih 14 kategori pemenang, diantaranya aktris/aktor, sutradara, pemeran pembantu
pria/wanita, penata cahaya, penata musik, penata artistik, penata rias, poster, teater terbaik, dan
lain-lain. Hingga tahun 2012, sekitar 70 teater telah terbentuk dan sekitar 850 mahasiswa menjadi
pegiat teater baru dalam Festival Teater Sastra Indonesia (FIESTA).
Sebagai dosen, saya juga mendokumentasikan banyak kegiatan di kelas bersama mahasiswa dalam
berbagai mata kuliah, terutama Apresiasi Sastra dan Apresiasi Drama yang salah satu
pembelajarannya adalah dengan menampilkan pertunjukan. Dokumentasi itu berupa foto, video, CD
dan arsip-arsip tugas yang saya simpan dengan baik. Beberapa proses pembelajaran dan hasil
pertunjukan

mereka

saya

publikasikan

di channel HelvyTV

yang

saya

buat

dengan

memanfaatkan youtube dan bisa diakses oleh siapa saja, di mana saja. Proses kuliah Apresiasi
Drama

bisa

dilihat

dalam

banyak

link

dihttp://www.youtube.com,

diantaranya

di http://www.youtube.com/watch?v=XuZDfraGKvY
Dampak Membahagiakan dan Sks Tak Terhingga
Adakah dampak perubahan dari semua hal yang saya lakukan itu?
Tentu! Dampak yang paling saya rasakan adalah semangat belajar para mahasiswa yang semakin
tinggi dalam mengikuti perkuliahan. Melalui berbagai metode dan cara yang saya gunakan di atas,
saya bukan saja mampu menarik perhatian, menambah pemahaman dan memotivasi mahasiswa,
melainkan juga membuat mereka belajar dengan passion. Penggunaan ragam animasi dan teknik
visualisasi membuat mereka tak jenuh dan lebih fokus pada apa yang saya sampaikan.
Di samping itu daftar mahasiswa yang absen menjadi minim. Bahkan yang membuat saya terharu
bila jadwal kuliah pekan selanjutnya merupakan tanggal merah, mahasiswa seperti kecewa, Ini
membuat saya juga berupaya untuk selalu menjadi lebih baik lagi menjadi dosen mereka dari waktu
ke waktu. Sungguh merupakan kebahagiaan tersendiri ketika melihat para mahasiswa masih dengan
wajah ingin tahu, enggan beranjak padahal kuliah hari itu sudah selesai sehingga saya harus berkata,
Ayo, kenapa kalian belum bubar? Kuliah hari ini sudah selesai!
Sejak sistem password dan soulmate diterapkan, para mahasiswa bahkan seperti berlomba-lomba
memperindah status update mereka di facebook atau twitter dengan ragam password yang saya
tugaskan. Mereka saling mengomentari, menilai dan berbagi status-status dari password tersebut
yang kian membuat mereka penasaran membaca secara keseluruhan buku-buku bermutu yang telah
mereka cuplik.

Dampak lain adalah meningkatnya kepercayaan diri mahasiswa secara signifikan. Mereka menjadi
lebih berani tampil. Mahasiswa yang tadinya tampak tertutup dan mengikuti kuliah sekadarnya,
menjadi lebih percaya diri, kian ekspresif, terlibat penuh dalam tiap kuliah, bahkan mampu
meningkatkan prestasi mereka.
Acara Jumpa Tokoh Sastra di kelas Apresiasi Sastra sangat menambah motivasi mahasiswa untuk
menulis karya sastra. Di samping itu mereka menjadi lebih paham bahwa sastra bukan menara
gading. Mahasiswa menyadari bahwa karya sastra tidak bisa dipisahkan dari masyarakatnya.
Memahami, menyukai sastra, menulis karya sastra bisa kian mendekatkan kita pada kehidupan yang
seharusnya kita isi dengan empati dan cinta serta upaya untuk memahami sesama.
Dalam mempelajari Apresiasi Drama mahasiswa sampai pada kesadaran bahwa sesungguhnya
mereka sedang belajar kehidupan itu sendiri. Kehidupan yang mampu mengasah karakter mereka
menjadi lebih baik. Secara guyon beberapa dari mereka pernah berkata bahwa meski cuma 2 atau 3
sks, sesungguhnya mata kuliah sastra dan drama adalah mata kuliah dengan sks tak terhingga yang
akan terus menuntun mereka dan bisa mereka praktikan dalam kehidupan sehari-hari dalam
bermasyarakat dan bernegara.
Saya merasakan bahwa empati para mahasiswa terhadap orang lain dan sekitar tumbuh pesat pada
mata dua mata kuliah tersebut. Pada mata kuliah Apresiasi Drama, hal itu tampak nyata pada proses
mempersiapkan pertunjukan sebagai ujian akhir yang berlangsung selama hampir satu semester.
Malam Anugerah Piala Fiesta (Fiesta Award) yang dikemas ala Anugerah Piala Oscar menjadi hal
yang tak bisa dilupakan mahasiswa. Hasil penjurian atas 14 kategori bisa sangat tak terduga karena
persaingan ketat mahasiswa untuk tiap kategori nominasi yang diperebutkan. Sejak tahun 2008,
Fiesta Award menjadi salah satu acara mahasiswa paling meriah, melibatkan 10-16 teater dan
digelar selama sebulan di kampus.
Dampak lainnya dari kuliah ini, para mahasiswa terus berproses meski kuliah sudah selesai dan
masing-masing telah mendapatkan nilai. Mereka yang dulu tak pernah berpikir untuk berkecimpung
di dunia teater, kemudian memiliki kebutuhan untuk berteater dan meningkatkan aktivitas
bersastra. Jadilah di jurusan kami banyak berdiri teater. Tak jarang pula yang kemudian bergabung
dengan teater profesional seperti Teater Koma maupun teater lainnya. Ada pula yang langsung
(diterima) membantu mengajar ekstra kurikuler teater di sekolah-sekolah.
Oleh karena itu, untuk menampung minat dan bakat mahasiswa lepas kuliah, saya sebagai dosen
pengampu mata kuliah Apresiasi Sastra dan Apresiasi Drama mengusulkan dibentuknya Bengkel
Sastra UNJ (Bengsas), tahun 2008 sebagai laboratorium sastra/teater di jurusan, yang disambut

baik oleh jurusan. Tahun 2009 Bengsas menjadi bagian dari program IMHERE dan mendapatkan
berbagai peralatan yang bisa mendukung mata kuliah terkait.
Video-video

proses

pembelajaran

mahasiswa

di

bidang

sastra/drama

di youtubemelalui channel HelvyTV yang saya buat sejak awal hingga akhir kuliah mendapat
perhatian dan tanggapan positif dari mahasiswa dan berbagai kalangan masyarakat, terutama guruguru bahasa dan sastra Indonesia. Hal tersebut tampak dari komentar-komentar mereka di youtube.
Video-video tersebut kemudian diunduh dan digunakan oleh guru-guru dan dosen universitas lain
sebagai media pemelajaran sastra/drama di tempat mereka.
Komentar paling sering juga muncul dari para mahasiswa yang senang dan merasa eksis ketika
wajah mereka muncul dalam video di youtube tersebut. Bagi angkatan-angkatan sesudahnya yang
akan mengikuti kuliah saya, mereka bisa mendapat informasi tentang bagaimana keberlangsungan
hingga tahap akhir kuliah melalui youtube sehingga mereka memiliki ketertarikan dan bisa
mempersiapkan

diri

sebelumnya.

Bengkel Sastra UNJ


Tahun 2008 saya mengusulkan pada Ketua Jurusan agar di tingkat jurusan dibuat semacam sanggar
sastra/teater atau bisa dibilang sebagai laboratorium sastra/teater di jurusan yang bisa mendukung
pelaksanaan beberapa mata kuliah terutama Apresiasi Sastra dan Apresiasi Drama. Tahun 2008
bersama rekan pengampu mata kuliah Apresiasi Drama yaitu Drs. Edi Sutarto, MPd., kami membuat
konsep Bengkel Sastra UNJ (Bengsas). Ada dua bagian besar dalam tubuh bengkel, yaitu: Penulisan
Kreatif dan Teater.
Tanggal 3 Juli 2008 bertempat di Perpustakaan UNJ bersama 30 mahasiswa dibentuk Bengsas.
Bengsas kemudian diresmikan oleh Pembantu Dekan I FBS dan Ketua Jurusan, 4 September 2008.
Saya ditunjuk sebagai Pembimbing Bengsas. Atas kesepakatan dengan para pimpinan jurusan,
Bengsas kemudian diintegrasikan dengan program IMHERE, Februari 2009. Dalam rangka
pengembangan Bengsas, saya sempat dikirim lewat program IMHERE untuk magang teater selama
tiga bulan pada tahun 2009, di komunitas Celah-Celah Langit (CCL), Bandung, yang dipimpin Iman
Soleh, salah satu dari praktisi teater terbaik Indonesia yang juga dosen di STSI Bandung.
Hingga tahun 2013 ini saya masih dipercaya sebagai pembimbing Bengsas. Berbagai kegiatan yang
telah dilakukan Bengsas Sejak 2008 hingga sekarang antara lain: (1) Pelatihan Elementer/ Pelatihan
Alam, (2) Forum Sastra Jumat, (3) Pementasan Keliling, (4) Solidaritas Sastra untuk Palestina, (5)
Festival Monolog Jakarta, (6) Parade Monolog, (7) Festival Musikalisasi Puisi/ Falsindo, (8)
Seminar/ Lokakarya Nasional, (9) Seminar Internasional Kesusastraan, (10) Peluncuran dan Diskusi
Buku, (11) Selebrasi Cinta, (12) Workshop Penyutradaraan dan Keaktoran, (13) Workshop Make Up

Karakter, (14) Mentoring untuk Kuliah Apresiasi Drama, (15) Program Bank Naskah, (16) Parade
Baca Puisi, (17) Penerbitan Buletin, (18) Penerbitan Buku.
Debut nasional Bengkel Sastra UNJ saat kami berhasil mementaskan naskah saya Tanah
Perempuan di Gedung Kesenian Jakarta, 2009. Pagelaran teater ini didukung lebih dari 100 kru
digelar dalam rangka Hari Pahlawan. Menariknya, Wakil Walikota Banda Aceh: Ibu Illiza
Saaduddin Djamal bersedia untuk latihan dan bermain dalam pementasan tersebut. Begitu juga
sastrawan terkemuka Aceh: D. Kemalawati serta aktris Oki Setiana Dewi dan Habiburrahman
elshirazi. Alhamdulillah ketiadaan dana tak mengecilkan sedikit pun tekad keluarga besar jurusan
kami untuk bersama-sama memajukan Bengsas. Tempaan ini juga membuat Bengsas lebih
semangat dan kreatif mencari dana agar bisa menggelar pementasan, antara lain dengan membuat
proposal (mencari sponsor), menulis, berjualan buku, mengadakan berbagai workshop, menggelar
pertunjukan sederhana dan lain sebagainya.
Pementasan Tanah Perempuan berhasil digelar kembali di Auditorium RRI Banda Aceh, Desember
2009. Meski hanya saya bersama 31 kru yang berangkat, kami kembali mendapatkan dukungan
transportasi dan akomodasi dari Pemerintah Daerah Banda Aceh yang menganggap bahwa
pagelaran tersebut akan sangat bermakna bagi masyarakat Aceh khususnya dan Indonesia pada
umumnya.
Saya sendiri terkejut bahwa saya bisa selalu mempunyai waktu bersama anak-anak Bengsas. Saya
jadi ingat ketika pertama kali bergabung sebagai CPNS di Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia,
seorang rekan dosen di Fakultas pernah berkata bahwa ia heran pada saya.
Bu Helvy ini orang yang sudah sangat sibuk dan sudah punya nama top di luar. Kenapa mau
bergabung di UNJ? Seberapa besar Ibu bisa mengerjakan semua tugas dan kewajiban serta
bertanggung jawab terhadap itu semua nantinya, mengingat kegiatan Ibu pasti sudah banyak?
Waktu itu saya tersenyum dan menjawab bahwa saya sangat menyadari hal tersebut, dan bahwa
semangat mengabdi yang tulus akan membawa saya pada tanggung jawab.
Semua tugas merupakan amanah bagi saya, karena itu saya tak pernah melemparkan tugas yang
telah diamanahkan pada saya kepada orang lain, dan karena itu pula, tak pernah ada satu tugas pun
yang saya anggap kecil.
Saya ingat ketika tiba saatnya harus mengawal kegiatan tahunan Bengsas yaitu latihan alam di luar
kampus. Biasanya kegiatan ini dilakukan Jumat-Minggu di Puncak. Padahal Kamis itu sepulang
mengajar saya masih harus menghadiri undangan dari Kedutaan Amerika Serikat karena seorang

pengarang terkemukanya berkunjung ke Indonesia dan ingin bertemu beberapa pengarang


Indonesia, termasuk saya. Pulang dari sana sudah sangat larut dan saya demam. Meski para
mahasiswa mengatakan tidak apa kalau saya datang malam terakhir saja, dan jurusan mengatakan
bisa mengusahakan dosen pengganti untuk mengikuti kegiatan Bengsas, saya tetap memaksakan
untuk hadir. Saya berusaha makan, minum dan memanfaatkan waktu istirahat yang minim dengan
benar. Alhamdulillah akhirnya saya bisa menunaikan tanggung jawab saya berangkat latihan alam
dan pulang bersama anak-anak Bengsas dalam tronton yang mereka sewa. Kegiatan lancar, sukses,
penuh kesan, tanpa ada keluhan dari saya, peserta maupun panitia.
Saya sangat peduli terhadap perkembangan mahasiswa saya. Saya akan bantu apa yang saya bisa
saat mereka meminta maupun saat mereka tak memintanya.
Sejak berdirinya Bengkel Sastra UNJ (Bengsas) tahun 2008, saya langsung membimbing dan
melatih mahasiswa dalam berbagai kegiatan sastra/teater. Jumat tiap pekan kami mengadakan
Forum Sastra Jumat. Dalam kegiatan tersebut karya-karya mahasiswa diapresiasi, dibahas atau
dibantai bersama. Di lain waktu, buku karya para sastrawan terkemuka Indonesia atau dunia yang
dibedah secara akademis dengan menggunakan berbagai metode dan teori sastra kontemporer.
Setiap tahun kami mengadakan acara Selebrasi Cinta selama sepekan atau tiga hari. Biasanya acara
ini diadakan bertepatan dengan bulan wafatnya Chairil Anwar, April, sebagai penanda bahwa meski
Bapak Puisi itu pergi, ia terus melahirkan generasi penerusnya. Pada acara tersebut mahasiswa
maupun dosen bisa ikut menyumbang puisi untuk ditempelkan di sekitar Puri Lingua atau lorong
jurusan. Puisi-puisi tersebut akan dibaca dan dipilih warga UNJ. Puisi yang paling banyak
mendapatkan tanda hati akan diberi hadiah sebagai puisi favorit. Pada acara tersebut juga diadakan
Bincang Sastra, pembacaan puisi spontan, musikalisasi puisi serta repertoar. Yang unik pula adalah
pembuatan Puisi Berantai oleh siapapun sivitas akademika yang berminat. Di puncak acara puisipuisi itu akan dibacakan dengan berbagai gaya teaterikal. Biasanya saya selalu diminta ikut memberi
pengantar, membaca puisi dan menempelkan tanda-tanda hati pada puisi-puisi yang menurut saya
bagus.
Program rutin lain, setiap tahun saya juga selalu menemani para mahasiswa yang tergabung dalam
Bengsas, untuk Latihan Alam (latihan elementer) selama beberapa hari di puncak. Di sinilah momen
dimana kami menjadi semakin dekat. Tak ada perploncoan, yang ada hanya kegiatan mengasah
intelektualitas, kreativitas dan mengekalkan persaudaraan.
Sejak 2009 saya juga membimbing Bengsas menerbitkan Buletin Kaktus sebagai wadah apresiasi
dan kreasi mahasiswa. Hingga sekarang buletin ini masih terus terbit.

Khusus untuk pementasan teater, produksi Bengsas antara lain: Dokter Gadungan (Moliere,
sutradara Ferdi Firdaus), 2008, Menunggu(naskah/sutradara Ferdi Firdaus), 2009, di Aula S
Universitas Negeri Jakarta. Tahun 2009 mementaskan Tanah Perempuan karya Helvy Tiana Rosa
dengan sutradara Ferdi Firdaus (UNJ, CCL-Bandung, Gedung Kesenian Jakarta dan Auditorium
RRI Banda Aceh), Receh dan Ricuh (sutradara Sumihar Deny),Kenapa Cinderella? (naskah Ferdi
Firdaus,

Sutradara

Aris

Abdullah), Pinangan

(Sutradara

Dwi

Suprabowo).

Tahun

2010

mementaskan Catatan Pemimpin(naskah dan Sutradara Dwi Suprabowo) di UNJ, CCL dan ISI
Yogyakarta, Sidang Susila (sutradara Ferdi Firdaus). Tahun 2011 mementaskan lakon Surat dari
Surga di Graha Bhakti Budaya TIM (sutradara Maulana Husada), PementasanHantu Pohon
Putih (naskah

dan

sutradara

Ferdi

Firdaus)

serta: Gelaran

Tangga:

Patjar

Merah

Indonesia (sutradara: Ahmad Mulyadi), di Universitas Negeri Jakarta, 2011, Tokoh-Tokoh (Naskah
dan

Sutradara:

Sumihar

Deny

Tampubolon),

2012,

dan

kini

tengah

mempersiapkan

pentas Allogo karya Sumihar Deny.


Bengkel Sastra juga kerap mengadakan beberapa penampilan teaterikal di berbagai tempat antara
lain Warung Apresiasi Bulungan, Taman Ismail Marzuki, Taman Mini Indonesia Indah, CCL, dll
(2008-2012). Kegiatan rutin yang melibatkan Bengkel Sastra sebagai penyelenggara adalah Festival
Teater Sastra Indonesia yang diselenggarakan bekerjasama dengan Jurusan Bahasa dan Sastra
Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni UNJ tiap tahun sejak 2008.
Bila mahasiswa akan mengikuti lomba penelitian, penulisan maupun pertunjukan, saya akan
meluangkan waktu di luar jam kuliah untuk melatih mereka. Karena kebanyakan mahasiswa kos di
sekitar UNJ, kami sering diskusi atau latihan sampai malam di kampus, padahal rumah saya di
Depok. Itulah sebabnya para mahasiswa yang tergabung di Bengsas kadang menyebut saya Dosen
24 Jam, yaitu dosen yang siap diganggu mahasiswa kapan saja.
Setiap pribadi itu unik. Saya selalu berpendapat bahwa mereka yang berinteraksi dengan saya adalah
orang-orang penting. Demikian juga para mahasiswa. Mereka bukan sekadar mahasiswa melainkan
anak, sahabat bahkan guru bagi saya.
Tahun 2010 saya membimbing beberapa mahasiswa untuk mengikuti Pekan Seni Mahasiswa
Tingkat Daerah (Peksimida) dalam berbagai tangkai lomba antara lain: Dwi Suprabowo, Karina
Tanjung dan Dwi Febri untuk tangkai Lomba Penulisan Lakon. Mereka berhasil menjadi Pemenang
I, II dan III lewat lakonCatatan Pemimpin, Kuda Sewaan, dan Opera Kelamin. Saya juga
membimbing Siska Nur Anggraini dan Ana Fauziyah mengikuti tangkai Lomba Penulisan Cerpen
Peksimida dan mereka berhasil menjadi Pemenang I (Membunuh Ayah) dan II (Taksi). Saya
membimbing Hikmawan Nurdiansyah dalam tangkai Lomba Penulisan Puisi dan berhasil meraih
Pemenang II. Selain bidang penulisan kreatif, saya melatih secara khusus Rahmi Yulia Ningsih dan

Shandy mengikuti tangkai Lomba Baca Puisi Putri dan Putra. Keduanya berhasil menjadi Pemenang
I dan II. Dalam tangkai Lomba Monolog, saya melatih Muhammad Bagya yang kemudian menjadi
Pemenang I.
Dengan demikian, sembilan perwakilan mahasiswa dari jurusan kami menyumbangkan 9 gelar
dalam Peksimida. Jumlah ini kemudian ditambah dari kemenangan para mahasiswa dari jurusan
lain di UNJ, khususnya Fakultas Bahasa dan Seni dan membawa UNJ untuk pertamakalinya
menjadi Juara Umum Pekan Seni Mahasiswa Tingkat Daerah DKI Jakarta mengalahkan IPB, UI,
IKJ, Trisakti, Tarumanegara dan lain-lain.
Dalam Pekan Seni Mahasiswa tingkat Nasional 2010, naskah Opera Kelaminkarya Dwi Febri
menjadi Pemenang Harapan. Cerpen Siska berjudul Membunuh Ayah menjadi Pemenang III pada
tangkai Lomba Penulisan Cerpen Peksiminas.
Tidak ingin hasil lomba Peksimida/Peksiminas 2010 tercecer begitu saja saya berupaya menerbitkan
buku yang memuat karya para mahasiswa pemenang lomba tersebut. Jurusan mendukung, namun
lagi-lagi terbentur dana. Akhirnya dengan berbagai cara, di bawah Penerbit Sastralica Publishing
yang merupakan usaha bersama beberapa mahasiswa tingkat akhir di Bengsas, terbitlahMataharu:
Kitab Sastra Mahasiswa, 2011. Saya memberi judul seperti itu karena Mataharu terdiri atas
beragam tulisan bermutu karya para mahasiswa mulai dari puisi, cerpen, lakon dan esai. Saya
menjadi editor dari buku tersebut. Kami juga menjual buku tersebut untuk mencari dana bagi
pementasan Bengsas.
Dua tahun kemudian, saya melatih Ahmad Mulyadi dan Ayu Puspa Nanda dan masing-masing
berhasil menjadi Pemenang I Tangkai Lomba Baca Puisi Putra/Putri Peksimida 2012. Pasangan ini
kemudian menang masing-masing di posisi kedua pada Peksiminas 2012. Sebelumnya mahasiswa
perwakilan jurusan juga Yulia Rahma menjadi Pemenang I Tangkai Lomba Monolog Peksimida
2012, Sumihar Deny menjadi Pemenang II Tangkai Lomba Penulisan Lakon dan Hawatip menjadi
Pemenang III Tangkai Lomba Penulisan Cerpen.
Pada tahun 2012 saya juga membimbing Wahyudi Christyo, salah satu mahasiswa untuk mengikuti
Lomba Pidato Antar Bangsa memperebutkan Piala Perdana Mentri, di Malaysia. Saya membimbing
Yudi menyiapkan naskah pidato yang harus ia buat dan melatihnya menyampaikan pidato dengan
baik. Sebenarnya tak ada permintaan resmi dari jurusan maupun universitas kepada saya untuk
melatih mahasiswa tersebut, namun biasanya mahasiswa yang akan lomba sering mendatangi saya
untuk minta masukan, bimbingan hingga pelatihan. Dan saya tentu saja akan membantu
semaksimal mungkin sesuai kemampuan saya. Pada acara yang digelar Februari-Maret 2012 itu,
Wahyudi berhasil menjadi Pemenang III.

Masih banyak lagi mahasiswa yang saya bimbing secara pribadi dan berhasil mendapatkan prestasi
di tingkat provinsi maupun nasional. Ketika para mahasiswa berhasil saya bangga bahwa saya bisa
mengikuti proses mereka. Tentu saja saya merasa mereka tak perlu berterimakasih karena tak ada
jasa saya sama sekali di sana. Mereka memperoleh itu semua karena usaha dan kegigihan mereka
sendiri, sedangkan saya hanya melakukan apa yang saya bisa sebagai dosen, sebagai sahabat.
Sastra itu Cinta
Berinteraksi dengan mahasiswa di luar jam kuliah adalah salah satu hal yang saya sukai. Dengan
sering bersama mereka saya merasa bisa lebih mengenal karakter mereka, lebih bisa berempati dan
bersahabat dengan para mahasiswa. Salah satu hal paling inspirasional buat saya selama menjadi
dosen adalah kisah yang akan saya sampaikan di bawah ini.
Suatu hari saat ruang dosen sepi, saya tengah menyiapkan bahan ajar. Datanglah seorang mahasiswi
yang belum pernah saya lihat dan belum pernah saya ajar sebelumnya, sebut saja namanya X. Ia
menghampiri saya dan dengan suara sangat lirih berkata, Ibu helvy, saya mau bunuh diri.
Tentu saja saya terperanjat, apalagi saya bukan Pembimbing Akademik-nya, tak pernah mengajar,
bahkan belum pernah melihat sosok tersebut sebelumnya.
Kata teman-teman saya bisa percaya Ibu. Tiba-tiba ia menarik lengan baju yang ia pakai ke atas.
Saya melihat luka-luka bekas sayatan pisau. Ia tunjukkan pula luka-luka di kepalanya yang dibalut
jilbab pendek. Kalau saya tidak bunuh diri, perempuan itu akan membunuh saya!
Tak lama ia mengatakan hal yang lebih tak masuk akal: Apa ibu sudah tahu sebuah rahasia besar di
UNJ?
Saya menggeleng.
Semua orang di sini adalah mahluk planet Mars!
Kening saya mengernyit.
Ya, kecuali sayadanya, Ibu! Kita harus segera bergerak, Bu. Sebelum mereka menangkap atau
membunuh kita!
Saya tersentak. Apa yang terjadi pada mahasiswi ini?
Saya bertanya tentang ayah ibunya yang ia bilang sibuk. Saya tanya tentang kuliahnya yang ia bilang
hancur karena ia tak bisa konsentrasi dan merasa terancam dalam kelas, bahkan bila dosennya
sangat baik. Saya minta ia untuk bicara dengan orangtuanya, sekadar menyatakan ia sayang pada
mereka. X berjanji melakukan itu.

Hari berikutnya ia kembali menemui saya. Dengan wajah lebih pias, ia terbata-bata bercerita tentang
IPK-nya yang kritis (ia terancam drop out), tentang ketakutan-ketakutannya di dalam kelas,
perempuan berambut panjang yang mengancam membunuhnya, seorang lelaki yang tak henti
mengasah belati setiap pagi dan malam di dalam kamarnya, dinding-dinding yang muncul tiba-tiba
dan memisahkannya dari semua orang dan konspirasi global para mahluk Mars. Saya dulu pernah
diculik beberapa bulan waktu masih kecil. Saya sering dapat perlakukan buruk dari orang-orang
yang dekat dengan saya. Tiba-tiba semua suara membuat saya sampai di hadapan ibu.
Sesungguhnya saya sangat sibuk, tapi saya tak bisa tak mendengarkannya. Saya tak bisa tak peduli
dengannya. Saya prihatin. Saya curiga X punya masalah yang serius, barangkali ia mengidap sesuatu
seperti autis atau mungkin lebih dari itu.
Maka yang saya lakukan kemudian adalah membawa X ke Bimbingan Konseling di Universitas.
Hasilnya: X mengidap autis. Secara rutin saya terus menemaninya konsultasi dan melihat
perkembangannya. Saya bahkan menemaninya masuk kelas karena ia selalu menggigil sebelum
masuk kelas. Beberapa mahasiswa yang bisa dipercaya saya minta mendekati dan menjadi teman
dekatnya karena ia betul-betul sendiri.
Kamu suka baca? Kamu suka menulis? Tanya saya padanya suatu hari. Saya berpikir bila ia suka
membaca, itu akan menyibukkan pikirannnya dari berbagai hal aneh yang kerap menyelusup dalam
pikirannya. Kalau suka menulis, ia bisa melepaskan kepedihan serta keresahannya lewat tulisan.
Saya tidak suka baca. Saya tidak suka menulis. Itu semua cuma bikin sakit kepala. Tapi saya sayang
ibu.
Sudah pernah baca buku saya?
Ia menggeleng. Tapi kalau buku ibu saya mau baca, ujarnya segera.
Maka keesokan harinya saya bawakan ia dua buku saya: Wanita yang mengalahkan
Setan serta Lelaki Kabut dan Boneka.
Tiga hari kemudian ia mengembalikan kedua buku itu seraya berkata: bahwa ia tiba-tiba keranjingan
membaca dan ingin saya meminjamkannya banyak buku lain.
Mungkin suatu saat kamu akan suka menulis! kata saya gembira sambil merangkulnya.
Hari-hari setelah itu kami semakin dekat. Kami kerap bertemu makan dan minum bersama di
kantin. Ia ingin tahu bagaimana saya bisa menuliskan itu semua. Apakah mereka semua nyata?
tanyanya beberapa kali.

Namun suatu hari pernah pula ia bertemu saya di koridor jurusan dan melengos begitu saja seolah ia
tak pernah mengenal saya. Saya terkejut dan menghampiri, menyapa X. Ia hanya memandang saya
lalu berkata, Perempuan itu bilang kamu tidak nyata, ibu Helvy. Kamu tidak nyata. Kamu cuma
hidup dalam kepala saya.
Saya terperanjat lagi dan menyadari barangkali X memiliki masalah yang lebih besar dari sekadar
autis.
Suatu malam X mengirim sms pada saya: Perempuan itu menyuruh saya membunuh Mama, Bu.
Saya tercekat dan segera menelponnya berkali-kali, tapi tak ada tanggapan. Saya khawatir sesuatu
terjadi. Saya terus menerus sms dan menguatkannya untuk melakukan hal-hal yang benar. Kamu
anak baik, X. Begitu pula Mama-mu. Perempuan berambut panjang itu yang tidak ada. Ia hanya
tumbuh dan numpang hidup di kepalamu. Ia tidak nyata. Mama, saya itu nyata dan kami
mencintaimu.
Malam itu saya sama sekali tak bisa tidur, berharap dan berdoa tak terjadi apapun. Alhamdulillah
demikian. Namun saya melihat luka-luka di lengan X bertambah banyak.
Saya membujuk X ke psikiater.
Apa ibu sama dengan yang lain, menganggap saya gila? tanyanya gusar.
Saya jelaskan padanya, bila seseorang berkunjung ke psikiater bukan berarti orang itu gila. Kamu
tahu, Naksetiap orang bahkan memiliki sisi gilanya sendiri. Barangkali malah saya dan psikiater
yang akan kita kunjungi itu lebih gila daripada yang pernah kamu kira!
Ia tertawa dan akhirnya menurut pergi ke psikiater. Lalu apa analisa psikiater terhadap X?
Skizofrenia! Bukan hanya itu, X mengidap skizofrenia paranoid! Dokter menyatakan X mengalami
kesukaran luar biasa untuk membedakan hal-hal yang nyata dan tak nyata. Dan tiba-tiba saya ingat
akan John Nash yang diperankan dengan apik oleh Russel Crowe dalam film Beautiful Mind.
Maka dimulailah penelaahan saya terhadap skizofrenia, yang diperkenalkan Eugen Bleuler (18571939) dalam buku Psychiatrisch-Neurol Wochenschr.Schizein dalam bahasa Yunani berarti belah,
pisah (to split), phren berarti pikiran (mind). Menurut Bleuler, skizofrenia mengakibatkan
terpecahnya pikiran, emosi dan perilaku. Gejala utamanya adalah waham (keyakinan salah dan tak
dapat dikoreksi) serta halusinasi (seperti mendengar dan melihat sesuatu yang sebenarnya tidak
ada). Skizofrenia mempengaruhi wicara serta perilaku pengidapnya. Salah satu jenisnya: Skizofrenia
Paranoid, yaitu skizofrenia yang ditambah dengan ketakutan / kepanikan bahwa ia dikejar-kejar

dan akan dijahati oleh sekitar. Halusinasi berupa suara satu atau beberapa orang yang menyuruhnyuruh, berkomentar, atau bercakap-cakap sendiri selalu mengisi hari-harinya. Pengidapnya harus
meminum obat-obatan yang tergolong mahal semacamolanzapine, perphenazine, quetiapine,
risperidone, atau ziprasidone.
Saya membaca beberapa literatur bahwa para pengidap skizofrenia bisa sembuh bila mendapat
dukungan yang luar biasa dari keluarga dan sekitarnya. Saya pun mulai menemui orangtua X yang
hidup sangat sederhana, berkenalan dengan kakak-kakaknya dan berbicara tentang perlunya kami
mendukung X melalui semuanya.
Namun semua tak semudah itu. Ayah X tiba-tiba mengalami gangguan jiwa yang parah hingga harus
dipasung karena mengganggu warga sekitar, sementara keluarga mereka tak mampu membawanya
ke rumah sakit.
Entah bagaimana saya makin peduli pada X. Saya berpikir anak itu sebenarnya baik hati, cerdas dan
manis. Pembicaraan-pembicaraan kami selama ini bagi saya bahkan sangat filosofis.
Saya menyodorinya berbagai buku dan X menjadi keranjingan membaca serta lebih terbuka pada
saya. Selain berbicara tentang dirinya, ia sangat antusias membicarakan ragam dunia yang ia
temukan dalam berbagai buku. Saya juga ceritakan persoalannya pada PA-nya, pada jurusan dan
mendapatkan kepedulian dari dosen lain tentang X. Setidaknya mereka tahu bahwa bila X tampak
aneh, cenderung gagal dalam berkomunikasi, melamun, jarang hadir di kelas dan secara
keseluruhan asosial, itu semata karena ia pengidap skizofrenia paranoid dan kami semua perlu
mendukungnya untuk melalui masa-masa sulit. Dukungan yang paling besar datang dari Bengkel
Sastra UNJ yang membawa X pada sebuah keluarga besar baru, meski di satu sisi X tak suka dengan
keramaian yang menjadi ciri khas anak-anak Bengsas.
Perempuan itu semakin aneh. Dan kini ia dan tiga temannya selalu mengikutiku. Mereka para lelaki
yang jahat dan mereka semua menyuruh saya membunuh ibu karena ibu telah menjadi mata-mata
Mars! ujarnya suatu hari.
Kadang ada kengerian saat saya berinteraksi dengannya. Namun kian hari saya justru semakin
terlibat dalam dengannya. Saya bahkan berpikir barangkali menulis bisa menjadi salah satu terapi
bagi persoalannya, apalagi diksi yang ia gunakan saat berinteraksi dengan saya sungguh cemerlang.
Saya kian mendorongnya untuk menulis tentang semua yang berkelebat dalam benaknya, tentang
perempuan yang tumbuh di kepalanya, lelaki yang selalu mengasah belati setiap pagi dan malam
hari di kamarnya. Evangelis, Elmo, Karibia dan semua yang ia ceritakan pada saya. Saya berharap ia

menulis agar sesak di dadanya berkurang. Lagi pula secara sastra saya lihat kisah-kisah itu akan
menarik bila ditulis. Saya mulai berpikir bahwa ia akan menjadi seorang sastrawan hebat.
Tak lama kemudian X mulai menulis. Dalam waktu tiga hari, saya terperanjat membaca 40 halaman
kertas yang ia tulis bolak balik dengan tulisan tangan. Saya terkejut karena karyanya sangat dalam,
indah dan berkarakter. Saya tak akan percaya jika tak berinteraksi rutin dengannya. Ia bilang ia
hanya memindahkan apa yang ada di kepalanya lalu menuliskannya dengan hati, namun hasilnya
sungguh membuat saya yakin bahwa pada suatu hari nanti ia benar-benar akan menjadi salah satu
sastrawan terkemuka Indonesia.
Ketika ayahnya wafat dan keluarganya menyuruhnya berhenti kuliah karena soal biaya dan
skizofrenia itu, saya membujuknya untuk menyelesaikan novelnya. X pun terus menulis. Saya datang
pada penulis Asma Nadia, adik saya yang mengelola penerbitan dan memintanya membaca serta
memberi uang muka bagi penerbitan buku tersebut. Dengan demikian X bisa terus kuliah. Dan X
membuktikan pada saya, dari terancam D.O, kemudian IPKnya mulai beranjak naik.
Saat ada seleksi mengikuti sayembara penulisan tingkat provinsi, saya berusaha meyakinkan jurusan
hingga rektorat (tim PR3) bahwa cerpen X layak untuk diikutsertakan mewakili UNJ. Dalam hal ini
keraguan institusi saya terhadap X sangat wajar. Mereka melihat fakta keberadaan X sebagai
mahasiswi yang terancam drop out, punya persoalan berat serta cenderung asosial. Bagaimana ia
bisa memenangkan sebuah lomba bergengsi? Mengapa bukan mahasiswa lain saja yang lebih
kompeten, yang tidak membuat cerpen seabsurd yang dibuat X?
Waktu itu selain naskah X menurut saya paling bagus dibandingkan yang lain, saya ingin X
mendapat kesempatan untuk bisa membuktikan diri bahwa ia juga memiliki potensi, sebagaimana
layaknya orang lain. Dengan demikian kepercayaan dirinya akan meningkat. Syukurlah akhirnya
semua bisa menerima hal itu dan mendukung usul saya.
Alhamdulillah X menjadi Pemenang I di tingkat provinsi dan kemudian menjadi pemenang ke III di
tingkat nasional. Saya peluk ia. Saya tunjukkan beritanya di media dan warta kampus. Airmata saya
menitik ketika ia katakan dengan ekspresi datar: Ini tidak nyata. Bukan saya yang menang. Kata
mereka kamu bukan dosen saya. Kamu tidak nyata. Yang nyata hanya kekalahan.
Karena X mahasiswi program pendidikan maka ia harus mengikuti PPL. X cenderung antisosial,
saya khawatir ia banyak menemukan kendala. Apalagi ia susah konsentrasi dan tidak mau serta tak
bisa bicara di depan umum. Meski saya bukan pembimbing PPL-nya secara pribadi saya menemui
guru pamong X di sekolah tersebut dan meminta pengertian sang guru. Alhamdulillah guru tersebut
bisa memahami dan sabar menghadapi X.

Situasi X yang sering tak stabil, ekonominya yang sulit hingga sering ia tak bisa membeli obat,
membuat saya dan para mahasiswa yang tergabung dalam Bengsas memikirkan berbagai cara agar
bisa menghibur dan selalu ada untuknya. Kadang meski baru mendarat dari luar kota usai seminar,
saya paksakan mampir sekadar mengajaknya makan es krim dan ngobrol sambil bimbingan skripsi.
Saya turut menjadi pembimbing skripsi X. Ia menulis skripsi tentang kecemasan dan delir, sebuah
kajian psikoanalisis dalam drama Arifin C Noer. Di antara kecemasan dan delir X sendiri, ia
berusaha memahami hal yang sama pada para tokoh dalam naskah drama tersebut. Dan itu menjadi
sesuatu yang mengiris batin saya sebagai pembimbing.
Akhirnya setelah terseok-seok kuliah, saya bersyukur pada Allah SWT karena X lulus tahun ini
dengan nilai skripsi A. IPK-nya yang dulu kritis kini mencapai 3,4. Kepercayaan dirinya bangkit. Ia
mulai sering tersenyum menghadapi sekitar.
Kini X sedang merampungkan novelnya untuk diterbitkan. Atas persetujuan X dan Bengsas, saya
pun tengah menulis novel terbaru saya yang mengisahkan berbagai interaksi yang cerdas,
menyentuh dan inspirasional berdasarkan kisah kebersamaan saya, X dan Bengsas. Semoga novel
tersebut kelak bisa menyentuh dan menginspirasi dunia pendidikan dan sastra Indonesia. Dan
sastra? Sastra akan tetap menjadi pembelajaran seumur hidup tentang manusia, cinta dan
kehidupan. Sastra tetap akan menjadi ilmu yang tak akan pernah terdefinisi, kecuali dengan satu
kata: cinta.

Anda mungkin juga menyukai