Anda di halaman 1dari 9

SPEKTROSKOPI - Gamma

Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Sebelas Maret Surakarta


Abstrak
Eksperimen kali ini membahas tentang spektrokopi gamma unsur radioaktif. Pada eksperimen
ini bertujuan untuk Mempelajari cacah latar/ background counting, mempelajari spektrum isotop Cs
137, mempelajari pengaruh waktu pencacah terhadap terhadap spektrum isotop Cs-137, mempelajari
Spektrum Isotop Co-60, mengkalibrasi detektor dengan Cs-137 dan Co-60, menggunakan hasil
kalibrasi detektor untuk menentukan energi gamma dari suatu sumber radioaktif yang tidak/ belum
diketahui energinya (isotop Ba-133).
Dari hasil percobaan didapat bahwa cacah latar dilakukan untuk mengurangi dari jumlah
intensitas. Cacah latar ini dikarenakan adanya unsur radioaktif yang ada di lingkungan sekitar
seperti cahaya, udara dan sebagainya. Intensitas total cacahan latar 1614. Cacahan spektrum Cs-137
setelah 1 menit menghasilkan cacahan dan membentuk grafik dengan 1 photopeak. Dan resolusi Cs137 didapat sebesar 19,72 % lebih besar dari resolusi energi menengah. Perbedaan waktu
pencacahan menyebabkan jumlah cacahan yang terdeteksi karena semakin lama waktu pada MCA
berbeda karena semakin lama waktu pencacahan maka semakin banyak pula hasil cacahannya.
Cacahan spektrum Co-60 setelah 1 menit terdapat 2 photopeak dengan ketinggian yang berbeda.
Puncak Co-60 adalah backscatter,compton edge, dan photopeak. Pengkalibrasian detektor dengan
isotop Cs-137 dan Co-60 menghasilkan cacahan gabungan dari keduanya yaitu 1 gamma dan 2
gamma puncak terdapat 3 energi yaitu: 661,6 keV (CH 71 pada Cs); 1173,2 keV (CH 150 pada Co);
1332,5 keV (CH 176 pada Co). Energi gamma hasil pengkalibrasian detektor dengan menggunakan
Ba-133 menghasilkan energi E = 348,498 keV dengan ketelitian 97,89 %.
Kata kunci:spektroskopi, radioaktif, cacah, photopeak.
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Untuk melakukan pengamatan radiasi
sinar gamma yang dipancarkan oleh inti anak
hasil peluruhan baik yang bersifat radioaktif
maupun yang stabil adalah mempelajari asasasas inti terekstitasi. Hasil pengamatan ini
digunakan untuk menguji model inti atom ynag
dibuat secara perhitungan teoritis. Karena sinar
gamma memiliki daya tembus yang tinggi
secara merupakan gelombang elektromagnetik,
sinar gamma relatif mudah dideteksi. Saat ini
telah
tersedia
detektor
gamma
type
semikonduktor Ge (Li) yang mempunyai
resolusi tinggi mampu memisahkan 2 transisi
yang sangat berdekatan yang terpisah 2 keV
dan
presisi
yang
tinggi
karena
memilikinketidakpastian hanya beberapa Ev
saja serta rangkaian elektronik MCA (Multi
Canel Analyzer). Informasi tentang keadaan
suatu arus tenaga inti atom yang harus diketahui
adalah :
1. Energi sinar- sinar gamma beserta
intensitas masing-masing transisi

2. Sifat-sifat radiasi gamma beserta spin


relatif dan paritas masing-masing
energi.
3. Urutan-urutan peluruhan gamma.
4. Umur paro masing-masing arah energi.
Sinar gamma sebenarnya hampir sama
dengan sinar-x, hanya saja sinar-x lebih lemah.
Sinar gamma ini dihasilkan oleh suatu bahan
radioaktif. Sinar gamma adalah termasuk sinar
yang tidak dapat dilihat oleh mata untuk itu
perlu adanya detektor.
Spektroskopi adalah ilmu yang
mempelajari materi dan atributnya berdasarkan
cahaya, suara atau partikel yang dipancarkan,
diserap atau dipantulkan oleh materi tersebut.
Spektroskopi juga dapat didefinisikan sebagai
ilmu yang mempelajari interaksi antara cahaya
dan materi. Dalam catatan sejarah, spektroskopi
mengacu kepada cabang ilmu dimana "cahaya
tampak" digunakan dalam teori-teori struktur
materi serta analisa kualitatif dan kuantitatif.
Dalam masa modern,
definisi
spektroskopi berkembang seiring teknik-teknik

baru yang dikembangkan untuk memanfaatkan


tidak hanya cahaya tampak, tetapi juga bentuk
lain dari radiasi elektromagnetik dan nonelektromagnetik seperti gelombang mikro,
gelombang radio, elektron, fonon, gelombang
suara, sinar x dan lain sebagainya.

ikatnya sangatlah kecil sehingga sama dengan


elektron bebas. Apabila sinar gamma memancar
ke elektron bebas ini maka akan terjadi
hamburan, yang disebut hamburan compton.
Sedangkan Efek bentukan pasangan terjadi
ketika sinar gamma melaju di dekat inti atom
sehingga akan terbentuk pasangan positron dan
elektron, syaratnya tenaga sinar haruslah cukup.

1.2 Tujuan
1.Mempelajari
counting.

cacah

latar/

background

2.Mempelajari spektrum isotop Cs-137.


3.Mempelajari pengaruh waktu pencacah
terhadap terhadap spektrum isotop Cs-137
4. Mempelajari spektrum Isotop Co-60.
5. Mengkalibrasi detektor dengan Cs-137 dan
Co-60.
6. Menggunakan hasil kalibrasi detektor untuk
menentukan energi gamma dari suatu sumber
radioaktif yang tidak/ belum diketahui
energinya (isotop Ba-133).

1.3 Tinjauan Pustaka


Sinar gamma sebenarnya hampir sama
dengan sinar X , hanya saja sinar X lebih
lemah. Sinar gamma ini dihasilkan oleh suatu
bahan radioaktif. Sinar gamma adalah termasuk
sinar yang tidak dapat dilihat oleh mata, untuk
itu perlu adanya detektor. Detektor yang
digunakan adalah NaI (Tl), detektor ini juga
digunakan untuk sinar x, hanya saja detektor
untuk gamma lebih tebal sedikit. Cara kerja dari
detektor ini adalah sebagai berikut :
Apabila sinar gamma mengenai detektor
NaI(Tl) maka akan terjadi tiga efek, yaitu efek
fotolistrik, efek compton dan bentukan
pasangan. Efek fotolistrik terjadi apabila ada
sinar gamma yang mengenai elektron d kulit K
dari sebuah atom maka elektron tersebut akan
kosong sehingga akan diisi oleh elektron dari
kulit yang lain, transisi ini yang menyebabkan
terjadinya efek fotolistrik. Efek compton adalah
efek yang terjadi apabila sinar gamma (dalam
hal ini) mengenai elektron bebas atau elektron
terluar dari suatu atom yang dianggap daya

Dari ketiga efek tersebut, efek


comptonlah yang paling kuat hal ini
diakibatkan karena tenaga yang digunakan
untuk melepas elektron juga yang lebih besar.
Dan dari ketiga efek tersebut menghasilkan
sintilasi atau pancaran cahaya, pancaran cahaya
ini akan diteruskan ke fotokatoda yang dapat
menguraikan cahaya ini menjadi elektron
-elektron. Elektron ini masih lemah maka harus
dikuatkan lagi dayanya oleh pre amplifier, dan
dikuatkan tinggi pulsa dengan amplifier. Lalu
elektron tadi dimasukkan ke PMT yang terdiri
dari tegangan bertingkat dan banyak katoda,
keluaran dari PMT menjadi berganda.[1]
Spektum Sinar Gamma:
Sinar gamma adalah radiasi gelombang
elektromagnetik dengan panjang gelombang
yang sangat pendek (dalam orde Angstrom)
yang dipancarkan oleh inti atom yang tidak
stabil yang bersifat radioaktif. Setelah inti atom
memancarkan
partikel
,
(elektron),
(positron), atau setelah peristiwa tangkapan
elektron, inti yang masih dalam keadaan
tereksitasi tersebut akan turun ke keadaan
dasarnya dengan memancarkan radiasi gamma.
Sebagai contoh, peluruhan unsur 137Cs
menjadi 137Ba melalui peluruhan yang
diikuti pemancaran radiasi .
137Cs 137Ba + -1 + -2 +
Skema peluruhan 137Cs dapat dilihat pada
gambar 1.

Gambar 1. Skema peluruhan 137Cs[2]


Detektor yang umum digunakan dalam
spektroskopi gamma adalah detektor sintilasi

NaI (Tl). Detektor ini terbuat dari bahan yang


dapat memancarkan kilatan cahaya apabila
berinteraksi dengan sinar gamma. Efisiensi
detektor bertambah dengan meningkatnya
volume kristal sedangkan resolusi energi
tergantung pada kondisi pembuatan pada waktu
pengembangan kristal. Sinar gamma yang
masuk ke dalam detektor berinteraksi dengan
atom-atom bahan sintilator menurut efek
fotolistrik, hamburan Compton dan pasangan
produksi, yang akan menghasilkan kilatan
cahaya dalam sintilator. Keluaran cahaya yang
dihasilkan oleh kristal sintilasi sebanding
dengan energi sinar gamma.
Kilatan cahaya oleh pipa cahaya dan
pembelok cahaya ditransmisikan ke fotokatoda
dari photomultiplier tube (PMT) kemudian
digandakan sebanyak-banyaknya oleh bagian
pengganda elektron pada PMT. Arus elektron
yang dihasilkan membentuk pulsa tegangan
pada input penguat awal (preamplifier) . Pulsa
ini setelah melewati alat pemisah dan
pembentuk pulsa dihitung dan dianalisis oleh
Mulichannel Analyzer (MCA) dengan tinggi
pulsa sebanding dengan energi gamma.

Gambar 2. Skema bagan spektrometer sinar


gamma.
Jika energi radiasi yang dipancarkan
oleh unsur radioaktif 137Cs diserap seluruhnya
oleh elektron-elektron pada kristal detektor
NaI(Tl) maka interaksi ini disebut efek
fotolistrik yang menghasilkan puncak energi
(photopeak) pada spektrum gamma (gambar 3)
pada daerah energi 661,65 keV. Apabila foton
gamma berinteraksi dengan sebuah elektron
bebas atau yang terikat lemah, misal elektron
pada kulit terluar suatu atom, maka sebagian
energi photon akan diserap oleh elektron dan
kemudian terhambur. Interaksi ini disebut
dengan hamburan Compton.

Gambar 3. Spektrum gamma dari 137Cs


Titik batas antara interaksi Compton
dan foto listrik menghasilkan puncak energi
yang disebut Compton edge. Puncak
Backscatter disebabkan oleh foton yang telah
dihamburkan keluar ternyata didefleksi balik
kedalam detektor sehingga terdeteksi ulang.[3]
Spektrometer sesuai dengan namanya
merupakan alat yang terdiri dari sprektrometer
dan fotometer. Spektrometer menghasilkan
sinar dari spektrum dengan panjang gelombang
tertentu dan fotometer adalah alat pengukur
intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang
diabsorbsi. Jadi spektrometer digunakan untuk
mengukur energi cahaya secara relatif, jika
energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan
atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang
gelombang. Suatu spektrofotometer tersusun
dari sumber spektrum sinar tampak yang
sinambung
dan
monokromatis.
Sel
pengabsorbsi untuk mengukur perbedaan
absorbsi antara cuplikan dengan blanko ataupun
pembanding. [4]
Tujuan utama pengukuran spektroskopi
adalah mengukur energi serta intensitas radiasi.
Oleh karena itu semua detektor harus
dikalibrasi menggunakan sumber radiasi
standar, sehingga dapat diperoleh hubungan
antara nomor channel dengan energi. Sumber
radiasi standar yang digunakan biasanya
memiliki 2 atau lebih energi yang telah
E2 , serta
diketahui, misalnya E1 dan
x 1 dan
menghasilkan sentroid di channel
x 2 . Dari 2 buah titik ini dapatlah dengan
mudah dibuat konversi nomor channel dengan
energi. Namun mengingat MCA tidak
sepenuhnya linier, maka perlu dipilih sumber
radiasi standar yang memiliki energi radiasi
yang berdekatan dengan energi radiasi yang
tidak diketahui.[5]

Tabel 1. Radiasi standar yang sering digunakan


Nuklid
Radia
t 1 /2
Energi (KeV)
a
si
453
109Cd hari

88,0370,005
122,061350,000
57Co 271 hari

13
136,474340,000
30
411,804410,000
198 Au 2,696 th

15
137Cs 30,17 th

661,6610,003
60Co 5,271 th

1173,2380,015
1332,5130,018

207 Bi 38 th

241 Am 433 th
226 Ra 1600 th

2. Metode Eksperimen
2.1 Alat dan Bahan
1. MCA
2. Detektor NaI (Tl)
3. Sumber Radiasi
- Cs-137
- Co-60
- Ba-133
2.2 Gambar Alat

2.2 Cara Kerja

Hidupkan MCA dan NaI (Tl) dengan cara


menghubungkan kabel dengan sumber tganan
PLN (saklar power dan high voltage harus
pada posisi off)
Nyalakan komputer dengan menarik tombol
PULL ON BRIGHT pada monitor dan
mengatur Contrass

ON kan skalar power, kemudian mengatur


saklar High Voltage pada posisi ON

481,650,01
975,630,01
Tekan tombol TIME untuk menetapkan lama pencacah (1 menit) dan menekan ENTER
5484,740,12
4784,500,25
5489,660,30
Gambar 5. Diagram Alir Set Alat
6002,550,09
Pilih sampel radioaktif (Cs-137, Co-60 dan
7687,090,06
Ba-133) yang akan diamati dan letakkan pada
muka detektor, untuk cacah latar tanpa sampel

1 buah
1 buah
3 buah

Tekan tombol START saat memulai pencacah


dan tekan STOP saat menghentikan pencacah
Amati spektrum photopeak dari unsur yang diamati pada layar monitor

Tekan tombol marker > atau < untuk mengetahui nomor channel, mengubah atau melihat skala dengan to

Amati intensitas total dengan menekan tombol


SET > atau SET < sampai semua spektrum
terarsir dan menekan tombol SET dan CLEAR
untuk mengedit, menghapus arsiran dan
mengulang untuk mencacah lagi

ak dari sampel radioaktif (Cs-137 dan Co-60) dan gunakan energi photopeak referensi untuk membuat grafik hubungan energi (sumbu-y) dan nomor

Gambar 4. Gambar rangkaian alat spektroskopi


gamma

Hasil dan Pembahasan dari cacah latar, Cs137, Co-60 dan Ba-133

Gambar 6. Diagram Alir Prosedur Percobaan


Pada percobaan pertama peralatan diset
seperti pada gambar 4. Setelah itu melakukan
percobaan yang pertama adalah mengamati
cacah latar atau background counting dimana
cacah latar ini disebabkan adanya udara, cahaya
atau radiasi lain yang terdeteksi oleh detektor.
Detektor yang digunakan adalah detektor
sintilasi Na(IT). Dari radiasi lingkungan yang
terdeteksi maka didapat data besarnya intesitas
radiasi pada detektor tersebut setelah 1 menit
waktu yang telah di setting.
Pada percobaan kedua ini mempelajari
spektrum isotop Cs-137. Pada percobaan ini
menggunakan radioaktif Cs-137 dengan
aktivitas (kBq) 74,65 2,5 % dan tanggal acuan
atau tanggal pembuatan 1 Desember 2010. Dan
meletakkan radioaktif pada muka detektor.
Pada percobaan ketiga ini mempelajari
spektrum isotop Co-60. Pada percobaan ini
menggunakan radioaktif Co-60 dengan aktivitas
(kBq) 85,10 2,5 % dan tanggal acuan atau
tanggal pembuatan 1 Desember 2010. Dan
meletakkan radioaktif pada muka detektor.
Pada
percobaan
keempat
ini
mempelajari spektrum isotop Cs-137 dan Co-60
sebagai kalibrasi detektor. Sedangkan pada
percobaan kelima menggunakan isotop Ba-133,
dimana akan dicari energi gammanya dengan
acuan dari percobaan keempat.
3.Hasil dan Pembahasan
Percobaan kali ini membahas tentang
spektrokopi sinar gamma, dimana spektrokopi
gamma adalah spektrokopi yang dapat di
gunakan untuk menganalisis sumber radioaktif
yang kemudian dapatbdigunakan untuk
mengindentifikasi unsur antara isotop radioaktif
yang ada didalamnya. Biasanya untuk
mengindentifikasi
isotop
radioaktif
spektrometer gamma di lengkapi dengan suatu
perangkat
lunak
atau
kalibrasi
dan
mencocokkan puncak puncak energi foton
(photopeak) dengan suatu pustaka data nuklir.
Percobaan
kali
ini
bertujuan
mempelajari cacah latar/ background counting,
mempelajari
spektrum
isotop
Cs-137,
mempelajari pengaruh waktu pencacah terhadap
spektrum isotop Cs-137, mempelajari spektrum
isotop Co-60, serta menggunakan hasil kalibrasi
detektor untuk menentukan energi gamma dari
suatu sumber radioaktif yang tidak atau belum
diketahui energinya ( isotop Ba-133)

Detektor yang digunakan dalam


percobaan ini adalah detektor sintilasi. Detektor
sintilasi ini yang digunakan adalah detektor
sintilasi Na(IT) untuk mendeteksi sinar gamma
pada daerah energi 0,1-100 MeV dengan
efisiensi cukup tinggi ( 10%- 60%) dan resolusi
energi menengah ( 5%- 15%). Pada detektor ini
merupakan terdiri dari beberapa komponen
didalamnya yaitu rangkaian terpadu berbasis
komputer personal yaitu kartu yang terdiri high
voltage , power supply, charge sensitif pre
amplifier, sampling amplifier, 100 MHz analog
digital converter (ADC) type Mutli Channel
Analyzer (MCA). Detektor ini juga terdiri dari
sebuah tabung photo multi sensitive (PMT)
yang berfungsi untuk mengukur cahaya dari
kristal.
Percobaan
yang
pertama
yaitu
mengamati cacah latar. Dimana cacah latar ini
mengindentifikasi besarnya radiasi pada
lingkungan sekitar seperti cahaya, udara, dan
sebagainya. Berikut merupakan data yang
didapat data dari pengamatan dengan
menggunakan detektor sintilasi :
Tabel 2. Data Pengamatan Cacah Latar
CH
CT
1
0
2
0
3
0
4
27
5
31
6
31
7
26
8
25
9
26
10
31
(terlampi
r)
Dari hasil pengamatan tersebut didapat
grafik hubungan antara CH vs CH sebagai
berikut:

Cacah Latar
45
CT
-5

50

100
CH

150

200

250

Gambar 7. Grafik Cacah Latar Radiasi


Dari grafik tersebut dapat diketahui
bahwa dalam lingkungan sekitar kita terdapat
radioaktif. Cacah latar ini dilakukan untuk
mengurangi dari jumlah intensitas cacahan yang
diperoleh, yaitu intensitas yang digunakan pada
perhitungan yaitu intensitas yang terdeteksi
pada MCA baik tanpa suatu material (bahan
penyerap) maupun dengan bahan penyerap.
Dari hasil pengamatan grafik didapat besarnta
intensitas total (Itot : 1614).
Percobaan
yang
kedua
yaitu
mempelajari spektrum isotop Cs-137 . Untuk
percobaan kali ini menggunakan radioaktif Cs137 dengan aktivitas 74,655%2,5 dan dengan
tanggal acuan 1 Desember 2010. Radioaktif
tersebut diletakkan pada muka detektor hal
tersebut dilakukan guna untuk mendeteksi
adanya radiasi pada bahan tersebut dengan ralat
kecil. Dalam percobaan ini waktu pengukuran
selama 1 menit. Dan setelah 1 menit didapat
hasil pencacahan sebagai berikut :
Tabel 3. Data Pengamatan Cacah Isotop Cs 137
CH
CT
1
0
2
0
3
0
4
2079
5
2905
6
2983
7
2910
8
2795
9
2821
10
2698
(terlampi
r)
Dari data tersebut dapat grafik hubungan CH
vs CT sebagai berikut :
9995
7995
5995
CT 3995
1995
-5
0

50

100

150

200

250

CH

Gambar 8. Grafik Cacah Radiasi sumber radiasi


Cs-137

Titik batas antara interaksi Compton


dan foto listrik menghasilkan puncak energi
yang disebut Compton edge. Puncak
Backscatter disebabkan oleh foton yang telah
dihamburkan keluar ternyata didefleksi balik
kedalam detektor sehingga terdeteksi ulang.
Pada grafik tersebut dapat dilihat pada
isotop Cs-137 terdapat 1 ( 1 photopeak)
pada chanel 71 dan CT 8225, untuk mencari
resolusi spektrum Cs-137 maka dapat dihitung :

R=
Dimana

FWHM
x 100
No .Chanel

(1)

FWHM Cs-137 = 14 maka


Dari hasil tersebut resolusi yang
didapat lebih besar dari energi menengah ( 5%15%) sehingga untuk membedakan energi
radiasi kurang akurat atau kurang telirti. Dari
hasil pengamatan pada grafik diketahui
besarnya Itot : 13703.
Percobaan
ketiga
mempelajari
spektrum Co-60, seperti percobaan sebelumnya
kalai ini menggunakan sumber radioaktif C0-60
dengan aktivitas 85,10 2,5% dan tanggal
acuanya 1 Desember 2010. Seperti percobaan
sebelumnya bahan radioaktif ini diletakkan di
muka detektor sintilasi. Setelah melakukan
pencacahan selama 1 menit didapat hasil
sebagai berikut :
Tabel 4. Data Pengamatan Cacah Isotop Co-60
CH
CT
1
0
2
0
3
0
4
2022
5
2980
6
3179
7
3304
8
3237
9
3120
10
3074
(terlampi
r)
Dari data tersebut dapat dibuat grafik
hubungan antara CT vs CH dimana hubungan
keduanya tersebut dapat diketahui besarnya
intensitas pada radioaktif, berikut merupakan
grafik dari data hasil pencacahan radioaktif Co60:

R =19,72

19995

3995
2995
CT

CT

9995

1995

-5
0

995

50

100 150 200 250


CH

-5
0

50

100 150 200 250


CH

Gambar 9. Grafik Cacah Radiasi sumber radiasi


Co-60
Dari hasil perhitungan dan pengamatan
didapat hasil bahwa pada radioaktif Co-60
terdapat 2 puncak gamma.Dari grafik tersebut
diketahui besarnya intensitas total 456781.
Untuk
percobaan
empat
yaitu
percobaan mengkalibrasi detektor dengan
isotop Cs-137 dan Co-60. Pada percobaan kali
ini untuk mengkalibrasi detektor dengan dua
radioaktif tersebut. Dilakukan 2 kali
pencacahan, yang pertama adalah pencacahan
dengan menggunakan sumber radioaktif Cs-137
selama selang waktu 1 menit. Setelah
didapatkan
hasil
pencacahannya
maka
dilanjutkan pencacahan Cs-137 selama selang
waktu 1 menit kemudian dilakukan pencacahan
terhadap sumber radioaktif Co-60 selama
selang waktu 1 menit pula. Maka hasil yang
terdeteksi pada MCA adalag gabungan dari
hasil pencacahan sumber radioaktif Cs-137 dan
Co-60. Dari hasil kedua pencacahan tersebut
didapat hasil:
Tabel 5. Data Pengamatan Cacah Isotop Co-60
& Cs-137
CH
CT
1
0
2
0
3
0
4
3878
5
5995
6
6293
7
6109
8
5974
9
5796
10
5952
(terlampi
r)
Dari data tersebut didapat grafik
hubungan CT vs CH sebagai berikut :

Gambar 10. Grafik Cacah Radiasi sumber


radiasi Co-60 dan Cs-137
Dari grafik tersebut didapat 1 gamma dari
Cs-137 dan 2 gamma dari Co-60. Dari ketiga
photopeak tersebut dapat diketahui bahwa
Tabel 6. Data nomor channel dan energi
photopeak cacah Isotop Co-60 & Cs-137
N
o
CH
E (keV)
1
71 dari Cs
661,6
2
150 dari Co 1173,2
3
176 dari Co 1332,5
Dari ketiga data tersebut dapat dibuat
grafik hubungan channel dan besarnya energi,
yaitu CH sebagai sumbu x dan energi sebagai
sumbu y, didapatkan grafik sebagai berikut :
1500
f(x) = 6.41x + 207.55
E (keV)

1000
500
50

100

150

200

CH

Gambar 11. Grafik nomor channel dan energi


photopeak cacah Isotop Co-60 & Cs-137
Grafik tersebut merupakan grafik linier
hubungan antara E vs CH dan didapat
persamaan garis lurus

y=mx +c

CH

E=6,409CH +207,5

(2)
Untuk percobaan yang terakhir, yaitu
menggunakan
kalibrasi
detektor
untuk
menentukan energi gamma dari suatu sumber
radioaktif yang tidak atau belum diketahui
energinya.
Untuk percobaan kali
ini

menggunakan bahan radioaktif Ba-133. Setelah


selang waktu 1 menit, maka didapat data
sebagai berikut
Tabel 7. Data Pengamatan Cacah Isotop Ba133
CH
CT
1
0
2
0
3
0
4
1282
5
2087
6
2581
7
3042
8
3575
9
3884
10
4410
(terlampi
r)
Dari data tersebut didapat
radioaktif Ba-133 sebagai berikut

grafik

9995
CT
-5
0

50

100 150 200 250


CH

Gambar 11. Grafik Cacah Radiasi sumber


radiasi Ba-133
Dari grafik tersebut terdapat 1
photopeak pada CH 22 dan CT 10086. Untuk
mencari besarnya energi pada Ba-133, maka
CH dimasukkan di persamaan 2.

E=6,409CH +207,5
E=6,409 22+ 207,5
E=348,498 keV

Perhitungan energi diatas dibandingkan


dengan energi Ba-133dengan kelimpahan
terbesar yaitu 356 keV. Energi yang dihitung
berbeda dengan energi literatur, hal tersebut
dipengaruhi oleh radiasi luar di sekitar
radioaktif yang terdekteksi MCA. Untuk
mengetahuinya besarnya ketelitian dapat
dihitung sebagai berikut

percobaan
|literatur
| 100
literatur

KR=

keV
|356 keV356348,498
| 100
keV

KR=

KR=2,11
Ketelitian=100 KR=97,89
4. Kesimpulan
1. Cacah latar dilakukan untuk mengurangi
dari jumlah intensitas. Cacah latar ini
dikarenakan adanya unsur radioaktif yang
ada di lingkungan sekitar seperti cahaya,
udara dan sebagainya. Intensitas total
cacahan latar 1614.
2. Cacahan spektrum Cs-137 setelah 1 menit
menghasilkan cacahan dan membentuk
grafik dengan 1 photopeak. Dan resolusi
Cs-137 didapat sebesar 19,72 % lebih besar
dari resolusi energi menengah.
3. Perbedaan waktu pencacahan menyebabkan
jumlah cacahan yang terdeteksi karena
semakin lama waktu pada MCA berbeda
karena semakin lama waktu pencacahan
maka semakin banyak pula hasil
cacahannya.
4. Ccacahan spektrum Co-60 setelah 1 menit
terdapat 2 fotopeak dengan ketinggian yang
berbeda.
Puncak
Co-60
adalah
backscatter,compton edge, dan fotopeak.
5. Pengkalibrasian detektor dengan isotop Cs137 dan Co-60 menghasilkan cacahan
gabungan dari keduanya yaitu 1 gamma dan
2 gamma puncak terdapat 3 energi yaitu:
661,6 keV (CH 71 pada Cs); 1173,2 keV
(CH 150 pada Co); 1332,5 keV (CH 176
pada Co).
6. Hasil dari gamma hasil pengkalibrasian
detektor dengan menggunakan Ba-133
menghasilkan energi E = 348,498 keV
dengan ketelitian 97,89 %.
Daftar Pustaka
[1]. Beiser A. 1982. Konsep Fisika Modern.
Edisi Ketiga, Penerbit Erlangga, Jakarta :
Universitas Indonesia.
[2]. Khopal.2003.
Deteksi
Radiasidan
Pengukuran, UI Press, Jakarta.
[3]. Krane,K.
1992.
Fisika
Modern
(Terjemahan oleh Hans. J .Wospakrik dan
Sofia Niksolihin. Erlangga. Jakarta.
[4]. Olmos P, dkk A New Approach to
Automatic Radiation Spectrum Analysis,
IEEE Transactions on Nuclear Science, 38
August (1991) 971-975

[5]. Keller P.E., Kangas L.J., Troyer G.L.,


Hashem S., Kouzes R.T., Nuclear Spectral
Analysis via Artificial Neural Networks for
Waste Handling, IEEE Transactions on

Nuclear Science, 42(4) August (1995) 709715

Anda mungkin juga menyukai