Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Computed Tomography merupakan suatu metode pencitraan diagnosa yang
memanfaatkan komputer sebagai pengolah data sinar-X yang telah mengalami
atenuasi dalam tubuh pasien yang diperiksa.
CT Scan mempunyai kemampuan untuk membedakan bagian-bagian yang
kecil diantara jaringan lunak dan ini lebih baik dibandingkan dengan pemeriksaan
radiologi konvensional dengan meningkatkan kontras enhancement, sehingga
berbagai

jaringan

lunak

dan

jaringan

tubuh

cepat

dibedakan

(www.radiologyinfo.com)
Atropi adalah berkurangnya ukuran suatu sel atau jaringan. Atropi merupakan
suatu respon adaptif yang dapat timbul sewaktu terjadi penurunan beban kerja sel
atau jaringan ( Corwin, 2000 ). Tidak terkecuali pada otak Atropi pada otak bisa
menyebabkan perubahan tingkah laku atau disfungsi organ, seperti: kejangkejang,kelumpuhan, atau kebutaan. Penyebab atropi bisa karena infeksi virus atau
juga penyakit degeneratif. Pada kasus yang penulis angkat kali ini adalah atropi
serebri yaitu adalah penyusutan atau berkurangnya ukuran suatu jaringan atau
terdapat kelainan saraf yang ada di otak.
Pada pemeriksaan CT-Scan pada anak diperlukan ketelitian untuk keakuratan
akuisisi data apalagi pada kasus yang berhubungan dengan fungsi otak. Banyak
literatur yang menguraikan tentang protokol dan urutan pelaksanaan untuk
pemeriksaan CT-Scan pada anak yang tentu saja berbeda dengan pasien dewasa.
Salah satu parameter yang digunakan untuk keakuratan data tersebut adalah ukuran
slice thickness . Semakin kecil ukuran slice maka resolusi yang dihasilkan akan
semakin tinggi ( Nesseth, 2000 ). Untuk ukuran standar scanning otak pada anak
menggunakan slice thickness

5 mm (Castillo,1998 ) pendapat tersebut juga

dikemukakan oleh seeram ( 2001 ).


Pelaksanaan pemeriksaan CT-Scan kepala pada anak dengan kasus atropi
otak di Rumah Sakit Umum Kardinah Tegal menggunakan slice thickneess 5 mm

sama seperti pada pemeriksaan otak dewasa. Padahal secara anatomis ukuran otak
anak lebih kecil daripada otak dewasa sehingga dibutuhkan detail yang lebih baik.
Harusnya pemeriksaan dilakukan dengan ukuran slice yang lebih tipis sehingga citra
anatomis yang ditampilkan lebih memberikan informasi diagnostik.
Berdasarkan hal tersebut diatas penulis ingin mengkaji lebih lanjut mengenai
TEKNIK PEMERIKSAAN CT SCAN KEPALA PADA ANAK DENGAN
KASUS ATROPI SEREBRI DI RUMAH SAKIT UMUM KARDINAH TEGAL
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis merumuskan permasalahan
sebagai berikut:
1.2.1.

Bagaimana teknik pemeriksaan CT-Scan kepala pada anak


dengan kasus atropi serebri di Rumah Sakit Umum Kardinah Tegal ?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian dari penulisan karya tulis ini adalah sebagai berikut :
1.3.1. Untuk mengetahui pemeriksaan CT Scan kepala pada anak dengan kasus
atropi serebri di Rumah Sakit Umum Kardinah Tegal.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang dapat diperoleh dari penulisan karya tulis ilmiah ini
adalah :
1.4.1 Manfaat Teori
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis serta memberikan
informasi kepada pembaca mengenai pemeriksaan CT-Scan kepala.
1.4.2 Manfaat Praktek
a. Sebagai bahan pandangan bagi Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum
Kardinah Tegal, untuk meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan serta
kualitas radiograf secara optimal untuk dapat menegakkan diagnosa
dengan tepat.

b. Mengetahui teknik-teknik pemeriksaan pemeriksaan CT-Scan kepala pada


kasus atropi serebri di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Kardinah
Tegal.
1.5 Sistematika Penulisan
Dalam penulisan makalah ini sistematika penulisan yang penulis gunakan
secara garis besar antara lain:
Bab I : Merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, serta sistematika penulisan.
Bab II : Merupakan tinjauan pustaka yang berisi anatomi otak,anatomi dan fisiologi
atropi dan patologi, dasar-dasar CT-Scan, teknik pemeriksaan CT-Scan
kepala pada anak / bayi.
Bab III : Merupakan hasil dan pembahasan yang berisi tentang paparan kasus dan
pembahasan.
Bab IV : Merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saran.
Daftar Pustaka

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.

Anatomi Otak
Otak merupakan jaringan yang konsistensinya kenyal menyerupai agar-agar
dan terletak di dalam ruangan yang tertutup oleh tulang, yaitu cranium (tengkorak),
yang secara absolut tidak dapat bertambah volumenya, terutama pada orang dewasa.
Jaringan otak dilindungi oleh beberapa pelindung, mulai dari permukaan luar adalah
kulit kepala, tulang tengkorak, selaput otak (meninges), dan cairan cerebrospinalis.
Selaput otak terdiri atas tiga lapisan (dari luar ke dalam) : duramater, arakhnoid, dan
piamater. Di dalam tempat tertentu duramater membentuk sekat-sekat rongga
cranium dan membaginya menjadi tiga kompartemen. Tentorium merupakan sekat
yang membagi rongga cranium menjadi kompartemen supratentorial dan
infratentorial, memisahkan bagian-bagian posterior-inferior hemisfer cerebri dan
cerebelum (Listiono, 1998).
Otak (encephalon) dapat dibagi dalam tiga komponen utama : hemisfer
cerebri (otak besar), batang otak, dan cerebellum (otak kecil). Cerebri adalah bagian
otak terbesar (85%) yang berasal dari pronsecephalon. Ia terdiri dari sepasang
hemisfer yaang berstruktur sama, yang dipisahkan oleh flax cerebri dan dihubungkan
oleh sekumpulan serabut saraf yang disebut corpus callosum, yang berfungsi untuk
menyampaikan impuls di antara keduanya. Cerebri dari luar ke dalam tersusun oleh
korteks (massa kelabu atau subtansia grisea atau grey matter), massa putih (subtansia
alba), dan massa kelabu yang dikenal sebagai ganglia basalis (Listiono, 1998)..

2
5

7
8

Gambar 1. Potongan basis otak (Woodruff, 1993)


Keterangan :
1. Lobus frontalis
2. Lobus temporalis
3. Lobus parietalis
4. Mesencephalon
5. Pons
6. Medula
7. Cerebellum
8. Lobus oksipitalis
2

3
5

Gambar 2. Potongan lateral otak (Woodruff, 1993)


Keterangan :
1. Lobus frontalis
2. Lobus parietalis
3. Lobus temporalis
4. Lobus oksipitalis
5. Cerebellum

Korteks cerebri (subtansi gricea) terdiri dari sel-sel saraf. Subtansia alba
cerebri berisi serabut-serabut saraf (akson) dalam saluran-saluran yang menonjol,
contoh korona radiata. Serabut-serabut ini arahnya konvergen, membentuk kapsula
interna, di sefalad otak tengah. Ganglia basalis yang terletak di sebelah dalam
cerebri, berbatasan dengan ventrikel III, terdiri dari nukleus kaudatus, putamen dan
globus palidus. Nukleus kaudatus berjalan di lateral ventrikel lateralis dan talamus.
Talamus dan hipotalamus juga termasuk dalam substanis gricea (Listiono, 1998;
Woodruff, 1993).
Di dalam parenkim otak bagian dalam terdapat empat buah rongga yang
saling berhubungan dan berisi cairan cerebrospinalis. Rongga-rongga ini dibatasi
oleh epitel apindema, disebut ventrikel otak. Sistem ventrikel otak terdiri atas
ventriel lateralis kanan dan kiri, ventrikel III, dan ventrikel IV. Cairan
cerebrospinalis dibentuk setiap hari oleh pleksus khoroideus di dalam ventrikel dan
ruang subarakhnoid (Woodruff, 1993).
Batang otak, dari sefalad ke kaudal, terdiri dari empat komponen utama :
disencephalon, mesencephalon, pons, dan medulla (Woodruff, 1993). Diencephalon
terdiri dari talamus, hipotalamus, epitalamus, dan sub talamus. Mesencephalon atau
otak tengah terdiri dari tektum, tegmentum, substansia nigra, dan pedunkulus
cerebri. Saraf III dan IV keluar dari mesensefalon. Akuaduktus silvii yang
menghubungkan ventrikel III dan IV terletak dalam otak tengah bagian dorsal. Pons
merupakan penghubung antara otak tengah dan medulla oblongata, terdiri dari
bagian ventral (basis) dan bagian dorsal (tegmentum). Ia membentuk komponen
utama dari batang otak dan berlokasi di bagian fossa medio-posterior. Saraf V-VII
berasal dari pons. Permukaan dorsal pons membentuk dasar ventrikel IV. Medulla
merupakan komponen yang paling kaudad dari batang otak. Saraf VIII-XII berasal
dari medula. Medula akan melanjutkan diri ke kaudal sebagai medula spinalis.
Medula meruncing ke kaudal dan bergabung dengan medula spinalis servikal pada
foramen magnum (Listiono, 1998; Woodruff, 1993).
Cerebellum terletak dorsal dari pons dan medulla dan menempati terbesar dari
fossa cerebri posterior. Cerebellum terdiri dari vermis di garis tengah dan dua lobus
lateral (hemisfer).Seperti hemisfer cerebri, cerebellum terdiri dari korteks (gray

matter) dan bagian tengah (white matter) dengan inti bagian dalam (gray matter).
Cerebellum bergabung dengan tiga segmen batang otak melalui pasangan
pedunkulus : cerebelaris inferior dengan medulla oblongata (Listiono, 1998;
Woodruff, 1993).
Otak diperdarahi oleh dua pasang arteri, yaitu arteri karotis interna dan arteri
vertebralis. Di dalam rongga cranium, keempat arteri ini saling berhubungan dan
membentuk sistem anastomosis, yaitu sirkulus willisi. 2/3 aliran darah cerebri
dialirkan kesebagian besar cerebri dan diensefalon melalui sistem karotis dan 1/3
sisanya dialirkan ke medula oblongata, pons, otak tengah, lobus temporalis bagian
medial dan inferior, lobus parietalis, lobus oksipitalis, dan cerebellum melalui sistem
vertebralis.

Gambar 3. Gambar arkus aorta beserta cabang-cabang besarnya (Osborn, 1994)


Keterangan :
1. Arkus aorta
2. Trunkus brakhiosefalika
3. Arteri subklavia kanan
4. Arteri vertebralis kanan
5. Arteri karotis komunis kanan
6. Arteri karotis interna kanan
7

7. Arteri karotis eksterna kanan


8. Arteri karotis komunis kiri
9. Arteri karotis interna kiri
10. Arteri karotis eksterna kiri

11.

Arteri
subklavia kiri

12.

Arteri

vertebralis kiri
13.Arteri vertebralis bergabung menjadi
arteri Basilaris
13.
Sirkulus
willisi
14.
Arteri
serebri anterior
15.
Arteri
serebri media

Darah di dalam jaringan kapiler otak akan dialirkan melalui venula-venula ke


vena serta didrainase ke sinus duramater. Dari sinus, melalui vena emisaria akan
dialirkan ke vena-vena ekstrakranial. Vena serebral dapat dikelompokkan menjadi
dua sistem, yaitu sistem vena serebral eksterna (drainase darah dari korteks dan
subkorteks) dan sistem vena serebral interna (menerima aliran darah balik dari
jaringan otak yang lebih dalam) (Listiono, 1998).

Gambar 4. Sistem vena serebri (Osborn, 1994)


Keterangan :
1. Sinus sagitalis superior

11. Vena septalis

2. Sinus sagitalis inferior

12. Vena talamotriata

3. Straight sinus

13. Vena labbe

4. Torcular herophilli

14. Vena serebri media superfisialis

5. Sinus tranversus

15. Vena trolard

6. Sinus sigmoid.

16. Sinus kavernosus

7. Sinus oksipitalis

17. Pleksus venosa klival

8. Vena galen

18. Sinus petrosa superior

9. Vena basalis

19. Rosenthal Sinus petrosa inferior

10. Vena serebri interna

20. Sinus sfenoparietal

2.2. Patologi Atropi


Menurut Himawan ( 1975 ) kelainan retrogresif / regresif yaitu proses
kemunduran, digolongkan menjadi 7 yaitu : atropi, degenerasi, infiltrasi, nekrosis,
penimbunan pigmen, mineral, gangguan metabolisme, dan defisisensi.
Atropi adalah keadaan dengan mengecilnya ( berkurangnya ukuran volume)
sel-sel jaringan alat tubuh, sebagai akibat hilangnya beberapa unsur penyusun
intraseluler, menyebabkan mengecilnya alat tubuh tersebut terjadi karena sel- sel
spesifik, yaitu sel- sel parenkim yang menjalankan fungsi alat tubuh tersebut
mengecil ( Himawan, 1979).
Berdasarkan penyebabnya atropi secara umum terbagi menjadi 2 macam
yaitu atropi patologik dan fisiologik ( Atmodjo, 1992 ).
2.2.1. Atropi fisiologik atau disebut involusi
Beberapa alat tubuh dapat mengecil atau menghilang sama sekali selama masa
perkembangan/ kehidupan, dan jika alat tubuh tersebut sesudah masa usia tertentu
tidak menghilang maka bisa diangggap sebagai patologik ( Himawan, 1975), misal,
menghilangnya kelenjar timus pada masa pubertas : pembentukan ligamentum teres
hepatis dan penutupan foramen ovale jantung setelah anak lahir. Bila involusi ini
tidak sempurna, maka akan tersisa jaringan alat tubuh tersebut seutuhnya atau
sebagian dalam keadaan samar-samar rudimenter yang dapat pula berakibat
gangguan.
2.2.2. Atropi Patologik dapat lokal atau sistemik mengenai beberapa sistem alat
tubuh secara serentak secara bersamaan ( atmodjo, 1992).
a. Atropi nutrisional atau kelaparan
b. Atropi vasculer oleh gangguan vascularisasi (perbekalan darah dan nutrisi)

c. Atropi payah biasanya mengenai kelenjar endokrin


d. Atropi hormonal
Patologi meningitis
Meningitis adalah peradangan pada meningia, yang mempunyai gejalagejala berupa bertambahnya jumlah dan berubahnya susunan cairan serebro- spinal
(CSF).
Infeksi yang terjadi mungkin disebabkan oleh bakteri atau virus, dan diagnosa dapat
dilakukan dengan memeriksa cairan serebro spinal yang diambil melalui punksi
lumbal
2.3.

Dasar-Dasar CT- Scan


CT-Scan merupakan perpaduan antara teknologi sinar-X, komputer dan televisi.
Prinsip kerjanya yaitu berkas sinar-X yang terkolimasi dan adanya detektor.
Didalam komputer terjadi proses pengolahan dan perekonstruksian gambar
dengan menerapkan prinsip matematika atau yang lebih dikenal dengan
rekonstruksi algoritma. Setelah proses pengolahan selesai maka data yang telah
diperoleh berupa data digital yang selanjutnya diubah menjadi data analog untuk
ditampilkan kelayar monitor. Gambar yang ditampilkan dalam layar monitor
berupa informasi anatomis irisan tubuh (Rasad, 1992). Pada CT-Scan prinsip
kerjanya hanya dapat men-scaning tubuh dengan irisan melintang tubuh. Namun
dengan memanfaatkan teknologi komputer maka gambaran axial yang telah
didapatkan dapat direformat kembali sehingga didapatkan gambaran koronal,
sagital, oblik, diagonal bahkan bentuk 3 dimensi dari obyek tersebut ( Tortorici,
1995 )

2.4.

Komponen dasar CT-Scan ( Tortorici, 1995 )


CT-Scan mempunyai 2 komponen utama yaitu scan unit dan operator
konsul. Scan unit biasanya berada di dalam ruang pemeriksaan sedangkan konsul
letaknya terpisah dalam ruang kontrol. Scan unit terdiri dari 2 bagian yaitu meja
pemeriksaan (couch) dan gantry (Bontrager, 2001).

10

Bagian bagian dari scan unit :


2.4.1 Gantry
Di dalam CT-Scan, pasien berada di atas meja pemeriksaan dan
meja tersebut bergerak menuju gantry. Gantry ini terdiri dari beberapa
perangkat yang keberadaannya sangat diperlukan untuk menghasilkan
suatu gambaran, perangkat keras tersebut antara lain tabung sinar-X,
kolimator, dan detektor.

Tabung sinar-X
Berdasarkan stukturnya tabung sinar-X sangat mirip
dengan tabung sinar-X konvensional namun perbedaannya terletak
pada kemampuannya untuk menahan panas dan output yang tinggi.
Panas yang cukup tinggi disebabkan karena perputaran anoda yang
tinggi dengan elektron-elektron yang menumbuknya. Ukuran fokal
spot yang kecil (kurang dari 1 mm) sangat dibutuhkan untuk
menghasilkan resolusi yang tinggi.

Kolimator
Kolimator berfungsi untuk mengurangi radiasi hambur,
membatasi jumlah sinar yang sampai ke tubuh pasien serta untuk
meningkatkan kualitas gambar. CT-Scan menggunakan 2 buah
kolimator yaitu pre pasien kolimator dan pre detektor kolimator.

Detektor
Selama eksposi berkas sinar-X (foton) menembus pasien
dan mengalami perlemahan (atenuasi). Sisa-sisa foton yang telah
teratenuasi kemudian ditangkap oleh detektor. Ketika detektordetektor menerima sisa-sisa foton tersebut, foton berinteraksi
dengan detektor dan memproduksi sinyal dengan arus yang kecil
yang disebut sinyal output analog. Sinyal ini besarnya sebanding
dengan intensitas radiasi yang diterima. Kemampuan penyerapan
detektor yang tinggi akan berakibat kualitas gambar lebih
optimal. Ada 2 tipe detektor yaitu solid state dan isian gas.

11

2.4.2 Meja pemeriksaan (couch)


Meja pemeriksaan merupakan tempat untuk memposisikan pasien.
Meja ini biasanya terbuat dari fiber karbon. Dengan adanya bahan ini maka
sinar-X yang menembus pasien tidak terhalangi jalannya untuk menuju ke
detektor. Meja ini harus kuat dan kokoh mengingat fungsinya untuk
menopang tubuh pasien selama meja bergerak ke dalam gantry.
2.4.3 Sistem konsul
Konsul tersedia dalam berbagai variasi. Model yang lama masih
menggunakan dua sistem konsul yaitu untuk pengoperasian CT-Scan
sendiri dan untuk perekaman dan untuk pencetakan gambar. Model yang
terbaru sudah memakai sistem satu konsul dimana memiliki banyak
kelebihan dan banyak fungsi. Bagian dari sistem konsul yaitu, sistem
kontrol, sistem pencetak gambar, dan sistem perekaman gambar.
2.5. Parameter CT-Scan
Dalam CT-Scan dikenal beberapa parameter untuk pengontrolan eksposi
dan output gambar yang optimal. Adapun parameternya adalah :
2.5.1. Slice thickness
Slice thickness adalah tebalnya irisan atau potongan dari obyek
yang diperiksa. Nilainya dapat dipilh antara 1 mm-10 mm sesuai dengan
keperluan klinis. Ukuran yang tebal akan menghasilkan gambaran
dengan detail yang rendah sebaliknya ukuran yang tipis akan
menghasilkan detail yang tinggi. Jika ketebalan meninggi maka akan
timbul artefak dan bila terlalu tipis akan terjadi noise.
2.5.2. Range
Range adalah perpaduan/kombinasi dari beberapa slice thickness.
Pemanfaatan range adalah untuk mendapatkan ketebalan irisan yang
berbeda pada satu lapangan pemeriksaan.

12

2.5.3.. Faktor eksposi


Faktor eksposi adalah faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
eksposi meliputi tegangan tabung (KV), arus tabung (mA) dan waktu
eksposi (s). Besarnya tegangan tabung dapat dipilih secara otomatis pada
tiap-tiap pemeriksaan.
2.5.4. Field of View (FOV)
FOV adalah diameter maksimal dari gambaran yang akan
direkonstruksi. Besarnya bervariasi dan biasanya berada pada rentang
12-50 cm. FOV yang kecil akan meningkatkan resolusi karena FOV
yang kecil mampu, mereduksi ukuran pixel, sehingga dalam
rekonstruksi matriks hasilnya lebih teliti. Namun bila ukuran FOV lebih
kecil maka area yang mungkin dibutuhkan untuk keperluan klinis
menjadi sulit untuk dideteksi.
2.5.5. Gantry Tilt
Gantry tilt adalah sudut yang dibentuk antara bidang vertikal
dengan gantry (tabung sinar-X dan detektor). Rentang penyudutan antara
-25 sampai +25 derajat. Penyudutan gantry bertujuan untuk keperluan
diagnosa dari masing-masing kasus yang dihadapi. Disamping itu
bertujuan untuk mengurangi dosis radiasi terhadap organ-organ yang
sensitif.
2.5.6. Rekonstruksi matriks
Rekonstruksi matriks adalah deretan baris dan kolom dari picture
element (pixel) dalam proses perekonstruksian gambar. Rekonstruksi
matriks ini merupakan salah satu struktur elemen dalam memori
komputer yang berfungsi umtuk merekonstruksi gambar. Pada umumnya
matriks yang digunakan berukuran 512 x 512 yaitu 512 baris dan 512
kolom. Rekonstruksi matriks berpengaruh terhadap resolusi gambar.
Semakin tinggi matriks yang dipakai maka semakin tinggi resolusinya.
2.5.7. Rekonstruksi Algorithm
Rekonstruksi algorithm

adalah prosedur metematis yang

digunakan dalam merekonstruksi gambar. Penampakan dan karakteristik

13

dari gambar CT- Scan tergantung pada kuatnya algorithma yang dipilih.
Semakin tinggi resolusi algorithma yang dipilih maka semakin tinggi
resolusi gambar yang akan dihasilkan. Denagn adanya metode ini maka
gambaran seperti tulang, soft tissue, dan jaringan-jarringan lain dapat
dibedakan dengan jelas pada layar monitor.
2.5.8. Window width
Window width adalah rentang nilai computed tomography yang
dikonversi menjadi gray levels untuk ditampilkan dalam TV monitor.
Setelah

komputer

menyelesaikan

pengolahan

gambar

melalui

rekonstruksi matriks dan algorithma maka hasilnya akan dikonversi


menjadi skala numerik yang dikenal dengan nama nilai computed
Tomography. Nilai ini mempunyai satuan Hu (Hounsfield Unit).
2.5.9. Window level
Window level adalah nilai tengah dari window yang digunakan
untuk penampilan gambar. Nilainya dapat dipilih dan tergantung pada
karakteristik perlemahan dari struktur obyek yang diperiksa. Window
level menentukan densitas gambar yang akan dihasilkan.
2.6.

Prosedur Teknik Pemeriksaan CT Scan Kepala, (Nuttawan Jaengsri, 2004)


Prosedur adalah urutan dari rangkaian pemeriksaan yang harus diikuti.
Prosedur teknik pemeriksaan CT Scan meliputi, persiapan pasien, posisi pasien,
scout view, menentukan parameter scan yang tepat,

sampai mendapatkan

kualitas gambar CT Scan yang baik.


Adapun prosedur pemeriksaan CT Scan kepala, meliputi :
2.6.1.

Persiapan Pasien : berikan penjelasan kepada pasien tentang prosedur


pemeriksaan, jika diperlukan injeksi media kontras dianjurkan bagi
pasien untuk puasa.

2.6.2.

Posisi pasien : supine di atas meja pemeriksaan; head first. Atur posisi
kepala sehingga OML vertikal tegak lurus.

2.6.3. Volume investigasi : dari foramen magnum sampai vertex.

14

2.6.4. Scan parameter :


2.6.4.1. Slice thickness : 2-5 mm pada daerah fossa posterior (foramen
magnum sampai tentorium); 5-10 mm pada daerah hemisfer
(tentorium sampai vertex).
5.4.1.

Inter-slice distance/pitch : 1.0

5.4.2.

FOV : kira-kira 24 cm.

5.4.3.

Gantry tilt : 10-120

parallel dengan supra orbito meatal

baseline (untuk mereduksi dosis radiasi pada orbita).


5.4.4.

kV : standard

5.4.5.

mA : diatur sesuai dengan kualitas gambar yang diperlukan.

5.4.6.

Rekonstruksi algorithm : soft tissue

5.4.7.

Window width : 0-90 HU (supratentorial brain), 140-160 HU


(brain pada daerah fossa posterior), 2000-3000 HU (bone)

5.4.8.

Window level : 40-45 HU (supratentorial brain), 30-40 HU


(brain pada daerah fossa posterior), 200-400 HU (bone).

5.5.

Kriteria kualitas gambar CT kepala


5.5.1.

Kriteria visualisasi pencitraan : cerebrum, cerebellum, basis


cranii.

5.5.2.

Kriteria gambar :
a. Tampak jelas batas tegas antara

substansia alba dan

substansia gricea
b.

Tampak jelas daerah basal ganglia

c.

Tampak jelas sistem ventrikel

d.

Tampak jelas ruang CSF di sekitar mesencephalon dan


mengelilingi otak

15

1. Potongan axial pertama

Gambar 5
(Bontrager, 2001)
Keterangan: Gambar 5 Gambar irisan CT Scan
A. Bola mata
B. Nervus optikus kanan
C. Kiasma optik
D. Lobus temporal
E. Pons/otak tengah
F. Cerebelum
G. Lobus oksipital
H. Air cel mastoid
I. Sinus sphenoid atau sinus ethmoid
2.

Potongan axial keempat

Gambar 6
(Bontrager, 2001)

16

Keterangan:

Gambar 6. Gambar irisan CT Scan

A. Korpus kalosum anterior


B. Anterior horn ventrikel lateral kiri
C. Ventrikel tiga
D. Kelenjar pineal
2.7 Indikasi pemeriksaan CT-Scan kepala yaitu:
a.

Suspect neoplasma, massa, lesi atau tumor pada otak

b.

Metastase pada otak

c.

Perdarahan intrakranial

d.

Aneurysma

e.

Abses

f.

Atrofi kepala

g.

Posttraumatic abnormalities

h.

Acquired atau kelainan kongenitaProtuberantia oksipital interna

17

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1.

Hasil
Dari hasil pengamatan yang penulis lakukan, pemeriksaan CT-Scan kepala pada
anak dengan kasus atropi serebri di Instalasi Radiologi Rumah Sakit

Umum

Kardinah Tegal maka didapatkan hasil sebagai berikut :


1.

Identitas pasien
Adapun identitas yang diambil sebagai kasus dalam laporan kasus ini
adalah sebagai berikut :

2.

Nama

: An. A

Umur

: 2 tahun

Jenis kelamin

: laki-laki

Alamat

: Petarukan, Pemalang.

Pengirim

: dr. Saiful

Permintaan foto

: CT-Scan kepala

Nomor RM

: 332341

Diagnosa

: delayed development dengan riwayat meningitis

Riwayat penyakit
Selama tiga hari, anak tersebut mengalami panas tinggi disertai dengan
kejang. Sampai umur 1,5 tahun. Kemudian pada tanggal 9 Januari 2007 dibawa
ke Rumah Sakit Umum Kardinah Tegal untuk diperiksa. Dokter mendiagnosa
bahwa anak ini menderita delayed development.

Kemudian

Dokter

memberikan surat pengantar untuk dilakukan pemeriksaan CT-Scan Kepala.

18

3.

Prosedur pemeriksaan
Persiapan alat dan bahan
Alat dan bahan yang digunakan untuk pemeriksaan CT-Scan
kepala dengan kasus atropi serebri di Rumah Sakit Umum Kardinah Tegal,
yaitu :

Pesawat CT-Scan siap pakai dengan spesifikasi data sebagai berikut :


Nama pesawat

: CT Scan helical

Merk

: Auklet- Toshiba

Type /model , no seri

: MOICT 0022EAA

Tube model / no seri

: V 120 KV

Kondisi

: baik

Selimut.

Head cleam.

Apron berguna sebagai proteksi radiasi

Pengganjal kepala

Kaser dan film CT Scan

Imager

1. Petunjuk teknis pengoprasian pesawat CT-Scan Auklet Toshiba


a. Menghidupkan pesawat
On kan semua switch yang ada di trafo ( gantry, x ray, console)
On kan switch console unit
Tunggu sebentar sampai ada peringatan untuk warming up
Tekan switch yang ada pada navipad untuk proses warming up
Proses warming up akan selesai apabila monitor sudah muncul
menu ( 5 menit)
CT scan siap untuk dipakai

19

2. Pelaksanaan pemeriksaan

Click patient registration

Isi data pasien sampai selesai (nama, umur, jenis kelamin,


dokter pengirim dan lain-lain)

3.

Bila data benar,di ok

Masukkan pasien kemudian atur posisinya dan difiksasi

Melengkapi data pemeriksaan


Pertama tekan tombol program yang akan diperiksa, yaitu tekan
tombol HEAD. Kedua, tekan tombol MOVE ALL untuk mengatur
luas daerah penyinaran (daerah yang akan dilakukan pemeriksaan
CT-Scan kepala). Ketiga, tekan tombol SLICE untuk mengatur
jumlah slice/irisan yang akan digunakan (pada CT-Scan kepala
dengan diagnosa atropi serebri ini digunakan 13 slice/irisan).
Keempat, tekan tombol OK.

4. Petunjuk teknis pengoperasian pencetak radiograf

Click filming

Tentukan jumlah frame yang akan diambil

Click sceno/ct

Atur gambar yang akan di print ( WW dan WL)

Persiapan pasien
Tidak ada persiapan khusus bagi pasien, hanya benda-benda yang dapat
mengganggu radiograf dilepas, seperti kacamata, anting-anting. Pasien
diberi selimut agar tidak dingin dan terasa nyaman. Komunikasi dengan
keluarga pasien sangat diperlukan mengenai prosedur pemeriksaan yang
dilakukan.

20

4. Teknik Pemeriksaan
1.

Karakteristik

pesawat

CT-Scan

yang

digunakan

2.

Jenis

: CT Scan Helical

Produksi

: Toshiba

Tipe/modeL

: MOICT

Seri

: 0022EAA

Waktu Scan

: 3 detik

Arus tabung

: 500 mA

Tegangan tabung

: 120 kv

Slice thickness

: 5 mm dan 10 mm

Monitor

: 21 inchi

Posisi pasien : Supine diatas meja pemeriksaan dengan kepala dekat


dengan gantry.

3.

Posisi objek : Kepala fleksi dan diletakan pada head holder. Kepala
diposisikan sehingga Mid Sagital Plane kepala sejajar
dengan lampu indicator longitudinal dan interpupilary
line sejajar dengan lampu indicator horizontal.
Selanjutnya kepala difiksasi dengan head clem.
Lengan pasien diatur disamping tubuh dan difiksasi
dengan sabuk khusus. Kemudian bagian tubuh
diberikan selimut. Batas atas pemeriksaan adalah
vertek dan batas bawah basis cranii.

4.

Scan Parameter
Scanogram

: Kepala lateral

21

Range

: Dibuat 2 range, range 1 mulai dari basis cranii


sampai pars petrosum dan range 2 di mulai dari pars
petrosum sampai verteks

Slice Thickness : slice ( 1-8) 5 mm dan slice ( 8-14) 10 mm

5.

WW

: 220

WL

: 110

KV

: 120

mAs

: 200 mAs

Gantry tilt

: - 5,5

Scan View
WW

: diatas 90

WL

: dibawah 20

KV

: 120

mAs

: 200 mAs

Fungsi scan view sebagai parameter untuk mengetahui apakah


posisi pasien sudah tepat
6.

Scan scan
Scan- scan di mulai dari slice 2 slice 8

Range

: Di buat 2 range, range 1 mulai dari basis


cranii sampai pars petrosum dan range 2 di
mulai dari pas petrosum sampai verteks

7.

Slice

: slice ( 1-8) 5mm, slice ( 8-14) 10 mm

WW

:diatas 90

WL

: dibawah 20

KV

: 120

mAs

: 300 mAs

FOV

Gantry tilt

: - 5,5

Hasil pembacaan dokter


22

Kesan : atropi serebri

5. Proteksi Radiasi
Oleh karena adanya efek negatif yang ditimbulkan oleh sinar-X, maka
perlu sekali setiap petugas memperhatikan proteksi radiasi baik terhadap pasien,
petugas itu sendiri serta masyarakat umum yang berada di sekitar ruang
pemeriksaan.
Di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Kardinah Tegal, usaha-usaha
yang dilakukan untuk proteksi radiasi adalah sebagai berikut :
a. Pemeriksaan hanya dilakukan atas permintaan dokter.
b. Mengusahakan agar tidak terjadi pengulangan scan
c. Pintu kamar pemeriksaan dipastikan tertutup dan terkunci pada saat
penyinaran karena radiasi yang dihasilkan oleh pesawat CT-Scan sangat
besar, dan dinding dilapisi timbal 2 mm Pb.
d. Selama melakukan penyinaran semua petugas berdiri di belakang panel
kontrol atau di tempat yang terlindung dari radiasi dan mengawasi pasien
melalui jendela kaca timbal.
e. Selama penyinaran berlangsung, tidak boleh ada orang lain di dalam kamar
pemeriksaan
6. Pengolahan Film
Untuk menampakkan bayangan laten yang terbentuk pada emulsi film
sesudah ekspose menjadi bayangan nyata dibutuhkan pengolahan film di kamar
gelap. Pengolahan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara manual
dan otomatik.
Pengolahan film CT-Scan di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum
Kardinah Tegal dilakukan secara otomatis. Setelah penyinaran, gambar dipindah

23

ke dalam alat print lalu diprint. Setelah itu film dibawa ke kamar gelap untuk
dilakukan pencucian film dengan menggunakan mesin pencuci otomatis.
Pengolahan film adalah mengubah bayangan laten yang terbentuk
emulsi film selama eksposi diubah menjadi bayangan berbentuk perak melalui
proses kimia.
Pengolahan film secara otomatis adalah proses pengolahan film dengan
sistem transportasi film yang dilanjutkan oleh roller yang bekerja dengan
kecepatan tetap. Dalam pengolahan film secara otomatis menggunakan
konsentrasi larutan dan suhu yang tinggi dari pada proses manual sehingga
waktunya lebih cepat.
3.2.

Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan penulis, pemeriksaan CT-Scan kepala pada
kasus atropi serebri di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Kardinah Tegal pada
dasarnya sama dengan pemeriksaan CT-Scan kepala secara umum.
Pada diagnosa delayed development dengan riwayat meningitis pada
pemeriksaan CT Scan kepala pada anak di Rumah Sakit Umum Kardinah Tegal
mendapatkan hasil bahwa anak tersebut mengalami atropi serebri.
Atropi adalah berkurangnya ukuran suatu sel atau jaringan. Sedangkan
atropi serebri adalah penyusutan atau berkurangnya suatu sel atau jaringan pada
otak. Atropi pada otak bisa menyebabkan perubahan tingkah laku atau disfungsi
organ, seperti: kejang-kejang,kelumpuhan, atau kebutaan. Penyebab atropi bisa
karena infeksi virus atau juga penyakit degeneratif.
Berdasarkan hasil pengamatan penulis, pemeriksaan CT-Scan kepala pada
anak di Instalasi Radiologi RS Umum Kardinah Tegal. menggunakan slice thickness
5 mm dan 10 mm. Guna dari slice adalah untuk mendeteksi lesi-lesi yang lebih
kecil. Atropi sendiri bukan lesi yang kecil. Dengan menggunakan slice 5 mm dengan
kasus atropi serebri sudah dapat menghasilkan hasil yang akan diinginkan. Semakin
banyak slice, maka radiasi yang diterima akan semakin besar, maka pada kasus
atropi serebri pada anak menggunakan slice 5mm.

24

Pada umumnya hampir semua pemeriksaan CT-Scan kepala menggunakan


kontras, kecuali pada kasus trauma dan stroke. Alasan tidak memakai kontras
dikarenakan ada beberapa alasan. Yang pertama adanya kontra indikasi terhadap
kontras, tidak cooperatif , dan masalah biaya.
Pada kasus atropi sebaiknya memakai kontras, tetapi pada kasus ini, tidak
memakai kontras dikarenakan ada beberapa alasan. Yang pertama adalah diagnosa
awal adalah mempunyai riwayat meningitis, tetapi setelah di periksa, hasil tersebut
adalah atropi, kontra indikasi terhadap kontras, tidak cooperatif , dan masalah biaya.
Penggunaan kontras terhadap hasil yang didapat dapat mempengaruhi gambaran
tersebut, tetapi dapat dilihat juga dari jenis penyakitnya.

25

BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
CT-Scan Kepala adalah suatu pemeriksaan radiologi dengan menggunakan
pesawat CT-Scan baik dengan atau tanpa menggunakan media kontras guna
mengetahui kelainan atau penyakit pada organ yang berada dalam kepala
Pada diagnosa delayed development dengan riwayat meningitis didapatkan hasil
bahwa anak tersebut mengalami atropi serebri.
4.2. Saran
Sebaiknya pada, pemeriksaan dilakukan dengan memakai media kontras yang
bertujuan agar hasil yang didapat lebih maksimal.

26

DAFTAR PUSTAKA

Bontrager, Kenneth L. 2001. Textbook of Radiographic Positioning and Related


Anatomy. Missouri : Mosby, Inc.
Moore, Keith L., Anne M.R.Agur. 2002. Anatomi Klinis Dasar. Jakarta : Hipokrates
Burgere, F.A. Kornmano, M.1996. Differential Diagnostik in Computet Tomography.
Thieme, stuttgart-New York.2-39.
Bambang B Dasar-dasar Pemeriksaan SC Scan. Dalam : kompulan makalah PKB
Pencitraan CT-Scan kepala. 2002. PDSRI Cabang IX Surakarta. Surakarta 1-4.
Wegener, OII. 1982. Tehnique of Computerized Tomography in Whole Body
Computerized Tomography. Associated With Schering Corp. Kenil Worth. USA.
Pearce, E.C. 1999. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. PT. Gramedia Pustaka
Utama : Jakarta.
Syaifuddin, B.A.C. 1997. Anatomi Fisiologi untuk Siswa Perawat. Edisi ke-2. Penerbit
Buku Kedokteran. EGC : Jakarta.
........., 2003. Radiologi, Edisi 2, Solo : Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Sebelas
Maret
Kristanto, Dr. Diktat Patologi. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
Sylvia A, Price, 1995, Patofisiologi Konsep Klinis Proses Proses Penyakit, Edisi IV,
Buku Kedokteran EGC: Jakarta

27

HASIL RADIOGRAF CT-SCAN KEPALA

28

Anda mungkin juga menyukai