Lkzo05 20 PDF
Lkzo05 20 PDF
REVIEW RABIES
IDA LESTARI SOEDIJAR dan DEWA MADE NGURAH DHARMA
Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan
(BPMSOH)
ABSTRAK
Rabies merupakan penyakit hewan yang sangat menakutkan dan selalu berakhir dengan kematian. Sejak
pencangan pertama pembebasan rabies yang dilaksanakan di Cirebon pada tahun 1989, pemerintah Indonesia
terus mengupayakan penekanan kasus rabies hingga titik nol. Saat ini masih tertular 19 propinsi dari 32
propinsi di Indonesia yaitu Pulau Kalimantan, Sumatera (kecuali pulau-pulau kecil sekitar Sumatera),
Sulawesi, Flores dan Lembata (NTT), Ambon dan Seram (Maluku). Untuk mencapai status rabies, 2 (dua)
dua tahun sebelumnya suatu daerah harus sudah menunjukkan nol kasus bagi manusia maupun hewan.
Pemerintah Indonesia terus melakukan upaya pemberantasan rabies melalui vaksinasi massal, eliminasi serta
pengawasan lalu lintas hewan penular rabies (HPR). Tetapi sayang sekali hasil penekanan kasus belum
maksimal, bahkan tahun 2004 kasus rabies pada manusia maupun pada anjing di Indonesia cenderung
meningkat. Meskipun cakupan baksinasi rabies terus diupayakan untuk ditingkatkan, namun tingkat
kekebalan kelompok (herd immunity) belum mencapai angka yang memuaskan. Kesalahan penanganan
vaksin dilapngan/penanganan rantai dingin diduga merupakan penyebab rusaknya vaksin sehingga tidak
mampu merangsang terbentuknya kekebalan. Mutu vaksin, program vaksinasi dan kesalahan penanganan
vaksin juga kelemahan pengawasan lalu lintas HPR dan kurangnya kesadaran masyarakat akan bahaya rabies
merupakan kendala utama dari upaya pemberantasan rabies di Indonesia. Dukungan Pemda setempat dalam
kegiatan penyuluhan melalui media massa/elektronik secara berkesinambungan tentang bahaya rabies
disamping peningkatan fungsi rabies center sangat diperlukan. Penggunaan vaksin rabies oral juga perlu
dipertimbangkan. Metoda baku pengujian zat tebal rabies menurut WHO adalah uji serum netralisasi (SNT),
uji rapid fluorescent focus inhibition (RIFFT) dan ELISA. BBPMSOH UI BATAN telah melakukan
pengujian zat kebal rebies dengan cara mengukur limfosit T sitotoksik (Tc) sebagan pemeran imunitas seluler
yang telah disensitisasi dengan antigen dalam suatu sel target yang dilabel dengan radioaktif (Chromium51).
Kata kunci: Rabies, uji mutu vaksin
PENDAHULUAN
Rabies yang dikenal juga dengan nama
Lyssahydrophobia, rage, tollwut, merupakan
suatu penyakit infeksi akut susunan syaraf
pusat yang dapat menyerang semua jenis
binatang berdarah panas dan manusia.
Kejadian rabies pertama kali di Indonesia,
ditemukan oleh Schoorl tahun 1884 pada
seekor kuda, disusul oleh Esser tahun 1889
pada seekor kerbau di Bekasi, dan tahun 1890
oleh Penning pada anjing di Jakarta. Kemudian
tahun 1909 Lier menemukan 2 kasus rabies
pada kucing di daerah Bondowoso dan Jember,
tetapi pada manusia pada tahun 1907
dilaporkan pertama kali. Kasus rabies pada
manusia di Indonesia 95% ditularkan oleh
anjing dan sisanya (5%) oleh kucing, kera dan
sebagainya (5,19).
Sejak itu beberapa negara Asia mendirikan
pusat produksi vaksin rabies antara lain India
(Kasauli, Coonor), Vietnam (Saigon, Hanoi),
119
120
121
Uji kemurnian
Uji sterilitas
Sampel vaksin diinokulasikan dalam 4
tabung media Thio Glycolate Broth (TGC) dan
disimpan dalam ruang 22oC (dua tabung) serta
ruang 37oC (dua tabung). Di setiap ruang
disertakan 2 tabung lain tanpa diinokulasi
sebagai kontrol. Tabung-tabung tersebut
disimpan selama 14 hari untuk diamati adanya
pertumbuhan bakteri maupun jamur.
Pencegahan rabies
Uju khusus
Uji inaktifvasi
Digunakan 10 suckling mice berasal dari
dua induk. Delapan suckling mice dari 1 induk
ditambah 2 suckling mice yang diberi tanda
dari induk kedua. Hewan tersebut ditempatkan
secara terpisah dengan masing-masing
induknya. Sebanyak 0.01 ml vaksin
disuntikkan secara intra cerebral pada 10
suckling mice tersebut. Mice yang tidak
divaksin digunakan sebagai kontrol. Mice
dipelihara selama 2 minggu. Hewan percobaan
yang diuji harus bebas ari gejala rabies dan
penyakit susunan syaraf pusat.
122
123
124
125
Uji laboratorium
Gambaran PA otak
Gambaran PA otak post mortum
menunjukkan pembengkakan merata. Terdapat
kongesti pembuluh (vascular congestion) yang
menyeluruh dan pendarahan petekial di dalam
meningen dan fleksus koriodeus, ventrikelventrikel kecil dan symetris. Substantia alba
menunjukkan kongesti vaskular yang pinpoint,
tapi tak terdapat nekrose focal. Pada medula
dan pons terlihal encephalitis berupa fokusfokus proliferasi dari mikroganglia dengan
sebukan-sebukan lymphocyt perivasculer (5,
15).
126
Pengukuran antibodi
Pengukuran antibodi humoral
Pengukuran antibodi dengan tehnik
haemogglutinasi
inhibition
(HI)
dapat
merupakan pilihan bagi laboratorium serologi
yang memiliki peralatan terbatas, walaupun
masih perlunya standarisasi penetapan nilai
protektif (18). Pada saat tertentu selama dan
sesudah suatu vaksinasi anti rabies penuh
memberikan titer tertinggi 1/3125 dengan
metode IFAT (Indirect Fluorescent Antibody
Test). Teknik ini memerlukan pengalaman
dalam penentuan positif antibodi, untuk
menghindari false positif.
127
DAFAR PUSTAKA
128