Anda di halaman 1dari 5

qwertyuiopasdfghjklzxcvb

nmqwertyuiopasdfghjklzxc
vbnmqwertyuiopasdfghjkl
Tugas Analisa
zxcvbnmqwertyuiopasdfgh
keputusan
jklzxcvbnmqwertyuiopasdf
ghjklzxcvbnmqwertyuiopa
sdfghjklzxcvbnmqwertyuio
pasdfghjklzxcvbnmqwerty
uiopasdfghjklzxcvbnmqwe
rtyuiopasdfghjklzxcvbnmq
wertyuiopasdfghjklzxcvbn
mqwertyuiopasdfghjklzxcv
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK
bnmqwertyuiopasdfghjklz
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
2016
xcvbnmqwertyuiopasdfghj
klzxcvbnmqwertyuiopasdf
ghjklzxcvbnmqwertyuiopa
sdfghjklzxcvbnmqwertyuio
pasdfghjklzxcvbnmqwerty
uiopasdfghjklzxcvbnmqwe
Sutris Yandri
130103018

KELAS REG.B SEMESTER 5

Keputusan pasti
Perusahaan sepatu IDEAL berencana memproduksi 2 macam sepatu, yakni sepatu
merek NIKE dengan sol terbuat dari karet, serta sepatu merek ADIDAS dengan sol terbuat
dari kulit. Untuk membuat sepatu-sepatu tersebut perusahaan dihadapkan dengan berbagai
kendala/batasan, yang salah satunya adalah : perusahaan hanya dapat menggunakan 3
macam mesin yang hanya berjumlah 1 buah untuk setiap jenisnya. Mesin A khusus membuat
sol dari karet, mesin B khusus membuat sol dari kulit, sedangkan mesin C membuat dan
melakukan assembling bagian atas dengan sol.
Jam kerja maksimum dari ketiga mesin tersebut berturut-turut adalah
Mesin A = 8 jam,
mesin B = 15 jam,
mesin C = 30 jam.
Setiap lusin sepatu NIKE mula-mula dikerjakan oleh mesin A selama 2 jam, kemudian tanpa
melalui mesin B terus dikerjakan di mesin C selama 6 jam. Sedangkan untuk sepatu dengan
merk ADIDAS, tidak diproses oleh mesin A, tetapi pertama kali dikerjakan di mesin B
selama 3 jam dan kemudian langsung di mesin C selama 5 jam.
Pihak perusahaan mengharapkan bahwa setiap lusin sepatu NIKE dapat memberikan
kontribusi keuntungan sebesar Rp 300.000,- dan Rp 500.000,- untuk setiap lusin sepatu
merk ADIDAS.
Permasalahan : Berapa lusinkah sepatu merk NIKE dan ADIDAS harus diproduksi
oleh perusahaan IDEAL, agar dapat diperoleh hasil yang optimal (keuntungan yang
maksimal)?
Jawab : Untuk menyelesaikan kasus di atas dengan menggunakan metode grafik,
langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
Pada prinsipnya setiap titik dalam daerah feasible akan memberikan keuntungan bagi
perusahaan ( kecuali satu titik, yakni titik 0 ). Namun demikian dari semua titik tersebut, nilai
Z akan semakin tinggi apabila makin jauh dari titik origin ( 0 ). Oleh karena itu sebaiknya
hanya membandingkan titik-titik yang ada di sudut-sudut daerah feasible tersebut.
Pada titik O ( 0,0 ) Nilai Z = 3 ( 0 ) + 5 ( 0 ) = 0
Pada titik A ( 4, 0 ) atau X1 = 4 dan X2 = 0 Nilai Z = 3 ( 4 ) + 5 ( 0 ) = 12
Pada titik B ( 4, ..) atau X1 = 4 dan X2 belum diketahui
Karena titik B merupakan perpotongan antara fungsi batasan 1 dan batasan 3, maka untuk
mendapatkan nilai X2, nilai X1 = 4 tersebut dapat dimasukkan ke fungsi batasan 3, yakni :
6 ( 4 ) + 5X2 = 30
5 X2 = 30 24
X 2 = 6/5, sehingga koordinat titik B adalah ( 4, 6/5 )

Nilai Z = 3 ( 4 ) + 5 ( 6/5 ) = 18
Pada titik C ( , 5 ) atau X1 = belum diketahui dan X2 = 5
Karena titik B merupakan perpotongan antara fungsi batasan 2 dan batasan 3, maka untuk
mendapatkan nilai X1, nilai X2 = 5 tersebut dapat dimasukkan ke fungsi batasan 3, yakni
6X1 + 5 ( 5 ) = 30
6 X 1 = 30 25
X 1 = 5/6, sehingga koordinat titik C adalah ( 5/6, 5 )
Nilai Z = 3 ( 5/6 ) + 5 ( 5 ) = 27, 5
Pada titik D ( 0, 5 ) atau X1 = 0 dan X2 = 5 Nilai Z = 3 ( 0 ) + 5 ( 5 ) = 25
Kesimpulan : Dari kelima titik 9 A, B, C, D, dan O ) yang dibandingkan ternya titik C-lah
yang memberikan hasil paling besar yakni 27,5. Oleh karena itu perusahaan akan
mendapatkan keuntungan yang maksimal sebesar Rp 2.750.000,- apabila mampu
memproduksi sepatu dengan sol karet ( X1 ) sebanyak 5/6 lusin dan sepatu dengan sol kulit
sebanyak 5 lusin.
Keputusan ketidakpastian
Bagaimana menyelesaikan pengambilan keputusan dalam kondisi ketidakpastian,
berdasarkan kriteria berikut:
a. MaxiMax
Pada kriteria maximax ini pengambilan keputusan dianggap sangat optimis, yaitu dipilihnya
hasil-hasil terbesar dari alternatif-alternatif yang memberikan hasil maxsimal dalam berbagai
keadaan secara ilmiah.
Kriteria maximax ini adalah kriteria yang tidak valid, karena hanya mempertimbangkan
hasil yang paling optimistik dan mengabaikan semua keadaan yang mungkin, pay off ,
dan probabilitas yang lainya.
Berikut tabel berisikan nilai Pay Off peningkatan kapasitas produksi perusahaan
rekaman & kaset (Pay Off dinyatakan sebagai laba sepanjang 5 tahun mendatang)
:
Prospek Permintaan
Alternatif Keputusan

Tinggi

Sedang

Rendah

Gagal

Perluasan Pabrik Lama

500 juta

250 juta

-250 juta

-450 juta

Bangun Pabrik Baru

700 juta

300 juta

-400 juta

-800 juta

Sub. Kontrak

300 juta

150 juta

-25 juta

-100 juta

Pertanyaan :
a) Dengan kriteria MaxiMax, keputusan apa yang diambil ?
Jawab:
Pay Off maksimal untuk setiap 3 rencana keputusan tersebut adalah :
Alternatif Keputusan
Pay Off Maximum

Perluasan Pabrik Lama

500 Juta

Bangun Pabrik Baru

700 Juta

Sub. Kontrak

300 Juta

Berdasakan kriteria ini, dipilih Bangun Pabrik Baru karena memberikan hasil maksimal dari
hasil yang maksimal yaitu 700 Juta.
Keputusan beresiko
Berikut ini diberikan Matriks Pay Off dari Investasi yang dilakukan oleh sebuah PT. :
Matriks Pay Off / Tabel Keputusan
Alternatif Investasi

Cerah
(0,30)

Prospek Pasar
Sedang
(0,50)

Tanah

18

16

11

Tabungan

15

15

15

Saham

20

17

-14

Lesu
(0,20)

Berdasarkan nilai moneter (nilai harapan pay off) terbesar investasi mana yang akan
dipilih ?
EP tanah

= 18 (0,30) + 16 (0,50) + 11 (0,20)


= 5,4 + 8 + 2,2
= 15,6

EP tabungan = 15 (0,30) + 15 (0,50) + 15 (0,20)


= 4,5 + 7,5 + 3
= 15

EP saham

= 20 (0,30) + 17 (0,50) + (-14) (0,20)


= 6 + 8,5 - 2,8
= 11,7

Dari hasil perhitungan tersebut, EP tanah adalah hasil yang terbesar yaitu sebesar 15,6 ,
maka diputuskan untuk memilih investasi tanah. Dan dalam jangka panjang, secara rata-rata
akan diperoleh keuntungan berupa bunga sebesar 15,6.

Keputusan konflik
Salah satu contoh kasus yang terjadi di dalam suatu organisasi adalah kasus dualisme
organisasi pengelola sepak bola di Indonesia. Yang mana terjadi antara KPSI dan PSSI.
Konflik ini awalnya bersumber dari pribadi pemimpin PSSI sendiri yang melakukan banyak
kesalahan seperti korupsi atas dana-dana yang seharusnya dialokasikan untukpersepak bolaan
Indonesia. Namun, seiring berjalannya waktu, konflik tersebut semakin meluas dan terjadilah
dualisme kepemimpinan seperti sekarang ini. Konflik yang terjadi di dalam suatu organisasi
itu merupakan hal yang wajar. Khusunya terhadap organisasi yang ingin bergerak maju.
Suatu organisasi yang jarang mempunyai konflik internal, bahkan tidak mempunyai konflik,
cenderung menjadi suatu organisasi yang kurang hidup dan apatis. Namun suatu konflik juga
bisa menjadi suatu bencana bagi organisasi apabila konflik yang terjadi terlalu sering atau
besar dan kurangnya kesadaran dari para petinggi organisasi untuk segera menangani konflik
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai