OLEH:
NI PUTU INDAH AYU WIADNYANI
(P07120213015)
B. JENIS-JENIS IMUNISASI
Imunisasi sebagai salah satu cara untuk menjadikan kebal pada bayi dan
anak dari berbagai penyakit, diharapkan bayi atau anak tetap tumbuh dalam
keadaan sehat. Pada dasarnya dalam tubuh sudah memiliki pertahanan secara
sendiri agar berbagai kuman yang masuk dapat dicegah, pertahan tubuh
tersebut meliputi pertahanan nonspesifik dan pertahanan spesifik, proses
mekanisme pertahanan dalam tubuh pertama kali adalah pertahanan
nonspesifik seperti complemen dan makrofag dimana complemen dan
makrofag ini yang pertama kali akan memberikan peran ketika ada kuman
yang masuk ke dalam tubuh. Setelah itu maka kuman harus melawan
pertahanan tubuh yang kedua yaitu pertahanan tubuh spesifik terdiri dari
system humoral dan seluler. System pertahanan tersebut hanya bereaksi
terhadap kuman yang mirip dengan bentuknya. System pertahanan humoral
akan menghasilkan zat yang disebut imonuglobulin (IgA, IgM, IgG, IgE, IgD)
dan system pertahanan seluler terdiri dari limfosit B dan limfosit T, dalam
pertahanan spesifik selanjutnya akan menghasilkan satu sel yang disebut sel
memori, sel ini akan berguna atau sangat cepat dalam bereaksi apabila sudah
pernah masuk ke dalam tubuh, kondisi ini yang digunakan dalam prinsip
imunisasi. Berdasarkan proses tersebut diatas maka imunisasi dibagi menjadi
dua yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif.
1. Imunisasi aktif
Merupakan pemberian zat sebagai antigen yang diharapkan akan
terjadi suatu proses infeksi buatan sehingga tubuh mengalami reaksi
imonologi spesifik yang menghasilkan respons seluler dan humoral serta
sel memori, sehingga apabila benar-benar terjadi infeksi maka tubuh
secara cepat dapat merespons. Dalam imunisasi aktif terdapat empat
macam kandungan dalam setiap vaksinnya antara lain :
a. Antigen merupakan bagian dari vaksin yang berfungsi sebagai zat atau
mikroba guna terjadinya semacam infeksi buatan dapat berupa poli
sakarida, toksoid atau virus dilemahkan atau bakteri dimatikan.
b. Pelarut dapat berupa air steril atau juga berupa cairan kultur jaringan.
c. Preservatif, stabilizer, dan antibiotika yang berguna untuk menhindari
tubuhnya mikroba dan sekaligus untuk stabilisasi antigen.
d. Adjuvant yang terdiri dari garam aluminium yang berfungsi untuk
meningkatkan imonogenitas antigen.
2. Imunisasi pasif
b)
c)
Gizi buruk
d)
Demam tinggi
e)
f)
6) Efek samping
Imunisasi BCG tidak menyebabkan reaksi umum seperti demam.
Setelah 1-2 minggu penyuntikan biasanya akan timbul indurasi dan
kemerahan di tempat suntikan yang akan berubah menjadi pustula
dan akan pecah menjadi luka dan hal ini tidak perlu pengobatan
dan akan sembuh spontan dalam 8-12 minggu dengan jaringan
parut. Kadang-kadang terjadi pembesaran kelenjar limfe di ketiak
atau pada leher yang terasa padat dan tidak sakit serta tidak
menimbulkan demam. Reaksi ini normal dan tidak memerlukan
pengobatan dan akan hilang dengan sendirinya.
b. Imunisasi DPT (Diphteri, Pertusis, dan Tetanus)
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit diphteri, pertusis dan tetanus. Imunisasi DPT ini
merupakan vaksin yang mengandung racun kuman diphteri yang telah
dihilangkan sifat racunnya akan tetapi masih dapat merangsang
pembentukan zat anti (Toxoid). Frekuensi pemberian imunisasi DPT
adalah 3 kali dengan maksud pemberian pertama zat anti terbentuk
masih sangat sedikit (tahap pengenalan) terhadap vaksin dan
mengaktifkan organ organ tubuh membuat zat anti, kedua dan ketiga
terbentuk zat anti yang cukup. Waktu pemberian imunisasi DPT antara
umur 2 11 bulan dengan interval 4 minggu. Cara pemberian
imunisasi DPT melalui intramuscular. Efek samping pada DPT
penyakit
poliomyelitis
yang
dapat
menyebabkan
b)
4) Efek samping
Pada umumnya tidak ada efek samping. Tetapi ada hal yang
perlu diperhatikan setelah imunisasi polio yaitu setelah anak
mendapatkan imunisasi polio maka pada tinja si anak akan terdapat
virus polio selama 6 minggu sejak pemberian imunisasi. Karena
itu, untuk mereka yang berhubungan dengan bayi yang baru saja
diimunisasi polio supaya menjaga kebersihan dengan mencuci
tangan setelah mengganti popok bayi.
d. Imunisasi Campak
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit campak pada anak karena penyakit ini sangat
menular. Penyakit infeksi ini disebabkan oleh virus morbilli yang
menular melalui droplet. Gejala awal ditunjukkan dengan adanya
kemerahan yang mulai timbul pada bagian telinga, dahi dan menjalar
kewajah dan anggota badan. Selain itu, timbul gejala seperti flu disertai
mata berair dan kemerahan (konjungtivitis). Setelah 3-4 hari,
kemerahan mulai hilang dan berubah menjadi kehitaman yang akan
tampak bertambah dalam 1-2 minggu dan apabila sembuh , kulit akan
tampak seperti bersisik. Imunisasi campak diberikan pada anak usia 9
bulan sebanyak satu kali dengan rasional kekebalan dari ibu terhadap
penyakit campak berangsur akan hilang sampai usia 9 bulan.
Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan. Waktu pemberian
imunisasi campak pada umur 9 11 bulan. Cara pemberian imunisasi
campak melalui subkutan kemudian efek sampingnya adalah dapat
terjadi ruam pada tempat suntikan dan panas.
e. Imunisasi Hepatitis B
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya hepatitis yang kandungannya adalah HbsAg dalam bentuk
cair. Frekuensi pemberian imunisasi hepatitis 3 kali. Waktu pemberian
imunisasi hepatitis B pada umur 0 11 bulan. Cara pemberian
imunisasi hepatitis ini adalah intramuscular.
Cara Pemberian dan Dosis imunisasi hepatitis B :
1) Sebelum digunakan vaksin dikocok terlebih dahulu agar suspense
menjadi homogeny
2) Vaksin disuntikan dengan dosis 0,5 ml secara IM sebaiknya pada
anterolateral paha.
3) Pemberian imunisasi Hepatitis B sebanyak 3 x
4) Dosis pertama diberikan pada usia 0-7 hari dan selanjutnya dengan
interval waktu minimal 4 minggu.
5) Kontraindikasi
penyakit
thypus
Dosis
0,05 cc
Cara Pemberiaan
Intrakutan tepat di insersio muskulus
deltoideus kanan.
DPT
0,5 cc
Intramuskular.
Polio
2 tetes
Di teteskan ke mulut.
Campak
0,5 cc
Hepatitis B
0,5 cc
TT
0,5 cc
Selang Waktu
Umur
Imunisasi
Pemberiaan
Pemberiaan
Vaksin
Keterangan
BCG
1 kali
0-11 bulan
DPT
3 kali
4 minggu
2-11 bulan
Polio
4 kali
4 minggu
0-11 bulan
Campak
1 kali
4 minggu
9-11 bulan
Hepatitis B
3 kali
4 minggu
0-11 bulan
Untuk bayi
yang lahir di
RS/puskesmas,
hep. B, BCG,
2 8oC
35 37o C
DT
3 7 tahun
6 minggu
Pertusis
18 24 bulan
BCG
-
Kristal
Cair
1 tahun
Dipakai dalam 1 kali
kerja
Campak
-
Kristal
Cair
Polio
2 tahun
Dipakai dalam 1 kali
kerja
6 12 bulan
1 minggu
Dipakai dalam 1 kali kerja
1 3 hari
E. PEMBERIAN IMUNISASI
Apapun imunisasi yang diberikan, ada beberapa hal penting yang harus
diperhatikan perawat, yaitu sebagai berikut :
1.
memerlukan
perawatan
karena
akan
berpengaruh
terhadap
Pengkajian Fisik
Keadaan Umum
Tingkah Laku
BB dan TB
Pengkajian Head to toe.
Data Fokus
Subjektif :
1) Orang tua mengungkapkan keinginan untuk meningkatkan perilaku
mencegah penyakit infeksi.
2) Orang tua mengekspresikan keinginan untuk meningkatkan
pengetahuan mengenai standar imunisasi.
3) Mengungkapkan kebigungan dan kekhawatiran ketika anak tibatiba mengalami hipertermi, demam, rewel.
b. Objektif :
1) Anak gelisah.
2) Pernafasan cepat dan nadi meningkat.
3) Orang tua memperlihatkan perubahan psikologi (tampak bingung,
cemas)
B.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Beberapa diagnosa keperawatan yang dapat timbul dari tindakan imunisasi
efek
samping
imunisasi
berhubungan
dengan
kurang
terpajannya informasi.
2. Kesiapan meningkatkan status imunisasi.
3. Risiko hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi.
C.
No
.
1.
INTERVENSI
Diagnosa
NOC
NIC
Rasional
Kep.
Defisiensi
Setelah diberikan
pengetahuan
asuhan keperawatan
engkaji tingkat
sejauh mana
keluarga (ibu)
pengetahuan keluarga
pengetahuan
mengenai
telah direncanakan,
mengenai jadwal ,
keluarga pasien
jadwal
diharapkan orang
imunisasi,
tua mampu
jenis
mengetahui jadwal
imunisasi diberikan
imunisasi,
dan efek
samping b/d
kurang
terpajannya
evaluasi:
informasi.
1.
1.
2.
M
emberikan HE kepada
orang tua anak
harus di dapatkan
pada anak serta waktu
dapat memahami
mengenai gejala
3. Memberikan
pemberiannya.
yang timbul
pengetahuan kepada
setelah imunisasi
3.
dilakukan.
K
Jel
askan mengapa
eluarga pasien
gejala-gejala tersebut
mampu
muncul.
melaksanakan
prosedur yang
seharusnya
iinformasi yang
imunisasi secara
eluarga pasien
2.
tiba
2. Untuk menambah
melakukan
mengenai jenis
K
1. Untuk mengetahui
penanganan
4.
dilakukan dengan
benar dan tepat.
3.
emberikan HE tentang
penanganan efek
itu.
eluarga dapat
menyebutkan
ibu-ibu di rumah.
kesehatan
sebelumnya.
5.
pengetahuan ibu
mengenai obat yang
kembali yang
dikatakan oleh tim
5. Menambah
Jel
menanggulangi
akibat imunisasi
serta cara
pengkonsumsiannya
penggunaannya.
Kesiapan
Setelah diberikan
meningkatkan
asuhan
dalam meningkatkan
bercerita dan
status
keperawatan
status imunisasinya,
mengungkapkan isi
imunisasi.
tanyakan apakah ia
hatinya secara
telah direncanakan,
pernah diimunisasi
leluasa berarti ia
diharapkan
kesiapan keluarga
dapat optimal
lingkungan kecilnya.
dalam
Sebelum memulai
meningkatkan
bercerita, berikan
tindakan imunisasi
status imunisasi,
kesempatan untuk
dengan kriteria
anak memilih
evaluasi:
gayanya bercerita
menerima petugas
1. Klien dapat
dalam lingkungan
meningkatkan
mereka.
tentang imunisasi,
baik yang ia alami
langsung atau yang ia
2. Pengalaman dapat
menjadi pendukung
atau menjadi
penghalang
terhadap
ketahui dari
tergantung dari
kemungkinan
lingkungannya.
bagaimana
masalah yang
pengalaman itu
berkaitan dengan
imunisasi.
3. Klien dapat
meningkatkan
penelaahan oleh
pengenalan
petugas agar
terhadap pemberi
imunisasi.
4. Klien dapat
meningkatkan
status imunisasi.
5. Klien dapat
meningkatkan
pengetahuan
tentang standar
imunisasi.
6. Klien dapat
imunisasi tidak
meninggalkan kesan
3. Berikan image
tentang imunisasi
yang sederhana dan
sesuai pemahaman
anak, jangan
yang dekstruktif
pada anak, terutama
anak yang belum
pernah diimunisasi.
3. Jujur dan terbuka
mengada-ada atau
membuat
komunikasi lebih
meningkatkan
pencatatan tentang
terkesan ada
imunisasi.
topeng dalam
Keluarga:
1. Kaji kesiapan
pembicaraan,
terutama saat kontak
keluarga dalam
dengan anak
meningkatkan status
mengenai tindakan
imunisasi anak.
invasif dalam
2. Kaji hambatan -
hambatan yang
dihadapi keluarga saat
imunisasi anak
sebelum-sebelumnya.
imunisasi.
Keluarga:
1. peran serta keluarga
akan sangat
membantu
pemberian imunisasi
pada anak.
2. Hambatan dapat
penanganan yang
menjadi indikator
dilakukan keluarga
sejauh mana
dalam mengurangi/
keberhasilan
menghilangkan efek
imunisasi telah
tercapai.
akibat imunisasi.
4. Berikan dukungan
terhadap perilaku
beberapa kasus
imunisasi,
melakukan imunisasi
penanganan yang
sebagai pencegahan
tepat sangat
diperlukan.
dan perbaiki
pemahaman yang
menyimpang tentang
imunisasi.
5. Tingkatkan kesiapan
4. Apresiasi akan
meningkatkan
semangat dalam
usaha pencegahan
penyakit dan
keluarga dalam
keluarga akan
perilaku pencegahan
merasa telah
dini penyakit
misalnya melalui
imunisasi selanjutnya
dan pengenalan lebih
5. Imunisasi yang
lanjut mengenai
teratur dapat
imunisasi.
ditumbuhkan sejak
6. Berikan gambaran
jadwal imunisasi anak
sesuai usia.
6. Gambaran umum
imunisasi yang
wajib serta anjuran
untuk anak dapat
membantu orang tua
dalam rangka
penentuan dan
pencatatan tentang
3.
Risiko
Setelah dilakukan
hipertermi
tindakan keperawatan
kesehatan anak
sakit, imunisasi
berhubungan
tidak disarankan
dengan
diharapkan :
a) Tidak terjadi
imunisasi, pastikan
untuk diberikan,
karena akan
menjalani imunisasi
memperburuk
proses
imunisasi
hipertermi pada
1. Observasi kondisi
imunisasi anak.
1. Jika anak sedang
anak
b) Keluarga dapat
kondisi pasien.
Lihat pula kondisi
memberikan
anak setelah
penangan efektif
diimunisasi karena
dapat membuat
terjadi pada
beberapa imunisasi
a. Kriteria Hasil :
2. Observasi tingkat
a) Bayi tidak
pemahaman keluarga
menunjukan tanda
mengenai hipertermi
tanda hipertermi
dan penanganannya
(konvulsi, kulit
deman dan
hipertermi pada
beberapa imunisasi.
2. Untuk mengetahui
sejauh mana
kemerahan, kejang,
takikardia,
pasien mengalami
3. Beri pemahaman
pengetahuan
terhadap tanda
keluarga dan
tanda hipertermi
mempermudah
penanganan.
3. Meningkatkan
pengetahuan
keluarga pasien
37,5C)
c) Jika terjadi
hipertermi,
keluarga tidak
panik dan dapat
memberikan
penanganan yang
tepat di rumah.
hipertermi ringan di
rumah seperti
kompres hangat dan
pemberian obat
antipiretik.
tentang hipertermi.
4. Menambah
pengetahuan pada
keluarga pasien
tentang tahap tahap
penanganan
sederhana.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan (Handbook of
Nursing Diagnosis) Edisi 10. Jakarta : EGC.
Nanda Internasional. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi.
Jakarta : EGC.
Nurari, Amin Huda dan Kusuma, Hardi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC Edisi Revisi Jilid 1.
Jogjakarta : MediAction Publishing.
Ranuh dkk. 2005. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Jakarta : EGC.
Supartini, Yupi. 2004. Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta : EGC.