Rancang Bangun Aplikasi Pengolahan Data Ukur Lapangan Untuk Alat Ukur Kompas Geologi Dan Theodolite Berbasis Teknologi Web PDF
Rancang Bangun Aplikasi Pengolahan Data Ukur Lapangan Untuk Alat Ukur Kompas Geologi Dan Theodolite Berbasis Teknologi Web PDF
Diusulkan Oleh :
Nyongker Y. Liunsanda ( 08311065 )
Absis
X = Dt x Sin
mpang Pengukuran)
Y = Dt x Cos
Absis merupakan koordinat sementara yang diperoleh dari jarak datar dan sin
azimuth uuntuk absis X, dan cos azimut untuk absis Y.
Koordinat
Untuk membperoleh nilai koordinat dari tiap-tiap titik, dilakukan penjumlahan
antara koordinat awal ( dapat diperoleh dengan alat ukur GPS ) dengan koordinat
sementara ( absis)
X = Koordinat awal + Absis X
Y = Koordinat awal + Absis Y
Theodolite
Theodolite merupakan alat ukur tanah yang memiliki tingkat ketelitian yang
baik, karena theodolite dilengkapi dengan treepot sebagai dudukan alat agar kondisi
alat benar-benar level ( dalam keadaan horizontal yang sebenarnya). Theodolite
dapat digunakan untuk mengukur sudut horizontal dan sudut vertikal, dan juga
mengukur kemiringan bidang dalam persen ( %)
Pengukuran dengan theodolite akan memperoleh data yaitu, benang silang
yaitu benang atas ( Ba ), benang tengah ( Bt ), benang bawah ( Bb ), sudut
horizontal, dan sudut vertical.
Sedangkan untuk mengasilkan suatu peta rumus-rumus yang digunakan untuk
mengolah data hasil pengukuran lapangan sebagai berikut :
Perhitungan koreksi benang
- Ba = 2xBt Bb
- Bb = 2xBt Ba
Benang tengah harus ditempatkan sesuai dengan tinggi alat, agar sudut yang
terbentuk antara garis miring dan garis datar ( lihat gambar 5.1 ) sesuai dengan
keadaan nyata dilapangan.
Pada gamabar 1, posisi benang
tengah ditempatkan sesuai dengan
tinggi alat ( A ke A = B ke Bt ) yaitu
1.300, maka besaran sudut yang
terbentuk pada dimensi Bt-A-C
akan sama dengan sudut pada
dimensi B-A-B yang merupakan
sudut sebenarnya di lapangan, pada
gambar besaran sudut 27.
Pada kondisi tertentu posisi benang
tengah tidak mutlak ditempatkan
sesuai dengan tinggi alat, yang
kemudian dapat dikoreksi dengan
perhitungan TI-Bt.
Jarak Optis ( Jarak OP)
Jarak OP = 100 x ( Ba - Bb )
Jarak optis adalah jarak miring yang merupakan proyeksi dari jarak lapangan.
Jarak datar ( Dt )
Jarak datar merupakan jarak antara dua titik yang memiliki nilai beda tinggi yang
kemudian dibuat horizontal, pada gambar 2.2.3 jarak A ke Bt adalah 6,6 ( jarak
optis ), sedangkan jarak horizontalnya ( A ke B ) adalah 5,9, dalam keadaan ini
beda tinggi untuk titik A dan titik B sama dengan 0. Untuk menghitung nilai jarak
datar digunakan persamaan berikut :
Dt = 100(Ba-Bb) X Cos . Dimana = 90 Sudut vertikal
Beda Tinggi (H )
Beda tinggi adalah selisi antara dua titik objek yang memiliki nilai ketinggian yang
berbeda, dan berlaku rumus berikut :
H = Dt X Tg
Pada pengukuran dimana posisi benang tengah tidak sama dengan tinggi alat
digunakan persamaan berikut :
H = (Dt X Tg ) + (Ti-Bt)
Ketinggian ( H )
Ketinggian selalu diukur dari permukaan air laut yang bernilai 0 meter,
sedangkan untuk ketinggian awal dapat diperoleh dengan alat ukur Global Position
System ( GPS ). Ketinggian didapat dari menjumlahkan ketinggian awal dengan
nilai beda tinggi antara titik sebelumnya dan titik dimana alat berada rumus yang
digunakan untuk memperolehnilai ketinggian yaitu :
H = Ketinggian awal + H
Untuk keperluan memperoleh data koordinat maka rumus tambahan yang
diperlukan adalah sebagai berikut :
Absis
Absis merupakan koordinat sementara yang diperoleh dari perkalian antara jarak
datar ( Dt ) dan sudut desimal horizontal (Sin untuk absis X dan Cos untuk absis
Y ) sehingga diperoleh rumus sebagai berikut :
X = Dt X Sin
Y = Dt X Cos
Koodinat
Koordinat untuk masing-masing titik pengamatan dapat diketahui dengan
menjumlahkan koordinat awal (dapat diperoleh dengan GPS ) dan koordinat
sementara ( absis ) dari tiap-tiap titik, maka berlaku persamaan berikut :
X = Koordinat awal + Absis X
Y = Koordinat awal + Absis Y
patok
PK
idpatok
FK1
jumlahtitik
idpengukuran
loginuser
PK
iduser
namauser
password
usertype
PK
idkoordinat
FK1
utama
atas
tengah
bawah
derajath
menith
detikh
desimalh
derajatv
menitv
detikv
desimalv
jarakop
teta
costeta
cos2teta
delta
tang
deltatang
tlbt
deltah
sinalfa
cosalfa
x
y
x100
y100
z100
idpengukuran
1
1
N
pengukuran
PK
idpengukuran
FK1
lokasi
tanggal
alat
bt
iduser
Mulai
Masukkan Keterangan
Pengukuran
Surfer v10.2
KESIMPULAN
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, rumus-rumus pengolahan data
hasil pengukuran lapangan untuk alat ukur kompas geologi dan theodolite dapat
dikonversi menjadi suatu aplikasi ( n-Grid ) dengan bahasa pemrograman PreeHypertext Processor ( PHP ), serta dapat secara langsung mengolah data hasil ukur
lapangan, dan menghasilkan data dalam bentuk koordinat dan peta post.
Sebagai pengujian untuk mengetahui apakah aplikasi yang dibuat telah
dapat digunakan atau belum , maka dilakukan percobaan pada aplikasi pemetaan
lain untuk melihat perbandingan antara hasil pengolahan data secara manual dan
yang dihasilkan oleh aplikasi yang n-Grid. Dari hasil perbandingan seperti pada
gambar 9 dapat dilihat bahwa hasil peta post dari pengolahan secara manual dan
pengolahan menggunkan aplikasi n-Grid memiliki kesamaan, maka dapat
dikatakan bahwa aplikasi yang dibuat telah dapat digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Dr. Ir. Satrodarsono Suyono. 2005. Pengukuran Topografi dan Teknik
Pemetaan. Penerbit PT. Pradnya Paramita, Jakarta 2005.
2. Ir. Budiarto. MT. 2000. Ilmu Ukur Tambang. Jurusan Teknik
Pertambangan UPN Veteran Yokyakarta. 2000.
3. Wangsotjitro Soetomo. 1983. Ilmu Ukur Tanah. Penerbit Yayasan
Kanisius.
4. Suja Iman. 2005. Pemrograman SQL dan Database Server MySQL. Penerbit
Andi. 2005.
5. Abdul Kadir. 2009. Mudah menjadi Programer PHP. Penerbit Andi Publisher.
2009.