Pengambilan Analisa Gas Darah
Pengambilan Analisa Gas Darah
Pengambilan darah arteri melalui fungsi untuk memeriksa gas-gas dalam darah yang
berhubungan dengan fungsi respirasi dan metabolisma.
Tujuannya :
1.
2.
3.
4.
3.
Arteri Brachialis, merupakan pilihan ketiga karena lebih banyak resikonya bila terjadi
obstruksi pembuluh darah.
4.
Arteri Femoralis, merupakan pilihan terakhir apabila pada semua arteri diatas tidak
dapat diambil. Bila terdapat obstruksi pembuluh darah akan menghambat aliran darah ke seluruh
tubuh / tungkai bawah dan bila yang dapat mengakibatkan berlangsung lama dapat menyebabkan
kematian jaringan. Arteri femoralis berdekatan dengan vena besar, sehingga dapat terjadi
percampuran antara darah vena dan arteri.
Langkah-langkah melakukan fungsi darah arteri :
1.
Persiapan alat.
Spuit 2,5 cc diisi dengan heparin 0,1 cc atau asal membasahi dinding spuit untuk mencegah
terjadinya pembekuan darah. Heparin tidak boleh terlalu banyak dapat mempengaruhi hasil
pemeriksaan.
2.
Memberitahukan pasien tentang tujuan daripada pengambilan darah arteri yang akan di
pungsi.
3.
4.
a.
Arteri Radialisi :
b.
c.
Arteri Brachialis
d.
Arteri Femoralis
5.
6.
Raba kembali arteri untuk memastikan adanya pulsasi daerah yang akan ditusuk
sesudah dibersihkan dengan kapas bethadine secara sirkuler. Setelah 30 detik kita ulangi dengan
kapas alkohol dan tunggu hingga kering.
7.
Bila perlu obat anethesi lokal gunakan spuit 1 cc yang sudah diisi dengan obat
(adrenalin 1 %), kemudian suntikan 0,2-0,3 cc intracutan dan sebelum obat dimasukkan terlebih
dahulu aspirasi untuk mencegah masuknya obat ke dalam pembuluh darah.
8.
Lokalisasi arteri yang sudah dibersihkan difiksasi oleh tangan kiri dengan cara kulit
diregangkan dengan kedua jari telunjuk dan jari tengah sehingga arteri yang akan ditusuk berada
di antara 2 jari tersebut.
9.
Spuit yang sudah di heparinisasi pegang seperti memegang pensil dengan tangan kanan,
jarum ditusukkan ke dalam arteri yang sudah di fiksasi tadi.
-
Sehingga arteri ditusuk, tekanan arteri akan mendorong penghisap spuit sehingga darah dengan
mudah akan mengisi spuit, tetapi kadang-kadang darah tidak langsung keluar. Kalau terpaksa
dapat menghisapnya secara perlahan-lahan untuk mencegah hemolisis. Bila tusukan tidak
berhasil jarum jangan langsung dicabut, tarik perlahan-lahan sampai ada dibawah kulit kemudian
tusukan boleh diulangi lagi kearah denyutan.
10.
Sesudah darah diperoleh sebanyak 2 cc jarum kita cabut dan usahakan posisi pemompa
spuit tetap untuk mencegah terhisapnya udara kedalam spuit dan segera gelembung udara
dikeluarkan dari spuit
11.
12.
Bekas tusukan pungsi arteri tekan dengan kapas alkohol campur dengan bethadine.
13.
14.
Memberi etiket laboratorium dan mencantumkan nama pasien, ruangan tanggal dan jam
pengambilan, suhu dan jenis pemeriksaan.
15.
Bila pengiriman / pemeriksaannya jauh, darah dimasukkan kantong plastik yang diisi es
supaya pemeriksaan tidak berpengaruh oleh suhu udara luar.
16.
Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum dan sesudah melakukan pengambilan darah.
1.
Daerah pengambilan darah sebaiknya pada tempat yang bergantian / selang-seling
untuk mencegah terjadinyakerusakan pada pembuluh darah
2.
Apabila menggunakan obat lokal anesthesi harus ditest terlebih dahulu untuk
menghindari terjadinya reaksi alergi oleh karena obat tersebut.
3.
Apabila pasien yang memerlukan perawatan lama sebaiknya dipasang arteri line.
4.
Warna merah darah dapat merupakan petunjuk baik / buruknya dari darah arteri. Pasien
PPOM dengan nilai PaO2 rendah darah berwarna lebih gelap biasanya mengandung lebih rendah
O2.
5.
6.
Apabila diperlukan pengambilan darah melalui arteri radialis perlu diketahui dahulu
adanya kolateral arteri ulnaris dengan cara percobaan Allen ( test Allen ).
Caranya :
a. Anjurkan pasien untuk mengepalkan tangannya dengan kuat supaya darah sebanyak
mungkin keluar sehingga telapak tangan pucat.
b. Tekan arteri radialis dan ulnaris agar tertutup sambil pasien membuka kepalannya beberapa
kali dan menutupnya kembali. Kemudian tangan dibuka, lepaskan tekanan pada arteri ulnaris.
darah dan keseimbangan asam basa saja, kita harus menghubungkan dengan riwayat penyakit,
pemeriksaan fisik, dan data-data laboratorium lainnya.
Pada dasarnya pH atau derajat keasaman darah tergantung pada konsentrasi ion H+ dan dapat
dipertahankan dalam batas normal melalui 3 faktor, yaitu:
2.
3.
4.
Mekanisme pernafasan
Mekanisme ginjal
2.
3.
Sekresi ammonia
1. Gangguan asam basa sederhana
Gangguan asam basa primer dan kompensasinya dapat diperlihatkan dengan memakai persamaan
yang dikenal dengan persamaan Henderson-Hasselbach. Persamaan asam basa adalah sebagai
berikut:
Persamaan ini menekankan bahwa perbandingan asam dan basa harus 20:1 agar pH dapat
dipertahankan dalam batas normal. Persamaan ini juga menekankan kemampuan ginjal untuk
mengubah bikarbonat basa melalui proses metabolik, dan kemampuan paru untuk mengubah
PaCO2 (tekanan parsial CO2 dalam darah arteri) melalui respirasi. Nilai normal pH adalah 7, 357,45. berikut ini adalah gambaran rentang pH:
Perubahan satu atau dua komponen tersebut menyebabkan gangguan asam dan basa. Penilaian
keadaan asam dan basa berdasarkan hasil analisa gas darah membutuhkan pendekatan yang
sistematis. Penurunan keasaman (pH) darah < 7,35 disebut asidosis, sedangkan peningkatan
keasaman (pH) > 7,45 disebut alkalosis. Jika gangguan asam basa terutama disebabkan oleh
pH
: 7, 35-7, 45
TCO2
: 23-27 mmol/L
PCO2
: 35-45 mmHg
BE
: 0 2 mEq/L
PO2
: 80-100 mmHg
saturasi O2
HCO3
: 22-26 mEq/L
: 95 % atau lebih
Jenis gangguan
pH
PCO2
HCO3
3. Asidosis respiratorik. Peningkatan tekanan CO2 lebih dari normal akibat hipoventilasi
dan dikatakan akut bila peninggian tekanan CO2 disertai penurunan pH. Misalnya, pada
intoksikasi obat, blokade neuromuskuler, atau gangguan SSP. Dikatakan kronis bila
ventilasi yang tidak adekuat disertai dengan nilai pH dalam batas normal, seperti pada
bronkopulmonari displasia, penyakit neuromuskuler, dan gangguan elektrolit berat.
4. Asidosis metabolik yang tak terkompensasi. Tekanan CO2 dalam batas normal dan pH di
bawah 7,30. Merupakan keadaan kritis yang memerlukan intervensi dengan perbaikan
ventilasi dan koreksi dengan bikarbonat.
5. Asidosis metabolik terkompensasi. Tekanan CO2 < 30 mmHg dan pH 7,307,40.
Asidosis metabolik telah terkompensasi dengan perbaikan ventilasi.
6. Alkalosis metabolik tak terkompensasi. Sistem ventilasi gagal melakukan kompensasi
terhadap alkalosis metabolik ditandai dengan tekanan CO2 dalam batas normal dan pH
lebih dari 7,50 misalnya pasien stenosis pilorik dengan muntah lama.
7. Alkalosis metabolik terkompensasi sebagian. Ventilasi yang tidak adekuat serta pH lebih
dari 7,50.
8. Hipoksemia yang tidak terkoreksi. Tekanan oksigen kurang dari 60 mmHg walau telah
diberikan oksigen yang adekuat
9. Hipoksemia terkoreksi. Pemberian O2 dapat mengoreksi hipoksemia yang ada sehingga
normal.
10. Hipoksemia dengan koreksi berlebihan. Jika pemberian oksigen dapat meningkatkan
tekanan oksigen melebihi normal. Keadaan ini berbahaya pada bayi karena dapat
menimbulkan retinopati of prematurity, peningkatan aliran darah paru, atau keracunan
oksigen. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemeriksaan yang lain seperti konsumsi dan
distribusi oksigen.
1. Tujuan
1. Indikasi
Infark miokard
Pneumonia
Klien syok
Arteri brakialis
Arteri femoralis
Arteri femoralis atau brakialis sebaiknya tidak digunakan jika masih ada alternatif lain, karena
tidak mempunyai sirkulasi kolateral yang cukup untuk mengatasi bila terjadi spasme atau
trombosis. Sedangkan arteri temporalis atau axillaris sebaiknya tidak digunakan karena adanya
risiko emboli otak.
Minta klien untuk mengepalkan tangan dengan kuat, berikan tekanan langsung pada arteri
radialis dan ulnaris, minta klien untuk membuka tangannya, lepaskan tekanan pada arteri,
observasi warna jari-jari, ibu jari dan tangan. Jari-jari dan tangan harus memerah dalam 15 detik,
warna merah menunjukkan test allens positif. Apabila tekanan dilepas, tangan tetap pucat,
menunjukkan test allens negatif. Jika pemeriksaan negatif, hindarkan tangan tersebut dan
periksa tangan yang lain.
1. Komplikasi
Perdarahan
Cidera syaraf
Spasme arteri
1. Faktor yang mempengaruhi pemeriksaan AGD
Gelembung udara
Tekanan oksigen udara adalah 158 mmHg. Jika terdapat udara dalam sampel darah maka ia
cenderung menyamakan tekanan sehingga bila tekanan oksigen sampel darah kurang dari 158
mmHg, maka hasilnya akan meningkat.
Antikoagulan
Antikoagulan dapat mendilusi konsentrasi gas darah dalam tabung. Pemberian heparin yang
berlebihan akan menurunkan tekanan CO2, sedangkan pH tidak terpengaruh karena efek
penurunan CO2 terhadap pH dihambat oleh keasaman heparin.
Metabolisme
Sampel darah masih merupakan jaringan yang hidup. Sebagai jaringan hidup, ia membutuhkan
oksigen dan menghasilkan CO2. Oleh karena itu, sebaiknya sampel diperiksa dalam 20 menit
setelah pengambilan. Jika sampel tidak langsung diperiksa, dapat disimpan dalam kamar
pendingin beberapa jam.
Suhu
Ada hubungan langsung antara suhu dan tekanan yang menyebabkan tingginya PO2 dan PCO2.
Nilai pH akan mengikuti perubahan PCO2.
Nilai pH darah yang abnormal disebut asidosis atau alkalosis sedangkan nilai PCO2 yang
abnormal terjadi pada keadaan hipo atau hiperventilasi. Hubungan antara tekanan dan saturasi
oksigen merupakan faktor yang penting pada nilai oksigenasi darah
Tindakan pungsi arteri harus dilakukan oleh perawat yang sudah terlatih
Spuit yang digunakan untuk mengambil darah sebelumnya diberi heparin untuk mencegah
darah membeku
Kaji ambang nyeri klien, apabila klien tidak mampu menoleransi nyeri, berikan anestesi
lokal
Bila menggunakan arteri radialis, lakukan test allent untuk mengetahui kepatenan arteri
Untuk memastikan apakah yang keluar darah vena atau darah arteri, lihat darah yang
keluar, apabila keluar sendiri tanpa kita tarik berarti darah arteri
Apabila darah sudah berhasil diambil, goyangkan spuit sehingga darah tercampur rata dan
tidak membeku
Lakukan penekanan yang lama pada bekas area insersi (aliran arteri lebih deras daripada
vena)
Keluarkan udara dari spuit jika sudah berhasil mengambil darah dan tutup ujung jarum
dengan karet atau gabus
I. Persiapan pasien
J.
Persiapan alat
Spuit 2 ml atau 3ml dengan jarum ukuran 22 atau 25 (untuk anak-anak) dan nomor 20
atau 21 untuk dewasa
Heparin
Yodium-povidin
Kasa steril
Kapas alkohol
Pengalas
Handuk kecil
Wadah berisi es
Thermometer
Bengkok
1. Prosedur kerja
1.
2.
3.
Cuci tangan
4.
5.
6.
7.
8.
9.
29. Beri label pada spesimen yang berisi nama, suhu, konsentrasi oksigen yang digunakan klien
jika kilen menggunakan terapi oksigen
30. Kirim segera darah ke laboratorium
31. Beri plester dan kasa jika area bekas tusukan sudah tidak mengeluarkan darah (untuk klien
yang mendapat terapi antikoagulan, penekanan membutuhkan waktu yang lama)
32. Bereskan alat yang telah digunakan, lepas sarung tangan
33. Cuci tangan
34. Kaji respon klien setelah pengambilan AGD
35. Berikan reinforcement positif pada klien
36. Buat kontrak untuk pertemuan selanjutnya
37. Akhiri kegiatan dan ucapkan salam
38. Dokumentasikan di dalam catatan keperawatan waktu pemeriksaan AGD, dari sebelah mana
darah diambil dan respon klien
Analisa gas darah (AGD)
definisi
Analisa gas darah (AGD) biasanya dilakukan untuk mengkaji gangguan keseimbangan asambasa yang disebabkan oleh gangguan pernafasan dan/atau gangguan metabolik. Komponen dasar
AGD mencakup pH, PaCO2, PaO2, SO2, HCO3 dan BE (base excesses/kelebihan basa).
nilai rujukan
Dewasa :
pH: 7,35-7,45; PaCO2: 35-45 mm Hg; PaCO2: 75-100 mmHg; SaO2: >95%; SvO2: >70%;
HCO3: 24-28 mEq/l; kelebihan basa (base excess): +2 sampai -2 mEq/l
Anak:
pH: 7,36-7,44. pengukuran lainnya sama dengan dewasa.
Penarikan kesimpulan:
Jika pH < 7,35, PaCO2 > 45 mm Hg dan HCO3 serta BE normal, dapat disimpulkan
bahwa ketidakseimbangan asam basa mengarah pada keadaan asidosis respiratorik.
Jika pH > 7,45, PaCO2 < 35 mm Hg dan HCO3 serta BE normal, dapat disimpulkan
bahwa ketidakseimbangan asam basa mengarah pada keadaan alkalosis respiratorik.
Jika pH < 7,35, PaCO2 normal, sementara HCO3 dan BE masing-masing < 24 mEq/l dan
<-2, dapat disimpulkan bahwa ketidakseimbangan asam basa terjadi pada keadaan
asidosis metabolik.
Jika pH > 7,45, PaCO2 normal, sementara HCO3 dan BE masing-masing > 28 mEq/l dan
>+2, dapat disimpulkan bahwa ketidakseimbangan asam basa mengarah pada keadaaan
alkalosis metabolik
masalah klinis
Asidosis respiratorik:
Penyakit paru kronis (emfisema, bronkitis kronis, asma parah), sindrom gawat pernafasan akut
(ARDS), anestesi, pneumonia
Pengaruh obat: narkotik, sedatif
Alkalosis respiratorik:
Toksisitas salisilat (fase awal), kecemasan, histeris, tetani, olahraga aktif, demam, hipertiroid,
delirium tremens, emboli paru
Asidosis metabolik:
Ketoasidosis diabetik, diare berat, kelaparan/malnutrisi, syok, luka bakar, gagal ginjal,, infark
miokardial akut
Alkalosis metabolik:
Muntah berat, pengisapan lambung, ulkus peptik, pengeluaran kalium, pemberian bikarbonat
berlebih, gagal hepar, kistik fibrosis
Pengaruh obat: natrium oksalat, kalium oksalat