Anda di halaman 1dari 9

Berbekal Sikap Toleransi

Dewasa ini, sangatlah besar tantangan untuk menjadi seorang pendidik dalam melakukan
yang terbaik untuk peserta didiknya. Khususnya pada masalah konflik sosial dan
ketidakharmonisan agama. Bukti adanya masalah konflik sosial yaitu sering terjadinya tawuran
antar pelajar, dan bentrokan. Ini merupakan pentingnya pendidikan moral yang harus
ditumbuhkan, bukan hanya dalam pendidikan intelek saja akan tetapi pendidikan moral juga
sangat penting. Dimana, pentingnya pendidikan yaitu untuk menentukan kualitas hidup
seseorang atau bangsa yang memang sudah menjadi kebutuhan mutlak.
Di Indonesia pendidikan intelek jelas dibutuhkan akan tetapi pendidikan moral pun sama
penting dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia,terutama untuk generasi muda yaitu pelajar dan
mahasiswa. Para kaum muda merupakan generasi penerus yang akan menentukan jalannya
bangsa ini untuk kedepannya. Namun disinilah yang menjadi kekhawatiran bangsa ini karena
pendidikan intelek tidak sebanding dengan pendidikan moral padahal kedua objek ini seharusnya
saling berbanding lurus. Menurut cara pandang semakin tinggi intelektual seharusnya semakin
baik pula moralnya. Namun banyak pula kita temukan seseorang yang berprestasi akan tetapi
tidak bermoral. Sistem pembelajaran di indonesia ini harus diberlakukan dengan seimbang agar
para pendidik tidak hanya berprestasi tetapi juga mempunyai moral yang baik. Maka dari itu
pengajar sangat penting bagi pendidiknya.
Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa anak-anak usia sekolah lebih memilih
untuk berinteraksi dengan rekan-rekan mereka. Dalam konteks sekolah, itu adalah hubungan ini
dimana menghormati rekan, bantuan, berbagai, dan umumnya sopan terhadap satu sama yang
lain. Konsep interaksi dengan rekan sebaya adalah komponen penting dalam teori pembangunan
sosial (Rubin, 2009).
Oleh karena itu, seorang pengajar harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berinteraksi dengan satu sama lain melalui tugas-tugas kelompok untuk berlatih mendengarkan
penuh perhatian untuk membangun rasa hormat, saling tolong-menolong, berbagi dengan
bersikap sopan terhadap yang lainnya. Dalam artikel yang berudul Classroom discourse to
foster religious harmony. Di sini bahwasannya faktor yang mendominasi adalah adanya sikap
toleransi. Dengan sikap toleransi, maka suatu hal itu akan bisa dilakukan dengan baik. Disini kita
bertoleransi dalam segala aspek, baik itu toleransi dalam beragama, budaya, sosial dan dalam
segala aspek lainnya.Kehidupan berbangsa dan bernegara pada hakikatnya merupakan kehidupan
masyarakat bangsa. Di dalamnya terdapat kehidupan berbagai macam pemeluk agama dan
penganut kepercayaan yang berbeda-beda. Demikian pula di dalamnya terdapat berbagai
kehidupan antar suku bangsa yang berbeda. Namun demikian perbedaan-perbedaan kehidupan
tersebut tidak menjadikan bangsa ini tercerai-berai, akan tetapi justru menjadi kemajemukan
kehidupan sebagai suatu bangsa dan Negara Indonesia. Oleh karena itu kehidupan tersebut perlu
tetap dipelihara agar tidak terjadi disintegrasi bangsa.
Banyak contoh toleransi, yaitu suatu contoh toleransi seorang guru terhadap muridnya
yang berbeda agama (kristen), yaitu dengan cara seorang guru memberikan hak terhadap dia
ketika belajar Sejarah Kebudayaan Islam misalnya. Apakah dia mau ikut, atau tidak itu
tergantung siswa tersebut.

Seberapa pentingkah toleransi itu? Toleransi itu penting bahkan sangat penting dalam
kehidupan ini. Contohnya dalam kehidupan sekolah, dalam kehidupan di sekolah maka perlu
adanya toleransi. Baik antar kepala sekolah dengan guru, guru dengan guru, kepala sekolah
dengan murid, guru dengan guru maupun murid dengan murid. Dengan adanya toleransi
disekolah maka akan terbentuknya pembelajaran yang kondusif. Selan itu juga, denan toleransi
maka akan memupuk rasa tali prsaudaran yan sangat erat hubungannya.

Adapun, cara menjaga kerukunan antar umat beragama, yaitu :


Menjunjung tinggi toleransi antar umat Beragama di Indonesia. Baik yang merupakan
pemeluk Agama yang sama, maupun dengan yang berbeda Agama. Rasa toleransi bisa berbentuk
dalam macam-macam hal. Misalnya seperti, pembangunan tempat ibadah oleh pemerintah, tidak
saling mengejek dan mengganggu umat lain dalam interaksi sehariharinya, atau memberi waktu
pada umat lain untuk beribadah bila memang sudah waktunya mereka melakukan
ibadah. Banyak hal yang bisa dilakukan untuk menunjukkan sikap toleransi. Hal ini sangat
penting demi menjaga tali kerukunan umat beragama di Indonesia, karena jika rasa toleransi
antar umat beragama di Indonesia sudah tinggi, maka konflikkonflik yang mengatasnamakan
Agama di Indonesia dengan sendirinya akan berkurang ataupun hilang sama sekali.
Selalu siap membantu sesama dalam keadaan apapun dan tanpa melihat status orang
tersebut. Jangan melakukan perlakuan diskriminasi terhadap suatu agama, terutama saat mereka
membutuhkan bantuan. Misalnya, di suatu daerah di Indonesia mengalami bencana alam.
Mayoritas penduduknya adalah pemeluk agama Kristen. Bagi Anda yang memeluk agama lain,
jangan lantas malas dan enggan untuk membantu saudara sebangsa yang sedang kesusahan
hanya karena perbedaan agama. Justru dengan membantu mereka yang kesusahan, kita akan
mempererat tali persaudaraan sebangsa dan setanah air kita, sehingga secara tidak langsung akan
memperkokoh persatuan Indonesia.
Hormatilah selalu orang lain tanpa memandang Agama apa yang mereka anut. Misalnya
dengan selalu berbicara halus dan sopan kepada siapapun. Biasakan pula untuk menomor
satukan sopan santun dalam beraktivitas sehari harinya, terlebih lagi menghormati orang lain
tanpa memandang perbedaan yang ada. Hal ini tentu akan mempererat kerukunan umat
beragama di Indonesia.
Bila terjadi masalah yang membawa nama agama, tetap selesaikan dengan kepala dingin
dan damai, tanpa harus saling tunjuk dan menyalahkan. Para pemuka agama, tokoh masyarakat,
dan pemerintah sangat diperlukan peranannya dalam pencapaian solusi yang baik dan tidak
merugikan pihak-pihak manapun, atau mungkin malah menguntungkan semua pihak. Hal ini
diperlukan karena di Indonesia ini masyarakatnya sangat beraneka ragam.
Indonesia adalah negara multikultural yang memiliki lebih dari 17.000 pulau dan
berpenduduk lebih dari 237 juta orang yang berasal dari 200 lebih suku bangsa. Kenyataan
tersebut menempatkan Indonesia di urutan ke empat negara yang populasinya tertinggi.
Motto bhineka tunggal ika atau Persatuan dalam Keragaman merupakan dua sisi koin untuk
menggambarkan negeri ini. Dalam wacana politik, motto itu dimaknai secara tidak proposional
dengan mengutamakan kesatuan dan mengabaikan keberagaman.
Secara harfiah, kombinasi multi (banyak, berbagai, plural) plus kultur(budaya) mudah di
pahami, yakni hal-ihwal adanya berbagai budaya. Makna kultur sulit di sederhanakan sebab

istilah ini merujuk ke berbagai hal menyangkut manusia sebagai makhluk


berbudaya. Isme berarti paham, maka multikulturalisme bisa berarti paham, aliran pemikiran,
teori, atau sekedar sudut pandang.
Dalam pendidikan multikultural siswa berasal dari latar belakang etnis, agama, dan sosial
yang berbeda dan pola pikir mereka dominan dibentuk oleh latar belakang mereka. Jadi, pengajar
harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendorong pengalama bemakna, yaitu
interaksi dengan siswa lain dari agama yang berbeda, etnis, dan dari kelompok-kelompok sosial
yang berbeda.
Pada sisi yang lain, pendidikan agama yang diberikan di sekolah-sekolah pada umumnya
juga tidak menghidupkan pendidikan multikultural yang baik, bahkan cenderung berlawanan.
Akibatnya konflik sosial sering kali diperkeras oleh adanya legitimasi keagamaan yang diajarkan
dalam pendidikan agama di sekolah-sekolah daerah yang rawan konflik. Hal ini membuat
konflik mempunyai akar dalam keyakinan keagamaan yang fundamental sehingga konflik sosial
kekerasan semakin sulit diatasi, karena dipahami sebagai bagian dari panggilan agamanya.
Realita tersebut menunjukkan bahwa pendidikan agama baik di sekolah umum maupun
sekolah agama lebih bercorak eksklusive, yaitu agama diajarkan dengan cara menafikan hak
hidup agama lain, seakan-akan hanya agamanya sendiri yang benar dan mempunyai hak hidup,
sementara agama yang lain salah, tersesat dan terancam hak hidupnya, baik di kalangan
mayoritas maupun minoritas. Seharusnya pendidikan agama dapat dijadikan sebagai wahana
untuk mengembangkan moralitas universal yang ada dalam agama-agama sekaligus
mengembangkan teologi inklusif dan pluralis. Berkaitan dengan hal ini, maka penting bagi
institusi pendidikan dalam masyarakat yang multikultur untuk mengajarkan perdamaian dan
resolusi konflik seperti yang ada dalam pendidikan multikultural.
Akar pendidikan multikultural, berasal dari perhatian seorang pakar pendidikan Amerika
Serikat Prudence Crandall (18-3-1890) yang secara intensif menyebarkan pandangan tentang arti
penting latar belakang peserta didik, baik ditinjau dari aspek budaya, etnis, dan agamanya.
Pendidikan yang memperhatikan secara sungguh-sungguh latar belakang peserta didik
merupakan cikal bakal bagi munculnya pendidikan multikultural.
Secara etimologi istilah pendidikan multikultural terdiri dari dua term, yaitu pendidikan
dan multikultural. Pendidikan berarti proses pengembangan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok dalam usaha mendewasakan melalui pengajaran, pelatihan, proses dan cara mendidik.
Dan multikultural diartikan sebagai keragaman kebudayaan, aneka kesopanan.
Sedangkan secara terminologi, pendidikan multikultural berarti proses pengembangan
seluruh potensi manusia yang menghargai pluralitas dan heterogenitasnya sebagai konsekwensi
keragaman budaya, etnis, suku dan aliran (agama). Pengertian seperti ini mempunyai implikasi
yang sangat luas dalam pendidikan, karena pendidikan dipahami sebagai proses tanpa akhir atau
proses sepanjang hayat. Dengan demikian, pendidikan multikultural menghendaki penghormatan
dan penghargaan setinggi-tingginya terhadap harkat dan martabat manusia.
Karena itulah yang terpenting dalam pendidikan multikultural adalah seorang guru atau
dosen tidak hanya dituntut untuk menguasai dan mampu secara profesional mengajarkan mata
pelajaran atau mata kuliah yang diajarkan. Lebih dari itu, seorang pendidik juga harus mampu
menanamkan nilai-nilai inti dari pendidikan multikultural seperti demokrasi, humanisme, dan
pluralisme atau menanamkan nilai-nilai keberagamaan yang inklusif pada siswa. Pada gilirannya,
out-put yang dihasilkan dari sekolah/universitas tidak hanya cakap sesuai dengan disiplin ilmu

yang ditekuninya, tetapi juga mampu menerapkan nilai-nilai keberagamaan dalam memahami
dan menghargai keberadaan para pemeluk agama dan kepercayaan lain.
Kebijakan harus ditegakkan, dimana sekolah yang dikelola oleh guru dan tenaga yang
berbeda agama, etnis dan dari kelompok-kelompok sosial yang berbeda. Kampus ini juga harus
menyediakan tempat ibadah bagi siswa dari semua agama. Siswa akan belajar bagaimana orang
lain melakukan ritual keagamaan. Dan ini akan menjadi bentuk efektif pendidikan agama dalam
lingkungan sekolah struktural. Banyaknya konflik antarsuku maupun antarumat beragama di
Indonesia selama ini membuktikan bahwa pendidikan nasional gagal mendidik warga negara
untuk hidup baik dan harmonis dalam negara Indonesia yang multikultural.
Dalam konteks sebagai contoh, Surakarta dan sekitarnya merupakan salah satu daerah
yang memiliki sejarah konflik. Tahun 1978, pecah demonstrasi besar-besaran yang dilakukan
etnis Jawa terhadap etnis keturunan Arab di kota Surakarta. Tahun 1980 terjadi kerusuhan sosial
etnis Jawa dan Cina juga terjadi di kota yang sama. Konflik ini bahkan menimbulkan banyak
korban jiwa dan harta.
Menjelang Soeharto turun, kerusuhan nasional 13 dan 14 Mei juga melanda kota
Surakarta. Korbannya lagi-lagi etnis Cina. Kerusuhan terjadi lagi pada saat Megawati Soekarno
Putri dikalahkan oleh Abdurrahman Wahid dalam pemilihan presiden oleh MPR tahun 2000.
Bangunan pemerintah dan sejumlah pasar dibakar. Massa pendukung Megawati juga melakukan
serangkaian teror pada sejumlah rumah atau keluarga lawan-lawan politiknya, seperti rumah
keluarga Amien Rais di Surakarta.
Selain konflik-konflik di atas, potensi konflik juga sering terjadi bahkan masih terus
mengintai. Dilihat dari konfigurasi kehidupan beragama, Surakarta adalah kota dimana
komposisi kekuatan antara agam Islam dan Kristen sama-sama kuat. Benturan antara keduanya
nyaris muncul ketika isu-isu penghianatan atau isu-isu kristenisasi muncul. Potensi konflik antara
kedua agama ini sangat besar, apalagi di Surakarta dikenal basis Islam garis keras. Pesantren AlMukmin Ngruki pimpinan KH Abu Bakar Baasyir, Majlis Tafsir Alquran pimpinan H. Ahmad
Sukino, dan pengajian Gumuk Mangkubumen pimpinan KH. Mudzakir didukung oleh
laskarlaskar bentukannya dianggap mencerminkan potensi konflik bila mereka dilukai perasaan
atau rasa keagamaan dan kesektariannya. Peristiwa-peristiwa sweeping terhadap warga asing dan
pembongkaran paksa tempat-tempat yang dianggap maksiat tahun 2000-an oleh kelompok
gerakan ini adalah salah satu contohnya.
Kenyataan ini juga mencerminkan bahwa di Surakarta masih terdapat sel-sel keagamaan
yang menampilkan sisi radikalisme sehingga sangat menarik untuk diteliti. Dari arah yang sama,
basis-basis keagamaan seperti ini juga diikuti oleh agama Kristen. Kaum Nasrani juga
mempunyai kelompok-kelompok yang militan walaupun tak terlihat jelas. Militansi kaum
Nasrani dapat dilihat dari ekspansi pembangunan tempat-tempat ibadah gereja dan acara-acara
keagamaan yang makin semarak. Gejala-gejala seperti ini, bagi kelompok Islam dapat dibaca
sebagai fenomena yang mengancam eksistensi umat Islam.
Geertz, mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat mengurangi konflik dan mendorong
integrasi. Yaitu antara lain : pertama, cita rasa kebudayaan yang sama, yang meliputi tumbuhnya
rasa nasionalisme yang tinggi, yang menekankan apa yang oleh semua orang telah dimiliki
ketimbang menekankan perbedaan-perbedaan. Kedua, adanya fakta bahwa pola-pola keagamaan
tidak muncul dalam bentuk-bentuk sosial yang bersifat langsung, murni dan sederhana, tetapi
dalam bentuk-bentuk kesalehan tertentu, sehingga komitmen keagamaan dan komitmenkomitmen lainnnya dapat saling mengimbangi dan melengkapi. Ketiga, adanya toleransi umum

yang didasari relatifisme kontekstual yang melihat nilai-nilai tertentu itu sesuai dengan suatu
konteks sehingga ia meminimalisir misionarisasi (usaha mendakwahkan pada orang
lain). Keempat, tumbuhnya mekanisme sosial yang siap menghadapi bentuk-bentuk integrasi
sosial yang sinkretik dan plurslistik dimana orang yang memiliki pandangan dan nilai yang
radikal berbeda dapat menerima dengan baik pandangan dan nilai orang lain guna menjaga
ketertiban masyarakat.
Berdasarkan Undang-Undang No.20 Tahun 2003, pendidikan merupakan usaha sadar dan
sistematis untuk menciptakan lingkungan pembelajaran dan proses pendidikan, sehingga siswa
dapat mengembangkan potensinya, termasuk pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, prilaku
yang baik, dan keterampilan yang penting bagi dirinya, masyarakat, dan negara. Undang-undang
juga menetapkan bahwa fungsi pendidikan diantaranya adalah mengembangkan kompetensi,
karakter, dan peradaban. Sebagai warga negara yang multikultural, Indonesia seyogianya
menerapkan pendidikan multikultural, yang berfungsi antara lain untuk mengubah cara berpikir
dan menilai kultur orang lain, dan untuk mengenal identitas diri sendiri dan identitas orang lain.
Sebuah laporan penelitian oleh Apriliaswati (2011) menyimpulkan bahwa interaksi teman
sebaya dalam dukungan kelas wacana sipil yang positif di kalangan siswa. Interaksi rekan dalam
studi sosial, kelas Indonesia dan pancasila tidak perlu menunggu jika guru mengelola secara
efektif. Oleh karena itu, disarankan agar mempromosikan interaksi sebaya harus di laksanakan
sebagai salah satu kegiatan rutin kelas.
Data dari studi Ariliaswati di peroleh dalam penelitian tindakan tiga siklus yang di
lakukan dengan kelas empat dari 43 siswa di sebuah sekolah dasar di Pontianak, kota dimana
bentrokkan antar etnis telah terjadi cukup sering.
Studi ini membuktikan bahwa sekoah harus berfungsi sebagai laboratorium untuk latihan
masyarakat sipil sebagai siswa SD, anak-anak yang belummampu memberikan alasan informasi
dan bukti dari argumen mereka tapi bisa mengeksprsikan kesepakaan dan ketidaksepakatan
dengan cara yang sopan. Selain itu, para siswa tampak percaya satu sama lain, sehingga
kompromi dan konsensus dapat dicapai dengan cara sipil.
Studi Apriliaswati mengajarkan kepada kita bahwa pendidikan harus mengembangkan
tidak hanya penalaran ilmiah, tetapi juga wacana sipi positif. Penalaran ilmiah sangat di perlukan
dalam mengembangan warga intelektual, sedangkan kompetensi wacana sipil sangat penting
untuk menciptakan warga negara yang beradab.
Pendidikan kita saat ini gagal untuk memberikan para siswa dengan kompetensi wacana
sipil. Sebagian besar politisi dan birokrat menduduki kursi karena mereka telah mengkuti
pendidikan yang tinggi. Sayangnya, banyak dari mereka tidak memiliki kompetensi tersebut.
Bahkan tidak sedikit para politisi dan birokrat yang mempunyai tingkah laku tidak sesuai
dengan tingkat pendidikannya. Contohnya insiden pada tahun 2010 anggota parlemen saling
bertukar kata-kata kasar dengan cara tidak sopan dalam sidang yang disiarkan langsung di
seluruh nageri. Politisi in telah memerikan contoh yang sangat miskin moral, bagaimana
berperilaku yang benar. Kejadian ini menunjukkan bahwa pendidikan pendidikan politik belum
cukup untuk mempromosikan kompetensi dan acana sipil.
Ketka politisi dan birokrat gagal dalam mendiik masyarakat, sekolah dala hal ini harus
berperan aktif membeikan contoh yang arif kepada masyarakat. Guru SD harus memberikan
kesematan kepada siswa untuk mendorong pengalaman bermakna, yaitu interaksi dengan siswa
lain dari agama yang berbeda, etnis, dan dari kelompok-kelompok sosial yang berbeda.

Sekolah yang di kelola oleh tenaga pendidik dan siswa yang mempunyai latar belakang
agama, etnis dan kelompok sosial yang berbeda harus menyediakan tempat ibadah bagi siswa
dari semua agama. Siswa akan belajar bagaimana orang lain melakukan ritual keagamaan. Ini
akan menjadi bentuk efektif pendidikan agama dalam lingkungan sekolah multilateral.
Cara tradisional pengajaran agama telah dikritik karena menekankan aspek teologis dan
ritual, sementara mengabaikan aspek-aspek sosial, interaksi horizontal toleransi antar pengikut
agama yang berbeda.
Filsuf pendidikan Amerika Emerson (1837) mengatakan bahwaseorang pria harus
menjadi seorang pria sebelum ia bisa menjadi petani yang baik, pedagang atau insinyur. Hal
tersebut menunjjukkan bahwa Emerson menggaris bawahi pentingnya pendidikan liberal untuk
mebuat pria sejati. Pria sejati memiliki pengetahuan untuk menghindari pemahaman yang
parsial.
dalam negara indonesia pendidikan liberal harus mencakup pengetahuan etnis, agama,
dan minoritas bahasa dan budaya. Terlepas dari karir mereka (politisi), insinyur, petani, atau
pengusaha siswa harus diberikan pengetahuan yang memadai
Dengan demikian pendidikan liberal bertujuan membebaskan siswa dari sikap rabun
terhadap orang lain. Pada dasarnya, itu menimpa insan kamil yaitu orang yang ideal yang
memenuhi kriteria untuk mengasumsi setiap pekerjaan atau penunjukkan sebagai warga negara
yang demokratis.
Dalam pembahasan yang berjidul Classroom discourse to foster religious harmony intinya
adalah bahwa siswa dimulai dari sejak dini di tanamkanlah sikap toleransi dari mulai hal yang
terkecil, karena pentingnya toleransi dalam kehidupan ini.
Dapat disimpulkan bahwa kerukunan umat beragama yaitu hubungan sesama umat
beragama yang dilandasi dengan toleransi, saling pengertian, saling menghormati, saling
menghargai dalam kesetaraan pengamalan ajaran agamanya dan kerja sama dalam kehidupan
masyarakat dan bernegara.Khususnya pada masalah konflik sosial dan ketidakharmonisan
agama. Bukti adanya masalah konflik sosial yaitu sering terjadinya tawuran antar pelajar, dan
bentrokan. Ini merupakan pentingnya pendidikan moral yang harus ditumbuhkan, bukan hanya
dalam pendidikan intelek saja akan tetapi pendidikan moral juga sangat penting.
Jadi, yang paling penting adalah bahwa di negara kita mulai dari sekarang harus
menjungngjung tinggi sikap toleransi antar sesama lain. Terutama di mulai dari hal yang kecil,
seperti tidak membedakan warna kulit, etnis, ras dan budaya. Sehingga akan menghasilkan suatu
pencapaian yang sangat bagus. Sehingga dalam pembahsan Classroom discourse to foster
religious bahwasannya pendidikannya dulu yang harus di benahi (metode pembelajarannya)
sehingga tertanamnya rasa hormat, rasa saling tolong-menolong, saling berbagi, dan
mengeluarkan pendapat dengan cara yang sopan.

Reference
Alwasilah. A Chaedar. 2012. Pokoknya Rekayasa Literasi. Bandung: Kiblat

http://penulisgembira.wordpress.com/2013/06/10/toleransi-pr-besar-dalam-kurikulum-2013/

http://elsietelibertador76.wordpress.com/2013/01/22/kerukunan-umat-beragama/

http://masalahsosial-terjadipadarakyat.blogspot.com/2011/12/pendidikan-intelek-tidak-dibarengi.html

Toleransi Di Sekolah (SMP)


17APR

18 Votes
A. Pengertian Toleransi
Toleransi berasal dari kata Tolerare yang berasal dari bahasa latin yang berarti dengan sabar
membiarkan sesuatu. Jadi pengertian toleransi secara luas adalah suatu sikap atau perilaku manusia
yang tidak menyimpang dari aturan, dimana seseorang menghargai atau menghormati setiap tindakan
yang orang lain lakukan. Toleransi juga dapat dikatakan istilah dalam konteks sosial budaya dan agama
yang berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya deskriminasi terhadap kelompok-kelompok yang
berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu masyarakat. Contohnya adalah toleransi
beragama dimana penganut mayoritas dalam suatu masyarakat mengizinkan keberadaan agama-agama
lainnya. Istilah toleransi juga digunakan dengan menggunakan definisi kelompok yang lebih luas ,
misalnya partai politik, orientasi seksual, dan lain-lain. Hingga saat ini masih banyak kontroversi dan kritik
mengenai prinsip-prinsip toleransi baik dari kaum liberal maupun konservatif. Jadi toleransi antar umat
beragama berarti suatu sikap manusia sebagai umat yang beragama dan mempunyai keyakinan, untuk
menghormati dan menghargai manusia yang beragama lain.
Dalam masyarakat berdasarkan pancasila terutama sila pertama, bertaqwa kepada tuhan menurut
agama dan kepercayaan masing-masing adalah mutlak. Semua agama menghargai manusia maka dari
itu semua umat beragama juga wajib saling menghargai. Dengan demikian antar umat beragama yang
berlainan akan terbina kerukunan hidup.
B. Toleransi di SMP
SMP adalah tingkatan sekolah menengah yang pertama, menengah dalam arti mendapat atau
mempelajari ilmu yang lebih lanjut daripada sekolah dasar. Usia para pelajar SMP diantara 13 sampai
dengan 16 tahun, usia remaja (remaja tanggung) yang rentan dengan berbagai pengaruh dan perubahan,
baik itu dari segi akhlak (moral), Sexual, bahkan penampilan.
Tingkat toleransi dan penghargaan terhadap keanekaragaman agama-agama di kalangan siswa SMP
cukup problematik. Meskipun lebih dari separuh menunjukkan tingkat toleransi dan penghargaan yang
cukup tinggi, setidaknya ada sepertiga menunjukkan tingkat yang rendah, dan kurang toleran dan
menghargai pluralitas. Sebenarnya ketidaktoleran itu lebih banyak dipengaruhi oleh unsur-unsur diluar
keyakinan. Artinya semua itu terjadi lebih karena unsur politis, ekonomi, ego dan nafsu.
C. Contoh- contoh Toleransi Antar Umat Beragama di SMP
1. Contoh Sikap Toleransi Umat Beragama di Daerah yang Beragama Prural
Bicara soal pengalaman masa SMP, tentu banyak yang telah terjadi dan berkesan. Dulu aku sekolah di
SMPN 12 Palembang (semester 1) kemudian pindah ke SMPN 2 Sungailiat Bangka, dari kedua SMP
tersebut ada banyak perbedaan yang kurasakan, terutama dalam soal latar belakang asal daerah dan

agama siswanya. Di SMPN 12 Palembang rata-rata semua siswa asli dari Palembang serta beragama
Islam, namun di SMPN 2 Sungailiat sangat beragam, ada yang keturunan Palembang, Bangka asli,
Batak, Cina, Jawa, Sulawesi, Riau bahkan Belanda, serta beragama Islam, Katolik, Protestan,
Konghuchu, dan Budha.
Kondisi tersebut tidak membuat kami terpecah, meski tetap ada insiden kecil yang lebih mengarah ke
kenakalan remaja, seperti menyebut marga atau perbedaan secara phisik. Namun secara umum semua
itu malah membuat kami lebih dekat dan tidak pernah mempermasalahkan asal usul nenek moyang atau
agama yang kami anut. Terus terang perbedaan dan keragaman itu menimbulkan kesan yang sangat
mendalam bagiku.
2. Contoh Sikap Toleransi Antar Umat Beragama saat Kegiatan Keagamaan di Sekolah
Siswa Rohani Kristen terlihat khusyuk melaksanakan kegiatan keagamaan yang berbarengan dengan
pesantren Ramadan. Sementara siswa muslim mengikuti pesantren kilat, siswa non muslim melakukan
kegiatan Rohani Kristen (Rokris) keduanya melaksanakan kegiatan pada hari dan waktu yang sama.
Suara puji-pujian diiringi alunan musik jelas terdengar di salah satu ruang aula laboratorium SMAN 12
Bekasi, di ruangan lainnya puluhan siswa muslim asyik dan khusyuk menerima materi tentang
keagamaan.
Sebanyak puluhan siswa non muslim terlihat berdiri menyanyikan lagu puji-pujian, tiga siswa memegang
gitar berada paling depan, mengiringi teman-temannya yang terlihat khusyuk menendangkan lagu pujipujian pada Tuhan Yang Maha Esa.
Tak lama berselang, seorang siswa serta merta memberikan pidato tentang keagamaan dan dilanjutkan
dengan puji-pujian berikutnya. Ketua Rokris SMAN 12 Bekasi Wiliam kepada Radar Bekasi menuturkan,
kegiatan ini dilakukan untuk menghormati umat muslim yang sedang melaksanakan ibadah puasa di
bulan ramadan ini. Sebagai penghormatannya, mereka juga mendoakan umat muslim yang sedang
menjalankan ibadah puasa agar diberikan kekuatan, jelas Wiliam.
Di lain pihak, siswa-siswi Rokris kata Wiliam, juga mendapatkan materi tentang keagamaan seperti Iman
kepada tuhan, mencintai sesama umat manusia serta pentingnya saling menolong dan menghargai antar
umat beragama. Kita selalu menghargai antar umat beragama, setiap manusia itu baik, hanya
terkadangmanusianya saja yang selalu menyalah gunakan kebaikan dari sebuah agama itu, tutur
Wiliam.
Kendati melakukan kegiatan di lokasi dan waktu yang berbarengan, kegiatan berjalan aman dan tenang,
siswa-siswi muslim tetap melakukan ibadah puasa dan kegiatan sanlat dengan siswa Rokris melakukan
kegiatan yang serupa (keagamaan.red) dengan tenang dan nyaman.
Kepala sekolah SMAN 12 Bekasi Ekowati menuturkan, adanya kegiatan pesantren ramadan dan juga
kegiatan rokris ini bukan berarti memecah belahkan antar umat beragama, tapi menyatukan kerukunan
antar umat beragama, yaitu dengan saling toleransi. Dengan kegiatan seperti ini, siswa muslim
mendapatkan pendalaman agama melalui kegiatan pesantren ramadan, sedangkan siswa non muslim
mendapatkan materi melalui kegiatan Rokris,tutur Ekowati.
Dikatakan Ekowati, bersikap toleran merupakan solusi agar tidak terjadi perpecahan dalam mengamalkan
agama, harus menjadi suatu kesadaran pribadi yang selalu dibiasakan dalam wujud interaksi sosial.

Salah satu wujud dari toleransi hidup beragama lanjut Ekowati, menjalin dan memperkokoh tali
silaturahmi antarumat beragama dan menjaga hubungan yang baik dengan manusia lainnya.
D. Penutup
Pada umumnya, manusia tidak dapat menerima perbedaan antara sesamanya, perbedaan dijadikan
alasan untuk bertentangan satu sama lainnya. Perbedaan agama merupakan salah satu faktor penyebab
utama adanya konflik antar sesama manusia. Lebih baik toleransi itu kita terapkan dengan sewajarnya.
Jangan sampai toleransi itu menyinggung perasaan orang lain.
Toleransi juga hendaknya jangan sampai merugikan kita, contohnya ibadah dan pekerjaan kita,
pungkasnya yang juga mengharapkan agar siswa dapat menumbuhkan semangat toleransi antar umat
beragama untuk menciptakan persatuan dan kesatuan.
Semua pemeluk agama memiliki kepercayaan yang sama akan satu Tuhan. Lebih lanjut terdapat
pengakuan yang sama bahwa semua agama mempunyai perutusan (mission) yang sama. Perutusan
yang sama itu ialah menyampaikan kepada manusia ajaran Tuhan dan rencana ilahi-Nya yang inti
sarinya adalah penyelamatan manusia oleh Allah. Dalam hal ini Tuhan adalah causa prima dan agamaagama adalah pembantu-pembantu atau peran serta untuk mensukseskan rencana itu. Ini berarti bahwa
semua agama memikul tanggung jawab bersama atas penugasan yang sama itu.
E. Daftar Pustaka
http://blog.unsri.ac.id/prima189/umum/sosiologi-agama-kerukunan-antar-umat-beragama-/mrdetail/14779
http://radar-bekasi.com/index.php?mib=berita.detail&id=62514
http://waroengkemanx.blogspot.com/2010/08/toleransi-ala-anak-smp.html
Id.wikipedia.org/wiki/Toleransi.
http://www.deawapedia.co.cc/2009/09/makalah-tentang-toleransi.html

Anda mungkin juga menyukai