Bakteri Salmonella sp merupakan mikrobia pathogen penyebab sakit perut yang dapat
menyebabkan kematian, yang disebut sebagai Salmonellosis. Habitat alami Salmonella sp
adalah di usus manusia dan hewan, sedangkan air dan makanan merupakan media perantara
penyebaran Salmonella sp. Salmonella sp dapat menginfeksi manusia jika mencemari
makanan dan kemudian dikonsumsi oleh manusia (Cliver and Doyle, 1990). Spesies
Salmonella dapat dibagi kepada dua yakni spesies typhoidal dan non typhoidal. Bagi
kelompok typhoidal bisa menyebabkan demam tifoid dan untuk spesies non thypoidal bisa
menyebabkan diare atau disebut enterokolitis dan juga infeksi metastase seperti oesteomielitis
(Levinson, 2008).
Uji Salmonella digunakan untuk menetapkan adanya Salmonella dalam makanan.
Salmonella merupakan bakteri gram-negatif berbentuk tongkat yang menyebabkan tifus,
paratifus, dan penyakit foodborne. Salmonella terdiri dari sekitar 2500 serotipe yang
kesemuanya diketahui bersifat pathogen baik pada manusia atau hewan. Salmonella bisa
terdapat di udara, air, tanah, sisa kotoran manusia maupun hewan atau makanan hewan. Yang
sangat sering sekali terjadi adalah keracunanSalmonella dari makanan yang mengandung
telur mentah (tidak diolah), seperti mayonaise,eskrim dan pudding (Klotchko, 2011).
Bakteri
Kelas
Gamma Proteobacteria
Order
Enterobacteriales
Keluarga
Enterobacteriaceae
Genus
Salmonella
Species
S. typhi merupakan bakteri batang gram negatif dan tidak membentuk spora,
serta memiliki kapsul. Bakteri ini juga bersifat fakultatif, dan sering disebut
sebagai facultative intra-cellular parasites. Dinding selnya terdiri atas murein,
lipoprotein, fosfolipid, protein, dan lipopolisakarida (LPS) dan tersusun sebagai
lapisan-lapisan (Dzen, 2003).
Ukuran panjangnya bervariasi, dan sebagian besar memiliki peritrichous flagella
sehingga bersifat motil. S. typhi membentuk asam dan gas dari glukosa dan
mannosa. Organisme ini juga menghasilkan gas H2S, namun hanya sedikit
(Winn, 2006). Bakteri ini tahan hidup dalam air yang membeku untuk waktu
yang lama (Brooks, 2005).
2.2 metode pengujian salmonella pada bahan pangan (daging ayam dan bahan
lain)
Dalam pengujian mutu suatu bahan pangan diperlukan berbagai uji yang mencakup uji fisik, uji
kimia, uji mikrobiologi, dan uji organoleptik. Uji mikrobiologi merupakan salah satu uji yang penting,
karena selain dapat menduga daya tahan simpan suatu makanan, juga dapat digunakan sebagai indikator
sanitasi makanan atau indikator keamanan makanan. Pengujian mikrobiologi diantaranya meliputi uji
kuantitatif untuk menentukan mutu dan daya tahan suatu makanan, dan uji kualitatif bakteri patogen
untuk menentukan tingkat keamanannya, serta uji bakteri indikator untuk mengetahui tingkat sanitasi
makanan tersebut (Fardiaz, 1993).
Dalam hal
ini.
metode
analisa
yang
digunakan
untuk
mengidentifikasi
adanya
bakteri Salmonella metode yang digunakan yakni metode analisa secara kualitatif yakni bertujuan untuk
mengetahui ada tidaknya suatu bakteri salmonella dalam suatu makanan.
.
Uji Salmonella
Uji Salmonella digunakan untuk menetapkan adanya Salmonella dalam makanan. Salmonella
merupakan bakteri gram-negatif berbentuk tongkat yang menyebabkan tifus, paratifus, dan penyakit
foodborne. Salmonella terdiri dari sekitar 2500 serotipe yang kesemuanya diketahui bersifat pathogen baik
pada manusia atau hewan.
Bakteri ini bukan indikator sanitasi, melainkan bakteri indikator keamanan pangan . Artinya,
karena semua serotipe Salmonella yang diketahui di dunia ini bersifat patogen maka adanya bakteri ini
dalam makanan dianggap membahayakan kesehatan. Oleh karena itu berbagai standar makanan siap santap
mensyaratkan tidak adaSalmonella dalam 25 gram sampel makanan.
Salah satu contoh uji Salmonella yang telah dilakukan pengidentifikasian yakni pada sampel
mayonnaise dengan pustaka syarat yang telah ditetapkan pada SNI 01-4473-1998 dengan syarat negatif
koloni/ 25 gram. Karena mungkin keberadaan Salmonellapada makanan sangat kecil karena itu tidak
dibuat dalam 1 gram tetapi 25 gram.Salmonella adalah bakteri yang termasuk mikroorganisme yang amat
kecil dan tidak terlihat mata. Selain itu bakteri ini tidak meninggalkan bau maupun rasa apapun pada
makanan. Kecuali jika bahan makanan (daging ayam) mengandung Salmonella dalam jumlah besar,
barulah terjadi perubahan warna dan bau (merah muda pucat sampai kehijauan, berbau busuk). Biasanya
bakteri dapat dideteksi melalui pemeriksaan laboratorium.
Salmonella bisa terdapat di udara, air, tanah, sisa kotoran manusia maupun hewan atau makanan
hewan. Yang sangat sering sekali terjadi adalah keracunanSalmonella dari makanan yang mengandung
telur mentah (tidak diolah), seperti mayonaise, es krim dan pudding. Mayonaise biasanya sudah bersifat
asam (pH dibawah 4, Salmonella hidup pada pH 4-9). Pada Mayonaise ditambahkan asam asetat sebagai
cuka. Asam asetat pada mayonaise akan membunuh Salmonella.
Makanan yang mudah rusak seperti dagingmentah (terutama daging cincang), daging unggas,
ikan, telur, makanan yang mengadung telur mentah (creme, salat, mayonaise, es krim, pudding, dll) harus
segera
mungkin
didinginkan
atau
dibekukan
dalam
lemari
es.
Untuk
mendeteksi
keberadaan Salmonella dalam makanan dilakukan dalam 4 tahap yaitu pra-pengkayaan non selektif,
pengkayaan selektif, inokulasi dan identifikasi, dan konfirmasi terhadap identitas Salmonella yang diuji.
Berikut ini adalah hasil dari pengujian Salmonella
pada 25 gram sampel mayonnaise.
Pada pengujian salmonella ini dibuat juga kontrol positif yaitu sampel yang telah diberi biakan
kultur salmonella sebagai pembanding. Dari pengkayaan selektif, biakan dari MKTTn dan RVS
diinokulasikanpada media BGA dan XLD untuk tahap inokulasi dan identifikasi. Pada tahap ini hanya
biakan dari BGA yang berasal dari MKTTn yang menunjukkan pertumbuhan koloni. Sedangkan pada
media XLD tidak ada pertumbuhan koloni. Selanjutnya koloni dari biakan BGA dilakukan uji identifikasi
yaitu uji biokimia dan uji serologi. Uji biokimia yang dilakukan antar lain sebgai berikut :
SSA digunakan untuk menyeleksi salmonella dan beberapa strains shigella dari specimen
tinja (stool). SSA juga membedakan bakteri yang menghasilkan koloni yang karakteristik
pada medium. SSA mengandung garam empedu, Na-sitrat, dan brilliant green yang
menghambat pertumbuhan gram (+) dan beberapa gram (-) LF normal yang ada di tinja.
Laktosa merupakan sumber karbohidrat , sedangkan indicator yang dipakai adalah neutral
red. Jika bakteri tumbuh dan memefermentasi laktosa maka akan menghasilkan asam dan
mengubah indikator menjadi pink-merah. Na-tiosulfit sebagai sumber sulfur untuk produk
H2S. jika H2S diproduksi maka akan bereaksi dengan FeCl3 yang terdapat dalam medium.
Perbenihan ini mirip MCA, hanya penggunaanya lebih khusus lagi untuk basil
gram negative pathogen enteric, sehingga di pakai untuk isolasi dari
specimen yinja terutama salmonella shigella yang keduanya memperlihatkan
pertumbuhan koloni yang tidak berwarna. Sebagai bahan penghambat utama
adalah garam empedu dan brilliant green yang tidak hanya mengam,bat
bakteri asam positif saja tetapi menekan pertumbuhan basil pathogen non
enteric lainnya.
2.4 contoh bahan pangan yang terdapat bakteri salmonella.sp
Salmonella pada Telur
Salmonella berkembang pada saluran pencernaan ternak, tidak terkecuali pada
ayam dan telur. Ayam yang terinfeksi bakteri Salmonella bisa menyebarkan
penyakit tersebut lewat daging, telur, baik kulit maupun isinya. Karena itu,
hendaknya kita berhati-hati mengonsumsi telur sebab media inilah yang paling
banyak menularkan penyakit.
Saat ini, banyak makanan yang dikonsumsi mengandung telur mentah atau
setengah matang. Cara mengonsumsi makanan semacam ini sangat rawan
terpapar bakteri tersebut. Karena itu, sangat dianjurkan untuk mengonsumsi
telur dalam kondisi matang dan melalui proses pemanasan yang baik agar
bakteri Salmonella di dalamnya mati.
Sebenarnya, secara alami, cangkang telur memiliki lapisan yang melindungi isi
telur dari paparan bakteri Salmonella. Namun, lapisan tersebut hanya bertahan
sekitar 10 hari. Belum lagi kalau lapisan pada bagian luar cangkang tersebut
rusak karena air atau cairan lain. Bakteri Salmonella bisa menembus masuk ke
dalam isi telur dan berkembang di dalamnya.
DOYLE, M.P., and D.O. CLIVER, 1990, Salmonella, In: Foodborne Diseases D.O. Cliver
(ed), Academic Press, Inc.
Dwijo
Fardiaz, S. (1993). Analisis Mikrobiologi Pangan. Jakarta: Penerbit Raja Grafindo
Persada.
Gupte, S., 1990, Mikrobiologi Dasar, alih bahasa oleh Julius, E. S., Edisi ketiga, 43,
Binarupa Aksara, Jakarta.
Hartoko. ( 2007). Keamanan pangan.