Undangundangk3pertambangan PDF
Undangundangk3pertambangan PDF
H.Thabrie Akma
1. UNDANG-UNDANG PERTAMBANGAN
I. PENGERTIAN
1. ARTI HUKUM
Pengaturan agar setiap anggota masyarakat dapat memeperoleh semaksimal keuntungan
dan kemanfaatan dalam masyarakat itu dengan tidak merugikan anggota masyarakat
lainnya.
2. PENGGOLONGAN HUKUM
Penggolongan hokum itu diantaranya dengan Hukum Pidana, Hukum Perdata, Hukum Adat,
Hukum Islam, Hukum Administrasi Negara, Hukum Tata Negara, Hukum Negara, Hukum
Atar Negara, dll.
3. ARTI BEBERAPA PENGGOLONGAN HUKUM
A. Hukum Pidana
Hukum Pidana hukum yang mengatur anggota masyarakat dalam rangka terjadinya suatu
kejahatan atau pelanggaran.
Contoh: Pembunuhan, Pencurian dll.
B. Hukum Perdata
Hukum Perdata ialah yang mengatur hubungan anggota masyarakat dalam rangka
terjadinya suatu ikatan hukum.
Contoh : Jual beli, Hutang piutang dll.
C. Hukum Adat
Hukum Adat ialah hukum yang mengatur hubungan anggota masyarakat dalam rangka
susunan adapt kebiasaan masyarakat setempat.
Contoh : Pengaturan tentang tanah, pengaturan tentang perkawinan dll.
D. Hukum Islam
Pengaturan-pengaturan menurut Agama Islam sejauh mengenai hubungan kekeluargaan
dalam Islam
Contoh : Hukum kewarisan, hukum perkawinan dll.
E. Hukum Administrasi Negara
Hukum Administrasi Negara ialah ketentuan-ketentuan yang mengatur cara-cara petugaspetugas Negara mengurus pemerintah dan mengurus anggota masyarakat dalam Negara
itu.
Contoh: Bagaimanan pegawai pemerintah menjalankan tugasnya.
H.Thabrie Akma
Mijn Politie Regelement (MPR) No.341, 1930 berlaku sampai sekarang; penggantinya
masih dalam proses.
Kekayaan alam Indonesia, diharapkan menjadi sumber pembiayaan; tapi masih dikuasai
oleh perusahaan Belanda;
H.Thabrie Akma
Pasal 2. Istilah-istilah
Bahan galian:
Unsur-unsur kimia mineral-mineral. bijih-bijih dan segala macam batuan termasuk batu-batu
mulia, yang merupakan endapan-endapan alam.
Kuasa Pertambangan:
Wewenang yang diberikan kepada Badan/Perseorangan untuk -me k-melaksanakan usaha
pertambangan
Pertambangan Rakyat :
Adalah suatu usaha pertambangan bahan galian dari semua golongan A, B dan C seperti
yang dimaksudkan dalam pasal 3 ayat (1) yang dilabikan oleh rakyat setempat secara kecilkecilan atau secara gotong royong dengan alat-alat sederhana untuk pencaharian sendiri.
Pembangunan
Perekonomian
H.Thabrie Akma
: Gubernur
Tanah di bawah laut dalam Wilayah Perairan Indonesia (12 mil dari batas);
Landas Kontinen. Indonesia (di luar perairan Indonesia, dulu berdasarkan Hukum Laut
1958);
Kedalaman 200 meter
Masih ditambang.
Landasan kontinen menurut Konfinen Hukum Laut 1982, 200 mil dari garis pangkal dan
dapat diperluas menjadi 350 mil. hasil dalam 200 mil dimilild sepenuhnya oleh Negara
pantai. sedangkan hasil dari daerah yang 150 mil lagi diperhitungkan, semacam
pembayaran kepada Organisasi Dunia, pasal 76.
H.Thabrie Akma
Undang-undang
No.11/1967
lebih
menekannkan
terhadap
percepatan
NO
BAB
UU NO 11/1967
KETENTUAN UMUM
II
III
IV
VI
TIDAK DIBAHAS
IJIN USAHA
PERTAMBANGAN
PENANAMAN MODAL
ASING DALAM USAHA
PERTAMBANGAN
PENGGOLONGAN
DAN PELAKSANAAN
PENGUASAAN BAHAN
GALIAN
KEWENANGAN
PENGELOLAAN
PERTAMBANGAN
UMUM
PENGUSAHAAN DAN
PENGGOLONGAN
USAHA
PERTAMBANGAN
VII
VIII
IX
KEWAJIBAN
PEMEGANG IUP DAN
PUP
PENGGUNAAN LAHAN
UNTUK KEGIATAN
USAHA
PERTAMBANGAN DAN
PUNGUTANPUNGUTAN NEGARA
H.Thabrie Akma
Tidak diatur
Tidak diatur
Perbedaan terletak pada kegiatan usaha pertambangan harus memiliki kriteria dalam
pemilikan dan pemakaian hak atas tanah milik negara dan juga pungutan, serta peyelesaian
dan ketentuan hak tanah diatur undang-undang, kemudian ada beberapa tempat yang tidak
dapat dilaksanakannya usaha pertambangan
PENGAWASAN
PERTAMBANGAN
Perbedaan terletak pada pengawasan yang dilakukan dan ditaati oleh aparat daerah
setempat dan jua penjelasan pelaporan pelaksanaan usaha pertambangan 6 bulan sekali
pada pemerintah, permasalahan pembinaan dan pengawasan
XI
KETENTUAN PIDANA
Perbedaanya berdasarkan besarnya denda dan lamanya kurungan penjara ayng dijatuhkan
pada pemilik kuasa pertambangan
XII
KETENTUAN
PERALIHAN DAN
PENUTUP
Perbedaan terletak pada peraturan pelaksanaan pengalihan kuasa pertambangan serta hak
dan kuasa pertambangan perusahaan
H.Thabrie Akma
zUsaha
Pertambangan dalam rangka KK dan PKP2B harus dilakukan oleh Badan hukum
zPersyaratan,
berdasarkan fungsi-fungsi :
pengaturan;
pemrosesan perizinan;
pembinaan usaha
pengawasan eksploitasi, produksi, keselamatan dan kesehatan kerja (K3), lingkungan
dan konservasi;
pengelolaan informasi pertambangan
pengevaluasian dan pelaporan kegiatan
z Pemangku
dalam ayat (2) agar didasarkan atas kompetensi sebagaimana tercantum dalam Lampiran
VIII Keputusan Menteri ini.
H.Thabrie Akma
KP, KK dan PKP2B dilakukan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Gubernur,
Bupati/Walikota sesuai lingkup kewenangan masing-masing.
zPembinaan
eksplorasi;
lingkungan;
Konservasi;
tenaga kerja;
barang modal;
jasa pertambangan;
z Pelaksanaan
konservasi, K3 serta lingkungan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Gubernur,
Bupati/Walikota sesuai lingkup dan kewenangan masing-masing dilakukan sekurangkurangnya 6 (enam) bulan sekali.
H.Thabrie Akma
PROSEDUR PERMOHONAN KP, KK DAN PKP2B KEPMEN ESDM NO. 1453 K/29MEM/2000
z PROSEDUR PERMOHONAN KP PADA WILAYAH KEWENANGAN BUPATI/WALIKOTA
MESDM
GUBERNUR
2a
2b
BUPATI/
WALIKOTA
1
PEMOHON
Keterangan :
1. Permohonan diajukan ke Bupati/Walikota
2. Bupati/Walikota memproses permohonan, setelah Surat Keputusan terbit disampaikan ke
Pemohon
2a. Tembusan Surat keputusan disampaikan ke MESDM
2b. Tembusan Surat Keputusan disampaikan ke Gubernur
z PROSEDUR PERMOHONAN KP PADA WILAYAH KEWENANGAN GUBERNUR
MESDM
2a
GUBERNUR
2b
1
2
BUPATI/
WALIKOTA
PEMOHON
Keterangan :
1. Permohonan diajukan ke Gubernur
2. Gubernur memproses permohonan, setelah Surat Keputusan terbit disampaikan ke
Pemohon
2a.Tembusan Surat keputusan disampaikan ke MESDM
2b.Tembusan Surat Keputusan disampaikan Bupati/Walikota
H.Thabrie Akma
DINAS PENANAMAN
MODAL
4b
3b
3a
BUPATI/WALIKOTA
DPRD
KABUPATEN/KOTA
4a
1
PEMOHON
DESDM
PROPINSI
Keterangan :
1. Permohonan diajukan ke Bupati/Walikota
2. Bupati/Walikota memberikan persetujuan prinsip.
3a. Bupati/Walikota melakukan konsultasi kepada DPRD Kabupaten/Kota (Standar Kontrak
disusun oleh Pemerintah).
3b. Permohonan Rekomendasi Dinas Penanaman Modal
4a. DPRD Kabupaten/Kota memberikan Rekomendasi
4b. Dinas Penanaman Modal mendirikan Rekomendasi.
5. Bupati/Walikota bersama pemohon menandatangani Kontrak.
6. Kontrak ditembuskan kepada Propinsi dan DESDM
10
H.Thabrie Akma
GUBERNUR
4b
BKPMD
3b
3a
DPRD PROPINSI
GUBERNUR
4a
1
PEMOHON
5
6
DESDM
KABUPATEN/KOTA
Keterangan :
1. Permohonan diajukan ke Gubernur
2. Gubernur memberikan persetujuan prinsip.
3a. Gubernur melakukan konsultasi kepada DPRD Propinsi (Standar Kontrak disusun oleh
Pemerintah).
3b. Permohonan Rekomendasi ke BKPMD
4a. DPRD Propinsi memberikan Rekomendasi
4b. BKPMI memberikan Rekomendasi.
5. Gubernur bersama pemohon menandatangani Kontrak.
6. Kontrak ditembuskan kepada Kabupaten/Kota dan DESDM
11
H.Thabrie Akma
2. K3 PERTAMBANGAN
II . Definisi /Batasan
PENGERTIAN
1. Secara Filosofis
Suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin baik secara jasmani maupun rohaniah tenaga
kerja khususnya dan manusia pada umunya serta menjamin kebutuhan dan kesempurnaan
hasil karya dan budaya menuju masyarakat adil dan makmur.
2. Secara Keilmuan
Suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan atau
menanggulangi terjadinya kecelakaan ditempat kerja termasuk peledakan, kebakaran dan
penyakit akibat kerja.
3. Secara Praktis
Merupakan salah satu usaha atau upaya perlindungan terhadap tenaga kerja.
12
H.Thabrie Akma
Gambar 1
Lima Langkah Pencegahan Terjadinya Kecelakaan
13
H.Thabrie Akma
Menjamin tempat kerja yang sehat, bersih, nyaman dan aman sehingga dapat
menimbulkan kegembiraan dan semangat kerja
Memperlancar,
meningkatkan
dan
mengamankan
produksi,
industri
serta
pembangunan
IV . Teori Domino
DOMINO SEQUENCE (HW. Heinrich, 1959)
This theorem shows that:
1. Industrial injuries result from accidents
2. Accidents are caused directly by
a. The unsafe acts of person or
b. Exposure to unsafe mechanical conditions
3. Unsafe actions and conditions are caused by faults of person
4. Faults of persons are created by environment or acquired by inheritance
14
H.Thabrie Akma
Gambar 2
Teori Domino
15
H.Thabrie Akma
IV . Statistika Kecelakaan
Meliputi kecelakaan yang diderita pada waktu menjalankan pekerjaan yang berakibat
kematian, kelainan-kelainan, penyakit-penyakit akibat kerja
Dapat pula mencakup kecelakaan Yang dialami tenaga kerja Selama dalam perjalanan
ke atau dari perusahaan
Sebagai alat pembanding darl tahun ke tahun, satu perusahaan ke lain perusahaan,
satu daerah ke daerah lain, satu negara ke negara lain
SEVERITY RATE
The number of days charged for disabling (lost time), injuries per million man hours
worked
The time charge
1) The number of actual calendar days including holidays or plant shutdowns)
2) Specific time chargers taken from a table is tablished by the American standards
Association are used fornel other lost time cases (deaths, permanent total, and
permanent partial disablities)
16
H.Thabrie Akma
Formula: SR =
Gambar 3.
Model Penyebab Kecelakaan
PENCEGAHAN KECELAKAAN
Penelitian Psikologis
Riset medis
Latihan latihan
Penggairahan
Asuransi
Pengawasan
Standarisasi
Peraturan perundangan
17
H.Thabrie Akma
Pasal 27
Pemeriksaan Kesehatan:
1
Pekerja tambang bawah tanah harus diperiksa kesehatannya sekurang-kurangnya dua kali
setahun.
Pekerja tambang yang bakerja di tempat yang dapat membahayakan paru-paru, harus
dilakukan pemeriksaan kesehatan secara khusus.
18
H.Thabrie Akma
Pasal 32
Kewajiban
1. Pekerja Tambang harus mematuhi Peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
2. Pekerja Tambang wajib melaksanakan pekerjaan sesuai dengan tata cara kerja yang aman.
3. Pekerja Tambang selama waktu bekerja wajib untuk :
Memperhatikan atau menjaga keselamatan dirinya serta orang lain yang mungkin
terkena dampak perbuatannya dan
Segera mengambil tindakan dan atau melaporkan kepada pengawas tentang keadaan
yang menurut pertimbangannya akan dapat menimbulkan bahaya
Pasal 39
Kecelakaan Tambang harus memenuhi 5 (lima) unsur sebagai berikut :
1. Benar benar terjadi;
2. Mengakibatkan cidera pekerja tambang atau orang yang diberi izin oleh Kepala Teknik
Tambang;
3. Akibat kegiatan usaha pertambangan
4. Terjadi pada jam kerja pekerja tambang yang mendapat cidera atau setiap saat orang yang
diberi izin dan
5. Terjadi didalam wilayah kegiatan usaha pertambangan atau wilayah proyek
19
H.Thabrie Akma
Pasal 40
Penggolongan Cidera Akibat Kecelakaan Tambang
Cidera akibat kecelakaan tambang harus dicatat dan digolongkan dalam kategori sebagai
berikut :
a. Cidera Ringan
Cidera akibat kecelakaan tambang yang mengakibatkan pekerja tambang tidak mampu
melakukan tugas semula lebih 1 hari dan kurang dari 3 minggu, termasuk hari minggu dan
hari libur
b. Cidera Berat
1. Cidera akibat kecelakaan tambang yang menyebabkan pekerja tambang tidak mampu
melakukan tugas semula selama lebih dari 3 minggu termasuk hari Minggu dan hari-hari
libur.
2. Cidera akibat kecelakaan tambang yang menyebabkan pekerja tambang cacat tetap
(invalid) yang tidak mampu menjalankan tugas semula dan,
3. Cidera akibat kecelakaan tambang tidak tergantung dari lamanya pekerja tambang tidak
mampu melakukan tugas semula, tetapi mengalami cidera seperti salah satu dibawah
ini:
a) Keretakan tengkorak kepala, tulang punggung, pinggul, lengan bawah, lengan atas,
paha, atau kaki.
b) Pendarahan didalam, atau pingsan disebabkan kekurangan oksigen;
c) Luka berat atau luka terbuka/terkoyak yang dapat mengakibatkan ketidakmampuan
tetap dan
d) Persendian yang lepas dimana sebelumnya tidak pernah terjadi
c. Mati
Kecelakaan tambang yang mengakibatkan pekerja tambang mati dalam waktu 24 jam
terhitung dari waktu terjadinya kecelakaan tersebut
20
H.Thabrie Akma
Legal /
Litigation
Time / Productivity
And Production
Legal fees
Product Replacement
Penalties,
fines, and
citations
Replaced wages
Expert witness
Investigators Time
Death Benefits
Settlements
Union
grievances
Laboratory Cost
Repair of Equipment and
Facilities
Retraining Replacement
Workers
Decreased efficiency of
replacements
Overtime
Material,
Equipment and
Property
Loss of customers
and
returned products
Equipment
replacement Capital
expenditures
Miscellaneous
Consultant fees
PR Activities
Transportation cost
for victims
Product Rejects
Light Duty Cost
Clean up Materials
Set-up / Start-up Cost
Disability
Death ..
Permanent Total Disability .
Dismemberment or Total loss of use
Arm above below ...
Arm at or below elbow and above wirst
Hand at wrist .
Leg above knee .
Leg at or below knee .
Foot ankle .
Loss of Sight :
One eye (whether or not there sight in the other eye).
Both eyes (in one accident)
Diklat Perencanaan Tambang Terbuka
Unisba, 30 Agustus s.d 07 September 2004
6,000
6,000
4,500
3.600
3.000
4.500
3.000
2.400
1.800
6.000
21
H.Thabrie Akma
600
3.000
50
22
H.Thabrie Akma
XI.ANATOMI KECELAKAAN
1. Pendorong terjadinya kecelakaan
a. Pengawasan pelaksanaan K.K.
b. Mental Karyawan
c. Phisik Karyawan
2. Penyebab langsung
a. Tindakan tidak aman
b. Kondisi tidak aman
3. Kecelakaan
a. Jatuh, terbentur, terjepit
b. Terbakar, kena ledakan dll
4. Akibat kecelakaan
a. Produksi tertunda
b. Kualiatas menurun
c. Luka, mati
d. Kerusakan alat dsb
23
H.Thabrie Akma
X.PENCEGAHAN KECELAKAAN
Penelitian Psikologis
Riset medis
Latihan latihan
Penggairahan
Asuransi
Pengawasan
Standarisasi
Peraturan perundangan
24