Anda di halaman 1dari 9

PT PLN (Persero)

UNIT INDUK PEMBANGUNAN


JAWA BAGIAN TIMUR DAN BALI
No. Dokumen : JBTB-PK3-K3LK-01 Revisi : 00
Jumlah Halaman : 9 Tanggal Efektif : 15 September 2021

PROSEDUR
IDENTIFIKASI BAHAYA DAN
PENGENDALIAN RESIKO

INTEGRATED
MANAGEMENT
SYSTEM
(IMS)
Master . Copy
Jenis Dokumen :

Terkendali Tidak Terkendali


Status Dokumen :

TANDA
NAMA JABATAN TANGGAL
TANGAN
Dibuat oleh Oktafandi Fajar P Koordinator K3

Diperiksa oleh T A Alexander Bulo Sekretaris P2K3

Disahkan oleh Djarot Hutabri EBS General Manager

RIWAYAT PERUBAHAN DOKUMEN


Dokumen ini sepenuhnya milik PT. PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan Jawa Bagian Timur dan Bali
Dilarang memperbanyak tanpa seijin pemilik
No.Dokumen JBTB- PK3-K3LK-01
PT PLN (Persero)
UNIT INDUK PEMBANGUNAN Revisi 00
JAWA BAGIAN TIMUR DAN BALI
Tanggal 15 September 2021
Halaman 2 dari 9
PROSEDUR
IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENGENDALIAN RESIKO

Tanggal No. Dokumen Uraian Revisi

Salinan hard copy adalah dokumen tidak terkendali


Versi terkendali dokumen ini disimpan dalam file elektronik
No.Dokumen JBTB- PK3-K3LK-01
PT PLN (Persero)
UNIT INDUK PEMBANGUNAN Revisi 00
JAWA BAGIAN TIMUR DAN BALI
Tanggal 15 September 2021
Halaman 3 dari 9
PROSEDUR
IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENGENDALIAN RESIKO

1. TUJUAN
Prosedur ini dibuat sebagai pedoman untuk melakukan Identifikasi Bahaya Penilaian dan Pengendalian
Resiko guna menciptakan suatu kondisi kerja yang aman dan sehat bagi pekerja di area kerja PT PLN
(Persero) UIP JBTB sehingga dapat mengurangi atau menghilangkan resiko akibat kecelakaan kerja
sehingga tercapai Zero Accident.

2. RUANG LINGKUP
Prosedur ini menjelaskan mengenai tata cara identifikasi bahaya dan penilaian resiko sesuai metode,
matriks resiko serta penetapan tindakan pengendalian resiko yang diberlakukan di seluruh lokasi kerja PT
PLN (Persero) UIP JBTB termasuk pekerjaan yang dilakukan oleh kontraktor.

3. REFERENSI
3.1. Undang – undang No.1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja.
3.2. Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.
3.3. SPLN U1.006:2021 Tentang Sistem Manajemen Keselamatan Kontraktor (Contractor Safety
Management System/CSMS).
3.4. SPLN U1.005:2014 Tentang Standar Implementasi Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.
3.5. Nomor 0250.P/DIR/2016 Tentang Pedoman Keselamatan Kerja di Lingkungan PT PLN
(PERSERO).
3.6. Nomor 0251.P/DIR/2016 Tentang Pedoman Keselamatan Instalasi di Lingkungan PT PLN
(PERSERO).
3.7. Nomor 0252.P/DIR/2016 Tentang Pedoman Keselamatan Umum di Lingkungan PT PLN
(PERSERO).
3.8. Surat Surat EVP HSSE Kantor Pusat No. 0552/KLH.00.01/EVPHSSE/2018 tanggal 27 November
2018 Perihal Standarisasi Form IBPPR, JSA, dan Working Permit.
3.9. Sistem Manajemen K3 ISO 45001: 2018 Klausul 6.1.2 dan 8.1.2

Salinan hard copy adalah dokumen tidak terkendali


Versi terkendali dokumen ini disimpan dalam file elektronik
No.Dokumen JBTB- PK3-K3LK-01
PT PLN (Persero)
UNIT INDUK PEMBANGUNAN Revisi 00
JAWA BAGIAN TIMUR DAN BALI
Tanggal 15 September 2021
Halaman 4 dari 9
PROSEDUR
IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENGENDALIAN RESIKO

4. DEFINISI
4.1. Bahaya (Hazard) adalah segala sesuatu yang memiliki potensi untuk menyebabkan kecelakaan,
sehingga dapat menimbulkan cedera, sakit, cacat atau tewas (bagi pekerja, pihak lain, kontraktor,
tamu, atau masyarakat sekitar), kerusakan terhadap peralatan konstruksi atau properti perusahaan,
terhambatnya proses kerja.
4.2 IBPPR (Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Resiko) adalah proses untuk mengenali
adanya bahaya dan mendefinisikan karateristik nilai resikonya serta menetapkan tindakan
pengendalian resiko.
4.3 Identifikasi Bahaya adalah proses Identifikasi secara menyeluruh terhadap suatu kegiatan
meliputi cara kerja, proses kerja, perilaku pekerja, peralatan, equipment konstruksi, sarana K3,
lingkungan sekitar, dan kondisi tempat kerja yang dapat menimbulkan potensi cedera, sakit, cacat,
tewas, kecelakaan pada pekerja, kerusakan terhadap peralatan, equipment konstruksi atau properti
perusahaan.
4.4 Potensi Bahaya adalah sumber atau situasi yang berpotensi untuk membuat cedera pada
manusia dan/atau kesehatannya, kerusakan lainnya atau kombinasi dari hal-hal tersebut.
4.5 Resiko adalah kecenderungan untuk terjadi cedera, sakit, cacat, tewas, kecelakaan terhadap
pekerja atau kerusakan terhadap peralatan, equipment konstruksi, atau properti perusahaan yang
timbul akibat paparan bahaya.
4.6 Penilaian Resiko adalah proses perhitungan terhadap kecenderungan / kemungkinan untuk
terjadi cedera, sakit, cacat, tewas, kecelakaan terhadap pekerja atau kerusakan terhadap peralatan,
equipment konstruksi, atau properti perusahaan yang dibandingkan dengan akibat yang akan terjadi
dari suatu peristiwa.
Catatan :

penilaian resiko yang meliputi analisa resiko berdasarkan akibat yang ditimbulkan, tingkat
pemaparan dan peluang resiko tersebut dapat terjadi.

4.7 Pengendalian Resiko adalah suatu metode penerapan dalam mengendalikan resiko yang
didapat dari hasil penilaian resiko yang dilakukan untuk menurunkan atau mengurangi resiko yang
berkaitan dengan suatu bahaya. Metode pengendalian harus mengikuti hirarki atau tingkat
pengendalian resiko, seperti yang dipersyaratkan dalam peraturan-perundangan K3. Penting untuk
dipastikan bahwa setiap metode pengendalian tidak menimbulkan bahaya – bahaya baru, dan
keefektifan dari pengendalian harus terus dipantau.
Hirarki pengendalian resiko tersebut adalah :
Salinan hard copy adalah dokumen tidak terkendali
Versi terkendali dokumen ini disimpan dalam file elektronik
No.Dokumen JBTB- PK3-K3LK-01
PT PLN (Persero)
UNIT INDUK PEMBANGUNAN Revisi 00
JAWA BAGIAN TIMUR DAN BALI
Tanggal 15 September 2021
Halaman 5 dari 9
PROSEDUR
IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENGENDALIAN RESIKO
 Eliminasi
Menghilangkan sama sekali sumber potensi bahaya di tempat kerja.

 Subsitusi
Mengganti suatu material atau peralatan dengan bahan / proses yang memiliki potensi bahaya
yang lebih rendah.

 Rekayasa teknik
Memodifikasi suatu peralatan sehingga mengurangi tingkat resiko kecelakaan yang ditimbulkan.

 Administrasi
Mengatur ulang kebijakan perusahaan mengenai peraturan – peraturan maupun sIstem kerja
yang sudah ditetapkan.

 Alat Pelindung Diri ( APD )


Menggunaan alat pelinding diri yang berstandart dan sesuai dengan jenis pekerjaannya.

Catatan :

- Pengendalian di atas dalam prakteknya dapat dikombinasi antara metode yang satu dengan
yang lain (misalnya pengendalian rekayasa digabungkan dengan penggunaan APD).
- Pemilihan untuk penggunaan APD harus selalu menjadi pilihan tingkat pengendalian terakhir.
Suatu kombinasi pengendalian bisa dilakukan asal didasarkan pada tingkat pengendalian.
4.8 Kecelakaan adalah kejadian yang tidak diharapkan yang menyebabkan kematian, cedera, penyakit,
kerusakan properti atau kombinasi hal-hal tersebut.
4.9 Aktifitas Non Rutin adalah aktifitas yang dilakukan dalam kondisi yang tidak seperti biasa, yaitu pada
kegiatan instalasi peralatan baru, pembersihan / cleaning, perbaikan peralatan, modifikasi alat dan
kondisi darurat.
4.10 Tim Identifikasi Bahaya Penilaian & Pengendalian Resiko (Tim IBPPR) adalah tim penilaian resiko
yang terdiri dari karyawan yang ditunjuk perusahaan dan sudah mendapatkan pelatihan khusus
tentang manajemen Resiko K3.

5. TANGGUNG JAWAB
5.1. General Manager PT PLN (Persero) UIP JBTB bertanggung jawab dalam kebijakan pengendalian
yang direkomendasikan oleh Sekretaris P2K3 berdasarkan atas hasil identifikasi bahaya oleh tim
Identifikasi bahaya sesuai Prosedur IBPPR dengan menerapkan metode pengendalian yang
Salinan hard copy adalah dokumen tidak terkendali
Versi terkendali dokumen ini disimpan dalam file elektronik
No.Dokumen JBTB- PK3-K3LK-01
PT PLN (Persero)
UNIT INDUK PEMBANGUNAN Revisi 00
JAWA BAGIAN TIMUR DAN BALI
Tanggal 15 September 2021
Halaman 6 dari 9
PROSEDUR
IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENGENDALIAN RESIKO
direkomendasikan, yang didasarkan pada tingkat pengendalian dan mengesahkan usulan
kepengurusan Tim Identifikasi.
5.2. Tim P2K3 memberikan arahan dan rekomendasi terhadap hasil identifikasi bahaya yang dilakukan
oleh Tim Identifikasi Bahaya.
5.3. Sekretaris P2K3 bertanggung jawab mengusulkan Tim Identifikasi Bahaya dan menetapkan jadwal
pelaksanaannya, serta melaporkan seluruh hasil identifikasi potensi bahaya, penilaian resiko,
sampai pengendalian resiko kepada General Manager PT PLN (Persero) UIP JBTB
5.4. Tim IBPPR bertanggung jawab terhadap jalannya proses identifikasi potensi bahaya, penilaian
resiko, sampai pengendalian resiko.
5.5. Ketua Tim Identifikasi Bahaya Penilaian dan Pengendalian Resiko (IBPPR)
5.5.1. Bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan pelaksanaan identifikasi bahaya.
5.5.2. Membagi tugas kepada seluruh anggota tim sesuai kompetensi yang dimiliki.
5.5.3. Melaporkan hasil tindakan identifikasi bahaya dan langkah – langkah perbaikan yang sudah
dikaji, dikoreksi dan dilaporkan kepada Sekretaris P2K3.
5.6. Sekretaris Tim Identifikasi Bahaya Penilaian dan Pengendalian Resiko (IBPPR)
5.6.1. Membuat jadwal kegiatan identifikasi bahaya.
5.6.2. Merangkum dan mencatat hasil kegiatan identifikasi bahaya yang sudah dilakukan oleh
anggota Tim Identifikasi Bahaya.
5.6.3. Mencatat hasil tindakan identifikasi bahaya dan langkah – langkah perbaikan yang sudah
dikaji dan dikoreksi.
5.6.4. Menyimpan seluruh kesimpulan hasil identifikasi bahaya di pengendalian dokumen.
5.7. Anggota Tim Identifikasi Bahaya Penilaian dan Pengendalian Resiko (IBPPR)
5.7.1. Melaksanakan kegiatan identifikasi bahaya sesuai tugas yang dibebankan (sesuai job desk).
5.7.2. Melaporkan hasil kegiatan identifikasi bahaya kepada Ketua Tim Identifikasi Bahaya.

6. URAIAN PROSEDUR
6.1 Persiapan Tim IBPPR

6.1.1 Semua anggota Tim IBPPR sebelum melakukan aktifitasnya telah dibekali dengan Pelatihan
Manajemen Resiko K3. Pelatihan mencakup cara melakukan identifikasi bahaya dan
pemahaman mengenai metode penilaian resiko sesuai matrik resiko pada lampiran prosedur
ini.

Salinan hard copy adalah dokumen tidak terkendali


Versi terkendali dokumen ini disimpan dalam file elektronik
No.Dokumen JBTB- PK3-K3LK-01
PT PLN (Persero)
UNIT INDUK PEMBANGUNAN Revisi 00
JAWA BAGIAN TIMUR DAN BALI
Tanggal 15 September 2021
Halaman 7 dari 9
PROSEDUR
IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENGENDALIAN RESIKO
6.1.2 Tim IBPPR dilengkapi dengan formulir dan standard matrik resiko K3 yang akan digunakan.
Dokumen ini disediakan oleh Biro K3L.

6.2 Identifikasi Potensi Bahaya

6.2.1 Pada tahap awal, Tim IBPPR akan melakukan identifikasi potensi bahaya yang ada pada
suatu kegiatan yang akan dinilai resikonya. Potensi bahaya ini dapat ditentukan dengan
melihat dan mempertimbangkan hal-hal seperti :

a. Aktifitas rutin dan non rutin termasuk bahaya yang timbul dari :
 Sumber yang berpotensi menimbulkan cidera (mesin, bahan, lingkungan, cara
kerja) yang terkait dengan kegiatan tersebut;
 Design produk dan jasa, pengembangan, konstruksi, maintenance dan lainnya.
b. Kegiatan yang dilakukan oleh tamu, kontraktor dan mitra kerja yang memiliki ijin di lokasi
kerja;
c. Kegiatan yang muncul akibat ada perubahan di tempat kerja misalnya seperti modifikasi
lay out ruangan, dan lain-lain yang memiliki dampak K3
d. Keadaan darurat dan keadaan darurat yang potensial
e. Pekerja yang bekerja pada lokasi diluar kendali perusahaan
f. Bagaimana cidera dapat terjadi ? apakah personil dapat tertabrak, terjepit anggota
tubuhnya, kontak dengan listrik/bahan kimia, terbentur, dan jatuh.

6.2.2 Identifikasi Potensi Bahaya juga dilakukan dengan cara observasi suatu kegiatan atau
melakukan wawancara dengan tenaga kerja / personel yang terkait dengan kegiatan
tersebut.
6.2.3 Data bahaya yang teridentifikasi kemudian dicatat pada Formulir IBPPR pada kolom potensi
bahaya.
6.3 Penilaian Resiko

6.3.1 Setelah semua potensi bahaya teridentifikasi, tiap bahaya itu ditentukan tingkat resikonya.

Salinan hard copy adalah dokumen tidak terkendali


Versi terkendali dokumen ini disimpan dalam file elektronik
No.Dokumen JBTB- PK3-K3LK-01
PT PLN (Persero)
UNIT INDUK PEMBANGUNAN Revisi 00
JAWA BAGIAN TIMUR DAN BALI
Tanggal 15 September 2021
Halaman 8 dari 9
PROSEDUR
IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENGENDALIAN RESIKO
6.3.2 Penilaian resiko mempertimbangkan dua faktor yaitu peluang dan akibat. Kriteria dari masing-
masing faktor ini dapat menggunakan petunjuk yang ada pada standar matriks penilaian
resiko.

6.3.3 Penentuan tingkat resiko ini dilakukan Tim IBPPR dalam suatu rapat yang membahas hasil
temuan di lapangan. Tingkat resiko harus mempertimbangkan tindakan pengendalian resiko
yang telah ada.

6.3.4 Berdasarkan nilai resiko tersebut kemudian Tim IBPPR menetapkan apakah resiko tersebut
dapat diterima atau harus dikendalikan untuk mengurangi resikonya. Jika resiko perlu
dikendalikan maka Tim IBPPR akan mengusulkan bentuk tindakan pengendalian resiko yang
diperlukan.

6.4 Tindakan Pengendalian Resiko


6.4.1 Tim IBPPR kemudian menentukan bentuk tindakan pengendalian resiko yang harus
diterapkan, terutama pada resiko - resiko yang signifikan seperti yang termasuk dalam
kategori resiko ekstrim dan tinggi. Bentuk pengendalian resiko yang diambil berdasarkan
Hirarki Pengendalian Resiko.

6.4.2 Setelah itu, Tim IBPPR menyerahkan formulir identifikasi bahaya, penilaian dan
pengendalian resiko yang telah di isi kepada Sekretaris P2K3 untuk diperiksa.
6.4.3 Sekretaris P2K3 kemudian melaporkan hasil identifikasi bahaya dan penilaian dari Tim IBPPR
kepada General Manager untuk disetujui.

6.4.4 Sekretaris P2K3 kemudian merekap tindakan pengendalian resiko K3 yang


direkomendasikan dari semua hasil IBPPR untuk hasil penilaian resiko yang beresiko tinggi,
sangat tinggi dan ekstrem untuk diusulkan menjadi program kerja SMK3.
6.4.5 Program kerja SMK3 yang berisi detil rencana pengendalian resiko (target waktu &
penanggung jawab pelaksana tindakan) tersebut akan dibahas dan disepakati dalam Rapat
P2K3.
6.5 Pemantauan Tindakan Pengendalian Resiko
6.5.1 Sekretaris P2K3 bertanggung jawab dalam memantau tindakan pengendalian resiko agar
dilaksanakan sesuai rencana yang ada.

Salinan hard copy adalah dokumen tidak terkendali


Versi terkendali dokumen ini disimpan dalam file elektronik
No.Dokumen JBTB- PK3-K3LK-01
PT PLN (Persero)
UNIT INDUK PEMBANGUNAN Revisi 00
JAWA BAGIAN TIMUR DAN BALI
Tanggal 15 September 2021
Halaman 9 dari 9
PROSEDUR
IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENGENDALIAN RESIKO
6.5.2 Pelaporan kinerja pelaksanaan program – program K3 (termasuk penyelesaian tindakan
pengendalian resiko hasil rekomendasi Tim IBPPR) dilakukan melalui rapat rutin bulanan
P2K3.
6.5.3 Apabila penanggung jawab pelaksana tindakan pengendalian resiko mengalami kendala
teknis maka akan dikonsultasikan kepada Sekretaris P2K3 dan atasan langsung.
6.6 Tinjauan dan Review
6.6.1 Seluruh aktifitas / pekerjaan dan hasil identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko
akan ditinjau minimal setahun sekali, dan dilakukan review IBPPR oleh Perwakilan Pegawai
Bidang / Biro / UPP dan Pegawai K3L terkait aktifitas / pekerjaan tersebut.

6.6.2 Apabila terjadi perubahan proses aktifitas / pekerjaan dan perubahan tempat kerja yang
memiliki dampak K3 maka akan dilakukan review IBPPR terlebih dahulu sebelum perubahan
tersebut diterapkan. IBPPR tersebut akan di review / update oleh Perwakilan Pegawai
Bidang / Biro / UPP dan Pegawai K3L terkait aktifitas / pekerjaan tersebut.

7. REKAMAN
7.1. Formulir Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Resiko (FM-K3LK-01-01).

Salinan hard copy adalah dokumen tidak terkendali


Versi terkendali dokumen ini disimpan dalam file elektronik

Anda mungkin juga menyukai