Anda di halaman 1dari 22

Perancangan Sistem Mobile Phone Jamming Tipe Denial of

Services Pada Pesawat Komersil Guna Mengatasi Interferensi


Elektromagnetik dari Ponsel Penumpang Nakal
Oleh:
Rudi Setiawan (rudi_doang21@yahoo.co.id)
Abstrak
Saat bepergian menggunakan moda transportasi pesawat udara, tentu
kalimat mohon untuk mematikan ponsel ataupun perangkat elektronik! tidak
asing lagi terdengar. Akan tetapi tak sedikit dari penumpang nakal tetap
mengaktifkan ponsel saat di dalam pesawat. Padahal ponsel tidak hanya dapat
mengirim dan menerima gelombang radio melainkan juga meradiasikan tenaga
listrik untuk menjangkau BTS (Base Transceiver Station) atau menara sinyal.
Sebuah ponsel dapat menjangkau BTS yang berjarak 35 kilometer, sehingga pada
ketinggian 30.000 kaki sebuah ponsel dapat menjangkau ratusan BTS yang berada
di bawah pesawat. Ponsel yang terkoneksi BTS (Base Transceiver Station) tetap
aktif mencari sinyal meski tidak digunakan untuk berkomunikasi. Tidak
dimatikannya ponsel atau dalam kondisi flight mode dapat menimbulkan benturan
gelombang elektromagnetik terhadap sistem komunikasi pesawat. Terjadinya
benturan gelombang elektromagnetik akan menimbulkan noise yang mengganggu
sistem komunikasi pesawat dan membuat pilot kesulitan mendengar instruksi dari
petugas ATC (Air Traffic Control) yang mengatur lalu lintas udara. Padahal saat
pesawat diterbangkan, pilot terus berkomunikasi dengan petugas ATC (Air Traffic
Control) demi kelancaran dan keselamatan penerbangan tersebut. Oleh karena itu,
karya ini dapat menjadi solusi yang tepat untuk mengatasi masalah pelanggaran
penggunaan ponsel di dalam pesawat. Hal ini dikarenakan dapat memaksa ponsel
milik penumpang nakal yang aktif menjadi flight mode atau no signal
frequency, sehingga ponsel tidak mengeluarkan interferensi (gangguan) berupa
gelombang elektromagnetik yang dapat menggangu navigasi pesawat.

Kata Kunci :

Interferensi

Elektromagnetik,

Mobile

Phone

Jamming,

Pesawat

I. Latar Belakang
Saat bepergian menggunakan moda transportasi pesawat udara, tentu
kalimat mohon untuk mematikan ponsel ataupun perangkat elektronik! tidak
asing lagi terdengar. Akan tetapi tak sedikit dari penumpang tetap mengaktifkan
ponsel saat pesawat baru lepas landas maupun mendarat. Padahal Kementerian
Komunikasi dan Informatika (Kominfo) terus mengingatkan berbagai pihak untuk
mematuhi peringatan larangan penggunaan perangkat telekomunikasi saat berada
di dalam pesawat.
Sebagaimana tercantum dalam UU Penerbangan Pasal 412 ayat 5, yang
berbunyi setiap orang di dalam pesawat udara selama penerbangan dilarang
mengoperasikan peralatan elektronik yang mengganggu navigasi penerbangan dan
di dalam Pasal 54 huruf f disebutkan dapat dipidana dengan pidana penjara paling
lama 2 tahun atau denda paling banyak Rp. 200 juta.
Selain itu, pelarangan gangguan (interferensi) frekuensi radio dijelaskan
dalam UU No. 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi, Pasal 33 Ayat (2) dan
Pasal 38. Pasal 33 Ayat (2) menyebutkan, penggunaan spektrum frekuensi radio
dan orbit satelit harus sesuai dengan peruntukannya dan tidak saling mengganggu.
Sedangkan Pasal 38 menyebutkan, setiap orang dilarang melakukan perbuatan
yang dapat menimbulkan gangguan fisik dan elektromagnetik terhadap
penyelenggaraan telekomunikasi.
Imbauan larangan penggunaan ponsel di dalam pesawat ini pun untuk
kesekian kalinya kembali dikeluarkan oleh Kominfo menyusul insiden pemukulan
pramugari Sriwijaya Air, Nur Febriani yang dilakukan oleh oknum pejabat daerah
Bangka Belitung pada 6 Juni 2013 saat diminta untuk mematikan ponsel1.
Tindakan yang dilakukan pramugari ini sebenarnya telah sesuai dengan standar
operasional sebagaimana yang diatur pada Pasal 3 Undang-Undang Nomor 15
Tahun 1992 tentang kewajiban maskapai penerbangan sipil untuk mewujudkan
penyelenggaraan penerbangan yang aman.
1 http://bangka.tribunnews.com/2013/06/07/nur-febriani-termasuk-pramugari-senior
diakses pada tanggal 23 juli 2016.

Berbagai tindakan pencegahan banyak dilakukan perusahaan penerbangan,


seperti melarang penggunaan ponsel dan meminta agar ponsel tetap dalam kondisi
mati selama penerbangan atau ponsel tetap pada mode pesawat atau flight mode.
Akan tetapi tak sedikit yang melanggar peraturan khususnya penumpang nakal
yang tidak mengerti akan bahaya penggunaan ponsel di dalam pesawat.
Menurut informasi dari ASRS (Aviation Safety Reporting System) ponsel
mempunyai kontributor yang besar terhadap keselamatan penerbangan. Perlu
diketahui, ponsel tidak hanya dapat mengirim dan menerima gelombang radio
melainkan juga meradiasikan tenaga listrik untuk menjangkau BTS (Base
Transceiver Station) atau menara sinyal. Faktanya sebuah ponsel dapat
menjangkau BTS yang berjarak 35 kilometer, sehingga pada ketinggian 30.000
kaki sebuah ponsel dapat menjangkau ratusan BTS yang berada di bawah
pesawat2.
Ponsel yang sudah banyak dipasarkan pada saat ini mempunyai frekuensi
800 MHz, 900 MHz dan 1800 MHz. Bila dilihat dari frekuensi yang digunakan,
maka panjang gelombang elektromagnetik yang dipancarkan dari ponsel berkisar
antara 0,01 meter sampai dengan 1 meter, sehingga ponsel akan mengeluarkan
radiasi elektromagnetik yang teoritis akan berdampak terhadap lingkungan sekitar
terlebih pada navigasi komunikasi pesawat.
Baik

ponsel

maupun

sistem

komunikasi

pesawat

sama-sama

mengandalkan frekuensi radio. Ponsel yang terkoneksi BTS (Base Transceiver


Station) tetap aktif mencari sinyal meski tidak digunakan untuk berkomunikasi.
Tidak dimatikannya ponsel atau dalam kondisi flight mode dapat menimbulkan
benturan gelombang elektromagnetik terhadap sistem komunikasi pesawat.
Terjadinya benturan gelombang elektromagnetik akan menimbulkan noise yang
mengganggu sistem komunikasi pesawat dan membuat pilot kesulitan mendengar
instruksi dari petugas ATC (Air Traffic Control) yang mengatur lalu lintas udara3.

2 https://benarnggak.wordpress.com/2011/08/08/apakah-handphone-dapat-mengancamkeamanan-pesawat-udara/ diakses pada tanggal 8 agustus 2016.


3 http://inet.detik.com/read/2013/06/07/115926/2266976/328/alasan-teknis-tentangbahaya-ponsel-di-pesawat diakses pada tanggal 9 agustus 2016.

Padahal saat pesawat diterbangkan, pilot terus berkomunikasi dengan petugas


ATC (Air Traffic Control) demi kelancaran dan keselamatan penerbangan tersebut.
Beberapa ganguan yang terjadi di pesawat akibat benturan gelombang
elektromagnetik, antara lain, yakni arah terbang melenceng, indikator HSI
(Horizontal Situation Indicator) terganggu, gangguan penyebab VOR (VHF
Omnidirectional Receiver) tak terdengar, gangguan sistem navigasi, gangguan
frekuensi komunikasi, gangguan indikator bahan bakar, dan gangguan sistem
kemudi otomatis. Semua gangguan tersebut diakibatkan oleh ponsel yang tidak
dimatikan atau dalam kondisi flight mode. Semua informasi diatas adalah
bersumber dari ASRS4.
Beberapa kasus kecelakaan pesawat terbang yang diakibatkan oleh ponsel,
yaitu Pesawat Crossair dengan nomor penerbangan LX498 yang tiba-tiba
menukik jatuh setelah take-off dari bandara Zurich, Swiss. Pada kecelakaan
pesawat ini Sepuluh penumpangnya tewas dan penyelidik menemukan bukti
adanya gangguan sinyal ponsel terhadap sistem kemudi pesawat5.
Sebuah pesawat Slovenia Air dalam penerbangan menuju Sarajevo
melakukan pendaratan darurat karena sistem alarm di kokpit penerbang terus
meraung-raung. Ternyata, sebuah ponsel di dalam kopor dibagasi lupa dimatikan,
dan menyebabkan gangguan terhadap sistem navigasi6.
Selain kasus tersebut, pesawat Boeing 747 Qantas mendadak miring ke
satu sisi dan mendaki lagi setinggi 700 kaki justru saat sedang final approach
untuk landing di bandara Heathrow, London. Ternyata hal ini disebabkan karena
adanya tiga penumpang yang belum mematikan komputer, CD player, dan
electronic game saat berada di pesawat.

4 http://www.ilmuterbang.com/artikel-mainmenu-29/teori-penerbangan-mainmenu68/791-hand-phone-hp-kambing-hitam-pada-kecelakaan-pesawat diakses pada tanggal 5


agustus 2016.
5,6 Wanti, Mulia. 2009. Standar Operasional Prosedur Penanganan Penumpang yang
memerlukan pelayanan khusus di PT. AIR ASIA Medan. Universitas Sumatera Utara,
Medan.
6

Oleh karena itu, karya yang berjudul Perancangan Sistem Radio


Jamming Tipe Denial of Services Pada Pesawat Komersil Guna Mengatasi
Interferensi Gelombang Elektromagnetik dari Ponsel Penumpang Nakal
dapat menjadi solusi yang tepat untuk mengatasi masalah pelanggaran
penggunaan ponsel di dalam pesawat. Hal ini dikarenakan dengan adanya sistem
ini dapat memaksa ponsel milik penumpang nakal yang aktif menjadi flight
mode atau no signal frequency, sehingga ponsel tidak mengeluarkan interferensi
berupa gelombang elektromagnetik yang dapat menggangu navigasi pesawat.

II.Pembahasan
2.1 Gelombang Elektromagnetik
Gangguan elektromagnetik adalah sinyal pancaran yang tidak diinginkan
dari energi konduksi atau energi radiasi sebagai medan elektromagnetik. Pancaran
konduksi berupa tegangan dan arus. Sedangkan pancaran radiasi terdiri dari
medan listrik atau medan magnet. Interaksi medan listrik antara dua rangkaian
terbentuk dalam gandengan kapasitif. Jika dua rangkaian digandeng oleh medan
listrik, maka gandengan listrik tersebut dapat digantikan dengan kapasitor 7. Dalam
bentuk rangkaian dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1. (a). Rangkaian Fisik Gandengan Kapasitif (b). Rangkaian Ekivalen
Gandengan Kapasitif
Interaksi medan magnet antara dua rangkaian terjadi dalam gandengan
induktif. Medan magnet yang terkurung di antara dua konduktor dapat digantikan
dengan induktansi bersama. Suatu konduktor yang dialiri arus listrik dapat
menghasilkan medan magnet yang mempengaruhi konduktor disekitarnya.
Spektrum sinyal gangguan didefenisikan dalam bentuk amplitudo yang
merupakan kebalikan dengan frekuensi pancaran sinyal dari suatu sumber
gangguan. Amplitudo spektrum pancaran dapat berupa pancaran konduksi atau
radiasi, narrow band atau broad band, yang dapat didefenisikan sebagai berikut :

Pancaran konduksi dapat didefenisikan sebagai energi elektromagnetik yang


diinginkan sepanjang propagasi suatu penghantar (konduktor). Konduktor

7
Ikawati, Yunia dan Okkie Puspitorini. 2011. Analisa Interferensi
Elektromagnetik pada Propagasi Wi-Fi Indoor. Jurusan teknik
Telekomunikasi PENS-ITS. Hal 2.

dapat berupa kabel aliran daya, lapisan metal subsistem, atau sistem

interkoneksi kabelkabel.
Pancaran radiasi didefenisikan sebagai energi elektromagnetik yang
diinginkan atau energi elektromagnetik yang tidak diinginkan yang
merupakan propagasi kedalam ruang bebas, sebagai suatu gelombang transfer

elektromagnetik oleh gandengan kapasitif atau gandengan induktif.


Pancaran narrow band yaitu suatu pancaran yang mempunyai energi
spektrum yang utama terletak di dalam bandpass dari pengukuran peralatan
penerima yang digunakan. Pancaran narrow band yang dimaksud, yaitu
bandwidth pancarannya 3dB lebih sempit dari pengukuran bandwidth

penerima gangguan.
Pancaran broad band yaitu suatu pancaran yang mempunyai distribusi energi
spektrum yang lebih besar dibandingkan dengan bandwidth dari pengukuran
penerima yang digunakan.
Spektrum sinyal yang ada dalam sistem elektronik sebagian besar

merupakan aspek yang penting dari kemampuan suatu sistem, bukan hanya untuk
mendapatkan batas yang berkaitan dengan pengaturan pancaran, tetapi juga
berfungsi dalam kesesuaian/keharmonisan dari sistem elektronik. Kuantitas yang
harus diperhatikan dalam kesesuaian elektromagnetik adalah :

Pancaran konduksi, berupa tegangan atau arus.


Pancaran radiasi, berupa medan listrik dan medan magnet. Spektrum
elektromagnetik dapat digolongkan seperti dalam Tabel 2.1

Tabel 2.1. Spektrum Elektromagnetik

Gelombang elektromagnetik dapat berjalan dalam ruang hampa.


Gelombang elektromagnetik menghasilkan komponen listrik dan magnet.
Gelombang elektromagnetik memindahkan energinya melalui ruang hampa dan
juga melalui medium material. Perbedaan material menyebabkan jumlah
perbedaan yang disebabkan untuk penyerapan (absorbsi) dan proses pemantulan.
Sifat alami dari gelombang elektromagnetik yang berjalan, yaitu kecepatan dari
gelombang elektromagnet tergantung dari material yang dilalui gelombang
tersebut. Menurut frekuensi propagasi gelombang elektromagnetik dibedakan
menjadi :

Propagasi frekuensi tinggi (high frequency/HF)


Propagasi frekuensi sangat tinggi (very high frequency/VHF) dan frekuensi

ultra tinggi (ultra high frequency/UHF).


Propagasi gelombang mikro dan gelombang millimeter.

2.2 Interferensi Elektromagnetik


Penurunan atau gangguan kemampuan kerja piranti, peralatan atau sistem
karena gangguan elektromagnetik disebut interferensi elektromagnetik (IEC,
1989). Diagram blok interferensi elektromagnetik pada Gambar 2.2, menunjukkan
emisi yang berasal dari sumber dan suseptibilitas dilingkungan elektromagnet.
Piranti emitor sebagai sumber menghasilkan sinyal yang diinginkan dan juga
sinyal yang tidak diinginkan8.
Sinyal yang tidak diinginkan merupakan gangguan. Pada sinyalsinyal
tersebut kemudian terbentuk gandengan elektromagnetik yang diinginkan dan
tidak diinginkan hingga terbentuk lingkungan yang mengandung medan
elektromagnetik, kemudian terbentuk lagi aluralur gandengan hingga mencapai
piranti yang peka (penerima interferensi).
Sumber interferensi dibangkitkan dari beberapa peralatan elektronik,
elektrik dan elektromekanik. Karena transmisi, distribusi, proses atau penggunaan
peralatan untuk berbagai tujuan dengan energi listrik, sehingga dalam
pengoperasiannya menghasilkan sinyal konduksi atau radiasi.
8 Patil,Kim, Lionel. A study of frequency interference and indoor location sensing
with 802.11b and Bluetooth technologies. Int. J. Mobile Communications, Vol. 4, No. 6,
pp.621644.

Gambar 2.2. Diagram Interferensi Elektromagnetik


Sumber interferensi dibedakan menjadi 2, yaitu :
1. Sumber interferensi alami, yaitu sumber yang tergabung dalam fenomena
alami. Sumber tersebut meliputi :
Sumber interferrensi natural terrestrial, yaitu fenomena pengisian atau

pelepasan atmosfer, seperti kilat, dan lain sebagainya.


Sumber interferensi natural extraterrestrial (calessial), yaitu sumber
gangguan yang meliputi radiasi dari sumber matahari, sumber galaksi dan
lain sebaginya.
Sumbersumber interferensi natural dapat mempunyai sinyal amplitudo

yang bermacam-macam sebagai fungsi frekuensi yang mempunyai kriteria


sebagai sumber interferensi broad band yang diidentifikasikan tidak koheren serta
sumber

dikategorikan dalam sinyal

radiasi.

Sinyal

interferensi

natural

dibangkitkan dengan tidak sengaja.


2. Sumber interferensi buatan manusia yaitu sumbersumber yang tergabung
dalam peralatanperalatan buatan manusia seperti jaringan transmisi listrik,

sistem pemanasan otomotif, sistem penerangan, dan sebagainya. Sumber


interferensi buatan manusia dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Interferensi broad band, yaitu sinyal elektromagnetik konduksi atau
radiasi yang mana amplitudonya bervariasi sebagai fungsi dari frekuensi
yang diperluas pada jangkauan frekuensi yang lebih besar dari bandwidth
penerima. Interferensi broad band terbagi menjadi sinyal broad band

koheren dan tidak koheren.


Interferensi narrow band yaitu sinyal konduksi atau sinyal radiasi yang
mana perbedaan amplitudo sebagai fungsi dari frekuensi yang lebih sempit
dari bandwidth. Dalam interferensi narrow band hanya ada jenis sinyal
interferensi narrow band koheren.

Gambar 2.3 Sumber Interferensi Elektromagnetik


2.3 Jammer
Jammer dalam dunia telekomunikasi yaitu sebuah alat yang digunakan
untuk memutus hubungan komunikasi perangkat telekomunikasi. Pada teknologi
seluler, Jammer telepon seluler adalah alat yang digunakan untuk mencegah
telepon seluler untuk menerima sinyal dari BTS. Ketika diaktifkan, Jammer akan
menonaktifkan secara efektif penggunaan telepon seluler. Perangkat ini dapat
digunakan pada lokasi yang melarang penggunaan telepon seluler di lokasi
tersebut.9
9

Djaelani, Elan. 2009. Menentukan Panjang Jangkauan Perangkat Jammer dengan


Pendekatan Equivalent Isotropically Radiated Power (EIRP). INKOM, Vol. III, No. 2, Nop 2009.

10

Jammer telepon seluler bekerja dengan mengirimkan gelombang radio


dengan frekuensi yang sama dengan yang digunakan oleh telepon seluler. Hal ini
akan menyebabkan interferensi komunikasi antara telepon seluler dan tower
sehingga

telepon

tidak

dapat

digunakan.

Kebanyakan

telepon

seluler

menggunakan band yang berbeda untuk mengirim dan menerima sinyal informasi
dari tower yang disebut FDD (Frequency Division Duplexing). Jammer dapat
bekerja dengan mengganggu salah satu band frekuensi yaitu frekuensi telepon
seluler ke BTS atau dari BTS ke telepon seluler.
Jammer membutuhkan daya yang lebih kecil untuk mengganggu sinyal
yang dikirim dari BTS ke telepon seluler daripada telepon seluler ke BTS, karena
BTS terletak pada jarak yang lebih jauh dari Jammer daripada telepon seluler, dan
karena jarak yang jauh tersebut sinyal yang diterima dari BTS ke telepon seluler
tidak sekuat daya yang dipancarkan oleh Jammer10.
Jammer bekerja mirip seperti BTS yaitu sebagai sebuah pemancar sinyal
gelombang radio. Namun ada perbedaan mendasar antara BTS dan Jammer yaitu
BTS memancarkan dan menerima serta mengendalikan lalu lintas sinyal
gelombang radio dari dan ke telepon seluler dengan membagi jumlah daya untuk
setiap telepon seluler yang ada sehingga semakin banyak jumlah telepon seluler
yang dikendalikan oleh sebuah BTS maka daya yang digunakan akan semakin
besar untuk melayani semua telepon seluler, dengan demikian jumlah telepon
seluler yang dapat dilayani BTS dengan jumlah daya tetap adalah terbatas.
Sedangkan Jammer hanya memancarkan sinyal gelombang radio pada lingkup
radius tertentu dengan daya pancar yang penuh sehingga semua telepon seluler
yang berada pada lingkup radius efektif Jammer tidak akan dapat melakukan
komunikasi.
Beberapa komponen utama yang terdapat pada Jammer adalah sebagai
berikut:
a. Antena
Setiap perangkat Jammer memiliki antena untukmengirimkan sinyal.

10 Anonim. 2008. Program Insentif MENRISTEK, Realisasi Perangkat VHF


Electronic Jamming Untuk Electronic Warfare.

11

Beberapa Jammer menggunakan antena mikrostrip. Namun untuk Jammer yang


lebih kuat menggunakan antena eksternal untuk mencapai radius yang lebih jauh
dan dapat diatur untuk menggunakan band frekuensi tertentu sesuai keperluan.
Berdasarkan jenis aplikasi dan teknologi yang tersedia, secara umum antena
dibagi menjadi dua kategori:
1. Antena omnidirectional yaitu antena yang menerima dan meradiasikan
sinyal radio ke segala arah.
2. Antena pengarah (directional) atau antena beam yang digunakan untuk
menerima dan meradiasikan sinyal radio dari dan ke arah tertentu.
b. Rangkaian Jammer
Komponen elektronik utama Jammer adalah sebagai berikut:
1. Voltage Controlled Oscillator (VCO) digunakan untuk menghasilkan
sinyal radio yang akan berinterferensi dengan sinyal telepon seluler.
Keluaran VCO akan memiliki frekuensi yang sebanding dengan tegangan
masukan, sehingga frekuensi keluaran dapat diatur dengan mengubah
tegangan masukan. Ketika tegangan masukan adalah sinyal DC, keluaran
merupakan frekuensi tertentu, dan jika masukan merupakan gelombang
gigi gergaji/segitiga, keluaran yang dihasilkan akan terpancang/ter-tuning
pada
rentang frekuensi tertentu.
2. Rangkaian tuning digunakan untuk mengatur frekuensi sinyal yang
dipancarkan Jammer dengan mengatur tegangan masukan oscillator.
3. Generator noise digunakan untuk menghasilkan keluaran acak untuk
mendapatkan rentang frekuensi tertentu untuk berinterferensi dengan
sinyal telepon seluler.
4. Penguat RF digunakan untuk memperkuat daya keluaran Jammer untuk
mendapatkan daya yang cukup untuk mengganggu sinyal. Penguat RF
memperkuat sinyal frekuensi radio berdaya rendah menjadi sinyal keluaran
berdaya besar untuk ditransmisikan melalui antena transmitter. Sinyal
keluaran dari penguat RF telah dioptimalkan untuk mencapai efisiensi
yang tinggi, kompresi daya keluaran yang besar, disipasi panas yang
c.

optimal dan loss kembali yang baik pada input dan output.
Catu Daya
Catu daya digunakan untuk memberikan tegangan daya supaya perangkat

dapat bekerja. Beberapa bagian utama yang ada dalam catu daya adalah,
1. Transformer : digunakan untuk mengubah tegangan 220
12

2. Volt AC ke tingkatan tegangan lain.


3. Rectifier : digunakan untuk mengubah tegangan AC menjadi tegangan DC.
Ada 2 cara dalam rektifikasi yaitu,
Rektifikasi gelombang penuh : rektifikasi terjadi secara terus menerus

pada siklus positif dan negatif pada sinyal masukan.


Rektifikasi setengah gelombang : tegangan keluaran hanya muncul pada

siklus positif sinyal masukan.


4. Filter : digunakan untuk menghilangkan fluktuasi pada keluaran rectifier,
untuk menghilangkan noise sehingga tegangan konstan DC dapat
dihasilkan. Wujud dari filter ini hanya sebuah kapasitor besar untuk
meminimalisir ripple pada keluaran.
5. Regulator : untuk menghasilkan tegangan DC yang diharapkan.
Perancangan dan Pembuatan Sistem
Perencanaan sistem Jammer untuk Dual Band GSM dan CDMA
menggunakan beberapa aspek yaitu teknik Jammer yang digunakan, dan
parameter desain. Gambar 2.4 Merupakan desain dari Mobile Phone Jammer
yang dirancang dengan posisi penempatan pada pesawat.

Gambar 2.4 Mobile Phone Jamming dan Titik Penempatan di Pesawat


Gambar 2.4 menunjukkan bahwa jammer yang berukuran 15cm x 15cm di
tempatkan pada pusat bagian kabin penumpang. Titik hitam menunjukkan lokasi
penempatan dan garis kotak merah menunjukkan bahwa jangkauan dari jammer
untuk melumpuhkan frekeunsi downlink ponsel yang apabila aktif di dalam
13

pesawat. Jarak dan jangkuan jamming menyesuaikan dengan bentuk dan ukuran
pesawat komersil yang akan mengadaptasi sistem mobile phone jamming. Ada
beberapa cara Jamming dalam perangkat RF. Tiga teknik paling dikenal dapat
dikategorikan seperti berikut :
a. Spoofing
Teknik ini memaksa perangkat untuk mematikan/menonaktifkan telepon
seluler itu sendiri. Tipe ini sangat sulit diimplementasikan karena pertama
perangkat Jamming harus mendeteksi keberadaan telepon seluler dalam area
tertentu dan mengirimkan sinyal untuk mematikan perangkat telepon. Beberapa
tipe ini dapat mendeteksi keberadaan telepon seluler terdekat dan mengirim pesan
pada pengguna untuk mematikan telepon.
b. Shield Attack
Teknik ini dikenal dengan tameng frekuensi elektromagnetik. Jenis ini
memerlukan ruang tertutup dalam kurungan faraday jadi perangkat apapun
didalam kurungan tidak dapat mengirim dan menerima sinyal RF dari luar
kurungan. Alat ini dapat sebesar bangunan gedung. Bahan yang digunakan untuk
membuat Jammer tipe ini adalah alumunium atau bahan metal lain yang tidak
dapat ditembus oleh sinyal radio.
c. Denial of Service
Teknik ini sering disingkat dengan DOS. Pada teknik ini perangkat
mengirimkan sinyal noise yang sama pada frekuensi kerja telepon seluler untuk
menurunkan rasio sinyal noise (SNR, Signal to Noise Ratio) dari telepon seluler
pada nilai minimum. Teknik Jamming ini merupakan yang termudah karena
perangkat selalu aktif. Oleh karena itu, perancangan pada penelitian ini
menggunakan tipe denial of services.
Parameter perancangan adalah sebagai berikut :
a. Jarak jangkauan
Jammer merupakan perangkat transmitter sinyal yang mentransmisikan
sinyal dengan daya penuh pada jarak tertentu. Jammer yang akan dibuat adalah
Jammer untuk band frekuensi CDMA 800 MHz, GSM 900 MHz dan GSM 1800
MHz. dengan perencanaan jarak jangkau D=10 meter maksimal untuk band GSM
1800 MHz.

14

b. Frekuensi
Jammer menggunakan frekuensi kerja tertentu sesuai dengan perencanaan
yaitu untuk band frekuensi CDMA 800 MHz, GSM 900 MHz dan GSM 1800
MHz. Telepon seluler sendiri menggunakan 2 frekuensi yang berbeda untuk
pengiriman dan penerimaan informasi dari BTS yaitu frekuensi uplink yang
digunakan untuk transmisi dari telepon seluler ke BTS dan frekuensi downlink
yang digunakan untuk transmisi dari BTS ke telepon seluler. berikut daftar alokasi
frekuensi yang digunakan telepon seluler untuk ketiga band tersebut.
Tabel 2 Alokasi Frekuensi Uplink dan Downlink Ponsel
Band Frekuensi
CDMA 800
GSM 900
GSM 1800

Frekuensi Uplink
824-849 MHz
890-915 MHz
1710-1785 MHz

Frekuensi Downlink
869-894 MHz
935-960 MHz
1805-1880 MHz

Pada desain ini, frekuensi Jamming harus sama dengan frekuensi downlink
dari perangkat seluler, karena jika perangkat Jammer menggunakan frekuensi
Jamming yang sama dengan frekuensi uplink dari perangkat seluler akan
dibutuhkan daya yang lebih besar dikarenakan perangkat yang dikenai Jamming
adalah BTS dengan jarak yang jauh dan harus menggunakan daya lebih besar
daripada BTS.
Oleh karena itu lebih efektif untuk melakukan Jamming pada perangkat
seluler dengan pertimbangan jarak Jamming lebih pendek serta menggunakan
daya yang lebih kecil, dengan demikian didapatkan desain sistem sebagai berikut:
1) Frekuensi Jamming untuk CDMA 800 adalah 869 MHz hingga 894 MHz
2) Frekuensi Jamming untuk GSM 900 adalah 935 MHz hingga 960 MHz
3) Frekuensi Jamming untuk GSM 1800 adalah 1805 MHz hingga 1880 MHz
c. Jamming to Signal Ratio (J/S)
Proses Jamming sukses ketika sinyal Jamming menolak penggunaan
transmisi komunikasi. Pada komunikasi digital, penggunaan ditolak ketika ratarata kegagalan transmisi tidak dapat dikompensasi dengan perbaikan. Kesuksesan
proses Jamming memerlukan daya Jammer minimal sama dengan daya sinyal
pada ponsel penerima. Persamaan 1 merupakan persaman dasar Jamming to
signal ratio.
15

2
J Pj G jr G rj Rtr Lr Br

S Pt Gtr G rt R 2jr L j B j

(1)
Diketahui :
Pj

= Daya Jammer,

Gjr

= Gain antena dari Jammer ke penerima,

Grj

= Gain antena dari penerima ke Jammer,

Rtr

= Jarak antara komunikasi transmiter dan receiver,

Br

= Bandwidth komunikasi penerima,

Lr

= Loss sinyal komunikasi,

Pt

= Daya transmitter,

Gtr

= Gain antena dari transmitter ke antena,

Grt

= Gain antena dari antena ke transmitter,

Rjr

= Jarak antara Jammer ke penerima,

Bj

= Bandwidth Jammer,

Lj

= Loss sinyal Jamming.


Persamaan 1. mengindikasikan daya radiasi perangkat Jammer efektif/

yang diperlukan, sehingga jika diperlukan efisiensi perangkat Jammer yang tinggi
maka harus dipertimbangkan penguatan antena dan daya keluaran. Sehingga
dengan demikian supaya perangkat Jammer dapat menghilangkan sinyal
perangkat seluler, daya Jammer harus sebesar mungkin dan daya penerimaan
perangkat Jammer harus sekecil mungkin.
Seperti yang ditunjukkan pada persamaan diatas, pola radiasi antena,
hubungan antara azimuth dan penguatan merupakan aspek yang penting dalam
proses Jamming. Dan dari persamaan tersebut dan karakteristik gelombang mikro,
jarak memiliki pengaruh penting dalam loss sinyal, jika jarak antara Jammer dan
penerima digandakan, Jammer harus mengalikan daya keluaran sebanyak 4 kali
lipat supaya memiliki efek Jamming yang sama. Dan harus dijadikan catatan
bahwa path loss perangkat Jammer berbeda dari path loss komunikasi yang

16

menjadikan Jammer lebih memberikan keuntungan dibandingkan transmitter


komunikasi.
Perangkat Jammer hanya memancarkan sinyal pada radius coverage
tertentu dengan daya tetap tanpa ada penambahan daya seiring penambahan
penggunaan perangkat seluler sehingga sebanyak apapun perangkat seluler yang
berada dalam jangkauan sinyal perangkat Jammer akan mengalami kehilangan
sinyal komunikasi, sedangkan pada transmitter komunikasi menggunakan sistem
kerja yang berbeda dengan perangkat Jammer, karena semakin banyak perangkat
seluler yang digunakan dalam jangkauan sinyal transmitter semakin besar daya
yang diperlukan.
d. Free Space Loss (FSL)
Free Space Loss(FSL) atau rugi-rugi di ruang bebas merupakan parameter
yang diperlukan untuk perencanaan daya yang akan digunakan oleh jammer,
sehingga dapat diketahui berapa rugi-rugi yang diterima antara jammer dan
telepon seluler penerima pada jarak yang ditentukan, dengan demikian dapat
dengan menambahkan parameter free space loss akan didapatkan daya optimal
sinyal
jammer untuk jarak yang telah ditentukan. Persamaan Free Space Loss dapat
dirumuskan sebagai berikut,
FSL(dB) = 32.45 + 20 Log 10F (MHz) + 20 Log 10D (km)

(2)

Free Space Loss maksimum terjadi pada kasus terburuk, yaitu ketika
frekuensi tertinggi menggunakan frekuensi 1880 MHz dan dengan menggunakan
jarak 10 meter didapatkan besar free space loss sebagai berikut:
FSL(dB) = 32.45 + 20 Log 10F (MHz) + 20 Log 10D (km)
= 32.45 + 20 Log 10 (1880) + 20 Log 10 (0,01)
=

58

dB

(3)

17

Jadi, untuk mencapai jarak sepuluh meter untuk frekuensi 1880 MHz
diperlukan daya lebih besar 58 dB dari daya yang diperlukan jammer untuk
melakukan jamming pada telepon seluler untuk jarak nol meter.
e. Perhitungan daya
Perhitungan daya sistem dapat dihitung dengan mengasumsikan daya
tertinggi yang diperlukan perangkat jamming, yaitu pada frekuensi band tertinggi
1880 MHz pada jarak 10 meter. Maka daya yang diperlukan yaitu, dengan
menggunakan SNR GSM = 9 dB, dan daya sinyal maksimal penerima (daya
maksimal dapat diterima handphone) adalah S = -15 dBm, sehingga dengan
persamaan SNR = S/J didapatkan J = -24 dBm (daya perangkat jamming yang
diperlukan untuk jarak nol meter).
Kemudian daya yang diperlukan untuk jarak yang telah ditentukan dapat
dihitung dengan menambahkan Free Space Loss (FSL) sehingga didapatkan,
Daya Keluaran Total = J + FSL = -24 dBm + 58 dB = 34 dBm

(4)

Dengan demikian untuk mencapai jarak jangkauan 10 meter untuk band frekuensi
1880 MHz diperlukan daya jammer sebesar 34 dBm.

Jammer terdiri dari dua bagian utama yaitu bagian IF dan RF, seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 2.5.

Gambar 2.5 Block Diagram Mobile Phone Jammer


Dari Gambar 2.5, dapat dilihat bahwa power supply yang digunakan
adalah 5-9 V. IF section merupakan berfungsi untuk mengatur tegangan yang akan
diterima pada VCO dalam RF section. RF section terdiri dari power amplifier dan

18

VCO (Voltage Controlled Oscillator) yang berfungsi untuk membangkitkan sinyal


pada range frekuensi 850 MHz-950 MHz. Rangkaian jelasnya ditunjukkan pada
Gambar 2.6.

Gambar 2.6 Rangkaian Mobile Phone Jammer


Pada Gambar 2.6 dapat diketahui bahwa bagian IF berfungsi menghasilkan
sinyal baseband yang kemudian dioleh pada bagian RF untuk menjadi sinyal
dengan frekuensi yang sesuai kemudian dipancarkan melalui antena. Bagian RF
terdiri dari generator sinyal gigi gergaji menggunakan IC 555 mode astable untuk
mengatur keluaran dari Voltage Controlled Oscillator pada bagian RF, dan
generator noise untuk mengacak sinyal telepon seluler. Sinyal gigi gergaji dan
noise kemudian dicampur dan menjadi masukan bagian RF.
Pada bagian RF, sinyal dari bagian IF diolah menjadi sinyal dengan
frekuensi CDMA800, GSM900 dan GSM1800 oleh Voltage Controlled Oscillator.
Karena daya keluaran VCO masih lemah sehingga perlu dikuatkan melalui Power
Amplifier yang kemudian dipancarkan melalui antena monopole dengan pola
radiasi omnidirectional.

19

Sistem mobile phone jamming yang dirancang ini tidak menggangu sistem
komunikasi navigasi pesawat hal ini dikarenakan frekuensi yang di jamming tidak
termasuk dalam frekuensi 800 MHz, 900MHz, dan 1800 MHz yang digunakan
pada pesawat maupun pilot dan ATC seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.2.

No

Frekuensi

Servis

Keterangan

1
2
3
4

9 - 14 KHz
90 - 110 KHz
130 - 535 KHz
1.8 - 2 MHz

RNS
RNS
ARNS
RNS

2.85 -11.4 MHz

AMS(R)/AMS(OR)

6
7
8

13.2 - 22 MHz
3.023 & 5.68 MHz
74.8 -75.2 MHz

AMS(R)/AMS(OR)
AMS(R )
ARNS

108 - 117.975 MHz

ARNS

10

117.975 - 137 MHz

AMS (R )

11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22

121.5 & 123.1 MHz


328.6 - 335.4 MHz
406 - 406.1 MHz
960 - 1215 MHz
1030 & 1090 MHz
1215 - 1260 Mhz
1260 - 1400 MHz
1525 - 1559 MHz
1626.5 - 1660.5 MHz
1559 -1626.5 MHz
1610 - 1626.5 MHz
2700 - 3300 MHz

AMS (R )
ARNS
MSS
ARNS
ARNS
RNSS
ARNS
MSS
MSS
RNSS
ARNS
ARNS

Omega
Loran-C
NDB (Non Directional Beacon)
Loran-A
Komunikasi Ground/Air (HF);
Ground/Ground eksklusif antara bandara
ke bandara diseluruh Indonesia;
RDARA (Regional Domestic Air Route
Area)
MWARA (Major World Air Route Area)
SAR Penerbangan
Marker Beacon
VOR (VHF Omnidirectional); ILS
(Instrument Landing System)
Komunikasi Ground/Air (ADC, APP,
ACC); Pilot/Pilot
Frekuensi Emergensi; ELT
ILS (glide path)
SAR Satellite
DME (Distance Measuring )
SSR (Radar)
GNSS (Navigation Satellite)
Radar Surveillance
Satellite Communication
Satellite Communication
GNSS (Navigation Satellite)
GLONASS
Radar Surveillance

Tabel 2.2 Alokasi Spektrum Frekuensi Radio Penerbangan di Indonesia (Sumber:


ICAO Doc. 9426-AN/924, ATS Planning Manual)
23

4200 - 4400 MHz

ARNS

Radio Altimeter

III. Kesimpulan dan Saran


3.1 Kesimpulan

20

1. Prinsip Jammer tipe denial of services ini mengirimkan sinyal noise yang
sama pada frekuensi kerja telepon seluler untuk menurunkan rasio sinyal
noise (SNR, Signal to Noise Ratio) dari telepon seluler pada nilai minimum.

2. Pada perancangan ini Jamming dilakukan pada frekuensi, yakni CDMA800


antara 869 MHz-894 MHz, GSM 900 antara 935 MHz-960 MHz, dan GSM
1800 antara 1805 MHz-1880 MHz dengan pertimbangan jarak Jamming lebih
pendek serta menggunakan daya yang lebih kecil, sehingga lebih efektif.
3. Sistem mobile phone jamming yang dirancang ini tidak menggangu sistem
komunikasi navigasi pesawat hal ini dikarenakan frekuensi yang di jamming
tidak termasuk dalam frekuensi 800 MHz, 900MHz, dan 1800 MHz yang
digunakan pada pesawat maupun pilot dan ATC seperti yang ditunjukkan
pada Tabel 2.2.
3.2 Saran
1. Dibutuhkan perhitungan yang lebih mendalam terhadap jarak jangkuan yang
dibutuhkan sesuai dengan ukuran pesawat komersil yang ada di Indonesia
ataupun pesawat yang hendak diterapkan konsep jamming, serta konfigurasi
navigasi dari pesawat tersebut.
2. Diperlukannya pengujian Electromagnetic Compatibility (EMC) yang lebih
mendalam terhadap sistem yang dirancang. Pengujian ini untuk mengukur
kemampuan peralatan atau sistem untuk beroperasi secara normal
dilingkungan elektromagnetik tanpa terpengaruh maupun menghasilkan
interferensi terhadap lingkungan, sehingga yang dirancang tidak menggangu
komunikasi navigasi pesawat. mobile phone jamming
3. Dibutuhkannya penambahan kabel grounding atau pentanahan untuk
membuang arus berlebih terhadap peralatan dan mesin pesawat guna
mengurangi interferensi elektromagnetik yang tidak diinginkan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Program Insentif MENRISTEK, Realisasi Perangkat VHF


Electronic Jamming Untuk Electronic Warfare.

21

Djaelani, Elan. 2009. Menentukan Panjang Jangkauan Perangkat Jammer


dengan Pendekatan Equivalent Isotropically Radiated Power (EIRP).
INKOM, Vol. III, No. 2, Nop 2009.
Ikawati, Yunia dan Okkie Puspitorini. 2011. Analisa Interferensi Elektromagnetik
pada Propagasi Wi-Fi Indoor. Jurusan teknik Telekomunikasi PENS-ITS. Hal
2.
Patil,Kim, Lionel. A study of frequency interference and indoor location sensing
with 802.11b and Bluetooth technologies. Int. J. Mobile Communications,
Vol. 4, No. 6, pp.621644.
Wanti, Mulia. 2009. Standar Operasional Prosedur Penanganan Penumpang
yang memerlukan pelayanan khusus di PT. AIR ASIA Medan. Universitas
Sumatera Utara, Medan.
http://bangka.tribunnews.com/2013/06/07/nur-febriani-termasuk-pramugari-senior
diakses pada tanggal 23 juli 2016.
https://benarnggak.wordpress.com/2011/08/08/apakah-handphone-dapatmengancam-keamanan-pesawat-udara/ diakses pada tanggal 8 agustus 2016.
http://inet.detik.com/read/2013/06/07/115926/2266976/328/alasan-teknis-tentangbahaya-ponsel-di-pesawat diakses pada tanggal 9 agustus 2016.
http://www.ilmuterbang.com/artikel-mainmenu-29/teori-penerbanganmainmenu-68/791-hand-phone-hp-kambing-hitam-pada-kecelakaan-pesawat
diakses pada tanggal 5 agustus 2016.

22

Anda mungkin juga menyukai