Bab Iii Logika Proposisi PDF
Bab Iii Logika Proposisi PDF
3.1 Proposisi
Proposisi adalah suatu pernyataan yang bernilai benar atau salah, tetapi tidak dapat
sekaligus keduanya. Kebenaran atau kesalahan dari sebuah kalimat disebut nilai
kebenarannya. Logika yang menangani atau memproses atau memanipulasi penarikan
kesimpulan secara logis dari proposisi-proposisi disebut logika proposisional.
Contoh 3.1-1 :
1. Bali memiliki sebutan pulau dewata (Benar).
2. 2 + 2 = 4
(Benar).
(Salah).
5. 5 x 12 = 90
(Salah).
Contoh 3.1-2 :
x + 5 = 7. (kalimat terbuka)
Angka 13 adalah angka keramat (kalimat yang tidak memiliki nilai benar atau
salah)
28
Selain pernyataan yang menimbulkan banyak pendapat, serta kalimat perintah dan
kalimat tanya, suatu proposisi tidak boleh digantikan dengan proposisi lain yang
artinya sama. Lihat contoh berikut ini :
Contoh 3.1-3 :
Ayu pintar
Pada pernyataan pertama dengan pernyataan kedua artinya sama, tetapi pada
proposisi, pemberian variabel proposisional harus berlainan karena proposisi tidak
diijinkan menafsir arti kalimat.
Contoh 3.1-4 :
dengan
perangkai-perangkai
sehingga
disebut
proposisi
majemuk
Kalimat di atas merupakan proposisi majemuk yang terdiri dari 2 proposisi atomik
yang dirangkai dengan perangkai dan. Jika kalimat tersebut dipisah, akan menjadi
dua kalimat berikut :
29
A atau B
A dan B
Tidak A
Setiap proposisi majemuk akan mempunyai nilai tertentu dengan aturan tertentu
pula berdasarkan nilai pada setiap variabel proposisional dan atau konstanta
proposisional. Pemberian nilai tersebut diberikan dari perangkai logika yang
digunakan.
Contoh 3.2-2 :
Berdasarkan contoh 3.2-1 di atas, jika nilai A = T dan B = F, maka A atau B
menghasilkan nilai T. Nilai-nilai A atau B, dapat ditentukan dengan tabel
kebenaran.
3.3 Perangkai Logika
Setiap perangkai pada logika memiliki nilai kebenarannya masing-masing sesuai
dengan jenis perangkai logika yang digunakan. Untuk mengetahui nilai kebenarannya,
digunakan aturan dengan memakai tabel kebenaran. Tabel kebenaran adalah suatu
tabel yang menunjukkan secara sistematis satu demi satu nilai-nilai kebenaran sebagai
hasil kombinasi dari proposisi-proposisi yang sederhana.
Perangkai-perangkai logika yang digunakan adalah
Tabel 3.3-1 Perangkai dan Simbolnya
Perangkai
Simbol
Bentuk
Tidak .
. dan
atau
Jika maka
30
(T)
maka
(F)
atau
(F)
2. Jika
maka
atau
3. Jika
:2+7<6
(F)
maka
(T)
atau
:2+7 6
(T)
Negasi berarti hanya kebalikan dari nilai variabel proposisional yang dinegasikan.
Jika F menjadi T dan sebaliknya, atau negasi F adalah T. Perangkai disebut
perangkai unary atau monadic karena hanya dapat merangkai satu variabel
proposisional.
31
A = Dayu pemarah
Atau disamakan menjadi (A A). Hal ini tentu saja tidak benar karena hal ini
tidak boleh dilakukan dalam logika proposisional.
3.3.2 Konjungsi [ ]
Konjungsi (conjunction) adalah kata lain dari perangkai dan (and). Perhatikan
kalimat :
Aku suka chatting dan membaca
Maka kalimat itu berarti :
1. Aku suka chatting
2. Aku suka membaca
Jika pernyataan semula bernilai benar maka sub pernyataan 1 dan 2 adalah benar. Jika
sub pernyataan 1 atau 2 adalah salah maka pernyataan semula bernilai salah, demikian
pula jika kedua sub pernyataan itu salah.
Contoh 3.3-3 :
1. Jika
maka r
Pernyataan r
: 2+3<6
(T), dan
32
(T)
(T)
Berdasarkan definisi di atas, dapat disusun tabel kebenaran untuk konjungsi seperti
berikut :
Tabel 3.3-3 Tabel kebenaran
A
A B
A B
(A B) C
B C
A (B C)
Persoalan yang terjadi di sini, perangkai tidak masalah jika diubah tanda
kurungnya karena mempunyai sifat asosiatif (associativity), yang mengubah nilai
kebenaran yang dihasilkannya.
33
3.3.3 Disjungsi [ ]
Tanda digunakan sama dengan perangkai atau (or). Disjungsi (disjunction)
juga berfungsi sebagai perangkai binary.
Contoh 3.3-4 :
1. Jika p
q
A B
34
pula
syarat cukup tidak harus menjadi syarat perlu karena jika diagonal segi empat ABCD
saling berpotongan di tengah belum tentu segi empat ABCD belah ketupat.
Banyak pernyataan, terutama dalam matematika, yang berbentuk jika p maka
q, pernyataan demikian disebut implikasi atau pernyataan bersyarat (kondisional) dan
ditulis sebagai p q. Pernyataan p q juga disebut sebagai pernyataan implikatif atau
pernyataan kondisional. Pernyataan p q dapat dibaca :
a. Jika p maka q
b. p berimplikasi q
c. p hanya jika q
d. q jika p
Dalam implikasi p q, p disebut hipotesa (anteseden) dan q disebut konklusi
(konsekuen).
Bila kita menganggap pernyataan q sebagai suatu peristiwa, maka kita melihat
bahwa Jika p maka q dapat diartikan sebagai Bilamana p terjadi maka q juga
terjadi atau dapat juga, diartikan sebagai Tidak mungkin peristiwa p terjadi, tetapi
peristiwa q tidak terjadi.
Berikut ini tabel kebenaran untuk implikasi :
35
AB
Hanya ada satu nilai F dari (A B) jika A bernilai T dan B bernilai F, bukan
sebaliknya. Pasangan yang terletak di sisi kiri yakni A disebut antecedent, sedangkan
di sisi kanan yakni B disebut consequent. Oleh karena itu, implikasi juga disebut
conditional, atau mengondisikan satu kemungkinan saja dari sebab dan akibat.
Dari pernyataan berbentuk implikasi dapat kita turunkan pernyataan-pernyataan baru
yang disebut invers, konvers, dan kontraposisi, yaitu
Konvers dari implikasi p q adalah q p
Definisi :
Inversnya
Konversnya
Invers
Kontraposisi
pq
qp
p q
q p
Dari tabel di atas terlihat bahwa implikasi mempunyai nilai kebenaran sama dengan
kontraposisi, dan invers dengan konvers. Sehingga dapat kita katakan bahwa implikasi
setara dengan kontraposisi dan invers setara dengan konvers. Bisa kita tulis:
p q q p
36
q p p q
Contoh 3.3-6:
Tentukan ingkaran atau negasi konvers, invers, dan kontraposisi dari implikasi berikut.
Jika suatu negara adalah negara RI maka lagu kebangsaannya adalah Indonesia Raya
Penyelesaian
Misal p : Suatu negara adalah negara RI
q : Lagu kebangsaannya adalah Indonesia Raya
maka kalimatnya menjadi p q atau jika menggunakan operator, maka p q akan
ekuivalen (sebanding/ ) dengan p q. Sehingga
1. Negasi dari implikasi
Implikasi
: (p q) p q
Negasinya
: (p q) p q
Kalimatnya
pq
Ekuivalensi
dari Implikasi
p q
p q
: q p q p
Negasinya
: (q p) q p
Kalimatnya
37
qp
Ekuivalensi
dari Konvers
q p
q p
: (p q) (p) q p q
Negasinya
: ( p q) p q
Kalimatnya
p q
Ekuivalensi
dari Invers
p q
p q
: (qp) q p
Kalimatnya
38
q p
Ekuivalensi
dari Invers
q p
q p
q :
39
2. Jika r
2 + 2 5 (T)
4 + 4 < 8 (F)
b :
A B
40
Contoh 3.3-7 :
o A (B (A B))
Perhatikan posisi tanda kurung biasa yang benar dan lengkap pada contoh di atas.
Sekarang perhatikan contoh yang mirip :
Contoh 3.3-8 :
o A (B A B))
o A (B (A B)
Jelas contoh di atas tidak menunjukkan suatu fpe yang baik karena tanda kurung biasa
tidak lengkap
Proposisi majemuk yang sangat rumit dapat dipecah-pecah menjadi subekspresisubekspresi, dan seterusnya tergantung tingkat kesulitannya. Teknik ini disebut
Parsing. Akan tetapi, mungkin saja proposisi majemuk tidak memiliki tanda kurung,
oleh karena itu urutan proses pengerjaannya harus ditentukan terlebih dahulu dan harus
ada ketentuan yang mengatur pengurutan tersebut. Hal tersebut akan dibahas pada
bagian aturan pengurutan.
Jika Ayu hemat dan rajin menabung, maka ia akan mempunyai banyak
uang.
41
((A B) C)
((A B) (A B))
((A (B A)) B)
Kedua fpe tersebut berbeda dalam proses pengerjaannya. Oleh karena itu, harus ada
aturan untuk memprioritaskan penafsiran hasilnya yang disebut aturan pengurutan.
Aturan pengurutan (precedence rules) digunakan untuk memastikan proses
pengerjaan subekspresi.
Pada masalah perangkai, urutan atau hierarkinya berdasarkan pada hierarki tertinggi :
Tabel 3.5-1 Simbol Perangkai
Hierarki ke
1
Simbol
Perangkai
Nama Perangkai
Konjungsi
Disjungsi
Implikasi
Ekuivalensi
Negasi
Di sini ada aturan tambahan yaitu : jika menjumpai lebih dari satu perangkai pada
hierarki yang sama, maka akan dikerjakan mulai dari yang kiri. Berikutnya akan
diberikan contoh suatu pernyataan yang cukup panjang, selanjutnya akan dibentuk
proposisi majemuknya dengan aturan pengurutan yang sesuai.
Contoh 3.5-2 :
Jika nilai rapor Karisma bagus, maka orang tuanya akan senang dan Karisma
akan mendapat hadiah, tetapi jika nilai rapornya tidak bagus, maka dia akan
dihukum atau tidak mendapat hadiah..
42
(A B) (C (B C))
43
A B
B C
Jadi, ekspresi logika di atas adalah tautologi karena pada tabel kebenaran semua
pasangan menghasilkan nilai T.
Contoh 3.6-2 :
Buktikan apakah (A A) adalah tautologi ?
Bukti : buatlah tabel kebenarannya :
A
(A A)
Contoh 3.6-3 :
Buktikan apakah ((A B) B) adalah tautologi ?
Bukti : buatlah tabel kebenarannya :
A
A B
(A B)
(A B) B
44
Contoh 3.6-4 :
Diketahui
Buktikan
Bukti
II.
III.
Lihat (I) dan (II) akan terlihat sama, jadi disebut tautologi.
Jika tautologi dipakai pada suatu argumen, berarti argumen harus mempunyai nilai
T pada seluruh pasangan pada tabel kebenaran yang ada untuk membuktikan argumen
tadi valid atau kadang-kadang disebut argumen yang kuat.
Seperti telah dibahas pada bab-bab sebelumnya, argumen berarti memiliki premispremis dan mempunyai kesimpulan. Jika premis-premis benar, maka kesimpulan juga
harus benar.
Contoh 3.6-5 :
1. Jika Dewi pergi kuliah, maka Komang juga pergi kuliah.
(Premis 1)
(Premis 2)
3. Dengan demikian, jika Dewi pergi kuliah atau Made belajar, maka Komang pergi
kuliah.
(Kesimpulan/Konklusi)
(premis1)
(premis 2)
(kesimpulan/konklusi)
45
AB
CB
(A B) (C B)
A C
(A C) B
Jadi, jika tabel kebenaran menunjukkan hasil tautologi, maka argumen tersebut valid.
Dalam logika, tautologi dapat ditulis T atau 1 saja. Jadi jika A adalah tautologi, maka
A = T atau A = 1.
3.6.2 Kontradiksi
Kebalikan dari tautologi adalah kontradiksi (contradiction), yakni jika pada
semua pasangan dari tabel kebenaran menghasilkan nilai F. Lihat contoh berikut :
Contoh 3.6-6 :
A A
(A A)
46
bernilai F, dan terjadi kontradiksi. Negasi kesimpulan berarti bernilai F pada negasi
kesimpulan. Lihat contoh ekspresi logika berikut :
Contoh 3.6-7 :
((A B) A) B)
A B
(A B) A
((A B) A) B
Jadi ekspresi logika di atas terjadi kontradiksi. Dalam logika, kontradiksi dapat ditulis
F saja. Oleh karena itu, jika A adalah kontradiksi, maka A = F atau A = 0.
3.6.3 Kontingensi
Jika pada semua nilai kebenaran menghasilkan nilai F dan T, disebut kontingensi
atau formula campuran.
Lihat contoh berikut ini :
Contoh 3.6-8 :
((A B) C) A
A B
(A B) C
((A B) C) A
47
Kedua pernyataan di atas, tanpa dipikir panjang akan dikatakan ekuivalen atau sama
saja. Dalam bentuk ekspresi logika dapat ditampilkan berikut ini :
A = Dewi sangat ramah
B = Dewi lembut
Maka ekspresi logika tersebut adalah :
1. A B
2. B A
48
Jika dikatakan kedua buah ekspresi logika tersebut ekuivalen secara logis, maka dapat
(A B) (B A)
ditulis :
Ekuivalensi logis dari kedua ekspresi logika dapat dibuktikan dengan tabel kebenaran
berikut ini :
Tabel 3.7-1 Tabel kebenaran dari (A B) (B A)
A
Pembuktian dengan tabel kebenaran di atas, walaupun setiap ekspresi logika memiliki
nilai T dan F, tetapi karena memiliki urutan yang sama, maka secara logis tetap dikatakan
ekuivalen. Tetapi jika urutan T dan tidak sama, maka tidak dapat dikatakan ekuivalens
secara logis.
Tabel kebenaran merupakan alat untuk membuktikan kebenaran ekuivalensi logis.
Kesimpulan diambil berdasarkan hasil dari tabel kebenaran tersebut. Lihat pernyataan
berikut ini :
Contoh 3.7-2 :
1. Komang tidak jujur, atau dia tidak setia
2. Adalah tidak benar jika Komang jujur dan setia
Secara intuitif dapat ditebak kalau kedua pernyataan di atas sebenarnya sama saja, tetapi
bagaimana jika dibuktikan dengan tabel kebenaran berdasarkan ekspresi logika.
Ubah dahulu pernyataan pada contoh 4-2 menjadi ekspresi logika dengan memberi
variabel proposisional :
A = Komang jujur
B = Komang setia
Selanjutnya berdasarkan variabel proposisional di atas, pernyataan pada contoh 4-2 akan
menjadi :
1. A B
2. (A B)
Dengan tabel kebenaran dapat dibuktikan bahwa kedua ekspresi logika di atas adalah
ekuivalen :
49
(A
B)
Perhatikan ekspresi di atas! Meskipun kedua ekspresi logika di atas memiliki nilai
kebenaran yang sama, ada nilai T dan F, keduanya baru dikatakan ekuivalensi secara
logis jika dihubungkan dengan perangkai ekuivalensi dan akhirnya menghasilkan
tautologi.
Perhatikan lanjutan tabel kebenarannya sebagai berikut :
Tabel 3.7-3 Tabel kebenaran dari (A B) (A B)
(A
B) ( (A B))
T
T
T
T
Kedua ekspresi di atas dapat dikatakan ekuivalensi secara logis karena semua nilai
kebenarannya bernilai T atau tautologi.
Berikut ini adalah daftar ekuivalensi logis dilengkapi dengan hukum-hukum logika
propossional.
Tabel 3.7-4 Daftar ekuivalensi logis (plus hukum-hukum logika proposisional)
Ekuivalensi Logis
Nama
A 1 A
Identity of
A 0 A
Zero of
A 1 1
Identity of
A 0 0
Zero of
A A 1
Tautologi
A A 0
Kontradiksi
A A A
Idem
50
A A A
A A
A B
Negasi ganda
BA
Komutatif
A B B A
A (B C)
(A B) C A (B C)
A (B C) ( A B) (A C)
A (B C) (A B) (A C)
A (A B) A
A (A B) A
A (A B) A B
A (A B) A B
(A B) C
Asosiatif
Distributif
Absorsi
Absorsi
Ekuivalensi Logis
Nama
A B
(A B) A B
A B A B
De Morgan
A B A B
Implikasi
A B (A B) (A B)
Biimplikasi / Ekuivalensi
(A B)
Transposisi
A B (A B) (B A)
A
(A B) (A B) A
(A B) (A B) B
(A B) (A B) B
Absorsi
[ (p q)r ] [ p(qr) ]
Eksportasi (Exp)
(A B) (A B)
Absorsi
51
A (A A)
Zero of
A1
Tautologi
Identity of
Contoh 3.7-4 :
(A B) (A B C)
(A B) (A (B C))
Tambahkan kurung
(A (B (B C))
Distributif
(A ((B B) (B C))
Distributif
(A (1 (B C))
Tautologi
(A (B C)
Identity of
Contoh 3.7-5 :
A (A B)
A (A B)
A B A B
A (A v B)
A B A B
A (A B)
A (A B)
A
De Morgan
Double negasi
Absorsi
Perhatikan contoh-contoh berikut untuk membuktikan hukum absorsi yang ada pada tabel
3.7-4 di atas :
Contoh 3.7-6 :
A (A B)
(A 1) (A B)
A (1 B)
Identity of
Distributif
A1
Identity of
Identity of
Contoh 3.7-7 :
A (A B)
(A 0) (A B)
Identity of
52
A (0 B)
Distributif
A0
Zero of
Zero of
(A B) (B A)
(A B) (A B)
((A B) B) ((A B) A)
Distributif
Distributif
((A B) 0 ) (0 (B A))
Kontradiksi
(A B) (B A)
Zero of
(B A) (A B)
Komutatif
(A B) (A B)
Komutatif
A B C A B C A
A B A B
53
A B C A B C A
De Morgan
A B C A B C A
De Morgan
A B C A B C A
De Morgan
A B C A B C A
Dobel Negasi
A B C A B C A
Hapus Kurung
A B C A A B C
Komutatif
A B C A A B C
Tambah Kurung
A B C A
Absorsi
A A B C
Komutatif
A A B C
Tambah Kurung
A A
Absorsi
Tautologi
Hasilnya ternyata 1, dan ini berarti ekspresi logika tersebut tautologi. Jika hasil yang
diperoleh ternyata 0, berarti ekspresi logika tersebut adalah kontradiksi.
Lihat contoh pada ekspresi logika berikut :
Contoh 3.7-10 :
(A B) A B
((A B) A) B
(A (A B)) B
Komutatif
(A B) B
Absorsi
A (B B)
Asosiatif
A 0
0
Kontradiksi
Zero of
54
((A B) A) B
((A B) A) B
( A (A B)) B
(A B) B
(A B) B
(A B) (A B)
Komutatif
Absorsi
De Morgan
(A B) B
Double Negasi
A (B B)
Asosiatif
A B
Idempoten
55