Memperoleh Kemudahan
Kemampuan fisik manusia untuk meraih berbagai kebutuhan hidup sangat terbatas.
Pandangan mata, pendengaran telinga manusia terbatas, begitu pula kekuatan dan
keterampilan tangan dan kakinya. Kemampuan fisik manusia itu tidak sebanding
dengan kebutuhan yang diinginkan. Tetapi manusia sebagai khalifah Allah diberikan
kemampuan akal-pikiran untuk memanfaatkannya menemukan cara-cara yang
tepat dan efektif guna meraih kebutuhan hidup yang tidak mungkin dicapai melalui
kemampuan fisik semata. Akal-pikiran manusia mampu mendayagunakan segala
yang Allah ciptakan di bumi ini. Kemampuan itu memang telah ditentukan oleh
Allah Swt sebagaimana Allah nyatakan dalam firman-Nya
(13 : )
Artinya:
Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang
ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang
berpikir (QS. Al-Jatsiyah (45):13).
Menurut Quraish Shihah dalam Wawasan Al-Quran, kata sakhara dalam ayat
tersebut arti harfiahnya menundukkan atau merendahkan, maksudnya adalah agar
alam raya dengan segala, manfaat yang dapat diraih darinya harus tunduk dan
dianggap sebagai sesuatu yang posisinya di bawah manusia. Karen aitu tidak wajar
apabila hal itu justru terbalik, artinya tidak wajar sendiri telah ditundukkan untuk
manusia. Kepasrahan atau ketundukan manusia kepada sesuatu yang lebih rendah,
yang ditundukkan kepada manusia adalah suatu sikap yang tidak wajar, yang
bertentangan dengan maksud Allah, karena manusia sebagai khalifah-Nya memiliki
derajat yang lebih tinggi dibandingkan dengan segala makhluk yang Allah ciptaan.
Memperoleh kemudahan dalam hidup dengan mengembangkan potensi diri dan
dengan memanfaatkan segala yang Allah tundukkan bagi manusia di alam ini
sejalan dengan kehendak Allah. Allah menghendaki manusia memperoleh
kemudahan, dan tidak menghendaki menghadapi kesusahan hidup. Hal itu
dinyatakan oleh Allah dalam firman-Nya:
(185 : )
Artinya:
Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki
kesukaran bagimu (QS. Al-Baqarah (2) :185).
Allah menyatakan, bahwa memang Allah sengaja memberikan berbagai kemudahan
kepada manusia agar manusia hidup dengan mudah.
(8 : )..
Artinya:
Dan Kami memberimu kemudahan agar kamu memperoleh
kemudahan. (QS. al-Ala (87) : 8).
b.
Apabila manusia mampu menghayati akan makna sains dan teknologi yang
dikembangkannya, bahwa sernua itu bukan semata-mata karena faktor diri pribadi
manusia, tetapi ada faktor lain di luar dirinya, maka manusia akan memperoleh
jalan untuk mengenal sesuatu yang lain di luar dirinya itu, yaitu Yang Maha Agung,
Yang Maha Kuasa, dan Yang Maha Bijaksana, yaitu Allah SWT. Kesempurnaan alam
dengan struktur dan sistemnya tidak bisa dibayangkan akan terbentuk dengan
sempurna apabila tidak ada kesengajaan pihak lain, yaitu Yang Maka Kuasa dan
Maha Sempurna. Semakin luas dan dalam pengetahuan manusia akan rahasia alam
ini, maka semakin dekat manusia untuk mengenal Pencipta alam ini, yaitu Allah,
Sang Khalik. Ketika pertama manusia mengembangkan teknologi bangunan,
manusia telah diberikan contoh langit yang tinggi, yang luas dan kokoh, yang tidak
takut akan runtuh. Begitu pula ketika manusia mengembangkan teknologi pesawat
udara, Allah telah memberikan contoh bagaimana burung bisa terbang di angkasa
dengan stabil, mampu mempertahankan keseimbangan tanpa takut jatuh, dan lain
sebagainya. Karena itu ketika menerangkan berbagai struktur di alam ini, Allah
menyatakan bahwa semua itu menjadi pelajaran bagi manusia untuk lebih
mengenal dan mengangungkan Allah penciptanya. Hal itu dapat kita pahami dari
berbagai ayat Al-Quran, diantaranya:
(17)
(18)
(19)
(20)
( 21)
Artinya:
(17)
diciptakan?
(18)
(19)
(20)
(21)
Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang
memberikan peringatan. (QS. Al-Ghasiyah (88): 17-21).
Dalam firman Allah menyatakan:
(190 : ) .
Artinya:
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya
malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal . (QS. Ali Imran
(3) : 190).
Teknologi, dan juga sains hanyalah sarana untuk lebih meningkatkan pengenalan
manusia kepada Allah Penciptanya. Kebesaran Allah akan lebih jelas bagi orang
yang berpengetahuan dibandingkan dengan orang yang kurang pengetahuannya.
Karena itu Allah menyatakan :
(28 : )
Artinya:
Sesungguhnya orang yang takut kepada Allah di antara hamba
hainba-Nya, hanyalah orang yang berilmu pengetahuan. QS. Fathir (35) : 28).
c.
(162 : )
Artinya :
Katakanlah: Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku,
hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. (QS. al-Anam (6) : 162).
d.
Artinya:
Dia-lah Alah yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu
sekalian dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit.
Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu (QS. Al-Baqarah (2): 29).
Sekalipun kesenangan dan kebahagiaan hidup itu sejak awal penciptaan manusia
telah diizinkan oleh Allah, tetapi Allah mengingatkan agar kesenangan itu jangan
sampai membuat manusia lupa diri, yang mengakibatkan manusia tergelincir dalam
kesesatan dan dosa. Hal itu dapat kita pahami dari peringatan Allah kepada Nabi
Hud dan umatnya yang menjadi pelajaran bagi kita semua sebagaimana
difirmankan oleh Allah:
(48 : ).
Artinya:
Difirmankan : Hai Nuh, turunlah dengan selamat dan sejahtera dan
penuh keberkatan dari Kami atasmu dan atas umat-umat (yang mukmin) dari
orang-orang yang bersamamu. Dan ada (pula) umat-umat yang Kami beri
kesenangan pada mereka (dalam kehidupan dunia), kemudian mereka akan ditimpa
azab yang pedih dari Kami. (QS. Hud (11) : 48).
Tidak sedikit orang yang kelihatan hidupnya taat kepada Allah, kelihatan alim,
kekeluargaannya juga baik ketika hidup susah, tetapi begitu hidup senang dia lupa,
terpedaya oleh kesenangannya. Fenomena yang monumental dalam kasus tersebut
adalah kasus Qarun yang diabadikan dalam QS. 28 (al-Qashash) : 76-82. Qarun
adalah simbol kekayaan dan kemegahan hidup sehingga kunci bangunannya saja
susah dibawa oleh. orang yang perkasa. Tetapi karena kesombongan dan
kelalaiannya itulah yang menyebabkan ia mendapat azab dari Allah sehingga ia dan
kekayaannya itu hilang ditelan bumi. Sebagaimana firman Allah :
81)
( 82)
Artinya:
(81) Maka kami benamkanlah Karun beserta rumahnya ke dalam
bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap
azab Allah. Dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya).
(82) Dan jadilah orang-orang yang kemarin menciptakan kedudukan Karun itu
berkata: Aduhai, benarlah Allah melapangkan rizki bagi siapa yang Ia kehendaki
dari hamba-hamba-Nya dan menyempitkannya, kalau Allah tidak melimpahkan
karunia-Nya atas kita benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula). Aduhai,
benarlah tidak beruntung orang-orang yang mengingkari (nikmat Allah) (QS. AlQashash (28); 81-82).
e.
Seorang pekerja bangunan yang kuat dan masih muda, masih memiliki semangat
kerja dan daya tahan tubuh tinggi menggali tanah dengan peralatan tradisional
untuk pondasi bangunan dalam satu hari ia hanya mampu menggali beberapa
meter kubik, begitu pula pekerja tambang, dan lain-lain. Ketika para pekerja
tersebut menggunakan peralatan berat, ia mampu meningkatkan produktivitas
kerja berlipat ganda. Bahkan banyak kekayaan alam yang tidak mungkin dideteksi
keberadaannya dan dilakukan eksplorasi tanpa menggunakan teknologi canggih,
seperti sumber minyak yang berada di kedalaman ribuan meter atau di dasar laut.
Padahal semua itu disediakan oleh Allah untuk kesejahteraan hidup manusia.
Teknologi meningkatkan kemampuan manusia melakukan eksplorasi kekayaan alam
tersebut secara optimal. Banyak negara, bangsa yang tidak memiliki kekayaan alam
memadai tetapi karena memiliki kemampuan teknologi canggih hidup lebih
sejahtera dibandingkan dengan negara, bangsa yang memiliki kekayaan alam
melimpah tetapi teknologinya tertinggal. Jepang umpamanya, adalah sebuah
negara kecil, yang miskin akan kekayaan alam, tetapi kemajuan teknologinya tinggi,
ia lebih kaya dibandingkan dengan Indonesia yang kekayaannya melimpah tetapi
tertinggal kemajuan teknologinya dibandingkan dengan Jepang. Masih banyak
negara di dunia ini yang kaya seperti Jepang dan yang tertinggal seperti Indonesia.
Eksplorasi kekayaan alam diingatkan oleh Allah agar jangan sampai tak terkontrol
sehingga berubah menjadi eksploitasi alam, yang mengakibatkan kerusakan alam,
terganggunya keseimbangan lingkungan, karena justru akan mengakibatkan
timbulnya malapetaka bagi manusia, seperti banjir, pencemaran lingkungan, ,dan
lain-lain. Dalam firman Allah:
(41 : ).
Artinya: Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan
tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat)
perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar) (QS. Ar-Rum
(30):41).
Bumi ini Allah ciptakan dengan baik, artinya memiliki kesempurnaan
dankeseimbangan sehingga dapat bertahan dan menyediakan berbagai kebutuhan
hidup manusia. Karena itu Allah mengingatkan agar pemanfaatan kekayaan alam
yang ada di bumi ini jangan sampai mengganggu keseimbangan alam tersebut. Hal
itu Allah ingatkan dalam firman-Nya:
(56 : ).
Artinya:
Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah
(Allah) memperbaikinya, dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan
diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat
kepada orang-orang yang berbuat baik. (QS. al-Araf (7) : 56).
f.
Bagi orang beriman, sekecil apapun nikmat yang ia dapatkan dari rezeki halal yang
diberikan Allah kepadanya akan melahirkan rasa syukur kepada-Nya sebagai
pemberi nikmat. Apalagi dengan kemajuan teknologi yang mampu
melipat-gandakan nikmat itu kepadanya, maka rasa syukur kepada-Nya pun juga
akan berlipat ganda. Rasa syukur kepada Allah yang paling ringan adalah
mengucapkan alhamdulillahi rabbil alamin , namun hakikat syukur yang
sebenarnya adalah memanfaatkan nikmat itu secara, benar untuk meningkatkan
ketakwaannya kepada Allah. Karena itu diperlukan tekad, kesungguhan untuk
mewujudkan rasa syukur dalam amal kehidupan secara riil. Allah mengingatkan:
(7 : ).
Artinya:
Dan (ingatlah) tatakala Tuhanmu memaklumkan Sesungguhnya jika
kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih . QS. Ibrahim
(14) : 7).
Sekalipun demikian, memang banyak manusia, bahkan kebanyakan manusia tidak
menyadari kalau nikmat itu adalah anugerah Allah sehingga ia tidak mensyukuri
nikmat tersebut. Hal ini juga diingatkan oleh Allah dalam firman-Nya:
(243 : ).
Artinya:
Sesungguhnya Allah mempunyai karunia terhadap manusia, tetapi
kebanyakan manusia tidak bersyukur (QS. Al-Baqarah (2): 243).
Teknologi membuat manusia semakin mudah meraih keinginannya, semakin ringan
beban hidup yang harus ditanggung, semakin besar hasil yang bisa diperoleh.
Kemudahan, keringanan, dan kenikmatan itu tidak mustahil membuat manusia
semakin lupa kepada Allah, semakin jauh dari-Nya, apabila tidak disikapi secara
cermat dan diiringi dengan iman yang teguh. Karena itu ilmu pengetahuan dan
teknologi harus dilandasi oleh iman agar pemanfaatannya terarah untuk
meningkatkan kualitas takwanya kepada Allah SWT.
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) merupakan salah satu faktor penunjang
kemajuan Sumber Daya Manusia (SDM), karena dengan adanya Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi suatu negara bisa bersaing dan disetarakan dengan negara-negara
lain. Setiap manusia diberikan ilmu pengetahuan oleh Allah SWT, agar menjadi
orang berkualitas yang dapat menjunjung tinggi derajatnya.
Maka dengan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi manusia akan lebih bermanfaat, baik
untuk dirinya maupun untuk masyarakat. Akan tetapi, semua itu tergantung
kemampuan yang timbul dari orang itu sendiri.
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
itu penting dan adapun kerusakan yang ditimbulkan itu karena manusianya yang
tidak bisa menggunakannya.
Kemudian muncul dalam pikiran kita suatu pertanyaan lantas bagaimana
mendudukan teknologi yang benar dalam hidup ini?.
Dalam pandangan kapitalisme (ideologi Indonesia saat ini) teknologi merupakan
suatu sarana untuk menggapai kebahagiaan dan kepuasan dunia semata. Karena
kapitalisme berpandangan bahwa hidup itu hanya untuk materi yaitu mencari
kesenangan sebesar-besarnya. Begitupun sosislisme (ideologi Indonesia saat orde
lama) mereka juga berpandangan bahwa hidup itu harus dinikmati dengan cara
hidup bersenang-senang apapun caranya yang penting senang. Dengan kata lain,
keduanya mengejar manfaat atau manfaat menjadi standar kehidupannya.
Manusia merupakan mahluk ciptaan Allah SWT yang paling sempurna, yang
membedakan kesempurnaan manusia dengan mahluk-mahluk lainnya adalah akal,
Allah SWT membekali akal bagi manusia untuk keberlangsungan hidupnya, agar
tercipta suasana yang kondusif, sehingga sesuai dengan tujuan diciptakannya
manusia yaitu sebagai Khalifah fil-ard ( wakil Tuhan di bumi), yang membawa misi
Rahmatan lilalamin (kasih sayang bagi seluruh alam).
Dengan akal pikiran yang telah diberikan oleh Allah SWT, manusia dituntut untuk
mengembangkannya, yaitu dengan jalan mencari ilmu pengetahuan. Sebagaimana
yang terdapat dalam sabda-sabda RasulNya, yaitu Muhammad SAW, yang
megumandangkan kewajiban mencari ilmu bagi umat Muslim. Rasulullah SWA
memprioritaskan umatnya untuk mencari ilmu syari, yaitu demi pembentukan
sikap dan prilaku yang mengandung unsur Akhlakul Karimah.
Dewasa ini banyak perkembangan-perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
semisal dalam bidang elektronika ada televisi, radio, komputer. Bidang otomotif ada
mobil, pesawat terbang, kapal. Bidang kedokteran ada bayi tabung, cangkok ginjal,
cloning, dan lain sebagainya. Yang semakin lama semakin berkembang.
Berkenaan dengan perkembangan ilmu pengetahuan tersebut, maka umat Islam
yang notabennya memprioritaskan pendidikannya dalam lingkup syari akan jauh
ketinggalan dibandingkan dengan orang-orang barat yang mayoritas nonMuslim.
Dengan pendalaman ilmu-ilmu syari saja, umat Muslim akan terpuruk, dan selalu di
jajah dengan adanya kebutuhan-kubutuhan yang harus dipenuhi dari hasil ciptaan
dan karya orang-orang barat. Maka dari itu, kita akan mencoba mengkaji
pandangan Islam tentang ilmu pengetahuan dan teknologi demi meningkatkan
pemahaman Islam yang secara totalitas dan tidak parsial, dan juga demi kemajuan
umat Islam dalam segala bidang ilmu.
KESIMPULAN