Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

DIAGRAM VENN & PROPOSISI

Dosen Pengampu : Pohet Bintoro, S.Pd., M.Si.

Disusun Oleh :

Kelompok 1

1. Kirana Wilwatikta (180401050015)

2. Neli Andini (180401050012)

3. Nurul Hafiza (180401050014)

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG

2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat, rahmat, dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “Diagram Venn & Proposisi” Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
mata kuliah Logika Dasar.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak dosen Pohet Bintoro,


S.Pd., M.Si. karena beliau telah membimbing dan bersedia membagikan ilmunya
kepada penulis sehingga penulis dapat menyusun laporan makalah ini. Terima kasih
juga penulis ucapkan kepada orang tua yang selalu mendoakan penulis, dan pihak-
pihak lain yang turut membantu penyusunan laporan makalah ini sehingga dapat
dinikmati oleh pembaca.

Akhir kata, penulis bersedia menerima baik kritik maupun saran yang dapat
membangun baik penulis maupun pembaca agar dapat berkarya dengan lebih baik
lagi. Selain itu penulis meminta maaf jika terdapat kekurangan dalam makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat. Terima kasih.

Malang, 22 Oktober 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

COVER ...................................................................................................................1

KATA PENGANTAR ............................................................................................2

DAFTAR ISI ...........................................................................................................3

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................................4

B. Rumusan Masalah .................................................................................5

C. Tujuan .....................................................................................................5

BAB II : PEMBAHASAN

A. Pemakaian Lambang Boole & Diagram Venn ...................................6

B. Proposisi Universal Afirmatif ...............................................................7

C. Proposisi Universal Negative .................................................................7


D. Proposisi Partikular Afirmatif ..............................................................8
E. Proposisi Partikular Negative ...............................................................8
F. Perlawanan atau Hukum Oposisi .........................................................9

BAB III : PENUTUP

A. Kesimpulan ...............................................................................................11
B. Saran .........................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................12

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Diagram Venn adalah diagram yang menunjukkan semua kemungkinan


hubungan logika dan hipotesis antara sekelompok (set/himpunan/grup) benda/objek.
Sebagai bagian ilmu matematika, Diagram Venn ini pertama kali diperkenalkan
tahun 1880 oleh John Venn untuk menunjukkan hubungan sederhana dalam topik-
topik di bidang logika, probabilitas, statistic, linguistic dan ilmu computer.

Aljabar boole diperkenalkan ( pada abad 19 oleh George Boole) sebagai suatu
sistem untuk menganalisis secara matematis mengenai logika. Aljabar boole
didasarkan pada pernyataan logika bernilai benar atau salah. Aljabar boole ini
menjadi alat yang sangat ampuh untuk merancang maupun menganalisis rangkaian
digital. Dalam aljabar boole, baik konstanta maupun nilai suatu variabel hanya
diijinkan memiliki dua kemungkinan harga (biner) yaitu 0 atau 1.

Variabel aljabar boole sering digunakan untuk menyajikan suatu tingkat


tegangan pada terminal suatu rangkaian. Aljabar boole lebih cocok digunakan untuk
rangkaian digital dibandingkan dengan aljabar yang lain. Dalam aljabar boole tidak
ada pecahan, desimal, bilangan negatif, akar kwadrat, akar pangkat tiga, logaritma,
bilangan imajiner, dan sebagainya.

4
B. Rumusan masalah

a) Pemakaian Lambang Boole & Diagram Venn

b) Proposisi Universal Afirmatif

c) Proposisi Universal Negative


d) Proposisi Partikular Afirmatif
e) Proposisi Partikular Negative
f) Perlawanan atau Hukum Oposisi

C. Tujuan

a) Untuk Mengetahui Pemakaian Lambang Boole & Diagram Venn

b) Untuk Mengetahui Proposisi Universal Afirmatif

c) Untuk Mengetahui Proposisi Universal Negative


d) Untuk Mengetahui Proposisi Partikular Afirmatif
e) Untuk Mengetahui Proposisi Partikular Negative
f) Untuk Mengetahui Perlawanan atau Hukum Oposisi

5
BAB II

PEMBAHASAN

a. Pemakaian Lambang Boole & Diagram Venn

Sejak akhir abad ke-18 mulai timbul pemikiran-pemikiran baru. Maka


dimulailah kelahiran logika modern yang menggunakan lambang-lambang non
bahasa. George Boole, ahli Matematika Inggris (1815-1864) menggarap Logika
Aristoteles sebagai aljabar. Konsep sentral Boole adalah ‘kelas kosong’ yakni
kelas yang tidak memiliki anggota yang diberi lambang O.

Seorang ahli Matematika lain, John Venn (1834-1923) menggunakan diagram


untuk menjelaskan lambang-lambang dalam sistem Boole. Kelas digambarkan
sebagai lingkaran dengan tanda huruf untuk menjelaskan kelas apakah yang
dimaksud. Munculnya logika modern ditandai dengan usaha-usaha untuk
menggarap logika tradisional Aristoteles dengan menggunakan lambang-lambang
non-bahasa. Supaya dapat memahami sistem lambang yang diterapkan terhadap
proposisi kategoris, akan dibicarakan sistem lambang yang dirintis oleh George
Boole. Berdasarkan sistem Boole akan dibicarakan pengungkapan proposisi
kategoris dengan diagram yang diperkenalkan oleh John Venn.

George Boole, seorang ahli matematika Inggris melambangkan setiap kelas


dengan huruf tertentu. Misalnya P melambangkan suatu kelas yang berfungsi
sebagai term predikat dalam suatu proposisi. Kalau P diberi garis di atasnya
berarti negasi dari P/non-P. Konsep sentral sistem Boole ialah konsep “kelas
kosong”, artinya suatu kelas yang tidak mempunyai anggota, yang dilambangkan
dengan O. Dua huruf berturut-turut melambangkan suatu kelas yang memiliki
ciri-ciri kedua kelas itu bersama-sama (misalnya SP adalah kelas yang memiliki
ciri-ciri kelas S dan kelas P bersama-sama). Pernyataan (statement) dalam logika
dilihat dari segi bentuk hubungan makna yang dikandungnya, dapat disamakan
dengan proposisi. Jenis proposisi yang nantinya akan terlihat hubungan subjek
dan predikatnya adalah proposisi kategorik. Secara sederhana, proposisi kategorik
dibedakan atas empat macam, yaitu: proposisi universal afirmatif, proposisi
universal negatif, proposisi universal partikular afirmatif, dan proposisi universal
particular negative.

6
b. Proposisi Universal Afirmatif

Proposisi universal afirmatif ialah pernyataan bersifat umum yang mengiyakan


adanya hubungan subjek dengan predikat, dirumuskan: “Semua S adalah P”,
diagram Vennnya adalah sebagai berikut:

Contoh: Semua tumbuhan adalah makhluk hidup

Semua ayah adalah laki-laki

c. Proposisi Universal Negative

Proposisi universal negatif ialah pernyataan bersifat umum yang mengingkari


adanya hubungan subjek dengan predikat, dirumuskan: “Semua S bukan P”,
diagram Vennnya sebagai berikut:

Contoh: Semua hewan adalah bukan boneka

Semua kertas adalah bukan makanan

7
d. Proposisi Partikular Afirmatif

Proposisi partikular afirmatif ialah pernyataan bersifat khusus yang mengiyakan


adanya hubungan subjek dengan predikat, dirumuskan: “Sebagian S adalah P”,
diagram Vennnya sebagai berikut:

Contoh: Sebagian sepeda adalah beroda dua.

Sebagian mahasiswa Gunadarma adalah laki – laki.

e. Proposisi Partikular Negative

Proposisi partikular negatif ialah proposisi bersifat khusus yang mengingkari


adanya hubungan subjek dengan predikat, dirumuskan: “Sebagian S bukan P”,
diagram Vennnya adalah sebagai beriku:

Contoh: Sebagian kucing adalah bukan hewan peliharaan .

Sebagian kendaraan bermotor adalah bukan mobil.

8
f. Hukum Perlawanan atau Hukum Oposisi

Hukum-hukum perlawanan diberikan sebagai berikut.

(1) Hukum Pertama, dalam perlawanan kontradiktoris, kedua proposisi yang


berlawanan tidak dapat sekaligus benar dan juga tidak dapat sekaligus salah. Jadi,
jika proposisi yang satu diketahui benar, proposisi yang lain pasti salah; dan
sebaliknya, jika proposisi yang satu diketahui salah, proposisi yang lain pasti
benar. Misalnya: kalau “Semua anak kost B disiplin” diketahui benar maka lawan
kontradiktorisnya “Beberapa anak kost B tidak disiplin” pasti salah. Sebaliknya
kalau “Beberapa anak kost B disiplin” diketahui salah, maka “Semua anak kost B
tidak disiplin” adalah benar.

(2) Hukum Kedua, dalam perlawanan kontraris, kedua proposisi yang berlawanan
tidak dapat sekaligus benar, tetapi dapat sekaligus salah. Jadi, jika proposisi yang
satu diketahui benar, proposisi yang lain pasti salah, proposisi yang lain bisa benar
bisa salah (tidak pasti). Misalnya: kalau “Semua anak kost B disiplin”, diketahui
benar, maka lawan kontrarisnya “Semua anak kost B tidak disiplin” adalah salah.
Sebaliknya kalau “Semua anak kost B disiplin” diketahui salah, maka lawan
kontrarisnya “Semua anak kost B tidak disiplin” dapat benar, dapat salah. Ada
kemungkinan bahwa kedua proposisi yang berelasi secara kontraris dapat sama-
sama salah.

(3) Hukum Ketiga, dalam perlawanan subkontraris, kedua proposisi yang


berlawanan tidak dapat sekaligus salah, tetapi dapat sekaligus benar. Jadi, jika
proposisi yang satu diketahui salah proposisi yang lain pasti benar; tetapi jika
proposisi yang satu diketahui benar, proposisi yang lain bisa benar bisa salah
(tidak pasti). Misalnya : kalau “Beberapa anak kost B disiplin” diketahui salah
maka lawan sub-kontrarisnya “Beberapa anak kost B tidak disiplin” adalah benar.
Tetapi apabila “Beberapa anak kost B disiplin” adalah benar, maka lawan sub-
kontrarisnya “Beberapa anak kost B tidak disiplin” dapat benar tetapi dapat juga
salah. Jadi ada kemungkinan keduanya dapat sama-sama benar.

(4) Hukum Keempat, dalam perlawanan subaltern, jika universal diketahui benar,
proposisi partikular pasti benar; jika proposisi partikular diketahui salah, proposisi
universal pasti salah; sebaliknya jika proposisi universal diketahui salah, proposisi

9
partikular bisa benar bisa salah, jika proposisi partikular benar, proposisi universal
bisa benar bisa salah. Misalnya: Kalau “Semua anak kost B disiplin” diketahui
benar, maka “Beberapa anak kost B disiplin” pasti benar. Atau kalau “Semua anak
kost B tidak disiplin” benar, maka “Beberapa anak kost B tidak disiplin” pasti
benar. Tetapi kalau proposisi “Semua anak kost B disiplin” diketahui salah, maka
beberapa anak kost B disiplin” dapat benar atau salah. Begitu juga “Semua anak
kost B tidak disiplin “diketahui salah, maka “Beberapa anak kost B tidak disiplin”
bisa benar, bisa juga salah. Tetapi kalau “Beberapa anak kost B tidak disiplin”
diketahui salah maka “Semua anak kost B disiplin” diketahui salah maka “Semua
anak kost B disiplin” atau “Semua anak kost B tidak disiplin” pasti salah. Perlu
dicatat bahwa dalam logika formal, “beberapa” tidak berarti “hanya beberapa”
(kecuali memang dengan tegas dimaksudkan demikian, dan kalau begitu hukum-
hukum perlawanan ini tidak berlaku), tetapi berarti sekurang-kurangnya
beberapa”. Begitu juga dengan kata-kata sinkategorismatis lainnya yang
menunjuk pada kuantitas partikular. Keterangan: premis kesimpulan

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
-Diagram Venn adalah diagram yang menunjukkan semua kemungkinan
hubungan logika dan hipotesis antara sekelompok (set/himpunan/grup)
benda/objek. Aljabar boole diperkenalkan ( pada abad 19 oleh George
Boole) sebagai suatu sistem untuk menganalisis secara matematis
mengenai logika. Aljabar boole didasarkan pada pernyataan logika bernilai
benar atau salah.
-Proposisi universal afirmatif ialah pernyataan bersifat umum yang
mengiyakan adanya hubungan subjek dengan predikat, dirumuskan:
“Semua S adalah P”
-Proposisi universal negatif ialah pernyataan bersifat umum yang
mengingkari adanya hubungan subjek dengan predikat, dirumuskan:
“Semua S bukan P”
-Proposisi partikular afirmatif ialah pernyataan bersifat khusus yang
mengiyakan adanya hubungan subjek dengan predikat, dirumuskan:
“Sebagian S adalah P”
-Proposisi partikular negatif ialah proposisi bersifat khusus yang
mengingkari adanya hubungan subjek dengan predikat, dirumuskan:
“Sebagian S bukan P”
-Ada 4 hukum perlawanan atau hokum oposisi
B. Saran
pada saat pembuatan makalah Penulis menyadari bahwa banyak sekali
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. dengan sebuah pedoman yang
bisa dipertanggungjawabkan dari banyaknya sumber Penulis akan
memperbaiki makalah tersebut . Oleh sebab itu penulis harapkan kritik
serta sarannya mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.

11
DAFTAR PUSTAKA

Susilo, Djoko.A. 2018. Diktat Logika Dasar. Universitas Kanjuruhan


Malang.
Mandiri.1994. LOGIKA. Depok. PT Raja Grafindo Persada
Naili mufrodah.2013. Logika. Makalah.

12

Anda mungkin juga menyukai