PENDAHULUAN
Zakat merupakan suatu kewajiban bagi umat Islam yang digunakan untuk membantu
masyarakat lain, menstabilkan ekonomi masyarakat dari kalangan bawah hingga kalangan atas,
sehingga dengan adanya zakat umat Islam tidak ada yang tertindas karena zakat dapat
menghilangkan jarak antara si kaya dan si miskin. Oleh karena itu, zakat sebagai salah satu
instrumen negara dan juga sebuah tawaran solusi untuk menbangkitkan bangsa dari
keterpurukan. Zakat juga sebuah ibadah mahdhah yang diwajibkan bagi orang-orang Islam,
namun diperuntukan bagi kepentingan seluruh masyarakat.
Zakat merupakan suatu ibadah yang dipergunakan untuk kemaslahatan umat sehingga
dengan adanya zakat (baik zakat fitrah maupun zakat maal) kita dapat mempererat tali
silaturahmi dengan sesama umat Islam maupun dengan umat lain.
Oleh karena itu kesadaran untuk menunaikan zakat bagi umat Islam harus ditingkatkan
baik dalam menunaikan zakat fitrah yang hanya setahun sekali pada bulan ramadhan, maupun
zakat maal yang seharusnya dilakukan sesuai dengan ketentuan zakat dalam yang telah
ditetapkan baik harta, hewan ternak, emas, perak dan sebagainya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Zakat
2.1.1
Definisi Zakat
Zakat adalah salah satu rukun Islam. Zakat secara bahasa berarti tumbuh dan
bertambah. Dan menurut syariat berarti sedekah wajib dari sebagian harta. Sebab dengan
di sisi Allah
SWT dan menjadi orang yang suci serta disucikan[1]. Juga bisa berarti berkah, bersih, suci,
subur, dan berkembang maju. Dapat kita ambil kesimpulan bahwa kita sebagai umat muslim
telah diwajibkan oleh Allah SWT untuk mengeluarkan zakat, seperti firman Allah SWT Dan
dirikanlah sholat dan tunaikanlah zakat dan taatlah kepada Rasul, supaya kamu diberi rahmat.
(QS An-Nur 56).
Dalam buku lain juga disebutkan, salah satu tugas ekonomi penting kaum muslimin
adalah zakat. Al-Quran menyebutkan zakat setelah menyebutkan sholat ini menunjukkan betapa
pentingnya masalah zakat karena ia merupakan tanda keimanan seseorang dan modal
keselamatannya.[2]
Dalam ayat yang lain, Allah menjelaskan bahwa orang yang mentaati perintah Allah
khususnya dalam menunaikan zakat, niscaya Allah akan memberikan rahmat kepada kita dan
kita akan dikembalikan kepada kesucian atau fitrah seperti bayi yang baru dilahirkan ke muka
bumi ini atau seperti kertas putih yang belum ada coretan-coretan yang dapat mengotori kertas
tersebut, seperti firman-Nya Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
bersihkan dan sucikan mereka dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya dosa kamu itu
(menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui
(QS At-Taubah 103).
Zakat itu wajib dharurah dalam agama. Dan yang mengingkarinya dianggap telah keluar
dari Islam. Imam Shadiq berkata, Sesungguhnya Allah telah menyediakan bagi para fuqara
harta yang dapat mencukupi hidup mereka di dalam harta orang-orang kaya. Jika Allah
mengetahui bahwa hal itu tidak mencukupi, tentu Allah akan menambahnya. Mereka menjadi
fuqara bukan karena tidak ada bagian dari Allah untuk mereka, tetapi karena orang-orang kaya
itu tidak mau memberikan hak para fuqara tersebut. Seandainya setiap orang kaya menunaikan
kewajiban mereka, maka para fuqara akan hidup dengan baik.[3] Adapun orang-orang yang
berkewajiban mengeluarkan zakat yaitu harus baligh, berakal, dan hartanya milik penuh.
2.1.2
1. Pengucapan dua kalimat syahadat merupakan langkah yang mengikatkan diri seseorang
dengan tauhid disamping penyaksian tentang keesaan Al-Mabud yakni Allah SWT.
2.
kebinasaan). Firman Allah SWT, Ambillah zakat dari sebagian harta meraka. Dengan zakat itu
kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa
kamu itu menjadi ketentraman mereka dan Allah Maha mendengar lagi mengetahui. (QS. At
Taubah: 103)
3.
Mensyukuri Nimat.
4.
Mengikis sifat kebakhilan dari dalam hati serta memperlemah kecintaan kepada harta.
Firman Allah SWT, Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah
berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka.
Sebenarnya kebakhilan itu buruk bagi mereka.(Q.S. Ali Imran : 180)
5.
Menganjurkan secara tidak langsung kepada orang lain untuk berzakat atau bersedekah
juga.
6.
2.2
Macam-macam zakat
Macam-macam zakat secara garis besar ada dua macam yaitu zakat harta benda atau maal
dan zakat fitrah. Ulama madzhab sepakat bahwa tidak sah mengeluarkan zakat kecuali dengan
niat.
2.2.1
Zakat Maal
Maal sendiri menurut bahasa berarti harta. Jadi, zakat maal yaitu zakat yang harus
dikeluarkan setiap umat muslim terhadap harta yang dimiliki, yang telah memenuhi syarat, haul,
dan nishabnya. Dan syarat-syaratnya diantaranya:
Pertama, menurut Imamiyah syaratnya adalah baligh dan berakal. Jadi, orang gila dan anakanak tidak wajib mengeluarkan zakat. Kalau dalam madzhab Syafii, berakal dan baligh tidak
menjadi syarat. Bahkan orang gila dan anak-anak, wali mereka harus yang mengeluarkan zakat
atas nama mereka.
Kedua, menurut madzhab Syafii, syarat wajib zakat yang kedua adalah muslim.
Sedangkan menurut Imamiyah, disandarkan pada manusia baik muslim maupun non-muslim.
Ketiga, syarat berikutnya yaitu milik penuh. Disini berarti orang yang
mempunyai harta itu menguasai sepenuhnya terhadap harta bendanya, dan dapat mengeluarkan
sekehendaknya. Maka harta yang hilang tidak wajib dizakati, juga harta yang dirampas
dibajak dari pemiliknya, sekalipun tetap menjadi miliknya.
Keempat, cukup satu tahun berdasarkan hitungan tahun qomariyah untuk selain bijibijian, buah-buahan, dan barang-barang tambang.
Kelima, sampai kepada nishab (ketentuan wajib zakat) ketika harus
mengeluarkan. Setiap harta yang wajib dizakati jumlah yang harus dikeluarkan berbeda-beda dan
keterangan lebih rinci akan dijelaskan nanti.
Keenam, orang yang punya utang, dan dia mempunyai harta yang sudah mencapai
nishab. Menurut Imamiyah dan Syafii, jika berhutang maka harus tetap wajib mengeluarkan
zakat. Menurut Hambali harus melunasi hutangnya terlebih dahulu. Menurut Maliki, jika
berhutang tetapi memiliki emas dan perak maka harus melunasi hutang terlebih dahulu. Dan jika
yang dimiliki selain emas dan perak maka tetap wajib zakat. Dan menurut Hanafi, jika berhutang
dimana utangnya itu menjadi hak Allah untuk dilakukan oleh seorang manusia dan manusia lain
tidak menuntutnya seperti haji dan kifarat-kifaratnya, maka tetap harus berzakat. Tetapi jika
berhutangnya itu untuk manusia dan Allah, serta manusia memiliki tuntutan atau tanggung jawab
untuk melunasinya, maka tidak wajib mengeluarkan zakat kecuali zakat tanaman dan buahbuahan.[5]
Ulama madzhab sepakat bahwa zakat itu tidak diwajibkan untuk barang-barang hiasan
dan juga untuk tempat tinggal seperti rumah, pakaian, alat-alat rumah, kendaraan, senjata dan
lain sebagainya yang menjadi kebutuhan seperti alat-alat, buku-buku, dan perabot-perabot. Lalu
kemudian Imamiyah juga mengatakan harta benda yang sudah dicairkan ke dalam emas dan
perak tidak wajib dizakati.
2.2.2
Zakat Fitrah
Zakat fitrah disini berarti juga zakat badan atau tubuh kita. Setiap menjelang Idul Fitri
orang Islam diwajibkan membayar zakat fitrah sebanyak 3 liter dari jenis makanan yang
dikonsumsi sehari-hari. Hal ini ditegaskan dalam hadist dari Ibnu Umar, katanya Rasulullah
SAW mewajibkan zakat fitrah, berbuka bulan Ramadhan, sebanyak satu sha (3,1 liter) tamar
atau gandum atas setiap muslim merdeka atau hamba, lelaki atau perempuan.(H.R. Bukhari).
Islam
2. Memiliki kelebihan harta untuk makan sehari-hari. Ketika Rasulullah SAW mengutus Muaz
ke Yaman, ia memerintahkan, Beritahukanlah kepada penduduk Yaman, sesungguhnya Allah
telah mewajibkan kepada mereka zakatyang diambil dari orang-orang kaya dan diberikan
kepada orang-orang fakir dikalangan mereka. (HR. Jamaah ahli hadits). Rasulullah SAW juga
bersabda. Barang siapa meminta-mintasedang ia mencukupi sesungguhnya ia memperbanyak
api neraka (siksaan). Para sahabat ketika itu bertanya Apa yang dimaksud dengan mencukupi
itu? Jawab
Rasulullah SAW, Artinya mencukupi baginya adalah sekedar cukup buat dia
makan tengah hari dan malam hari. (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah). Kelebihan harta yang
dimaksud tentu saja bukan barang yang dipakai sehari-hari seperti rumah, perabotan, dan lainlain. Jadi tidak perlu menjual sesuatu untuk membayar zakat fitrah.
hari akhir bulan ramadhan. Disunnahkan mengeluarkannya pada awal hari raya, dan diharamkan
mengeluarkannya setelah tenggelamnya matahari pada hari pertama di bulan syawal, kecuali
kalau ada udzur.
Sedangkan menurut Imamiyah adalah wajib dikeluarkan pada waktu masuknya malam
hari raya, dan kewajiban melaksanakannya mulai dari awal tenggelamnya matahari sampai
tergelincirnya matahari. Dan yang lebih utama dalam melaksanakannya adalah sebelum
pelaksanaan sholat hari raya.[8]
.3
kelompok yang mempunyai hak bagi harta-harta benda orang kaya, seperti yang di ungkapkan
surat Al-Dzariat ayat 19:
Dan pada harta-harta mereka, ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin
yang tidak mendapat bagian[9]
Ayat ini tidak membedakan antara harta pertanian, pertukangan (pabrik atau buruh), dan
perdagangan. Dan tidak kalah pentingnya zakat adalah salah satu cara untuk membuktikan jihad,
yaitu pengorbanan dengan jiwa raga demi merindukan perjumpaan dengan Allah SWT.[10]
Maka dari itu, ulama madzhab mewajibkan binatang ternak, biji-bijian, buah-buahan, uang dan
barang tambang untuk dizakati. Sementara menurut Imamiyah zakat di wajibkan pada binatang,
tanaman dan mata uang tertentu. Jumlah keseluruhannya ada Sembilan, yaitu: unta, sapi, dan
kambing (dari binatang); hinthah, syair, kurma dan kismis (dari tanaman); emas dan perak (dari
mata uang). Selain dari hal-hal tersebut hanya disunahkan pada zakat, tidak wajib.[11]
1.
sering dijadikan perhiasan. Emas dan perak juga dijadikan mata uang yang berlaku dari waktu ke
waktu. Islam memandang emas dan perak sebagai harta yang (potensial) berkembang. Oleh
karena itu, syara mewajibkan zakat atas keduanya, baik berupa uang, leburan logam, bejana,
suvenir, ukiran, atau yang lain.
Termasuk dalam kategori emas dan perak, adalah mata uang yang berlaku pada waktu itu
di masing-masing negara. Oleh karena segala bentuk penyimpanan uang seperti tabungan,
deposito, cek, saham atau surat berharga lainnya, termasuk ke dalam kategori emas dan perak,
sehingga penentuan nishab dan besarnya zakat disetarakan dengan emas dan perak.
Perhitungannya bisa di sederhanakan seperti, nishab emas = 20 misqol atau 20 dinar,
menurut mayoritas Ulama beratnya 91
23/25
mayoritas Ulama = 642 gram. Kadar zakat emas dan perak adalah 2,5%. Semua Ulama fiqih
berpendapat sama dalam hal itu, namun dalam ranah bentuk, Imamiyah, mewajibkan zakat pada
emas dan perak jika ada dalam bentuk uang, tidak wajib dizakati dalam bentuk batangan atau
perhiasan.
2.
adalah 2,5% atau 1/40, dengan syarat cukup satu nishab, dan tidak di syaratkan sampai haul.
Tanaman jahiliyah adalah emas dan perak yang ditanam atau disimpan manusia sebelum
diangkat Rasulullah SAW. Zakatnya adalah 20%, dengan syarat cukup nishab, dan tidak di
syaratkan haul.
3.
disimpan oleh orang-orang dulu di dalam tanah, seperti emas, perak, tembaga, pundi-pundi
berharga dan lain-lain. Para ahli fiqih telah menetapkan bahwa orang yang menemukan bendabenda ini diwajibkan mengeluarkan zakatnya seperlima bagian (20%), berdasarkan hadist yang
diriwayatkan oleh jamaah ahli hadis, yang menyatakan bahwa rikaz itu harus dikeluarkan
zakatnya seperlima bagian. Dan para ulama sepakat bahwa tidak ada ketentuan tentang batas
waktu satu tahun untuk mengeluarkan zakatnya. Akan tetapi kewajiban itu harus dilakukan pada
waktu itu juga.[12]
4.
Barang Perdagangan
Semua harta benda yang diperdagangkan apabila memenuhi syarat, wajib dizakati. Dan
syarat harta dagangan supaya wajib dizakati menurut madzhab Syafii ada 6 macam :
1. Harta dagangan itu dimiliki dengan cara jual beli, bukan dengan warisan.
2. Harta benda itu diniatkan untuk diperdagangkan.
3. Harta benda itu tidak ada maksud untuk dipakai sendiri.
4. Berjalan haul satu tahun semenjak memiliki barang dagangan itu.
5. Harta dagangan itu tidak ditukar menjadi mata uang, emas, dan perak.
6. Sampai harga barang dagangan itu di akhir tahun, satu nishab.
Zakat harta dagang itu wajib menurut empat madzhab, tetapi menurut Imamiyah adalah
sunnah[13]. Zakat harta perdagangan 2,5% atau 1/40. Menurut mayoritas ulama zakat barang
dagangan haruslah uang, tidak boleh benda dari dagangan tersebut.
5.
zakat tanaman dan buah-buahan adalah sepuluh persen (10%), kalau tanaman dan buah-buahan
tersebut disiram air hujan atau dari aliran sungai. Tapi jika air yang digunakannya dengan air
irigasi (dengan membayar) dan sejenisnya, maka cukup mengeluarkan lima persen (5%).[14]
Namun menurut Imamiyah, ukuran zakatnya harus sesuai dengan[15]:
1. Hasil panen yang pengairannya dari air hujan dan air sungai secara alami, diluar usaha petani,
maka ukuran zakatnya adalah 1/10.
2. Hasil panen yang pengairannya dengan alat seperti timbal atau diesel, maka ukuran zakatnya
adalah 1/20.
3. Hasil panen yang pengairannya dengan kedua-duanya, maka ukuran zakatnya adalah 1/10
untuk setengahnya dan 1/20untuk setengah lainnya.
Adapun syarat zakat makanan pokok dan buah-buahan menurut Imam Syafii ada 3 macam :
1.
2.
3.
makanan pokok dan tahan disimpan. Madzhab Syafii berpendapat buah-buahan yang dizakati
hanya dua macam, yaitu tamar dan anggur, sedangkan biji-bijian yang wajib dizakati adalah
gandum, beras, kacang adas, kacang kedelai, dan jagung. Dan juga menurut madzhab Syafii
tidak wajib dizakati buah-buahan seperti mentimun, semangka, delima dan lain-lain. Karena
Rasulullah memaafkannya, sesuai dengan hadistnya yang berbunyi :
Dalam sayur-sayuran tidak ada sedekah/zakat
Hadist tersebut statusnya mursal, namun menurut Imam Syaukani [17] hadist mursal boleh
dijadikan Hujjah, jika di kuatkan oleh ulama-ulama mujtahid. Hal ini sesuai dengan kaidah yang
berbunyi:
Hadist mursal patut dijadikan argumentasi, bila dikukuhkan oleh pendapat kebanyakan ahli
ilmu, dan hal ini memang terjadi pada masalah zakat.
Para ahli fiqih sependapat bahwa zakat makanan pokok dan buah-buahan adalah satu
persepuluh (1/10), bila pengairannya tidak membutuhkan biaya banyak seperti air hujan dan
irigasi, dan jika diairi dengan membutuhkan biaya yang banyak maka zakatnya 1/20, seperti
diairi dengan memakai binatang atau mesin. Sesuai dengan hadist Nabi :