Anda di halaman 1dari 25

KULIAH

AKHLAQ

Drs. H. Yunahar Ilyas, Lc., M.A.


i
KULIAH
AKHLAQ

LPPI UMY
ii
KULIAH AKHLAQ

Penulis
Drs. H. Yunahar Ilyas, Lc., MA

Cetakan I, Juni 1999


Cetakan II, Maret 2000
Cetakan III, Agustus 2000
Cetakan IV, Februari 2001

Desain Cover
Nuruddien

Khat Arab
Drs. Setyadi Rahman

Tata Letak
Diah K K, Bima B

Penerbit
Lembaga Pengkajian dan Pengalaman Islam (LPPI)
Jl. Kapt. Tendean No. 56
Telp. (0274) 377542 Yogyakarta 55252

Pencetak
Pustaka Pelajar Offset

ISBN: 979-8702-03-6
iii
KATA PENGANTAR










Alhamdulillah, dengan izin Alllah SWT, penulis dapat
menghantarkan kepada para pembaca buku tentang akhlaq yang diberi
judul Kuliah Akhlaq.
Buku ini disusun dengan sistematika berdasarkan ruang lingkup
akhlaq, yaitu akhlaq terhadap Allah SWT, akhlaq terhadap Rasulullah
SAW, akhlaq pribadi, akhlaq dalam keluarga, akhlaq bermasyarakat
dan akhlaq bernegara. Sistematika tersebut hanyalah sekedar untuk
memudahkan pembahasan, karena dalam pelaksanaannya akhlaq
harus bersifat integral, menyatu, tidak dapat dipisahkan secara tajam
antara satu ruang dengan ruang lainnya.
Sebagaimana dalam buku Kuliah Aqidah Islam, karya penulis
sebelumnya, ayat-ayat Al-Qur'an sebagaimana yang dijanjikan oleh
iv
Rasulullah saw, dan juga untuk membuat kita semakin akrab dengan
ayat-ayat suci Al-Qur'an Al-Karim. Dan untuk memudahkan pembaca
merujuk langsung kepada Mushhaf atau kitab-kitab Tafsir, maka
sesudah penulisan terjemahan ayat disebutkan nama dan nomor surat,
kemudian nomor ayat.
Disamping ayat-ayat Al-Quran, teks-teks hadits Nabi juga ditu-
liskan beserta dengan nama pewarinya. Hal itu untuk memudahkan
pembaca dalam mengutip dan mensosialisasikannya.
Buku ini disusun, disamping sebagai bahan kuliah Al-Islam
bidang akhlaq bagi para mahasiswa di lingkungan Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta, juga ditunjukkan kepada para
mahasiswa dari perguruan tinggi mana saja dan masyarakat luas yang
ingin memahami ajaran akhlaq berdasarkan Al-Quran dan Sunnah.
Demikianlah, mudah-mudahan buku ini dapat bermanfaat bagi
kita sesama. Dan terakhir penulis mengucapkan terima kasih kepada
lembaga pengkajian dan pengamalan islam (LPPI) Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta yang bersedia menerbitkan buku yang
sederhana ini.
Wallahu Waliyatu Taufiq, Wassalam.

v
Yogyakarta, 1 Muharram 1420/
17 April 1999 M

Penulis

6
PENGANTAR LPPI

Dalam keseluruhan ajaran islam,akhlaq menempati kedudukan


yang istimewa dan sangat penting.Didalam Al-Qur`an saja ditemui
lebih kurang 1500 ayat yang berbicara tentang Akhlaq-dua setengah
kali lebih banyak daripada ayat ayat tentang hukum-baik yang teoritis
maupun yang praktis.Belum terhitung lagi hadist-hadist Nabi,baik
perkataan mupun perbuatan,yang memberikan pedoman akhlaq yang
mulia dalam seluruh aspek kehidupan.
Akhlaq dalam Islam bukanlah moral yang kondisional
situasional,tetapi akhlaq yang benar benar memiliki nilai yang
mutlak.Nilai nilai baik dan buruk,terpuji dan tercela berlaku kapan
dan dimana saja dalam segala aspek kehidupan,tidak dibatasi oleh
waktu dan ruang.kejujuran dalam ekonomi sama dengan kejujuran
dalam politik,kejujuran terhadap non muslim,kejujuran terhadap non
muslimsama dituntutnya dengan kejujuran terhadap sesama
muslim.Keadilan harus ditegakkan,sekalipun terhadap diri dan
keluarga sendiri.Kebencian kita terhadap musuh tidak boleh
menyebabkan kita tidak berlaku adil.
Ajaran akhlaq dalam islam sesuai dengan fitrah manusia.Manusia
akan mendapat kebahagiaan yang hakiki-bukan semu-bila mengikuti
nilai nilai kebaikan yang di ajarkan oleh Al-Qur`an dan sunnah,dua
sumber dalam islam.Akhlaq islam benar benar memelihara eksistensi
manusia sebagai mahluk terhormat,sesuai dengan fitrahnya
itu.Demikianlah sebagian dari karakteristik akhlak dalam islam,yang
uraiannya secara lebihtrperinci,akan pembaca temui dalam buku ini.
Buku yang ada di tangan pembaca ini sengaja lebih menekankan
pada aspek normativitas akhlaq Islam dalam rangka mendapatkan
bingkai moral,yang historitasnya dipulangkan kepada pembaca.
Tentu saja diharapkan studi akhlaq tidak hanya berhenti pada aspek
kongnitif (sebagai pengetahuan)tapi masuk kedalam aspek afektif
(menjadi sikap,watak,perilaku) yang berwujud akhlaq yang
vii
mulia.Untuk mendapatkan contoh hidup dari akhlaq yang mulia itulah
diperlukan historisitas.
Buku Kuliah Akhlaq ini tidak hanya penting baik bagi para
mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta_sebagai buku
teks mata kuliah Al-islam bidang Akhlaq tetapi juga bagi para
mahasiswa perguruan tinggi lainnya serta masyarakat umumnya.
Mudah mudahan penerbitan LPPI ini dapat memberikan
manfaat bagi para pembaca. Buku Kuliah Akhlaq ini merupakan buku
keenam yang diterbitkan oleh Lembaga Pengkajian Pengamalan
Islam(LPPI) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.Lima buku
sebelumnya adalah Kuliah Aqidah Islam;Muhammadiyah dan
NU,Reorientasi Wawasan Keislaman;Pengembangan Pemikiran
Terhadap Hadist;Menbangun Moralitas Bangsa;dan Muhammadiyah
Menyonsong Abad ke 21.Segera juga akan diterbitkan Pengembangan
Pemikiran Keislaman di Muhammadiah:Antara Purifikasi dan
Dinamisasi;Pendidikan dalam Al-Qur`an;dan kuliah
Kemuhammadiyahan .
Terahir,LPPI menghargai dan mengucapkaan terima kasih
sebesar besarnya kepada saudara Drs.H Yunahar Ilyas, Lc,. M.Ag.,
karena berkat ketekunannya telah mampu menyelesaikan naskah buku
ini dengan baik.Semoga Allah SWT senantiasa memberikan imbalan
pahala yang berlipat ganda.Amien.

Yogyakarta,7 Muharram 1420/


23 April 1999 M
Kepada

Ttd

Prof. Dr. H. Ahmad Syafii Maarif


viii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar - v
Pengantar LPPI - vii
Daftar Isi - ix
BAB I. PENDAHULUAN - 1
A. Pengertian Akhlaq - 1
B. Sumber Akhlaq - 4
C. Ruang Lingkup Akhlaq -5
D. Kedudukan dan Keistimewaan Akhlaq dalam islam -6
E. Ciri ciri Akhlaq dalam Islam -12
BAB II. AKHLAQ TERHADAP ALLAH SWT - 17
A. Taqwa - 17
B. Cinta dan Ridho - 24
C. Ikhlas - 28
D. Khauf dan Raja - 37
E. Tawakkal - 44
F. Syukur - 50
G. Muraqabah - 54
H. Taubat - 57
BAB III. AKHLAQ TERHADAP RASULULLAH SAW - 65
A. Mencintai dan Memuliakan Rasul - 65
B. Mengikuti dan Menaati Rasul - 70
C. Mengucapkan Shalawat dan Salam - 76
BAB IV. AKHLAQ PRIBADI - 81
A. Shidiq - 81
B. Amanah - 89
C. Istiqomah - 97
D. Iffah - 103
E. Mujahadah - 109
F. Syaja`ah - 116
G. Tawadhu` - 123
H. Malu - 128
I. Sabar - 134
J. Pemaaf - 140
ix

BAB V. AKHLAQ DALAM KELUARGA - 147


A. Birrul Walidain - 147
B. Hak,Kewajiban dan Kasih Sayang Suami Istri - 160
C. Kasih Sayang dan Tanggung Jawab Orang
Tua Terhadap Anak - 172
D. Silaturrahim dengan Karib Kerabat - 183
BAB VI. AKHLAQ BERMASYARAKAT - 195
A. Bertamu dan Menerima Tamu - 195
B. Berhubungan Baik dengan Tetangga - 199
C. Berhubungan Baik dengan Masyarakat - 205
D. Pergaulan Muda Mudi - 210
E. Ukhuwwah Islamiyah - 221
BAB VII. AKHLAQ BERNEGARA - 229
A.Musyawarah - 235
B.Menegakkan Keadilan - 241
C.Amar Ma`ruf nahi Munkar - 247
D.Hubungan Pemimpin dan Yang Dipimpin
Penutup - 253
Daftar Bacaan - 255
Indeks - 258
Tentang Penulis - 263

x
BAB I
PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN AKHLAQ
Secara etimologis (lughatan) akhlaq (bahasa arab) adalah
bentuk imolojamak dari khuluq yang berarti budi pekerti,
perangai, tingkah laku atau tabiat. Berakar dari kata khalaqo yang
berarti menciptakan. Seakar dengan kata khaliq (pencipta)
makhluk (yang diciptakan) dan khalaq (penciptaan).
Kesamaan akar kata diatas mengisyaratkan bahwa dalam
akhlak tercakup pengertian terciptanya keterpaduan antara
kehendak khaliq (Tuhan) dengan perilaku makhluk (manusia).
Atau dengan kata lain, tata prilaku seseorang terhadap orang lain
dan lingkungannya baru mengandung nilai akhlaq yang hakiki
manakala tindakan atau prilaku tersebut didasarkan kepada
kehendak khalik (Tuhan). Dari pengertian etimologis seperti ini,
akhlak bukan saja merupakan tata aturan atau norma perilaku
yang mengatur hubungan antar sesama manusia tetapi juga norma
yang mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan dan
bahkan dengan alam semsesta sekalipun.
Secara terminologis (Istilahan) ada beberapa definisi tentang
akhlaq. Penulis pilihkan tiga diantaranya.
1. Imam Al-Gozali



Akhlaq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang
menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang dan
mudah, tanpa memelrlukan pemikiran dan pertimbangan.

2. Ibrahim Anis
xi



Akhlaq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang
dengannya lahirlah macam-macam perbuatan, baik
buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.
3. Abdul Karim Zaidan




(Akhlaq) adalah nilai-nilai dan sifat-sifat yang tertanam
dalam jiwa, yang dengan sorotan dan timbangannya
seseorang dapat menilai perbuatannya baik atau buruk,
untuk kemudian memilih untuk melakukan atau
meninggalkannya

Ketiga definisi yang dikutip diatas sepakat menyatakan


bahwa akhlaq atau khuluq itu adalah sifat yang tertanam dalam
jiwa manusia, sehingga dia akan muncul secara sepontan bila
mana diperlukan, tanpa memerlukan pemikiran atau
pertimbangan lebih dahulu, serta tidak memerlukan dorongan dari
luar. Dalam Mujam al-Wasith disebutkan min ghoiri bajah ila
fikr wa ru yah (tanpa membutuhkan pemikiran dan
pertimbangan). Dalam ihya Ulumad-Din dinyatakan asbduru
al-af al bi subulah wa yusr, min ghairi bajah ila fikr wa ru yah
yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang dan
mulah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Sifat
spontanitas dari akhlaq tersebut dapat diilustrasikan dalam contoh
berikut ini. Bila seseorang menyumbang dalam jumlah besar
xii

untuk pembangunan mesjid setelah mendapat dorongan dari


seorang dai (yang mengemukakan ayat-ayat dan hadits-hadits
tentang keutamaan membangun mesjid di dunia), maka orang tadi
belum bisa dikatakan mempunyai sifat pemurah, karena
kepemurahannya waktu itu lahir setelah mendapat dorongan dari
luar, dan belum tentu muncul lagi pada kesempatan yang lain.
Boleh jadi, tanpa dorongan seperti itu, dia tidak akan
menyumbang, atau kalaupun meny umbang hanya dalam jumlah
sedikit. Tapi manakala tidak ada dorongan dia b\tetap
menyumbang, kapan dan dimana saja, barulah bisa dikatakan dia
mempunyai sifat pemurah.Contoh lain,dalam penerimaan
tamu.Bila seseorang membeda bedakan tamu yang satu dengan
yang lain,atau kadangkala ramah dan kadangkala tidak,maka
orang tadi belum dinyatakan mempunyai sifat memuliakan
tamu,sebab seseorang yang mempunyai akhlaq emmuliakan
tamu,tentu akan selalu memuliakann tamunya.
Dari keterangan di atas jelaslah bagi kita bahwa akhlaq itu
haruslah bersifat konstan,spontan,tidak temperor dan tidak
memerlukan pemikiran dan pertimbangan serta dorongan dari
luar.
Sekalipun dari beberapa definisi di atas kata akhlaq bersifat
netral, belum menunjukkan kepada a tertentu,maka yang
dimaksud adalah akhlaq yang mulia.misalnya bila seseorang
berlaku yidak sopan kita mengatakan kepadanya,kamu tidak
berakhlaq.pada hal tidaksopan itu adalah akhlaqnya.tentu yang
kita maksud adalah kamu tidak memiliki akhlaq yang
mulia,dalam hal in sopan.
Di samping istilah akhlaq,juga dikenal istilah etika dan
moral.ketiga istilah itu sama sama menentukan nilai baik dan
buruk sikap dan perbuatan manusia.perbedaannya terletak pada
standar adalah akal fikiran;dan bami moral standarnya adat
kebiasaan yang umum berlaku dimasyarakat.
Sekalipun dalam pengertiannya antara ketiga istilah di atas
(akhlak,etika dan moral) dapat dibedakan,namun dalam
pembicaraan sehari hari,bahkan dalam beberapa literatur
xiii

keislaman,kegunaannya sering tumpang tindih.Misalnya Judul


buku Ahmad Amin, al-Akhlaq,diterjemahkan oleh prof. Farid
Ma`ruf dengan etika (ilmu Akhlaq).Dalam kamus inggris
indonesia karya John M.Echols dan Hasan Shadily,moral juga di
artikan Akhlaq.
B. SUMBER AKHLAQ
Yang dimaksud sumber akhlaq adalah yang menjadi ukuran
baik dan buruk atau mulia dan tercela.sebagaimana keseluruhan
ajaran islam,sumber akhlaq adalah Al-Qur`an dan Sunnah,bukan
akal fikiran atau pandangan masyarakat sebagaimana pada
konsep etika dan moral.dan bukan pula karena baik atau buruk
dengan sendirinya sebagaiman pandangan Mu`tazilah.
Dalam konsep akhlaq segala sesuatu itu dinilai baik atau
buruk,terpuji atau tercela,semata karena syara`(Al-Qur`an dan
sunnah) menilainya demikian.karena sifat
sabar,syukur,pemaaf,pemurah,dan jujur misalnya dinilai
baik?tidak lain karena syara` menilai semua sifat sifat baik.Begitu
juga sebaliknya,kenapa pemarah,tidak bersykur,dendam,kikir dan
dusta misalnya dinilai buruk? Tidak lain karena syara` menilai
demikian
Apakah islam menapikan peran hati nurani,akal dan
pandangan masyarakat dalam menentukan baik dan buruk atau
dengan ungkapan lain dapatkah ketiga hal tersebut dijadikan
ujuran baik dan buruk?
Hati nurani atau fitrah dalam bahasa Al-Qur`an memang
dapat menjadi ukuran baik dan buruk karena manusia diciptakan
oleh Allah SWT memili fitrah bertauhid,mengakui
keesaannya(QS.Ar-rum 30:30).karena fitrah itulah manusia cinta
kepada kesucian dan selalu cendrung kepada kebenaran.Hati
nuraninya selalu mendambakan dan merindukan kebenaran,ingin
mengikuti ajaran ajaran tuhan karena kebenaran itu tidak akan
didapat kecuali dengan Allah sebagai sumber kebenaran
mutlak.Namun fitrah manusia tidak selalu terjamin dapat
berfungsi dengan baik karena pengaruh dari luar,misalnya
pengaruh pendidikan dan lingkungan.Fitrah hanyalah merupakan
xiv

potensi dasar yangperlu dipelihara dan dikembangkan.Betapa


banyak manusia yang fitrahnya tertutup sehingga hati nuraninya
tidak dapat lagi melihat kebenaran.Oleh sebab itu ykuran baik dan
buruk kigta dapat serahkan sepenuhnya hanya kepada hati nurani
dan fitrah manusia semata.Harus dikembalikan kepada penilaian
syara`.Semua keputusan syara` tidak akan bertentangan dengan
hati manusia,karena kedua duanya berasal dari sumber yang sam
yaitu Allah SWT
Demikian juga halnya dengan akhlak fikiran.ia hanyalah
salah satu kekuatan yang dimiliki manusiauntuk mencari
kebaikan.Dan keputusannya bermula dari pengalaman empiris
kemudain diolah menurut kemampuan pengetahuannya.Oleh
karena itu keputusan yang diberikan akal hanya bersikap
spekulatif dan subyektif.
Demikianlah tentang nhati nurani dan akaal
fikiran.bagaimana dengan pandangan masyarakat juga bisa
dijadikan salah satu ukuran baik dan buruk,tetapi sangat
relatif,tergantung sejauh mana kesucian hati nurani masyarakat
dan kebersihan fikiran mereka dapat terjaga.masyarakat yang hati
terpuji tentu tidak bisa dijadikan ukuran.Hanya kebiasaan
masyarakat yang baiklah yang bisa dijadikan ukuran.
Dari uraian di atas jelaslah bagi kita bahwa ukran yang pasti
(tidak spekulatif),obyektif komprensip dan universal untuk
menentukan baik dan buruk hanyalah Al-Qur`an dan
Sunnah,bukan yang lain lainnya.

C. RUANG LINGKUP AKHLAQ


Muhammad `Abdullah Draz dalam bukunya Dustur al-Aklaq
fi al-islam membagi ruang lingkup akhlaq kepada lima bagian:
1. Akhlaq pribadi (al-akhlaq al-fardiyah).Terdiri dari(a) yang
diperintahkan (al-awamir),(b)yang dilarang
(an-nawahi),(c)yang dibolehkan (al-muhabat)dan(d)akhlak
dalam keadaan darurat (al-mukhalafah bi al-idhthirar).
2. Akhlaq Berkeluarga(al-akhlaq al-usariah).Terdiri
xv

dari(a)kewajiban timbal balik orang tua dan anak(wajibat


nahwa al-ushul wa alfaru`),(b) kewajiban suami istri(wajibat
baenal al-azwaj)dan (c) kewajiban terhadap karib kerabat
(wajibat nahwa al-aqarib).
3. Akhlaq Bermasyarakat(al-akhlaq al-ijtima`iyyah).terdiri dari
(a) yang dilarang (al-mahzhurat) (b) yang diperintahkan
(al-awamiir) dan (c) kaedah kaedah adap (qawaid al-adab).
4. Akhlaq Bernegara (akhlaq ad-daulah) terdiri dari (a)
hubungan antara pemimpin dan rakyat (al-alaqah baina
ar-rais wa as-sya`b) dan (b) hubungan luar negeri (al-alaqat
al-kharijiyyah).
5. Akhlaq beragama (al-akhlaq addiniyyah).yaitu kewajiban
terhadap Allah SWT (wajibat nahwa Allah)

Dari sistimatika yang dibuat oelh `Abdullah Draz di atas


tampaklah bagi kita bahwa ruang lingkup akhlaq itu sangat
luas,mencakup seluruh aspek kehidupan,baik secara vertikal
dengan Allah SWT maupun secara horizontal sesama
makhluk-Nya.
Berangkat dari sistematika di atas dengan sedikit
modifikasipenulis membagi pembahasan akhlaqdalam buku ini
menjadi:
1. Akhlaq Terhadap Allah SWT
2. Akhlaq Terhadap Rulullah saw
3. Akhlaq Pribadi
4. Akhlaq Dalam Keluarga
5. Akhlaq Bermasyarakat
6. Akhlaq Bernrgara

D. KEDUDUKAN DAN KEISTIMEWAAN AKHLAQ DALAM


ISLAM
Dalam keseluruhan ajaran Islam akhlaq menempati
kedudukan yang istimewa dan sangant penting.Hal itu dapat
dilihat dalam beberapa nomor berikut ini:
1. Rasulullah saw menempatkan penyempurnaan akhlaq yang
xvi

mulia sebagai misi pokok Risalah Islam.Beliau bersabda:


) (
Sesungguhnya aku di utus untuk menyempurnakan akhlaq
yang mulia.(HR.Baihaqi)

2. Akhlaq merupakan salah satu ajaran pokok agama


islam,sehingga rasulullah saw pernah mendefinisikan agama
itu dengan akhlaq yang baik (husn al-khuluq).diriwayatkan
oleh seorang laki laki bertanya kepada rasulullah saw:


. :
Ya Rasulullah,apakah agama itu?beliau mejawab (Agama
adalah) Akhlaq yang baik.
Pendefinisian agama (islam) dengan akhlaq yang baik itu
sebanding dengan pendefinisian ibadah haji dengan wuquf di
`Arafah . Rasulullah menyebutkan,haji adalah wuquf di
`Arafah.
Artinya tidak sah haji seseorang tanpa wukuq di Arafah.

3. Akhlaq yang baik akan memberatkan timbangan kebaikan


seseorang nanti pada hari kiamat.Rasulullah saw bersabda:


...
)(
tidak ada satupun yang akan memberatkan
timbangan(kebaikan) seorang hamba mukmin nanti pada hari
kiamat selain dari akhlaq yang baik.. (HR Tirmizi)
xvii
Dan orang yang paling dicintai serta paling dekat dengan
rasulullah saw nanti pada hari kiamat adalah yng paling baik
akhlaqnya.Abdullah ibn Umar berkata:
:

: .
: .( (
Aku mendengar Rasulullah berrsaba:maukah kalian aku
beritahukan siapa diantara kalian yang paling aku cintai dan
paling dekat tempatnya denganku nanti pada hari
kiamat?beliau mengulangi pertanyaan itu tiga kali,lalu sahabat
sahabat menjawab:Tentu ya rasulullah.yaitu yang paling
akhlaqnya di antara kalian.(HR.Ahmad)

4. Rasulullah saw menjadikan baik buruknya akhlaq seseorang


sebagai ukuran kualitas imannya. Hal itu dapat kita perhatikan
dalam beberapa hadits berikut ini
a. Rasulullah SAW bersabda:
(
)
Orang mukmin yang paling sempurna imannya
adalah yang paling baik akhlaqnya(HR Tirmizi)
b. Rasulullah SAW bersabda:
,
) (
Rasa malu dan iman itu sebenarnya berpadu menjadi
satu, maka bilamana lenyap salah satunya hilang
pulalah yang lain(HR Hakim dan Tahabrani)
xviii

c. Rasulullah SAW bersabda:


, ,
: ,,
) (
Demi Allah, dia tidak beriman! Demi Allah, dia tidak
beriman! Demi Allah, dia tidak beriman! Seorang
sahabat bertanya :Siapa dia (yang tidak beriman itu)
ya rasulullah? beliau menjawab:orang yang
tetangganya tidak aman dari keburukannya (HR
Bukhori )
d. Rasulullah SAW bersabda:

,
,
) (
Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari
Akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau diam.
Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari
Akhir, maka hendaklah ia memuliakan tetangganya.
Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari
Akhir, maka hendaklah ia memuliakan tamunya.(HR
Bukhori dan Muslim )
Demikianlah nampak bagi kita dalam beberapa teks hadits
diatas bahwa Rasulullah SAW mengingatkan antara raa malu,
adab berbicara, dan sikap terhadap tamu dan tetangga misalnya
dengan eksistensi dan kualitas iman seseorang.

5. Islam Menjadikan Akhlaq yang baik sebagai bukti dan buah


dari ibadah kepada Allah SWT. Misalnya Shalat, Puasa, Zakat
xix

dan Haji. Perhatikan beberapa nash berikut ini:


a. Firman Allah SWT:








(
) :
...dan dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat itu
mencegah dari (perbuatan-perbuatan keji dan
munkar)(QS Al-Ankabut 29.45)
b. Sabda Rasulullah SAW:
,
,
) (
Bukanlah puasa itu hanya menahan makan dan
minum saja, tapi puasa itu menahan diri dari
perbuatan kotor dan keji. Jika seseorang mencaci dan
menjahilimu maka katakanlah aku: Sesungguhnya aku
sedang berpuasa. (HR. Ibn Khuzaimah)
c. Firman Allah SWT:


: ) .........
)
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan
zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan
mereka...(QS Attaubah 9:103)
xx
d. Firman Allah SWT:






: (..........
)
(Musim) Haji adalah beberapa bulan yang
dimaklumi. Barang siapa yang menetapkan niatnya
pada bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak
boleh Rafats (Mengeluarkan perkataan yang
menimbulkan birahi yang tidak senono atau
bersekutu), berbuat pasik dan berbantah-bantahan
didalam masa mengerjakan haji.(QS. Al-Baqarah
2:197)

Dari beberapa ayat dan hadits diatas, kita dapat melihat


adanya kaitan langsung antara shalat, puasa, zakat dan haji
dengan akhlaq. Seseorang yang mendirikan shalat tentu tidak
akan mengerjakan segala perbuatan yang tergolong keji dan
munkar. Sebab apalagi arti shalatnya kalau dia tetap saja
mengerjakan kekejian dan kemungkaran. Seseorang yang
benar-benar berpuasa demi ridho Allah SWT, disamping
menahan keinginannya untuk makan dan minum, tentu juga akan
menahan dirinya dari segala kata-kata yang kotor dan perbuatan
yang tercela.. sebab tanpa meninggalkan perbuatan yang tercela
itu dia tidak akan mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali
hanya rasa lapar dan haus semata. Begitu juga dengan ibadah
zakat dan haji, dikaitkan oleh Allah SWT hikmahnya dengan
xxi

aspek akhlaq. Ringkasnya, Akhlaq yang bai adalah buah dari


Ibadah yang baik, atau ibadah yang baik dan diterima oleh Allah
SWT tentu akan melahirkan Akhlaq yang bai dan terpuji.

6. Nabi Muhammad SAW selalu berdoa agar Allah SWT


membaikkan akhlaq beliau.
,
.
,
(
.)
(Ya Allah) tunjukilah aku (jalan menuju) Akhlaq yang baik,
karena sesungguhnya tidak ada yang dapat memberi petunjuk
(menuju jalan) yang lebih baik selain Engkau. Hindarkanlah
aku dari akhlaq yang buruk, karena sesungguhnya tidak ada
yang dapat menghindarkan aku dari akhlaq yang buruk
kecuali engkau. (HR Muslim)

7. Didalam Al-Quran banyak terdapat ayat-ayat yang


berhubungan dengan Akhlaq, baik berupa perintah untuk
berakhlaq yang baik serta pujian dan pahala yang diberikan
pada orang-orang yang mematuhi perintah itu, maupun larang
berakhlaq yang buruk serta celaan dan dosa bagi orang-orang
yang melanggarnya. Tidak diragukan lagi bahwa banyaknya
ayat-ayat Al-Quran tentang akhlaq-akhlaq ini membuktikan
betapa pentingnya kedudukan akhlaq didalma Islam.
Demikianlah antara lain beberapa hal yang menjelaskan
kepada kita kedudukan dan keistimewaan akhlaq didalam
Islam.

E. CIRI CIRI AKHLAQ DALAM ISLAM


xxii
Disamping kedudukan dan keistimewaan akhlak yang sudah
di uraikan dalam fasal sebelumnya maka akhlaq dalam Islam
paling kurang juga memiliki lima ciri-cirihas yaitu (1) Rabbani,
(2) Manusiawi, (3) Universal, (4) Seimbang, dan (5) Realistik.
Berikut ini uraian ringkas kelima ciri-ciri tersebut :
1. Akhlaq Rabbani
Ajaran Islam bersumber dari wahyu Ilahi yang
bermaktub dalam Al-Quran dan Sunnah. Didalam
Al-Quran terdapat kira-kira 1.500 ayat yang
mengandung ajaran akhlaq, baik yang teoritis maupun
yang praktis. Demikian pula hadits-hadits Nabi sangat
banyak jumlahnya yang memberikan pedoman akhlaq.
Sifat Rabbani dari akhlaq juga menyangkut tujuannya,
yaitu untuk memperoleh kebahagiaan didunia kini dan di
akherat nanti.
Ciri Rabbani juga menegaskan bahwa akhlaq dalam
Islam bukanlah moral yang kondisional dan situasional,
tetapi akhlaq yang benar-benar memiliki nilai yang
mutlak. Akhlaq Rabbanilah yang mampu menghindari
kekacauan nilai moralitas dalam hidup manusia.
Al-Quran mengajarkan:








: (
)
Inilah jalanku yang lurus; hendaklah kamu
xxiii

mengikutinya; jangan kamu ikuti jalan-jalan lain,


sehingga kamu bercerai berai dari jalannya. Demikian
diperintahkan kepadamu, agar kamu bertakwa. (QS.
Al-Anam 6: 153)
2. Akhlaq Manusia
Ajaran Akhlaq dalam Islam sejalan dan memenuhi
tuntunan fitrah manusia.kerinduan jiwa manusia kepada
kebaikan akan terpenuhi dengan mengikuti ajaran akhlaq
dalam Islam. Ajaran akhlaq dalam Islam diperuntukkan
bagi manusia yang merindukan kebahagiaan dalam arti
hakiki, bukan kebahagiaan semu. Akhlaq Islam adalah
akhlaq yang benar-benar memelihara eksistensi manusia
sebagai makhluk terhormat, sesuai dengan fitrahnya.
3. Akhlaq Universal
Ajaran akhlaq dalam Islam sesuai dengan kemanusiaan
yang universal dan mencakup segala aspek hidup
manusia, baik yang dimensinya vertikal maupun yang
horisontal. Sebagai contoh Al-Quran menyebutkan
sepuluh macam keburukan yang wajib dijauhi oleh setiap
orang, yaitu menyekutukan Allah, durhaka kepada kedua
orang tua, membunuh anak karena takut miskin, berbuat
keji baik secara terbuka maupun tersembunyi,
membunuh orang tanpa alasan yang sah, makan harta
anak yatim, mengurangi takaran dan timbangan,
membebani orang lain kewajiban melampaui
kekuatannya, persaksian tidak adil, dan menghianati janji
dengan Allah (QS Surat Al-Anam 6: 151-152)
4. Akhlaq Keseimbangan
Ajaran akhlaq dalam Islam berada ditengah antara yang
menghayalkan manusia sebagai malaikat yang menitik
beratkan segi kebaikannya dan yang menghayalkan
manusia seperti hewan yang menitik beratkan sifat
keburukannya saja. Manusia menurut pandangan Islam
memiliki dua kekuatan dalam dirinya, kekuatan baik pada
hati nurani dan akalnya dan kekuatan buruk pada hawa
xxiv

nafsunya. Manusia memiliki naruliah hewani dan juga


ruhaniah malaikat. Manusia memiliki unsur ruhani dan
jasmani yang memerlukan pelayanan masing-masing
secara seimbang. manusia hidup tidak hanya didunia kini
tetapi dilanjutkan dengan kehidupan diakherat nanti.
Hidup didunia merupakan ladang bagi akherat. Akhlaq
Islam memenuhi tuntutan kebutuhan manusia, jasmani
dan ruhani, secara seimbang, memenuhi tuntutan hidup
bahagia didunia dan akherat secara seimbang pula.
Bahkan memenuhi kebutuhan pribadi harus seimbang
dengan memenuhi kewajiban terhadap masyarakat.
Rasulullah SAW memberikan ucapan salman kepada
Abu Darda:

xxv

Anda mungkin juga menyukai