Anda di halaman 1dari 13

Untuk melindungi struktur bangunan dari gempa, dapat menggunakan alat-alat peredam gempa

(damper), mulai dari bantalan karet (base isolation seismic bearing) hingga alat-alat berteknologi
tinggi.
Gempa yang terjadi di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan, banyak korban jiwa akibat
tertimbun runtuhan gedung-gedungnya. Salah satu pilihan yang kini banyak digunakan untuk
melindungi struktur bangunan dari gempa, adalah dengan alat-alat peredam gempa (damper).
Adapun alat peredam gempa tersebut, cukup banyak jenisnya,
1. Bantalan karet tahan gempa (seismic bearing)
2. Lock Up Device (LUD)
3. Fluid Viscous Damper (FVD)
4. High Damping Device (HIDAM)
5. dan lainnya
Penggunaan peralatan tahan gempa tersebut, pada prinsipnya berfungsi untuk menyerap energi
gempa yang dipikul oleh elemen-elemen struktur. Sehingga, struktur bangunan menjadi lebih
elastis dan terhindar dari kerusakan gempa yang parah.

Gambar 1 Respon
antara struktur dengan damper dan tanpa damper ketika diguncang gempa
( sumber : www2.bridgestone-dp.jp )

Bantalan Karet
Bantalan karet sering dikenal sebagai base isolation, tampaknya penggunaannya akan semakin
berkembang luas di masa datang. Berbagai daerah di Indonesia yang dikategorikan rawan
gempa, menjadikan bantalan karet peredam gempa ini sangat diperlukan untuk melindungi
struktur bangunan. Bantalan karet ini tergolong murah, dan bukan merupakan alat berteknlogi
tinggi.

Gambar 3 Bantalan karet


( sumber : wbdg.org )
Aplikasi bantalan karet
Dalam aplikasinya, bantalan karet tersebut dipasang pada setiap kolom, yaitu diantara pondasi
dan bangunan. Bantalan karet alam ini, berfungsi untuk mengurangi getaran akibat gempa.
Sedangkan lempengan baja, digunakan untuk menambah kekakuan bantalan karet, sehingga
penurunan bangunan saat bertumpu di atas bantalan karet tidak terlalu besar.
Adapun prinsip kerja dari bantalan karet (base isolation seismic bearing) ini adalah pengaruh
gempa bumi yang sangat merusak struktur bangunan, merupakan komponen getaran karet
horizontal. Getaran tersebut, dapat menimbulkan gaya reaksi yang besar. Bahkan, pada puncak
bangunan, dapat terlihat hingga mendekati dua kalinya. Oleh karena itu, apabila gaya yang
sampai pada bangunan itu lebih besar dari kekuatan struktur maka bangunan itu akan rusak.

G
ambar 2 Perletakan bantalan karet pada tiap kolom
( sumber : ndsse.com )
Gaya reaksi yang sampai pada bangunan tersebut, dapat dikurangi melalui penggunaan bantalan
karet tahan gempa ini. Pada dasarnya, cara perlindungan bangunan oleh bantalan karet tahan
gempa ini, dicapai melalui penggunaan getaran gempa bumi ke arah horizontal. Dengan bantalan
tersebut, juga memungkinkan bangunan untuk bergerak bebas, pada saat berlangsung gempa
bumi, tanpa tertahan oleh pondasi. Bantalan karet tersebut, dapat mengurangi daya reaksi hingga
70%. Karena, secara alami karet alam memiliki fleksibilitas yang tinggi dan dapat menyerap
energi.

Gambar 4 Uji geser


( sumber : http: http://www.ipard.com)

Gambar 5 Uji tekan vertikal


( sumber : http: http://www.ipard.com )
Peredam gempa berupa bantalan karet alam ini, kini mulai banyak diaplikasikan pada bangunanbangunan hunian maupun gedung-gedung bertingkat. Dan berdasarkan pengalaman di lapangan.,

bangunan yang menggunakan bantalan karet peredam gempa ini, tidak mengalami kerusakan
yang signifikan, ketika terjadi gempa.
LUD (Lock Up Devices)
Selain bantalan karet, kini beberapa bangunan publik yang berlokasi di daerah rawan gempa,
juga sudah mulai mengaplikasikan teknologi peredam gempa berteknologi tinggi dari
mancanegara. Salah satunya adalah jalan layang (flyover) Pasupati, Bandung. Konon, bangunan
publik ini, merupakan jalan layang pertama di indonesia, yang mengaplikasikan perangkat
teknologi peredam gempa shock transmission unit, dipilih jenis Lock Up Devices (LUD) yang
didatangkan dari Prancis. Teknik yang umumnya dipakai di Tank atau pesawat angkasa, sekarang
ada di jalan Pasupati ini.

Gambar 6 LUD pada jembatan Rigid


( sumber : http://rebar.ecn.purdue.edu)
Salah satu alasan pemasangan LUD pada jalan layang Pasupati ini, karena Bandung termasuk
kota rawan gempa. Kekuatan gempa di Indonesia, terutama Jawa, tercatat masuk region 3 4
atau sekitar 8 Ritcher. Karenanya, di sepanjang jalan laying Pasupati, setidaknya dipasang sekitar
76 unit LUD. Seluruh unit tersebut, dipasang pada tiang-tiang (pier) jalan layang. Pada setiap
tiang yang ditentukan, dipasang dua unit LUD yang akan bekerja meredam guncangan pada
konstruksi jalan layang ketika terjadi gempa.
Seperti pada produk peredam gempa LUD yang konon harga per-unitnya lebih dari 100 juta
tersebut, jika dilihat dari dekat pada konstruksi jembatan layang Pasupati ini ada semacam

dongkrak atau shockbreaker pada pertemuan antara tiang dan segmen jalan layang. Benda itulah
yang dinamakan LUD, sebagai alat untuk meredam guncangan jika terjadi gempa.

Gambar 7 LUD
( sumber : http://rebar.ecn.purdue.edu)

Gambar 8 LUD
( sumber : http://rebar.ecn.purdue.edu)
Prinsip kerja LUD
Prinsip kerja LUD sangat sangat sederhana, jika diibaratkan tiang dan badan jalan layang sebagai
huruf T. Dimana garis melintang sebagai badan jalan. Gerak redam LUD pada saat terjadi
gempa, akan berlangsung dari arah kiri ke kanan atau sebaliknya. Dengan penggunaan cairan
khusus (gel silikon) yang menjadi bantalan pada LUD, guncangan ekstrem akibat gempa, pada
saat tertentu mengakibatkan LUD terkunci, dan mengakibatkan seluruh badan jalan dan tiang
akan bergerak serentak ke arah yang sama seperti huruf T, ke kanan dan ke kiri. Sistem ini, juga
bisa meredam gerakan liar, akibat guncangan yang disebabkan oleh getaran lainnya. Kekuatan
LUD dengan gaya horizontal, adalah 3.400 kN/unit.

Gambar 9 Perlatakan LUD pada


jembatan tampak atas
( sumber : http://rebar.ecn.purdue.edu)

Gambar 10 Perletakan LUD tampak


samping
( sumber : http://rebar.ecn.purdue.edu)

Supaya awet LUD harus dirawat dengan mengganti cairan LUD (gel silikon) setiap 25 tahun,
dan mengganti cincin karena 10 tahun. Umur struktur jembatan itu sendiri, diperkirakan bisa
mencapai lebih dari 100 tahun.
FVD (Fluid Viscous Damper)
Peralatan peredam gempa lain yang cukup terkenal dan banyak diaplikasikan pada struktur
bangunan, adalah fluid viscous damper (FVD). Fungsi utama dari peralatan ini, adalah menyerap
energi gempa dan mengurangi gaya gempa rencana yang dipikul elemen-elemen struktur.
Sehingga, struktur bangunan menjadi lebih elastis dan mampu meredam guncangan gempa.
Dengan mengaplikasikan peralatan FVD, gempa rencana yang dipikul elemen struktur menjadi
lebih kecil. Sehingga, dengan kondisi tersebut diharapkan tidak terjadi kerusakan struktur
bangunan ketika gempa terjadi.

Gambar 11 Pemasangan FVD pada struktur gedung


( sumber : istgeography.wikispaces.com)

Gambar 12 Cara kerja FVD

( sumber : istgeography.wikispaces.com )
FVD merupakan alat peredam gempa yang berfungsi sebagai disipator energi, dengan cara
memberikan perlawanan gaya melalui pergerakan yang dibatasi. Gaya yang diberikan oleh FVD
timbul, akibat adanya gaya luar yang berlawanan arah, bekerja pada alat tersebut. Peralatan ini
bekerja, dengan menggunakan konsep mekanika fluida dalam mendispasikan energi.
Pada perkuatan FVD kolom berfungsi sebagai pegas. FVD mampu mereduksi tegangan dan
defleksi yang terjadi secara simultan (bersamaan), karena gaya FVD yang bekerja sebanding
dengan perubahan kecepatan stroke-nya (stroking velocity). Mekanisme kerja ini, dianalogikan
seperti suspensi atau shock absorbser pada mobil, yang digunakan untuk mengatur pergerakan
pegas di posisi tumpuan. Gaya redaman yang dibutuhkan relatif kecil, dibandingkan gaya yang
dipikul pegas, akibat beban kendaraan dan beban guncangan.

G
ambar 13 FVD pada perkuatan struktur gedung
( sumber : staaleng.com )

Jika pada struktur dipasang FVD, gaya redaman akan sama dengan nol pada saat defleksi
maksimum, karena kecepatan stroke sama dengan nol dan kemudian berbalik arah. Saat kolom
berbalik arah ke posisi semula, akan menyebabkan menjadikan kecepatan stroke menjadi
maksimum atau gaya redamannya menjadi maksimum. Pada posisi kolom normal, tegangan
kolom adalah minimum. Dengan, demikian penggunaan FVD sebagai alat peredam struktur,
tidak akan meningkatkan beban pada kolom akibat gaya yang dikeluarkan FVD, karena saat
terjadi gempa dan gaya damper maksimum, tegangan kolom justru minimum.

Gambar 14 FVD
( sumber : flickr.com )
Keuntungan FVD
Adapun kelebihan FVD, yaitu
1. Dapat mereduksi tegangan, gaya geser dan defleksi pada struktur, dapat bekerja secara
pasif (tidak membutuhkan peralatan atau sumber daya dalam penggunaannya).

2. Dapat bekerja dengan tekanan fluida lebih tinggi, sehingga bentuknya semakin kecil dan
praktis.
HiDAM (High Damping Device)
Jepang adalah salah satu negara yang sering dilanda gempa, sehingga para engineer di jepang
dituntut untuk dapat mengatasi kerusakan bangunan akibat guncangan gempa sehingga
mengurangi korban jiwa dan materi. Alat peredam gempa ini adalah hasil penelitian dan
pengembangan laboraturium Kobori, afiliasi perusahaan kontraktor Kajima. Di Jepang sendiri,
alat ini berhasil diaplikasikan pada gedung-gedung tinggi dan struktur khusus lainnya.

Gambar 15 Detail HiDAM


( sumber : kirainet.com )
Untuk HiDAM pada bagian struktur atas sebagai respon pasif juga mulai banyak diaplikasikan.
Hal ini penting, karena berdasarkan simulasi, jika gempa berkekuatan 7-8 magnitude
mengguncang Tokyo, maka lebih dari sepertiga areanya akan luluh lantah, dengan banyak
korban jiwa.

Gambar 16 HiDAM dan cewex ^^


( sumber : kajima.co.jp )
Sekilas mengenai prinsip kerja HiDAM, secara umum hampir sama dengan FVD taylor device .
Yakni kedua alat ini sama-sama menggunakan prinsip viskositas dalam menciptakan gaya
redaman. Berdasarkan hasil penelitian terhadap alat peredam gempa HiDAM ini, rasio redaman
struktur, mampu ditingkatkan oleh HiDAM pada kisaran 10 20 %. Angka ini, sangat signifikan
dalam mengurangi respon struktur terhadap gempa dan kerusakan bangunan, serta telah
memenuhi kriteria konvensional gempa di Jepang.

Gambar 17 HiDAM
( sumber : kajima.co.jp )

Anda mungkin juga menyukai