Hipertrofi Adenoid
Hipertrofi Adenoid
Hipertrofi
adenoid
ini
sendiri
seringnya
terlupakan
dalam
hidung
yang
membuat
pasien
bernafas
melalui
mulut,
penyakit sekunder dari otitis media berulang atau efusi telinga tengah yang
menetap, dan muka adenoid. (Rusmarjono, Efiaty, 2009)
ANATOMI
Faring merupakan tabung yang berbentuk seperti kerucut terbalik yang
dibungkus oleh lapisan fibromuskular yang membentuk bagian atas dari
saluran pernafasan dan saluran makanan dengan panjang 12-14 cm dan
lebar 3,5 cm yang terletak mulai dari dasar tengkorak sampai bagian bawah
dari kartilago krikoidea. Faring terbagi atas 3 bagian yakni (Dhingra, 2010) :
1. Nasofaring (Epifaring)
Merupakan bagian paling atas dari faring, dengan batas batasnya yakni
bagian atas dibatasi oleh basis kranii, bagian bawah dibatasi oleh permukaan
atas palatum mole, bagian depan dibatasi oleh koana dan septum nasi, dan
bagian belakang dibatasi oleh vertebra servikalis. Pada daerah nasofaring
terdapat adenoid, fossa Rossenmuller, dan orifisium tuba eustakhius.
2. Orofaring (Mesofaring)
Orofaring meluas kearah rongga mulut pada pilar anterior faring, palatum
mole (velum palatina) terdiri dari serat otot yang ditunjang oleh jaringan
fibrosa dan diluarnya dilapisi oleh mukosa. Batas nya yakni bagian atas
dibatasi oleh pinggir bawah palatum mole, bagian bawah dibatasi oleh pinggir
atas dari epiglotis, bagian depan dibatasi oleh faucium dan pangkal lidah, dan
bagian belakang dibatasi oleh vertebra servikalis.
Pada faucium ini sendiri terdapat palatum mole, uvula, plika anterior yang
dibentuk
M.Palatoglossus
dan
plika
posterior
yang
dibentuk
M.Palatofaringeus.
3. Laringofaring (Hipofaring)
Merupakan bagian terendah dari faring yang dimulai dari pinggir atas
epiglotis dan berakhir pada pinggir bawah kartilago krikoidea.
Adenoid adalah kelompok jaringan limfoid yang terletak pada atap dan
dinding posterior nasofaring. Nasofaring berada di belakang bawah dari
palatum mole dan palatum durum. Bagian atas dari palatum durum
merupakan atap dari nasofaring. Anterior nasofaring merupakan perluasan
rongga hidung posterior. Menggantung dari aspek posterior palatum molle
adalah uvula. Pada atap dan dinding posterior nasofaring, diantara lubang
tuba auditori, mukosa berisi masa jaringan limfoid yang disebut pharyngeal
tonsil (adenoid). Nasofaring merupakan suatu ruangan yang terletak di
belakang rongga hidung di atas tepi bebas palatum molle. Berhubungan
dengan rongga hidung dan ruang telinga tengah masing-masing melalui
choanae dan tuba eustachius (Ballenger).
nasofaring,
termasuk
dalam
rangkaian
cincin
waldeyer.
ETIOLOGI
Etiologi pembesaran adenoid dapat dibagi menjadi dua yaitu secara fisiologis
dan faktor infeksi. Adenoid akan mengalami hipertrofi pada masa puncaknya
yaitu 3-7 tahun. Biasanya asimptomatik, namun jika cukup membesar akan
menimbulkan gejala. Hipertrofi adenoid juga didapatkan pada anak yang
mengalami infeksi kronik atau rekuren pada saluran pernapasan atas
ataupun anak dengan rinithis alergi. ( Brambia I et all, 2014)
GEJALA KLINIS
Akibat dari hipertrofi adenoid akan menimbulkan sumbatan koana dan
sumbatan eustachius.
a. Sumbatan koana
Akibat dari sumbatan koana pasien akan bernafas melalui mulut
sehingga akan terjadi :
1. Fasies adenoid, yaitu tampak hidung kecil, gigi insisivus ke depan,
arkus faring tinggi yang menyebabkan wajah pasien seperti orang
bodoh. (Rusmarjono, Efiaty, 2009)
adenoid
yang
tidak
diberikan
penanganan
akan
3.
4.
5.
6.
anterior
dengan
melihat
tertahannya
kualitas yang baik, namun hal ini sulit diterapkan pada pasien anak tanpa
dilakukan sedasi terlebih dahulu. (Brambilia I et al, 2014)
Berbagai metode dalam mengklasifikasi grade dari hipertropi adenoid
telah dilaporkan, salah satunya adalah klasifikasi menurut Parikh et al
(2006).Klasifikasi ini sangat efektif dalam mengevaluasi derajat obstruksi dari
adenoid.
1. Grade 1 : adenoid tidak bersentuhan dengan struktur struktur lain di
sekitarnya
2. Grade 2 : adenoid bersentuhan dengan torus tubarius
3. Grade 3 : adenoid menutup sampai ke os vomer
4. Grade 4 : adenoid sampai ke palatum molle ( Brambillia I, 2014)
PENATALAKSANAAN
Terapinya terdiri atas adenoidektomi untuk adenoid hipertrofi yang
menyebabkan obstruksi hidung, obstruksi tuba Eustachius, atau yang
menimbulkan penyulit lain.
Indikasi adenoidektomi:
1. Sinusitis kronis atau rinorea purulent berulang yang terjadi 4 kali
atau lebih dalam setiap 12 bulan, pada anak dibawah usia 12 tahun
selama 3 bulan
Hyponasal speech
Otitis media dengan efusi lebih dari 3 bulan
Kelainan bentuk wajah atau pertumbuhan gigi.
Kecurigaan neoplasma jinak / ganas
Adanya komplikasi kardio-pulmonal (AAO-HNS, 2012)
Kontraindikasi adenoidektomi :
1.
2.
secara
10
dilakukan
dibawah
general
anastesi
dengan
intubasi
11
2. Teknik Microdebrider
operasi dilakukan dibawah general anastesi. Pasien diposisikan
supine dengan posisi leher ekstensi. Lalu posisikan mcIvor agar mulut pasien
terbuka, kemudian pasang dua kateter untuk mertraksikan palatum molle.
Lalu gunakan endoskopi 70o dengan video untuk melihat kavum nasofaring.
Kemudian masukkan microdebrider dengan pisau 40 o yang sudah terkoneksi
dengan aspiraor dan di program dengan kecepatan rotasi 1200 rpm.
(Costantini et al, 2008)
12
Komplikasi adenoidektomi:
Komplikasi tindakan adenoidektomi adalah perdarahan bila pengerokan
adenoid kurang bersih. Bila terlalu dalam menguretnya akan terjadi
kerusakan dinding belakang faring. Bila kuretase terlalu ke lateral maka torus
tubarius akan rusak dan dapat mengakibatkan oklusi tuba Eustachius dan
akan timbul tuli konduktif.
PROGNOSIS
Adenoidektomi
merupakan
suatu
tindakan
yang
kuratif
pada
13
sembuh sempurna, kerusakan akibat cor pulmonal tidak menetap dan sleep
apnea dan obstruksi jalan nafas dapat diatas
KESIMPULAN
1. Adenoid ( Faringeal Tonsil ) adalah jaringan limfoid yang merupakan
bagian dari cincin waldeyer.
2. Adenoid terletak di dinding posterosuperior dari nasofaring, secara
fisiologi akan mengalami hipertropi pada anak di rentangusia 6 10
tahun, laluk emudianakan mengalami atropi di usia 16 tahun.
3. Gejala klinis adenoid hipertrofi adalah pasien bernafas melalui mulut,
mendengkur, gangguan tidur (Obstructive Sleep Apnea), hyponasal
voice, otitis media berulang atau efusi telinga tengah yang menetap,
rinosinusitis kronis dan muka adenoid.
14
Daftar Pustaka
Al-Juboori, AN. Adenoid Hypertrophy in Adults, a rare cause of nasal
Obstruction : an evaluation of 12 cases, American Association fot
Science
and
Technology,
Retrieved
june
11,2014
from
http://www.aascit.org/journal/ijcmr
Amar, MA., Djamin, R., Punagi, AQ. Rasio Adenoid Nasofaring dan
Gangguan
telinga
tengah
pada
Hipertrofi
Adenoid,
Fakultas
15
Kedokteran
Universitas
Hasanuddin
Rumah
Sakit
Wahidin
Sudirohusodo, Makassar,2013.
American Academy of Otolaryngology Head and Neck Surgery. Clinical
Indicators
Adenoidectomy,
Retrieved
June
13,
2014
from
https://www.entnet.org/Practice/upload/Adenoidectomy-CI_Final-May2012.pdf
Ballenger, JJ. Penyakit Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher, ed. 13,
VolI,Binarupa aksara, Jakarta, 1994. p. 346-353
Brambilla, I., Pusateri, A., Pagela, F., et al. Adenoids in Children : Advances in
Immunology, Diagnosis, and Surgery, retrieved june 10, 2014 from
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/24535951
Businco, LR., Angelone, AM, Mattei, A.m et al. Pediatric Adenoidectomy :
Endoscopic Coblation Technique Compared to Cold Curretage,
retrieved
June
27,
2014
from
file:///C:/Users/Windows/Documents/hipertropi%20adenoid/Paediatric
%20adenoidectomy%20%20endoscopic%20coblation%20technique
%20compared%20to%20cold%20curettage.htm
Constantini, F., Salamanca, F., Amaina, T., Zibordi, F.
videoendoscopic
june
23,
2014
from
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2640063/
Dhingra, P. (2010). Diseases of Ear, Nose and Throat 5th Ed.(pp. 253-257)
India: Elsevier
Company
16
G.,
Rajeshwari,
A.,
Jain,
M.
Significance
of
Adenoid
17
Retrieved
june
10,
2014
from
http://www.ortodoncia.ws/publicaciones/2010/art24.asp
Yildirim, N., Sahan, M., Karslioglu, Y. Adenoid hypetrophy in adults : Clinical
and Morphological characteristics, Jurnal of International Medical
Research,
Retrieved
June
10,2014
from
http://imr.sagepub.com/content/36/1/157
18