Anda di halaman 1dari 15

Laporan Akhir FarDas "SERBUK TABUR" oleh kelompok II

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Taufik
dan Hinayahnya sehingga kami

dapat menyelesaikan penyusunan laporan akhir

Farmasetika Dasa SERBUK TABUR ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca.
Tak lupa pula kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada dosen pembimbing
ROBERT TUNGADI, S.Si.,M.Si.,Apt serta asisten asisten yang tak dapat kami
sebutkan satu persatu yang selalu memberikan bimbingan dan arahan kepada kami
selama mengikuti praktikum.
Harapan kami semoga laporan akhir ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengetahuan yang kami
miliki masih sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah
ini.
Gorontalo, April 2014
Kelompok II

BAB I
PENDAHULUAN
I.1. LATAR BELAKANG

Dalam ilmu farmasi, sediaan serbuk dapat diartikan sebagai campuran homogen dua atau
lebih bahan obat yang telah di haluskan, dan ditujukan untuk pemakaian luar. Penggunaan obat
dalam bentuk serbuk sangat dibutuhkan oleh masyarakat terutama bagi anak-anak maupun orang
dewasa yang susah atau sulit meminum obat baik dalam bentuk tablet, pil, ataupun kapsul.
Serbuk merupakan campuran kering bahan obat atau zat kimia yang berkhasiat untuk mencegah
infeksi pada luka di permukaan kulit.
Serbuk dapat mengandung sejumlah kecil cairan yang disebarkan secara merata pada
ampuran bahan padat atau mungkin juga keseluruhan serbuk yang terdiri dari bahan padat yang
kering. Kekurangan serbuk sebagai bentuk sediaan adalah keengganan pasian meminum obat
yang pahit atau rasa yang tidak enak, kesulitan untuk menjaaga agar serbuk tidak terurai. Karena
kandungan zat aktif pada serbuk dapat dengan mudah mencair atau susah menyeragamkan dosis.
Pembuatan sediaan serbuk sangat penting untuk diketahui untuk dapat di terapkan pada
pelayanan kefarmasian khususnya di apotek, puskesmas, dan rumah sakit.
I.2 MAKSUD PERCOBAAN
Mahasiswa diharapkan mampu untuk meracik bedak tabur untuk pemakaian luar dan mengetahui
cara penggunaannya.
I.3 TUJUAN PERCOBAAN
1. Praktikan dapat membaca dan memahami resep
2. Praktikan dapat menimbang bahan obat dengan benar.
3. Praktikan dapat meracik sediaan serbuk tabur

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 TEORI UMUM

Serbuk adalah campuran homogen dua atau lebih obat yang diserbukkan, karena mempunyai
luas permukaan yang luas, serbuk lebih mudah terdispersi dan lebih larut dari pada bentuk
sediaan yang dipadatkan. (FI III : 23)
Serbuk diracik dengan cara mencampurkan bahan obat satu persatu, sedikit demi sedikit dan
dimulai dari bahan obat yang jumlahnya sedikit. Dalam mencampur serbuk hendaklah dilakukan
secara cermat dan jaga agar jangan ada bagian yang menempel pada dinding mortir. Terutama
untuk serbuk yang berkhasiat keras dan dalam jumlah kecil.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat serbuk :
a.
b.
c.
d.
e.

Obat yang berbentuk Kristal / bongkahan besar hendaknya digerus halus dulu.
Obat yang berkhasiat keras dan jumlahnya sedikit dicampur dengan zat penambah ( konstituen )
dalam mortir.
Obat yang berlainan warna diaduk bersamaan agar tampak bahwa serbuk sudah homogen.
Obat yang jumlahnya sedikit dimasukkan terlebih dahulu.
Obat yang volumenya kecil dimasukkan terlebih dahulu.
(FI III 23, Ilmu Resep Teori jilid I)
campuran serbuk dapat terbagi tepat, sering ditambah zat tambahan yang berkhasiat netral
atau indiferen, seperti Saccharum Album, Saccharum Lactis, sampai berat serbuk tiap
bungkusnya 20 mg. Penggunaan Saccharum Album ada keuntungannya sebagai korigen rasa,
tetapi serbuk akan mudah basah karena higroskois. Serbuk yang diberikan kepada pasien
diabetes tidak boleh digunakan Saccharum Album sebagai zat tambahan. Tetapi digunakan
Mannitum atau Saccharum Lactis. (IMO, 35)
Dalam membuat serbuk lebih baik bila bahan-bahan baku serbuk kering. Maka itu untuk
menggerus halus serbuk Kristal lebih baik menggunakan mortir panas. Jika jumlah obat kurang
dari 50 mg atau jumlah tersebut tidak dapat ditimbang, harus dilakukan pengenceran
menggunakan zat tambahan yang cocok. Obat bermassa lembek misalnya ekstrak kental
dilarutkan kedalam pelarut yang sesuai secukupnya dan diserbukkan dengan pertolongan zat
tambahan yang cocok. Jika serbuk obat mengandung bahan yang mudah menguap, dikeringkan
dengan pertolongan kapur tohor atau bahan pengering lain yang cocok. (FI III 23, IMO, 37)
Serbuk tabur adalah serbuk ringan untuk penggunaan topical, dapat dikemas dalam wadah
yang bagian atasnya berlubang halus, untuk memudahkan penggunaan pada kulit. Umumnya
harus lewat ayakan 100 mesh agar tidak menimbulkan iritasi pada bagian yang peka ( 1 mesh =
dalam setiap panjang 1 inchi ada 100 lubang ). Seluruh serbuk harus terayak semuanya, yang

tertinggal diayakan dihaluskan lagi sampai seluruhnya terayak. Setelah semua serbuk terayak,
dicampur dan diaduk lagi. Jangan digunakan serbuk sebelum tercampur homogen seluruhnya.
(FI III 23, FI IV 14, IMO 47)
Aturan pembuatan serbuk tabur yaitu :
1.

Serbuk tabur yang mengandung lemak diayak dengan ayakan No. 44

2.

Serbuk tabur yang tidak mengandung lemak diayak dengan ayakan No. 100

3.

Seluruh serbuk harus terayak semuanya.


Serbuk tabur harus bebas dari butiran kasar dan dimaksudkan untuk obat luar. Talk, kaolin
dan bahan mineral lain yang digunakan untuk serbuk tabur harus bebas dari bakteri Clostridium
tetani dan Welchii dan Bacillus anthracis. Cara sterilisasi serbuk tadi ialah dengan pemanasan
kering pada suhu 150o C selama 1 jam. Serbuk tabur tidak boleh digunakan untuk luka terbuka.

Cara membuat serbuk tabur yang mengandung :

Adeps lanae, vaselin, emplastrum oxydipumblici dengan cara dilarutkan dalam eter atau aseton
kemudian dikeringkan dengan baik.
Ichytyol dengan cara diencerkan dengan eter cum spiritus atau etanol 96 % kemudian dikeringkan
dengan talk.
Parafin cair, minyak jarak, dibuat dengan cara dicampur dengan talk sama banyak kemudian sisa
talk ditambahkan sedikit demi sedikit.
Kamfer, menthol, timol, asam salisilat, balsam peru, dibuat dengan cara dilarutkan dengan eter
atau etanol 96 %
Larutan formaldehid, dibuat dengan cara jika dalam jumlah kecil dicampur terakhir dan jika
jumlah banyak dibuat dengan mengganti dengan para formaldehid padat 1/3 x bobotnya.
Minyak atsiri dibuat dengan cara campur terakhir ke dalam campuran serbuk yang telah diayak.
(Farmasetika : 89 )
Keuntungan serbuk :
1. Sebagai campuran bahan obat sesuai kebutuhan
2. Dosis lebih tepat, lebih stabil daipada sediaan cair
3. Memberikan disolusi lebih cepat.
Kekurangan serbuk ;

1. Kurang baik untuk bahan obat yang mudah rusak/terurai dengan adanya kelembaban/kontak
dengan udara.
2. Bahan obat yang pahit akan sukar tertutupi rasanya.
3. Peracikannya cukup lama.
(Modul Penuntun Praktikum Farmasetika Dasar : 9)
II.2 RESEP
Dr. Raditya Renaldi, Sp. KK
SIK : 1286/FM/GTO/289
Jl. Percetakan No. 272
Telp. 0435 566712
Gorontalo, 26-01-2014
R/ Acid Salicyl
1%
ZnO
10 %
Acid Boric
1%
Talkum ad
50 g
Oleum rosari
q.s
m.f Pulv. Adsper da in Pot No.I
S. uc m.et.vesp
Pro
: Bayi Nugi
Umur : 10 bulan

II.3 NARASI RESEP


%

= Persenta

= Unus

= Satu

10

= Decem

= Quinquaginta

= Lima

= ad

Persen

Sepuluh
50
Puluh
Ad

tambahkan
da in

= da in

= Masukkan dalam
= grama

= gram

m.et.vesp.

= mane et vespere

= Pagi dan malam

m.f

= misce fac

= Campur dan buatlah

No.

= Numero

= Sebanyak

Pot

= Pot

= Wadah

Pro

= Pro

= Untuk

R/

= Recipe

= Ambillah

= Signa

= Tandai

u.c
a) Bahasa Latin

= usus cognitas

= Pemakaian diketahui

Iteretur semel, recipe acid salicyl 1 %, ZnO 10 %, acid boric 1 %, talkum ad 50 g, oleum
rosari quantum satis. Misce fac pulvis adspersorious da in pot No. I. Signa usus cognitus mane et
vespere. (Ilmu resep : xiv xxvii)
b) Bahasa indonesia
Diulangi 1x, ambillah acid salicyl 1 %, ZnO 10 %, acid boric 1 %, talkum ditambahkan
sampai 50 g, oleum rosari secukupnya. Campur dan buatlah serbuk tabur masukkan dalam
wadah sebanyak satu. Tandai pemakaian diketahui pagi dan malam hari.
II.4 FARMAKOLOGI
1. Asam salisilat
Zat ini bekerja keratulitas yang dapat melarutkan lapisan tanduk kulit pada konsentrasi 5100
%. Asam salisilat banyak digunakan dalam sediaan obat luar terhadap infeksi jamur ringan.
Sering kali asam ini dikombinasikan dengan asam benzoat (saleo whitefield) dan belerang (sulfur
precipitatum) yang keduanya memiliki kerja fungistatis maupun bakteriostatis. (OOP : 105)
2. Acid Boric
Asam ini pada konsentrasi jenuh (KI 3 %). Berkhasiat bakteriostatis lemah. Asam borat dapat
diabsorbsi oleh kulit yang rusak, terutama pada bayi dan anak kecil, untuk kemudian ditimbun
dalam tubuh sebagai racun kumulatif. Oleh karena itu penggunaannya dalam bedak tabur dan
salep tidak dianjurkan lagi. (OOP : 251)
3. Talk
Zat Polyen ini mengikat ergosterol dalam membran sel jamur dan membentuk pori-pori yang
menyebabkan bahan-bahan esensial dari sel jamur merembas keluar. Penggunaannya semakin
sistematis dengan daya tahan tubuh yang lemah. Efek sampingnya yang terpenting adalah
toksisitasnya (demam, merinding) dan terutama gangguan fungsi ginjal, yang membatasi dosis
dan lamanya penggunaan, guna mengurangi nefrotoksisitasnya. (OOP : 103)
4. ZnO
Demulson Ranolin bersifat protektif tetap, yang dimaksud disini adalah zat yang berbentuk
bedak halus yang tidak larut dalam air secara kimiawi. Protektif digunakan untuk menutupi kulit
atau membran mukosa dan untuk mencegah terjadinya dengan iritan. (Fater : 533)
5. Mekanisme kerja

Sediaan serbuk ditaburkan pada permukaan kulit dengan ukuran partikel yang sangat kecil.
Absorbsi obat umumnya disebabkan oleh presentasi langsung obat melalui siratum corneum 1015 mm. Komponen lemak dipandang sebagai faktor utama yang secara langsung bertanggung
jawab terhadap rendahnya persentasi obat melalui stratum korneum karena didalam cairan tubuh
banyak mengandung minyak atau lemak. Setelah molekul obat melalui stratum korneum
kemudian dapat terus jaringan epidermis yang lebih dalamdan masuk ke dermis apabila obat
mencapai lapisan pembuluh kulit maka obat tersebut siap untuk diabsorbsi ke dalam sirkulasi
umum. Stratum korneum sebagai jaringan keratin akan berlaku sebagai buatan semi permeabel
dan molekul obat mempenetrasi dengan cara difusi pasif.
II.4 URAIAN BAHAN
a. Acid Salicyl (FI III : 56)
Nama resmi

: Acidud salicylum

Nama lain

: Asam salisilat

RM/BM

: C7H6O3/138,12

Rumus Molekul

Pemerian

: Hablur ringan tidak berwarna atau serbuk berwarna putih, hampir tidak

barbau, rasa agak manis dan tajam


Kelarutan

: Larut dalam 550 bagian air dan dalam 4 bagian etanol (95%) P, mudah larut

dalam kloroform P dan dalam eter P, larut dalam larutan amonnium asetat P, dinatrium
hidrogenfosfat P, kalium sitrat P dan natrium sitrat P.
Khasiat

: Keratolikum, Antifungi

Kegunaan

: Zat Aktif

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik

b. Acid Boric (FI III : 49)

Nama resmi

: Acidum boricum

Nama lain

: Asam borat

RM/BM

: H3BO3/61,83

Rumus Molekul

Pemerian : Hablur , serbuk putih atau sisik mengkilap tidak berwarna, kasar, tidak berbau, rasa
agak asam dan pahit.
Kelarutan

: Larut dalam 20 bagian air, dalam 3 bagian air mendidih, dalam 16 bagian

etanol (95%) P dan dalam 5 bagian gliserol P.


Khasiat

: Antiseptikum ekstern.

Kegunaan

: Zat tambahan

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik

c. Oleum rosari (FI III : 459)


Nama resmi

: Oleum rosae

Nama lain

: Rose oil, minyak mawar

RM/BM

: C10H18O/154,35

Rumus struktur

Pemerian

: cairan berwarna kuning, bau menyerupai bunga mawar rasa khas pada suhu

25o kental didinginkan perlahan-lahan berubah menjadi massa hablur.


Kelarutan

: Larut dalam larutan jernih dalam 1 kloroform.

Khasiat

: Pengaroma.

Kegunaan

: Zat tambahan (Pewangi)

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup rapat

d. Talk (FI III : 591)


Nama resmi

: Talkum

Nama lain

: Talk

RM

: H8Mg3

Pemerian

: Serbuk hablur, sangat halus licin, mudah melekat pada kulit bebas dari

butiran, warna putih atau serbuk hablur, hablur kelabu.


Kelarutan

: Tidak larut dalam hampir semua pelarut

Khasiat

: Antasidum.

Kegunaan

: Zat tambahan.

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik

e. ZnO (FI III : 636)


Nama resmi

: Zinci oxydum

Nama lain

: Seng oksida

RM/BM

: ZnO/81,38

Pemerian

: Serbuk amorf, sangat halus, putih atau putih kekuningan, tidak berbau,

tidak berasa, lambat laun menyerap karbondioksida dari udara.


Kelarutan

: Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) P, tidak larut dalam

asam mineral encer dan dalam larutan alkali hidriksida.


Khasiat

: Antiseptikum lokal.

Kegunaan

: Zat tamabahan

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik

BAB III
METODE KERJA
III.1 ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Alhokol 70%
Cawan porselin
Mortir
Neraca analitik
Pengayak No.40
Pipet
Sendok tanduk
Stemper
Sudip
III.2 BAHAN BAHAN YANG DIGUNAKAN

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Acid salicyl 1 %
Acid boric 1 %
Kertas perkamen
Lap kasar
Oleum rosari q.s
Talkum ad 50 g
Tisu
ZnO 10 %
III.3 CARA KERJA

1. Disiapkan alat dan bahan.


2. Dibersihkan alat dengan alkohol 70 % agar terhindar dari mikroba organisme.(FI III : 60)
3. Ditimbang semua bahan Acid salycil 0,5 g, ZnO 5 g, Acid boric 0,5 g, Talk 44 g dan Oleum
4.

rosari secukupnya.
Digerus terlebih dahulu acid salycil, karena sangat ringan, mudah berterbangan, merangsang

hidung bersin, maka ditetesi dahulu dengan etanol. (Ilmu resep : 46)
5. Ditambahkan acid boric digerus sampai homogen.
6. Ditambahkan zat ZnO yang diayak terlebih dahulu sebelum digerus, karena ZnO merupakan
serbuk yang mengandung zat berlemak. (IMO : 47)

7. Ditambahkan oleum rosari sebanyak 3 tetes, digerus sampai halus dan homogen.
8. Diayak dengan menggunakan ayakan No.40 agar mendapatkan derajat kehalusan yang sangat
9.

tinggi sehingga tidak menimbulkan iritasi pada bagian yang peka. (Ilmu resep : 42)
Dimasukkan ke dalam pot atau wadah serbuk dan diberi etiket biru sebagai penandaan untuk
penggunaan topikal (luar).

BAB IV
HASIL PEMBAHASAN
IV.1 HASIL PENGAMATAN
a. Serbuk ini berbentuk sangat halus, homogen dan berwarna putih
b. Serbuk yang dibuat mempunyai bau yang khas seperti bunga mawar karena pencampurannya
ditambahkan Oleum rosari.
c. Bentuk sediaan ini dimasukkan kedalam wadah dan diberi etiket biru, karena sediaan ini
ditujukan untuk penggunan luar

IV.2 PERHITUNGAN BAHAN


Acid salicyl 1 %
ZnO
10 %
Acid boric 1 %
Talk

= 1/100 x 50 g
= 0,5 g
= 10/100 x 50 g
=5g
= 1/100 x 50 g
= 0,5 g
= 50 (0,5 + 5 + 0,5) = 50 6 g = 44 g

IV.3 PEMBAHASAN
Pada resep pertama dalam praktikum ini, praktikan membuat sediaan serbuk berupa serbuk
tabur, adapun bahan bahan yang digunakan, antara lain :
Asam salisilat berkhasiat keratolitik, antifungi. Dalam pengerjaannya harus di tetesi terlebih
dahulu dengan eter atau etanol dikarenakan serbuk ini sangat ringan, mudah beterbangan, dan
dapat merangsang hidung hingga bersin.
ZnO berkhasiat sebagai antiseptic local. Dalam pengerjaannya harus diayak terlebih dahulu
dengan ayakan nomor 100 karena persyaratan serbuk tabur adalah harus halus.
Acid Boric berkhasiat sebagai antisepticum ekstern.
Adapun zat tambahan lainnya antara lain talkum dan oleum rosari.
Adapun pembuatan obat ini. Hal pertama yang dilakukan adalah disiapkan alat dan bahan, di
bersihkan alat yang digunakan dengan etanol. Di timbang semua bahan (Acid salicyl 0,5 g, ZnO
10 g, Acid boric 0,5 g dan talkum 44 gr. Kemudian
Resep ini pratikan membuat sediaan serbuk tabur yang ditujukan untuk penggunaan luar
(topika), yang zat aktifnya yaitu Asam Salisilat, ZnO dan Acid boric. Dimana ketiga zat tersebut
berkhasiat bakteriostatis. Adapun zat tambahan sediaan tersebut adalah SL dan karmin yang
berfungsi sebagai pemanis dan pewarna serbuk untuk mengetahui homogen atau tidaknya
sediaan serbuk tersebut.
Cara pengerjaannya yaitu perlakuan khusus pada Asam salisilat yang sebelum di gerus harus
ditetesi terleih dahulu denga etanol, dan ZnO yang harus diayak terlebih dahulu sebelum
digerusmpang panas, lalu tambahkan talk dan oleumr rosari sebagai pengaroma, kemudian diberi
etiket biru dan tanda resep ini harus di ulangi 1 kali. Sediaan ini berfungsi untuk menghilangkan
iritasi pada permukaan kulit, infeksi jamur dan digunakan sebagai antiseptik.

BAB V
PENUTUP
V.1 KESIMPULAN
1.
2.
3.

Setelah melakukan praktikum, dapat diambil kesimpulan yaitu :


Praktikan dapat membaca dan memahami resep
Praktikan dapat menimbang bahan obat dengan benar.
Praktikan dapat meracik sediaan serbuk tabur
V.2 SARAN

1. Untuk laboratorium diharapkan agar dapat melengkapi fasilitasnya berupa alat-alat dan bahanbahan yang menunjag dalam proses praktikum, agar praktikum yang dilaksanakan dapat berjalan
dengan lancar.
2. Untun praktikan, diharapkan agar lebih mengasah lagi kemampuannya dalam membuat sedian
serbuk tabur, dimana sediaan serbuk tabur merupakan sediaan yang membutuhkan ketelitian
serta keterampilan dalam peracikannya.

DAFTAR PUSTAKA
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen Keseharan Republik
Indonesia
Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi Keempat. Jakarta: Departemen Kesehatan Indonesia
Republik Indonesia
Gunawan, S.dkk. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi Kelima. Jakarta: Universitas Indonesia
Syamsuni, H.A. 2005. Ilmu Resep. Jakarta: EGC Buku Kedokteran
Tungadi, Robert. 2014. Modul Penuntun Praktikum Farmasetika Dasar. Gorontalo: Jurusan Farmasi
UNG
Tjay dan Rahardja. 2013. Obat obat Penting Edisi Keenam. Jakarta: PT. Gramedia

Anda mungkin juga menyukai