SISTEM
NEUROPSIKIATRI
Penyusun
Sistem Neuropsikiatri PSKd FKK UMJ
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
JAKARTA
CETAKAN 2015
KATA PENGANTAR
Buku
manual
Pelatihan
Ketrampilan
Klinik
Sistem
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Sistem Neuropsikiatri
UMJ
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar
..
..
Daftar
Isi.
Tata tertib ..
Manual.......................................................................................
.....
a) Keterampilan
klinik
pemeriksaan
neurologik .....................
a. Fungsi kesadaran
b. Tanda rangsang menings
c. Fungsi kortikal luhur
d. Fungsi koordinasi
e. Pemeriksaan sistem motorik
f. Pemeriksaan refleks fisiologis dan patologis
g. Pemeriksaan nervus
b) Keterampilan
klinik
teknik
wawancara
psikiatri ..................
1
2
3
5
6
7
14
20
24
32
35
42
49
TATA-TERTIB
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
Mahasiswa yang melakukan kegiatan Alih Ketrampilan Klinik di
Laboratorium PSPD FKK UMJ, harus mematuhi tata-tertib, seperti di
bawah ini:
Membaca Penuntun
2.
3.
latihan
pembelajaran, semua
Mahasiswa
pria
yang
berambut
panjang
sampai
6.
8.
9.
Diharuskan
lingkungan
menjaga
laboratorium,
ketertiban
utamanya
dan
meja
kebersihan
kerja.
Buanglah
dan
sebagainya)
pada
tempat
sampah
yang
telah
Diharuskan
memperlakukan
model
seperti
Diharuskan
bekerja
dengan
hati-hati,
karena
semua
SISTEM NEUROPSIKIATRI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADYAH JAKARTA
PEMERIKSAAN KLINIS
NEUROLOGI
PANDUAN PESERTA
Fungsi Kesadaran
Tanda Rangsang Menings
PEMERIKSAAN NEUROLOGI:
Fungsi Kesadaran dan Tanda
Rangsang Menings
TUJUAN PEMBELAJARAN
I. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU):
Mahasiswa mampu melakukan:
1. Pemeriksaan fungsi kesadaran
2. Pemeriksaan tanda rangsang menings
II. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)
Setelah melakukan latihan keterampilan ini, mahasiswa mampu :
1. Mempersiapkan klien untuk pemeriksaan fungsi kesadaran
2. Melakukan pemeriksaan fungsi kesadaran
3. Mempersiapkan
rangsang
menings
4. Melakukan pemeriksaan tanda rangsang menings
METODE PEMBELAJARAN
Demonstrasi kompetensi sesuai dengan Penuntun Belajar.
DESKRIPSI KEGIATAN
Kegiatan
# 1. Pengantar
# 2. Bermain
Peran Tanya &
Jawab
Waktu
5 menit
30
menit
# 3. Praktek
bermain peran
dengan Umpan
Balik
100
menit
# 4. Curah
Pendapat/
Diskusi
15
menit
Total waktu
150
Deskripsi
Pengantar
1. Mengatur posisi duduk mahasiswa
2. Dua orang dosen memberikan
contoh
bagaimana
cara
melakukan
pemeriksaan
neurologis pemeriksaan fungsi
kesadaran dan tanda rangsang
menings.
Mahasiswa mengamati peragaan
dengan menggunakan Penuntun
Belajar.
3. Memberikan kesempatan kepada
mahasiswa untuk bertanya dan
dosen memberikan penjelasan
tentang aspek-aspek yang penting
pada setiap pemeriksaan atau
langkah klinik.
1.
Mahasiswa
dibagi
menjadi
pasangan-pasangan.
Diperlukan
minimal
seorang
Instruktur untuk mengamati setiap
langkah yang dilakukan oleh
paling banyak 4 pasangan.
2.
Setiap
pasangan
berpraktek melakukan langkahlangkah pemeriksaan neurologis
secara serentak.
3.
Instruktur
berkeliling
diantara
mahasiswa
dan
melakukan
supervisi
menggunakan daftar tilik.
4.
Instruktur
memberikan
pertanyaan dan umpan balik
kepada setiap pasangan
1. Curah Pendapat/Diskusi: Apa yang
dirasakan mudah? Apa yang sulit?
Menanyakan bagaimana perasaan
mahasiswa
yang
pada
saat
melakukan
pemeriksaan?
Apa
yang dapat dilakukan oleh dokter
agar klien merasa lebih nyaman?
2. Instruktur membuat kesimpulan
dengan menjawab pertanyaan
terakhir dan memperjelas hal-hal
yang masih belum dimengerti
menit
PENUNTUN PEMBELAJARAN
KETERAMPILAN PEMERIKSAAN
NEUROLOGIK
Beri nilai untuk setiap langkah klinik dengan menggunakan kriteria
sebagai berikut :
1. Perlu perbaikan: langkah-langkah yang tidak dilakukan dengan
benar dan atau tidak sesuai urutannya, atau ada langkah yang
tidak dilakukan.
2. Mampu: Langkah-langkah dilakukan dengan benar dan sesuai
urutannya, tetapi tidak efisien.
3. Mahir: Langkah-langkah dilakukan dengan benar, sesuai dengan
urutan dan efisien.
FUNGSI KESADARAN
PENGERTIAN
Kesadaran
mencerminkan
dapat didefinisikan
sebagai
keadaan yang
output
TUJUAN PEMBELAJARAN
untuk menilai
10
PENUNTUN BELAJAR
FUNGSI KESADARAN
Nilai untuk setiap langkah klinik dengan menggunakan kriteria sebagai berikut:
1. Perlu perbaikan: langkah-langkah yang tidak dilakukan dengan benar
dan atau tidak sesuai urutannya, atau ada langkah yang tidak dilakukan.
2. Mampu: Langkah-langkah dilakukan dengan benar dan sesuai urutannya,
tetapi tidak efisien.
3. Mahir: Langkah-langkah dilakukan dengan benar, sesuai dengan urutan
dan efisien.
TS Tidak Sesuai: Langkah tidak perlu dilakukan karena tidak sesuai dengan
keadaan.
N
O
A.
1.
Spontan
2.
3.
4.
2.
3.
5.
2
1
B. VERBAL RESPONSE
1
KASUS
Berorientasi baik
Menanyakan diamana ia berada, tahu
waktu, hari, bulan
Bingung (confused)
Menanyakan dimana ia berada,
kapan opname di Rumah sakit (dapat
mengucapkan kalimat, namun ada
disorientasi waktu dan tempat )
Tidak tepat
Dapat mengucapkan kata-kata, namun
tidak berupa kalimat dan tidak tepat
Mengerang
(mengeluarkan suara yang tidak punya
arti)
Tidak mengucapkan kata, hanya suara
mengerang
Tidak ada jawaban (suara tidak ada)
11
N
O
3.
4.
Menurut perintah.
Menyuruh klien angkat tangan
Mengetahui lokasi nyeri.
Berikan rangsang nyeri dengan
menekan jari pada supra orbita.Bila
klien mengangkat tangan sampai
melewati dagu untuk menepis rangsang
nyeri tersebut berarti dapat
mengetahui lokasi nyeri
Reaksi menghindar.
Menolak rangsangan nyeri pada anggota
gerak
Reaksi fleksi (dekortikasi)
Berikan rangsang nyeri misal menekan
dengan objek seperti ballpoint pada jari
kuku. Bila terdapat reaksi fleksi berarti
ingin menjauhi rangsang nyeri
Extensi spontan
Memberikan rangsang nyeri yang
cukup adekuat. Terjadi ekstensi pada
siku
Tidak ada gerakan/reaksi
Rangsang yang diberikan harus cukup
adekuat
KASUS
1
6
5
4
3
Keadaan klinis
Cedera kepala
Ringan GCS 13
Sedang GCS 9-12
Berat GCS 8
12
DAFTAR TILIK
PEMERIKSAAN FUNGSI KESADARAN
N
o.
Nilai
1
Keterangan :
0
1
2
= Tidak dilakukan
= Dilakukan, tetapi tidak benar
= Dilakukan dengan benar
Penguji
................ : 14 = ...............
Persentase
=
13
TUJUAN PEMBELAJARAN
persiapan rujukan.
14
PENUNTUN BELAJAR
TANDA RANGSANG MENINGS
Nilai untuk setiap langkah klinik dengan menggunakan kriteria sebagai berikut:
1. Perlu perbaikan: langkah-langkah yang tidak dilakukan dengan benar
dan atau tidak sesuai urutannya, atau ada langkah yang tidak dilakukan.
2. Mampu: Langkah-langkah dilakukan dengan benar dan sesuai urutannya,
tetapi tidak efisien.
3. Mahir: Langkah-langkah dilakukan dengan benar, sesuai dengan urutan
dan efisien.
TS Tidak Sesuai: Langkah tidak perlu dilakukan karena tidak sesuai dengan
NO.
1.
2.
3.
4.
5
KASUS
1
KERNIGS SIGN
1.
2.
3.
4.
BRUDZINSKI I
1.
2.
3.
4.
15
NO.
1.
2.
3
KASUS
BRUDZINSKI III
1.
2.
3.
BRUDZINSKI IV
(untuk diketahui, tidak untuk dilakukan
pada csl ini)
1.
2.
3.
16
DAFTAR TILIK
PEMERIKSAAN TANDA RANGSANG MENINGS
KAKU KUDUK
N
o.
1.
Nilai
0
1
2
2.
3.
4.
5.
TOTAL Nilai
KERNIGS SIGN
N
ASPEK YANG DINILAI
o.
1. Klien berbaring telentang.
2. Fleksikan paha klien pada persendian panggul sampai
membuat sudut 90 derajat.
3. Tungkai bawah diekstensikan pada persendian lutut
sampai sudut 135 derajat atau lebih.
4. Menentukan interpretasi hasil pemeriksaan.
BRUDZINSKI I
N
ASPEK YANG DINILAI
o.
1. Klien berbaring telentang.
2. Tangan kiri diletakkan di bawah kepala, tangan
Nilai
0
1
2
Nilai
0
1
2
4.
Keterangan :
0
1
2
= Tidak dilakukan
= Dilakukan, tetapi tidak benar
= Dilakukan dengan benar
17
BRUDZINSKI II
N
ASPEK YANG DINILAI
o.
1. Klien berbaring telentang.
2. Satu tungkai difleksikan pada persendian panggul,
sedangkan tungkai yang satu berada dalam kedaan
ekstensi (lurus).
3. Dapat menentukan interpretasi hasil pemeriksaan
BRUDZINSKI III
N
ASPEK YANG DINILAI
o.
1. Klien berbaring telentang.
2. Tekan os zygomatikus.
3. Menentukan interpretasi hasil pemeriksaan.
Nilai
0
1
2
Nilai
1
2
Keterangan :
0
1
2
= Tidak dilakukan
= Dilakukan, tetapi tidak benar
= Dilakukan dengan benar
18
SISTEM NEUROPSIKIATRI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADYAH JAKARTA
PEMERIKSAAN KLINIS
NEUROLOGI
PANDUAN PESERTA
19
PEMERIKSAAN NEUROLOGI:
Fungsi Kortikal Luhur dan Fungsi
Koordinasi
TUJUAN PEMBELAJARAN
I. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU):
Mahasiswa mampu melakukan:
1. Pemeriksaan fungsi kortikal luhur.
2. Pemeriksaan fungsi koordinasi.
TUJUAN PEMBELAJARAN
Memberi
pengetahuan
dan
keterampilan
mengenai
fungsi
kortikal luhur
Menekankan
dilakukan
pentingnya pemeriksaan
kelainan di otak
20
METODE PEMBELAJARAN
Demonstrasi kompetensi sesuai dengan Penuntun Belajar.
DESKRIPSI KEGIATAN
PEMERIKSAAN FUNGSI KORTIKAL LUHUR
Kegiatan
Waktu
# 1. Pengantar
# 2. Bermain Peran,
Tanya & Jawab
5 menit
30 menit
# 3. Praktek bermain
peran dengan Umpan
Balik
100 menit
Deskripsi
Pengantar
1. Mengatur posisi klien
2. Dua orang dosen memberikan
contoh
bagaimana
cara
melakukan pemeriksaan MMSE
dan fungsi koordinasi. Satu
orang
sebagai
dokter/penolong dan yang lain
sebagai
klien. Mahasiswa
menyimak/mengamati
peragaan
dengan
menggunakan
Penuntun
Belajar
3. Memberikan
kesempatan
kepada
mahasiswa
untuk
bertanya
dan
dosen
memberikan
penjelasan
tentang aspek-aspek yang
penting
1. Mahasiswa dibagi menjadi
pasangan-pasangan. Seorang
mentor diperlukan untuk
mengamati 3 pasangan.
2. Setiap pasangan berpraktek
melakukan pemeriksaan fungsi
kortikal luhur. (Seorang
mahasiswa menjadi dokter
dan yang lainnya menjadi
21
Total waktu
150
menit
22
PENUNTUN BELAJAR
FUNGSI KORTIKAL LUHUR
Nilai untuk setiap langkah klinik dengan menggunakan kriteria sebagai berikut :
1. Perlu perbaikan: langkah-langkah yang tidak dilakukan dengan benar
dan atau tidak sesuai urutannya, atau ada langkah yang tidak dilakukan.
2. Mampu: Langkah-langkah dilakukan dengan benar dan sesuai urutannya,
tetapi tidak efisien
3. Mahir: Langkah-langkah dilakukan dengan benar, sesuai dengan urutan
dan efisien.
No
1.
I. ORIENTASI
2.
3.
KASU
S
1 2 3
II. REGISTRASI
4.
III. ATENSI/KALKULASI
5.
6.
7
8
9
10
11
VI. KONSTRUKSI
12
23
DAFTAR TILIK
PEMERIKSAAN FUNGSI LUHUR
No
.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Nilai
0 1 2
I. ORIENTASI
Klien diminta menyebutkan tanggal, hari, bulan, tahun, musim,
ruangan, rumah sakit/kampus, kota, propinsi, negara.
Mencatat kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh klien.
Menentukan adanya kesalahan-kesalahan orientasi pada
pasien yang menunjukkan gangguan orientasi.
II. REGISTRASI
Meminta klien mengingat 3 kata bola, melati, kursi.
Mencatat kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh klien.
Menentukan adanya kesalahan-kesalahan registrasi pada klien
yang menunjukkan gangguan registrasi.
III. ATENSI/KALKULASI
Meminta klien mengurangi angka sebanyak lima seri : 100-7 ;
Atau menyebutkan urutan huruf dari belakang kata WAHYU.
Mencatat kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh klien.
Menentukan adanya kesalahan-kesalahan atensi atau kalkulasi
pada klien yang menunjukkan gangguan atensi/kalkulasi.
IV. REKOL (MEMORI)
Meminta klien mengingat kembali ketiga kata tadi.
Mencatat kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh klien.
Menentukan adanya kesalahan-kesalahan memori pada klien
yang menunjukkan gangguan rekol.
V. BAHASA
Klien diminta menyebutkan jam tangan (arloji), pensil.
Kemudian meminta mengulang kata: namun, tanpa dan bila.
Menilai pengertian verbal : Meminta klien mengambil kertas ini
dengan tangan kanan. Lipatlah menjadi dua dan letakkan di
lantai tutup mata. Klien diminta menulis huruf atau angka yang
didiktekan oleh pemeriksa. Bila berhasil dilanjutkan dengan
menulis kata atau kalimat.
Mencatat kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh klien dan
menentukan adanya kesalahan-kesalahan bahasa pada pasien
yang menunjukkan gangguan bahasa.
VI. KONSTRUKSI
Klien dminta meniru gambar ini
7.
24
0 = Tidak dilakukan
1 = Dilakukan, tetapi kurang benar
2 = Dilakukan dengan benar
25
FUNGSI KOORDINASI
PENGERTIAN
Kemampuan mensinergiskan secara normal faktor motorik,
sensorik dalam melakukan gerakan normal. Serebelum digunakan
untuk gerakan sinergistik tersebut, oleh sebab itu serebelum adalah
pusat koordinasi. Gangguan koordinasi dapat disebabkan oleh disfungsi
serebelum,
sistem
motorik,
sistem
ekstrapiramidal,
gangguan
TUJUAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa memilki pengetahuan dan keterampilan mengenai cara
pemeriksaan fungsi koordinasi.
SASARAN PEMBELAJARAN
Setelah melakukan latihan keterampilan ini, mahasiswa :
1. Dapat mempersiapkan klien dengan baik
2. Dapat memberikan penjelasan pada klien atau keluarganya
tentang apa yang akan dilakukan, alat yang dipakai, bagaimana
melakukan,
apa
manfaatnya,
serta
jaminan
atas
aspek
26
PENUNTUN BELAJAR
FUNGSI KOORDINASI
Beri nilai untuk setiap langkah klinik dengan menggunakan kriteria
sebagai berikut:
1. Perlu perbaikan: langkah-langkah yang tidak dilakukan dengan
benar dan atau tidak sesuai urutannya, atau ada langkah yang
tidak dilakukan.
2. Mampu: Langkah-langkah dilakukan dengan benar dan sesuai
urutannya, tetapi tidak efisien.
3. Mahir: Langkah-langkah dilakukan dengan benar, sesuai dengan
urutan dan efisien.
No
.
1.
LANGKAH KLINIK
PEMERIKSAAN FUNGSI KOORDINASI
A. TES-TES EQUILIBRIUM
KASUS
1
1.TES ROMBERG
Klien diminta berdiri dengan kedua kaki saling
merapat, pertama kali dengan mata terbuka,
kemudian dengan mata tertutup.
Tes ini untuk membedakan lesi propriseptif (sensori
ataxia) atau lesi cerebellum.
Pada gangguan proprioseptif jelas sekali terlihat
perbedaan antara membuka dan menutup mata. Pada
waktu membuka mata klien masih sanggup berdiri
tegak, tetapi begitu menutup mata klien langsung
kesulitan mempertahankan diri dan jatuh.
Pada lesi cerebellum waktu membuka dan menutup
mata klien kesulitan berdiri tegak dan cenderung
berdiri dengan kedua kaki yang lebar (wide base)
2. TANDA WALKING
1
2
27
No
.
1.
2.
LANGKAH KLINIK
PEMERIKSAAN FUNGSI KOORDINASI
A. TES-TES NON EQUILIBRIUM
Diadokinesia
KASUS
1
tentang
hasil
28
DAFTAR TILIK
PEMERIKSAAN FUNGSI KOORDINASI
A. TES-TES EQUILIBRIUM
TES ROMBERG
No
.
1.
2
3.
Nilai
1
TANDA WALKING
No
ASPEK YANG DINILAI
.
1. Klien diminta berjalan pada satu garis lurus di atas
lantai,
2. Tempatkan tumit yang satu didepan jari-jari kaki
berlawanan, baik dengan mata terbuka maupun mata
tertutup
3. Menentukan interpretasi hasil pemeriksaan
B.
TES-TES NON EQUILIBRIUM
Finger to finger tes
No
ASPEK YANG DINILAI
.
1
2.
3
2.
3.
4.
Nilai
1
2
Nilai
1
Nilai
1
Diadokokinesia
No
ASPEK YANG DINILAI
.
1.
Keterangan :
29
0 = Tidak dilakukan
1 = Dilakukan, tetapi kurang benar
Dilakukan dengan benar
2 =
30
SISTEM NEUROPSIKIATRI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADYAH JAKARTA
PEMERIKSAAN KLINIS
NEUROLOGI
PANDUAN PESERTA
Sistem Motorik
Refleks Fisiologik dan Patologik
31
PEMERIKSAAN NEUROLOGI:
Sistem Motorik dan Refleks
TUJUAN PEMBELAJARAN
refleks
fisiologis:
refleks
bisep,
trisep,
METODE PEMBELAJARAN
Demonstrasi kompetensi sesuai dengan Penuntun Belajar.
32
DESKRIPSI KEGIATAN
Waktu
Deskripsi
# 1. Pengantar
# 2. Bermain
Peran Tanya &
Jawab
Kegiatan
5 menit
30 menit
# 3. Praktek
bermain peran
dengan Umpan
Balik
100
menit
# 4. Curah
Pendapat/
Diskusi
15 menit
Pengantar
1. Mengatur posisi duduk mahasiswa.
2. Dua orang dosen memberikan
contoh
cara
melakukan
pemeriksaan
neurologis
pemeriksaan sistem motorik, refleks
fisiologis dan patologis.
3. Mahasiswa mengamati peragaan
dengan menggunakan Penuntun
Belajar.
4. Memberikan kesempatan kepada
mahasiswa untuk bertanya dan
dosen
memberikan
penjelasan
tentang aspek-aspek yang penting
pada setiap pemeriksaan atau
langkah klinik.
1. Mahasiswa
dibagi
menjadi
pasangan-pasangan.
Diperlukan
minimal seorang Instruktur untuk
mengamati setiap langkah yang
dilakukan oleh paling banyak 4
pasangan.
2. Setiap
pasangan
berpraktek
melakukan
langkah-langkah
pemeriksaan
neurologis
secara
serentak.
3. Instruktur
berkeliling
diantara
mahasiswa
dan
melakukan
supervisi menggunakan daftar tilik.
4. Instruktur memberikan pertanyaan
dan umpan balik kepada setiap
pasangan
1. Curah Pendapat/Diskusi: Apa yang
dirasakan mudah? Apa yang sulit?
Menanyakan bagaimana perasaan
mahasiswa
yang
pada
saat
melakukan pemeriksaan? Apa yang
dapat dilakukan oleh dokter agar
klien merasa lebih nyaman?
2. Instruktur membuat kesimpulan
dengan
menjawab
pertanyaan
terakhir dan memperjelas hal-hal
yang masih belum dimengerti
Total waktu
150
menit
33
SISTEM MOTORIK
PENGERTIAN
Gangguan pergerakan meliputi kelainanan yang bersifat primer
misalnya pada lesi UMN atau LMN dan sekunder misalnya pada ganglia
basalis dan serebellum. Klien sering datang ke dokter karena tubuh
bagian tertentu tidak bisa bekerja dengan baik. Sebagian besar
manifestasi obyektif kelainan saraf
gerak otot. Oleh karena itu memeriksa sistem motorik harus dilakukan
dengan mahir.
TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Memberi pengetahuan dan keterampilan mengenai gejala dan
cara pemeriksaan sistem motorik.
2. Mampu melakukan pemeriksaan motorik secara sistematik.
3. Menentukan letak lesi kelumpuhan otot.
34
PENUNTUN BELAJAR
KETERAMPILAN PEMERIKSAAN
MOTORIK
Nilai untuk setiap langkah klinik dengan menggunakan kriteria sebagai berikut:
1. Perlu perbaikan: langkah-langkah yang tidak dilakukan dengan benar
dan atau tidak sesuai urutannya, atau ada langkah yang tidak dilakukan.
2. Mampu: Langkah-langkah dilakukan dengan benar dan sesuai urutannya,
tetapi tidak efisien.
3. Mahir: Langkah-langkah dilakukan dengan benar, sesuai dengan urutan
dan efisien.
A. UKURAN OTOT
1.
Lakukanlah inspeksi
2.
pada
seluruh
otot
extremitas
hipotrofi).
3.
Carilah ada atau tidaknya fasikulasi otot.
B. TONUS OTOT
1.
Mintalah klien berbaring dengan santai.
2.
Alihkanlah
perhatian
klien
dengan
mengajaknya
berbicara.
3.
Angkatlah lengan klien dalam posisi fleksi pada siku dan
tangan secara pasif, kemudian jatuhkanlah lengan
tersebut.
4.
Fleksikanlah tungkai bawah pada sendi panggul secara
pasif dan jatuhkanlah.
5.
Lakukanlah pemeriksaan pada anggota gerak kanan dan
kiri, pemeriksaan dapat dilakukan secara bersamaan.
6.
Periksalah tonus otot (normal atau abnormal: spastic,
flaccid, rigid).
C. KEKUATAN OTOT
1.
Cara 1 :
Suruhlah
2.
3.
35
36
DAFTAR TILIK
PEMERIKSAAN FUNGSI MOTORIK
BENTUK OTOT
No.
1.
2.
3.
4.
5.
TONUS OTOT
No.
1.
2.
3.
4.
5.
2.
3.
NI LAI
1
2
NI LAI
1
2
KEKUATAN OTOT
No.
1.
NI LAI
0
1
2
Cara 1 :
Menyuruh klien memfleksikan lengan bawahnya dan
kita menghalangi (menahan usaha ini). Dengan
demikian, dapat dinilai kekuatan otot biseps.
Cara 2
Pemeriksa mengekstensikan lengan bawah klien dan
ia disuruh menahan usaha ini. Dengan demikian,
dapat dinilai kekuatan otot biseps.
Suruhlah klien mendorong tangan pemeriksa yang
diletakkan di telapak kaki pasien.
Menentukan kekuatan otot extremitas superior dan
inferior klien.
TOTAL NILAI
Keterangan :
0 = Tidak dilakukan
37
2 =
38
SISTEM REFLEKS
PENGERTIAN
Refleks adalah jawaban terhadap suatu perangsangan. Gerakan
yang timbul disebut gerakan reflektorik. Seluruh gerakan reflektorik
merupakan gerakan yang bangkit untuk penyesuaian diri, baik untuk
menjamin ketangkasan gerakan volunter, maupun untuk membela diri.
Bila suatu perangsangan dijawab dengan bangkitnya suatu gerakan,
menandakan bahwa daerah yang dirangsang dan otot yang bergerak
secara
reflektorik
terdapat
suatu
hubungan.
Lintasan
yang
memberikan
penjelasan
pada
klien
atau
keluarganya
apa
manfaatnya,
serta
jaminan
atas
aspek
39
PENUNTUN BELAJAR
PEMERIKSAAN REFLEKS FISIOLOGIS DAN
PATOLOGIS
Nilai untuk setiap langkah klinik dengan menggunakan kriteria sebagai berikut:
1. Perlu perbaikan: langkah-langkah yang tidak dilakukan dengan benar
dan atau tidak sesuai urutannya, atau ada langkah yang tidak dilakukan.
2. Mampu: Langkah-langkah dilakukan dengan benar dan sesuai urutannya,
tetapi tidak efisien.
3. Mahir: Langkah-langkah dilakukan dengan benar, sesuai dengan urutan
dan efisien.
KASUS
1
2
3
40
3.
4.
NO.
LANGKAH / KEGIATAN
E. PEMERIKSAAN REFLEKS ACHILLES
1.
Mintalah klien duduk menjuntai, berbaring, atau berlutut
dengan sebagian tungkai bawah terjulur.
2.
Regangkanlah tendo achilles dengan menahan ujung kaki
ke arah dorsofleksi.
3.
Pukullah tendo achilles dengan ringan tapi cepat.
4.
Menentukan hasil pemeriksaan (normal, hiperrefleksi,
hiporefleksi).
KASUS
1
2
3
KASUS
2
3
atau V
41
42
DAFTAR TILIK
PEMERIKSAAN REFLEKS FISIOLOGIS
PEMERIKSAAN REFLEK BISEPS
No
.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
No
.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
3.
4.
5.
Nilai
0
1
2
No
.
1.
2.
Nilai
1
2
Nilai
0
1
2
Keterangan :
43
0 = Tidak dilakukan
1 = Dilakukan, tetapi kurang benar
Dilakukan dengan benar
2 =
44
.
1.
2.
3.
Nilai
1
2
Nilai
1
2
.
1.
2.
3.
4.
Nilai
1
2
Keterangan :
0 = Tidak dilakukan
1 = Dilakukan, tetapi kurang benar
2 = Dilakukan dengan benar
45
Nilai
0
1
2
2.
3.
4.
Nilai
1
2
0 = Tidak dilakukan
1 = Dilakukan, tetapi kurang benar
2 = Dilakukan dengan benar
46
SISTEM NEUROPSIKIATRI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADYAH JAKARTA
PEMERIKSAAN KLINIS
NEUROLOGI
PANDUAN PESERTA
Pemeriksaan Nervus
47
PENGERTIAN
Seluruh saraf kranialis, kecuali N. I (olfaktorius) dan N. II (optikus),
berasal dari batang otak. Serabut-serabut saraf kranialis ini keluar dari
sisi bawah otak dan melewati foramina di basis cranii. Gangguan fungsi
pada salah satu atau beberapa saraf kranialis mengindikasikan adanya
lesi yang terlokalisasi di otak, misalnya karena tumor ataupun
perdarahan. Disfungsi saraf kranialis juga dapat mengindikasikan
terjadinya gangguan yang lebih luas pada otak, misalnya adalah
peninggian tekanan intrakranial, meningitis atau infeksi generalisata.
Dengan demikian, pemeriksaan fungsi saraf kranial berfungsi
memberikan informasi yang dapat membantu menegakkan diagnosis
dan letak terjadinya gangguan.
TUJUAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa memilki pengetahuan dan keterampilan mengenai cara
pemeriksaan fungsi saraf kranialis.
SASARAN PEMBELAJARAN
Setelah melakukan latihan keterampilan ini, mahasiswa :
1. Dapat melakukan persiapan alat/bahan dengan benar.
2. Dapat
memberikan
penjelasan
pada
klien
atau
keluarganya
apa
manfaatnya,
serta
jaminan
atas
aspek
48
PENUNTUN BELAJAR
KETERAMPILAN PEMERIKSAAN SARAF KRANIALIS
Beri nilai untuk setiap langkah klinik dengan menggunakan kriteria
sebagai berikut:
1. Perlu perbaikan: langkah-langkah yang tidak dilakukan dengan
benar dan atau tidak sesuai urutannya, atau ada langkah yang tidak
dilakukan.
2. Mampu: Langkah-langkah dilakukan dengan benar dan sesuai
urutannya, tetapi tidak efisien.
3. Mahir: Langkah-langkah dilakukan dengan benar, sesuai dengan
urutan dan efisien.
NO
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
49
N
LANGKAH KLINIK
O.
b. lapangan penglihatan
Tes konfrontasi
1.
2.
3.
4.
KASUS
1
50
N
O.
LANGKAH KLINIK
KASUS
1
8.
51
N
O.
LANGKAH KLINIK
KASUS
1
6.
2.
52
N
O.
LANGKAH KLINIK
KASUS
1 2 3
NERVUS GLOSOPHARYNGEUS (Nn. IX) dan NERVUS VAGUS (Nn. Cr. X)
1. Meminta klien membuka mulut dengan lebar sampai terlihat
dinding posterior faring.
2. Menyentuh dengan spatel dinding posterior farings.
Normal bila timbul refleks muntah
3. Klien diminta membuka mulut dengan lebar sampai terlihat
dinding posterior faring.
4. Meminta klien menyebut ah.
Normal : uvula terangkat lurus dan tetap berada di median.
Lesi unilateral : deviasi uvula ke sisi yang sehat, arkus faring
lebih rendah dari sisi yang sehat.
Lesi bilateral : terjadi disfagi dan regurgitasi.
NERVUS AKSESORIUS (Nn. Cr. XI)
Untuk m. sternocleidomastoideus
1.
2.
3.
sebelah kiri.
Palpasi
otot
4.
kekuatannya.
Melakukan hal yang sama pada otot sternokleidomastoideus
sternokleidomastoideus
kiri
serta
menilai
ke kanan.
Menahan gerakan ini dengan menempatkan tangan pada dagu
sebelah kiri.
53
DAFTAR TILIK
PEMERIKSAAN NERVUS CRANIALIS
No
.
Nilai
0 1 2
No
.
54
Nilai
1 2
No
.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
No
.
1.
2.
3.
4.
5.
Nilai
0 1 2
Nilai
0 1 2
55
No
.
1.
2.
3.
4.
5.
No
.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
No
.
Nilai
0 1 2
Nilai
0 1 2
VIII)
Nilai
0 1 2
No
.
Nilai
0 1 2
56
TOTAL NILAI
No
.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
0
NERVUS XII
Memeriksa besar lidah, kesamaan bagian kanan dan kiri lidah, atrofi,
kerutan dan atau fasikulasi pada lidah
Memeriksa adanya tremor dan fasikulasi
Memeriksa parese pada lidah
Menilai kekuatan sentuhan lidah klien
Memeriksa adanya disartria
Menentukan interpretasi hasil pemeriksaan
TOTAL NILAI
0 = Tidak dilakukan
1 = Dilakukan, tetapi kurang benar
2 = Dilakukan dengan benar
57
Nilai
1 2
SISTEM NEUROPSIKIATRI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADYAH JAKARTA
PEMERIKSAAN PSIKIATRIK
PANDUAN PESERTA
KETERAMPILAN KLINIK
58
59
Lay-out ruangan
Pengantar
Pasien
Dokter
pintu
DESKRIPSI KEGIATAN
Kegiatan
Waktu
Deskripsi
# 1. Pengantar
# 2. Bermain Peran
& Tanya Jawab
5 menit
30
menit
# 3. Praktek
bermain peran
dengan Umpan
Balik
100men
it
# 4. Curah
Pendapat/
Diskusi
15
menit
Pengantar
1. Mengatur posisi duduk mahasiswa
2. Dosen
me
mberikan contoh bagaimana cara
melakukan anamnese pasien psikiatri
terutama dalam pengumpulan data
status mental. Mahasiswa menyimak/
mengamati
peragaan
dengan
menggunakan Penuntun Belajar.
3. Memberikan
kesempatan
kepada
mahasiswa untuk bertanya dan dosen
memberikan
penjelasan
tentang
aspek-aspek yang penting
1. Mahasiswa dibagi menjadi pasanganpasangan.
Diperlukan
minimal
seorang Instruktur untuk mengamati
setiap langkah yang dilakukan oleh
paling banyak 4 pasangan.
2. Setiap
pasangan
berpraktek
melakukan
langkah-langkah
anamnese secara
serentak sesuai
dengan skenario yang diberikan.
3.
Instruktur
berkeliling
diantara
mahasiswa dan melakukan supervisi
menggunakan ceklis.
4. Instruktur memberikan pertanyaan
dan
umpan balik kepada setiap
pasangan
1.
Curah Pendapat/Diskusi: Apa yang
dirasakan mudah? Apa yang sulit?
Menanyakan
bagaimana
perasaan
mahasiswa yang pada saat bertanya.
Apa yang dapat dilakukan oleh dokter
agar pasien merasa lebih nyaman?
2.
Instruktur membuat kesimpulan
dengan menjawab pertanyaan terakhir
60
150
menit
61
PENUNTUN PEMBELAJARAN
KETERAMPILAN TEHNIK WAWANCARA
(digunakan oleh Peserta)
Beri nilai untuk setiap langkah klinik dengan menggunakan
kriteria berikut :
1. Perlu perbaikan : Langkat-langkah tidak dilakukan
dengan benar dan tidak sesuai urutannya
2. Mampu : Langkah-langkah dilakukan dengan benar, tetapi
ridak efisien
3. Mahir : Langkah-langkah dilakukan dengan benar, sesuai
dengan urutan dan efisien
PENUNTUN PEMBELAJARAN
KETERAMPILAN TEHNIK WAWANCARA
LANGKAH / KEGIATAN
NO.
FASE PERKENALAN
1.
2.
3.
4.
5.
FASE PEMBUKAAN
6.
7.
FASE INTI
KASUS
1
9.
10.
11.
12.
Riwayat Keluarga
13.
14.
15.
Status Mental
Deskripsi umum
Alam perasaan (emosi)
16.
Gangguan persepsi
17.
62
18.
19.
Pengendalian impuls
20.
Daya Nilai
21.
Tilikan
22.
Reliabilitas
23.
24.
25.
26.
FASE PENUTUP
27.
28.
30.
FASE PENGAKHIRAN
29.
63
DAFTAR TILIK
KETERAMPILAN TEHNIK WAWANCARA
Petunjuk : Berilah tanda ( ) pada kotak yang sesuai,
Nilai 0 = tidak dilakukan, 1 = dilakukan tapi tidak memuaskan,
2 = memuaskan
NO.
ASPEK YANG DINILAI
FASE PERKENALAN
NILAI
0 1 2
1.
2.
3.
4.
5.
FASE PEMBUKAAN
6.
7.
FASE INTI
9.
10.
11.
12.
Riwayat Keluarga
13.
14.
15.
Status Mental
Deskripsi umum
Alam perasaan (emosi)
16.
Gangguan persepsi
17.
18.
19.
Pengendalian impuls
20.
Daya Nilai
21.
Tilikan
22.
Reliabilitas
Catatan cara bertanya:
Dengan menggunakan
campuran
pertanyaan
64
23.
24.
25.
26.
FASE PENUTUP
27.
28.
30.
FASE PENGAKHIRAN
29.
65
NO
ASPEK YANG DINILAI
.
ASPEK KETRAMPILAN KOMUNIKASI
A. Ketrampilan Membina hubungan
NILAI
0
proses
1.
2.
3.
C.
Ketrampilan
anamnesis
20.
21.
22.
23.
24.
mempertahankan
E. Mengakhiri wawancara
25.
Komentar / Ringkasan :
Tandatangan
Koordinator/Instruktur
..............................
Rekomendasi :
Tanggal : .
66
STATUS PSIKIATRI
I.
Identitas pasien:
Nama
Tempat & Tanggal
Lahir
Umur
Jenis kelamin
Suku Bangsa
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Status Pernikahan
Alamat
II.
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Keluhan Utama:
Autoanamnesis:
Alloanamnesis:
67
4.
5.
6.
Riwayat pekerjaan
Kehidupan beragama
Kehidupan sosial dan perkawinan
Riwayat Keluarga
Gambar pohon keluarga
Situasi kehidupan sosial sekarang
III.
Status Mental
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
2. Kesadaran
i. Kesadaran sensorium/neurologic:
ii. Kesadaran psikiatrik: tampak/tidak
terganggu
3. Perilaku dan aktivitas psikomotor
i. Sebelum wawancara:
ii. Selama wawancara:
iii. Sesudah wawancara:
4. Sikap terhadap pemeriksa
5. Pembicaraan
i. Cara berbicara::
ii. Gangguan berbicara:
B. Alam Perasaan (emosi)
1. Suasana perasaan (mood):
2. Afek ekspresi afektik
i. Arus
ii. Stabilisasi
iii. Kedalaman
iv. Skala diferensiasi
v. Keserasian
vi. Pengendalian impuls
vii. Ekspresi
viii. Dramatisasi
ix. Empati
C. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi
2. Ilusi
3. Depersonalisasi
4. Derealisasi
D. Sensorium dan Kognitif (Fungsi Intelektual)
1. Taraf pendidikan
2. Pengetahuan umum
3. Kecerdasan
4. Konsentrasi
5. Orientasi
tampak
68
i. Waktu
ii. Tempat
iii. Orang
iv. Situasi
6. Daya ingat
i. Jangka panjang
ii. Jangka pendek
iii. Segera
7. Pikiran abstraktif
8. Visuospatial
9. Bakat kreatif
10.
Kemampuan menolong diri sendiri
E. Proses Pikir
1. Arus piker
i. Produktifitas
ii. Kontinuitas
iii. Hendaya bahasa
2. Isi pikir
i. Preokupasi dalam pikiran
ii. Waham
iii. Obsesi
iv. Fobia
v. Gagasan rujukan
vi. Gagasan pengaruh
F. Pengendalian Impuls
G. Daya Nilai
1. Daya nilai sosial
2. Uji daya nilai
3. Daya nilai reabilitas
H. Tilikan
I. Reliabilitas
IV.
Pemeriksaan Fisik
A. Status Internus
1. Kesadaran umum
:
2. Kesadaran
:
3. Tensi
:
4. Nadi
:
5. Suhu badan
:
6. Frekuensi pernafasan
:
7. Bentuk tubuh
:
8. Sistem kardiovaskular
:
9. Sistem respiratorius :
10. Sistem gastrointestinal :
11. Sistem musculoskeletal :
12. Sistem urogenital
:
B. Status Neurologik
1. Saraf cranial (I-XII)
69
Pemeriksaan Penunjang
VI.
VII.
Formulasi Diagnostik
a. Aksis I
b. Aksis II
c. Aksis III
d. Aksis IV
e. Aksis V
Evaluasi Multiaksial
a. Aksis I
b. Aksis II
c. Aksis III
d. Aksis IV
e. Aksis V
Prognosis
VIII.
IX.
X.
XI.
Daftar Masalah
a. Organobiologik
b. Psikologi/psikiatrik
c. Sosial/keluarga
Terapi
70