KOMPETENSI TINGKAT
4
Setelah membaca modul pembelajaran mengenai diare, dokter umum mampu
membuat diagnosis diare berdasarkan pemeriksaan f isik dan pemeriksaan
tambahan. Dokter umum juga mampu memutuskan dan mampu menangani diare
secara mandiri hingga tuntas.
BATASAN
Keluarnya tinja cair lebih dari tiga kali dalam 24 jam.
Pada 0-2 bulan frekuensi buang air besar anak yang minum ASI bisa mencapai 8-10
kali sehari dengan tinja yang lunak, sering berbiji-biji, dan berbau asam. Selama
berat badan bayi meningkat normal, hal tersebut tidak tergolong diare, tetapi
merupakan
intoleransi laktosa sementara akibat belum sempurnanya
perkembangan saluran cerna.
I. Diare akut: terjadi akut dan berlangsung paling lama 14 hari
Diare berdarah adalah episode diare akut yang tinjanya ditemukan darah
terlihat secara kasat mata. Darah yang hanya terlihat secara mikroskopis atau
tinja berwarna hitam merupakan indikasi adanya darah pada saluran cerna atas,
bukan merupakan diare berdarah.
II. Diare persisten adalah diare akut dengan atau tanpa disertai darah yang
berlangsung selama 14 hari atau lebih yang disebabkan oleh infeksi .
Ill. Diare kronis adalah diare dengan atau tanpa disertai darah yang
berlangsung selama 14 hari atau lebih yang bukan disebabkan oleh infeksi.
DIARE AKUT
Patofisiologi
Patogenesis
dan
Frekuensi buang air besar bertambah dengan bentuk dan konsistensi yang lain
dari biasanya dapat cair, berlendir, atau berdarah, dapat juga disertai gejala lain,
anoreksia panas, muntah atau kembung. Dapat disertai gejala komplikasi,
gangguan elektrolit, dehidrasi, gangguan gas darah maupun intoleransi laktosa.
Penyebab
Enteral:
Infeksi:
- Virus: Rotavirus, adenovirus, dan lain-lain
- Bakteri: Salmonella, shigella, E-Coli, Yersinia, Campylobacter.
Parasit, Protozoa (Ent. Histolitika).
- Jamur dll.
Intoksikasi makanan
Parenteral:
Infeksi parenteral: ISPA, infeksi saluran kemih, OMA, dan lain-lain.
Komplikasi
Awal:
Gangguan keseimbangan air, elektrolit dan asam basa, intoleransi klinik akut
terhadap karbohidrat dan lemak.
Lambat:
-
Diare kronis:
-
Sindrom postenteritis
Diare intraktabel
Cara Pemeriksaan
Etiologis:
Klinis
Analisis feses
Kultur feses
Kultur faeces tidak dilakukan secara rutin. Kultur faeces dilakukan hanya bila
secara klinis diare cenderung menjadi diare bermasalah seperti menjadi diare
berkepanjangan, diare persisten
Menentukan adanya dehidrasi atau tidak
Penentuan derajat dehidrasi memegang peranan yang penting. Menurut
Haroen Noerasid (Modifikasi) memberikan petunjuk bahwa rasa haus dan
oliguria ringan menunjukkan dehidrasi ringan apabila ditambahkan turgor
kulit .yang menurun, ubun-ubun besar cekung dan mata yang cekung sebagai
"tanda jaringan", maka kondisi ini menunjukkan dehidrasi sedang. Dehidrasi
apabila ditambah dengan perubahan tanda vital, yaitu perubahan pada
kesadaran seperti somnolen, sopor, koma atau didapatkan renjatan.
Tabel 1. Kriteria penentuan derajat dehidrasi menurut WHO (2005)
Klasifikasi
DEHIDRASI BERAT
Gejala
Paling tidak didapatkan dua gejala:
Letargi I penurunan kesadaran
Mata cowong
Malas minum
DEHIDRASI RINGAN
SEDANG
TANPA DEHIDRASI
Anak gelisah/iritabel
Mata cowong
Penatalaksanaan
Resusitasi Cairan sesuai klasifikasi derajat dehidrasi
Dehidrasi Berat
Lakukan rehidrasi cairan secara intravena dengan cairan Ringer's lacta.tc
(RL) atau normal salin (0,9% NaCl) Berikan 30 cc/kg dalam waktu 1jam
(usia < 12 bulan) dan 30 menit (>12 bulan). Pemberian cairan ini dapat
diulang sekali apabila dehidrasi berat belum teratasi. Pemberian cairan.
intravena dilanjutkan dengan pemberian cairan secara oral dengan Oralit.
Pada anak dengan tanda dehidrasi berat yang tidak membaik selama
resusitasi cairan intravena, pertimbangkan terjadinya diare dengan volume
yang besar selama anak menjalani rehidrasi cairan intravena.
Lakukan evaluasi setelah cairan resusitasi intravena diberikan. Tentuknan
derajat dehidrasi anak.
Berikan terapi cairan sesuai derajat dehidrasi yang ditemukan setelah
resusitasi cairan dehidrasi berat terpenuhi.
Dehidrasi Ringan-Sedang
Lakukan rehidrasi cairan secara oral dengan Oralit dalam waktu 3 jam .
Berikan cairan sejumlah 50-70 cc/kg berat badan.
Apabila anak ingin meminum cairan Oralit lebih banyak daripada cairan
yang dianjurkan tersebut, berikan lebih.
Tabel2. Terapi cairan standar (iso hiponatremia) untuk segala usia kecuali neonatus
Derajat
Oehidrasi
BERAT
RINGAN
SEDANG 6-9%
Kebutuhan Cairan
30 ml/kg/ 1jam
= 10 tts/kg/mnt
50-70 ml/kg/3 jam
= 3-5 tts/kg/mnt
TANPA
DEHIDRASI
Jenis Cairan
RL
HSD Atau KA-EN 38
Atau Oralit
Larutan RT atau oralit
Keterangan :
T.I.V:tetes intra venus
T.I.G: tetes intra gastrik
(untuk jenis-jenis cairan lihat lampiran 1)
Cara/lama Pemberian
T.I.V/ 1 Jam atau lebih
cepat
T.I.V/ 3 Jam Atau
T.I.G/ 3 Jam Atau
Oral 3 jam
Oral sampai diare
berhenti
Tunjukkan pada ibu cara memberikan Oralit. Satu sendok makan tiap 1-2
menit (usia < 2 tahun) atau meminum dari gelas secara perlahan (usia > 2
tahun).
.
Evaluasi secara berkala . Apabila anak muntah atau ditemukan distensi
abdomen, tunggu 10menit lalu lanjutkan pemberian Oralit lebih perlahan.
Setelah 3 jam, evaluasi ulang status dehidrasi anak dan sesuaikan tata
laksana sesuai derajat dehidrasi yang ditemukan. Dianjurkan memulai
pemberian makan segera setelah rehidrasi selesai.
Perkecualian:
A. Neonatus ( < 3 bulan )
D10%/0,18NaCl
Dl0%/0,18NaCI
30 ml/kg.BB
70 ml/kg.BB
2 jam
6 jam
320 ml/kg.BB
48 jam
Setelah melewati resusitasi cepat (1-2 jam) diberikan cairan HSD secara
lambat.
Defisit (70 ml) + rumatan (100 ml) + 2 hari ongoing losses: 320 mi/kg
dalam waktu 48 jam (2-3 tetes/kg/menit).
Tanpa dehidrasi
Apabila anak menyusui anjurkan ibu untuk memberikan ASI lebih
sering dan waktu lebih lama saat menyusui. Apabila anak ASI ekslusif,
tambahkan cairan Oralit atau air putih sebagai tambahan ASI.
Pada anak yang tidak rnenyusui, berikan cairan Oralit atau makanan yang
berbentuk cair (sup, air beras, minuman yogurt) atau air putih.
Untuk mencegah terjadinya dehidrasi, anjurkan ibu untuk memberi cairan
paling tidak sebanyak
o 50-100 cc setiap diare cair pada anak < 2 tahun
o 100-200 cc setiap diare cair pada anak > 2 tahun
Anjurkan ibu untuk kembali segera ke rumah sakit apabila anak menjadi
lebih sakit, tidak dapat minum atau menyusui, malas minum, demam atau
ditemukan darah pada feses.
Dietetik
Makanan tetap diberikan, ASI maupun formula diteruskan. Makanan
tambahan sesuai umur dengan konsistensi yang mudah dicerna. Susu
formula yang digunakan berupa susu bebas laktosa atau susu formula yang
diencerkan.
Pemberian suplementasi zinc selama 10-14 hari dengan dosis 10 mg/hari
(untuk anak di bawah 6 bulan) dan 20 mg/hari (untuk anak di atas 6 bulan).
Pada umumnya tidak diperlukan antimikrobial. Sebagian besar kejadian
diare akut tidak memerlukan antibiotik. Antibiotik diberikan apabila ada
kecurigaan infeksi bakteri atau pada kasus risiko tinggi, misalnya bayi sangat
muda, gizi kurang atau ada penyakit penyerta (lihat lampiran 2).
Vitamin A 100.000 IU (untuk anak di atas 1tahun); 50.000 IU (untuk anak
di bawah 1Tahun).
Probiotik: 1kapsul/1 bungkus per hari.
Pengobatan problem penyerta.
Obat antidiare tidak dianjurkan.
Penyebab:
Intoleransi sekunder
Enteropati oleh karena protein makanan, terutama protein susu sapi
(CMPSE) dan kedelai.
Malnutrisi
Enteropatogen
Parasit
Gejala Klinik:
Lama diare melewati masa diare akut (5-7 hari) dapat disertai muntah dan
kembung.
Etiologi:
Infeksi
Malabsorpsi
Penanganan diare akut yang tidak adekuat.
Penyebab
lntolerasl gula
Uji
Adanya reducing subtante
dalam feses
Pengobatan
Eksklusi gula
Food protein
Malnutrisi
Rehabilitasi makanan
Adanya
enterobakter
patogen
persistent
Parasit
UTI
Kultur urine
Pemeriksaan
Feses:
Mikroskopis
Kultur feses dan kultur urin
Tes-tes malabsorpsi:
Karbohidrat (pH, Clinitest)
Lemak: tes floating (tes Rosipal)
Penatalaksanaan
Resusitasi cairan dan elektrolit bila ada gangguan.
Identifikasi penyebab
Pengobatan sesuai penyebab
Pengelolaan diet yang rasional
Komplikasi
Diare kronis atau intraktabel
DIARE KRONIS
Patofisiologi
Penyebab yang multi kompleks dari diare kronis menyebabkan patofisiologi
yang komplek, saling mempengaruhi dan mungkin memperberat keadaan.
Faktor lain: kejadian diare akut yang terdahulu merupakan risiko terjadinya
diare kronis.
Penanganan yang tidak efcktif menambah risiko terjadinya diare kronis.
Gejala Klinis
Diare lebih dari dua minggu, disertai gejala intoleransi dan atau infeksi
enteral atau sepsis. Biasanya disertai gangguan gizi.
Pemeriksaan dan Diagnosis
Anamnesis yang teliti.
Pemeriksaan Fisik
Adanya gagal tumbuh
Gejala lain yang menyertai
Pemeriksaan anorektal
Riwayat Diet Laboratorium
Kultur feses
Uji malabsorpsi
gula: pH, Clinitest
lemak: Floating test
Pemeriksaan untuk menyingkirkan infeksi parenteral, misal kultur urine.
X-foto abdomen atau barium untuk menyingkirkan kelainan anatomis.
Eliminasi dan chalenge untuk CMPSE.
Komplikasi
Sepsis
Malnutrisi -.--> gangguan tumbuh kernbang
Penatalaksanaan
Koreksi gangguan cairan & elektrolit bila ada Kausal
Supportif dan dietetik "
Vit A 100.000-200.000 U lx i.m.
Vit B-compleks, Vit C.
Dietetik
Dalam keadaan berat mungkin diperlukan parenteral nutrisi
Enteral Continous Drip Feeding rnernberikan hasil yang baik dengan formula
khusus (low lactose)