Anda di halaman 1dari 10

PENDAHULUAN

Dimana mana kita dapat menemukan batuan. Di bumi ini kita


mengenal tiga jenis batuan, yakni batuan beku, batuan sedimen, dan
batuan metamorf. Batuan sedimen merupakan batuan yang
keterdapatannya paling banyak di bumi ini. Batuan sedimen adalah
batuan yang terbentuk dari rombakan batuan lain baik itu batuan beku,
metamorf ataupun batuan sedimen itu sendiri yang telah mengalami
pelapukan, erosi, trasportasi, sedimentasi, dan litifikasi. Semua bahan
material yang tersedimentasi tersebut pastilah berasal dari suatu tempat
atau batuan yang berbeda tempatnya. Dimana yang kita kenal dengan
provenance. Setelah mengalami pelapukan dan erosi, material sedimen
tersebut tertransportasi dan tersedimentasi di suatu cekungan yang
dikenal dengan basin atau lingkungan pengendapan sedimen . lalu
diakibatkan adanya tekanan, maka material tersebut menjadi padat dan
mengeras sehingga terbentuklah batuan sedimen.
Adapun maksud dari penulisan ini adalah supaya kita mengetahui
tentang apa itu provenance, faktor provenance, serta lingkungan
pengendapan sedimen. Sedangkan tujuan penulisan ini adalah ??????????
Dalam penulisan ini, penulis hanya membatasi pada penjelasan
mengenai apa itu provenance, konsep tentang lingkungan pengendapan,
konsep tentang lingkungan pengendapan, parameter lingkungan
pengendapan, proses sedimentasi dan produknya, hubungan lingkungan
sedimentasi dan fasies sedimentasi, dan klasifikasi lingkungan
pengendapan.
Provenance
Menurut Pettijohn, 1957, istilah kata provenance berasal dari bahasa
Prancis, yaitu provenir yang berarti berasal dari (to originate or to
come from), atau secara spesifik dapat diartikan sebagai studi untuk
mengetahui sumber dari batuan sedimen. Tapi komposisi material
sedimen tidak semuanya berasal dari batuan sumbernya, hal yang juga
berpengaruh adalah iklim dan relief dari daerah sumbernya.
Informasi tentang sumber dari sedimen, atau provenance dari
material, dapat diperoleh dari pemeriksaan butiran dari material yang
terjadi pada masa kini (Pettijohn 1975 ; dalam Gary Nichols 2009). Jika
sebuah butiran dalam sebuah sedimen dapat diakui sebagai karakteristik
tertentu dari sumber area dengan petrologi atau kimia dan provenance
bisa ditentukan. Dalam beberapa keadaan memungkinkan untuk
penentuan lokasi paleogeografi dari suatu sumber area dan menyediakan
informasi tentang waktu dan proses erosi di daerah pengangkatan
(Dickinson & Suckzek 1979 ; dalam Gary Nichols, 2009).
Ilmu provenance umumnya relatif mudah untuk mempelajari
sedimen klastik kasar karena berangkal dan kerakal kemungkinan dengan
cepat terkikis dari litologi batuan dasar tertentu. Banyak jenis batuan

mungkin memiliki karakteristik tekstur dan komposisi yang membuat


mereka dapat diidentifikasi. Yang membuat sulit untuk menentukan asal
batuannya dimana butirannya berukuran pasir karena mungkin mineral
individu yang berasal dari sumber yang berbeda. Ilmu provenance dalam
batupasir sering dilakukan pemisahan mineral berat dari sebagian besar
butiran dan mengidentifikasi satu persatu (Mange & Maurer 1992).
Prosedur ini disebut analysis mineral berat dan bisa menjadi cara yang
efektif dalam penentuan sumber sedimen (Morton 1991).
Faktor provenance mengontrol proses pelapukan dan sifat sedimen
yang dapat disuplai oleh berbagai macam agen. Faktor ini diantaranya
relief dan elevasi yang merupakan fungsi dari setting tektonik, iklim dan
vegetasi yang bersangkutan, serta komposisi dari batuan asal. Pada
komposisi batuan asal kita bisa mengambil contoh yang sederhana, bila
batuan asalnya banyak mengandung kuarsa maka sedimen yang
dihasilkan akan banyak mengandung kuarsa juga. Bila batuan sumbernya
kaya akan feldsfar maka sedimen yang dihasilkan akan banyak
mengandung feldsfar dan mineral lempung tergantung dari tingkat
pelapukan batuannya.
Relief dan elevasi dari provenance akan berpengaruh pada
dekomposisi dan disintegrasi, dan transportasinya. Relief adalah
perbedaan ketinggian didalam cekungan erosional, yang mengontrol laju
erosi. Secara umum, daerah yang memiliki relief yang tinggi, yang
merupakan daerah uplift yang aktif, akan mengalami laju erosi yang
tinggi. Sebaliknya pada daerah yang berelief rendah yang umumnya datar
memiliki laju erosi yang rendah. Daerah yang datar merupakan daerah
metastabil dimana energi potensial minimum. Konsekuensinya material
tidak bisa turun dan mengakibatkan laju disintegrasi rendah, hal ini akan
mengakibatkan proses dekomposisi berlangsung cukuip lama.
Elevasi
provenance
juga
penting,
karena
elevasi
akan
mempengaruhi iklim, dimana pada gilirannya akan mempengaruhi proses
disintegrasi dan dekomposisi. Pada elevasi yang tinggi air akan membeku,
hal ini tentunya akan menyebabkan proses disintegrasi terutama frost
action berperan cukup dominan. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa pada elevasi yang tinggi proses disintegrasi cukup dominan
sedangkan pada elevasi yang rendah terutama daerah tropis proses
dekomposisi cukup dominan.
Iklim dan vegetasi juga memiliki peran yang penting. Pada iklim
dingin laju proses dekomposisi akan rendah sedangkan laju proses
disintegrasi akan tinggi. Sebaliknya pada iklim hangat proses dekomposisi
akan lebih dominan daripada proses disintegrasi dan pada iklim panas
proses yang dominan adalah disintegrasi sama seperti pada iklim dingin.
Vegetasi akan banyak pada iklim hangat, basah dari pada iklim dingin dan
panas. Vegetasi dapat menghasilkan asam organik dan senyawa lain yang
dapat menyebabkan proses dekomposisi. Contohnya lava muda di Hawaii
yang ditutupi oleh tumbuhan (lichens, yang banyak mengandung besi,

terlapukan lebih tinggi daripada batuan yang sama dan seumur. Hal ini
dapat menjawab pertanyaan mengenai proses disintegrasi dan
dekomposisi pada pre-Devonian yang vegetasinya kurang, dimana pada
pre-Devonian proses disintegrasi lebih penting dari pada dekomposisinya
sehingga sedimennya sedikit mengandung lempung.
Lingkungan Pengendapan Sedimen
I. Konsep Tentang Lingkungan Pengendapan
Lingkungan pengendapan adalah tempat mengendapnya material
sedimen beserta kondisi fisik, kimia, dan biologi yang mencirikan
terjadinya mekanisme pengendapan tertentu (Gould, 1972). Interpretasi
lingkungan pengendapan dapat ditentukan dari struktur sedimen yang
terbentuk. Struktur sedimen tersebut digunakan secara meluas dalam
memecahkan beberapa macam masalah geologi, karena struktur ini
terbentuk pada tempat dan waktu pengendapan, sehingga struktur ini
merupakan kriteria yang sangat berguna untuk interpretasi lingkungan
pengendapan. Terjadinya struktur-struktur sedimen tersebut disebabkan
oleh mekanisme pengendapan dan kondisi serta lingkungan pengendapan
tertentu.
Beberapa aspek lingkungan sedimentasi purba yang dapat
dievaluasi dari data struktur sedimen di antaranya adalah mekanisme
transportasi sedimen, arah aliran arus purba, kedalaman air relatif, dan
kecepatan arus relatif. Selain itu beberapa struktur sedimen dapat juga
digunakan untuk menentukan atas dan bawah suatu lapisan.
Didalam sedimen umumnya turut terendapkan sisa-sisa organisme
atau tumbuhan, yang karena tertimbun,terawetkan. Dan selama proses
Diagenesis tidak rusak dan turut menjadi bagian dari batuan sedimen
atau membentuk lapisan batuan sedimen. Sisa-sia organisme atau
tumbuhan yang terawetkan ini dinamakan fossil. Jadi fosill adalah bukti
atau sisa-sisa kehidupan zaman lampau. Dapat berupa sisa organisme
atau tumbuhan, seperti cangkang kerang, tulang atau gigi maupun jejak
ataupun
cetakan.
Dari studi lingkungan pengendapan dapat digambarkan atau direkontruksi
geografi purba dimana pengendapan terjadi.
Lingkungan pengendapan merupakan keseluruhan dari kondisi fisik,
kimia dan biologi pada tempat dimana material sedimen terakumulasi.
(Krumbein dan Sloss, 1963) Jadi, lingkungan pengendapan merupakan
suatu lingkungan tempat terkumpulnya material sedimen yang
dipengaruhi oleh aspek fisik, kimia dan biologi yang dapat mempengaruhi
karakteristik sedimen yang dihasilkannya.
Secara umum dikenal 3 lingkungan pengendapan, lingkungan darat
transisi, dan laut. Beberapa contoh lingkungan darat misalnya endapan
sungai dan endapan danau, ditransport oleh air, juga dikenal dengan
endapan gurun dan glestsyer yang diendapkan oleh angin yang
dinamakan eolian. Endapan transisi merupakan endapan yang terdapat di
daerah antara darat dan laut seperti delta,lagoon, dan litorial. Sedangkan

yang termasuk endapan laut adalah endapan-endapan neritik, batial, dan


abisal.
Contoh Lingkungan Pengendapan Pantai : Proses Fisik : ombak dan akifitas
gelombang laut, Proses Kimia : pelarutan dan pengendapan dan Proses
Biologi : Burrowing. Ketiga proses tersebut berasosiasi dan membentuk
karakteristik pasir pantai, sebagai material sedimen yang meliputi
geometri, tekstur sedimen, struktur dan mineralogy.
II. Parameter Lingkungan Pengendapan
Parameter fisik meliputi elemen static dan dinamik dari lingkungan
pengendapan.
1. Elemen fisik
Elemen fisik statis meliputi geometri cekungan(Basin); material yang
diendapkan seperti kerakal silisiklastik, pasir, dan lumpur; kedalaman air;
suhu; dan kelembapan.
Elemen fisik dinamik adalah faktor seperti energy dan arah aliran dari
angin, air dan es; air hujan; dan hujan salju.
2. Parameter kimia termasuk salinitas, pH, Eh, dan karbondioksida dan
oksigen yang merupakan bagian dari air yang terdapat pada lingkungan
pengendapan.
3. Parameter biologi dari lingkungan pengendapan dapat dipertimbangkan
untuk meliputi kedua-duanya dari aktifitas organism, seperti pertumbuhan
tanaman, penggalian, pengeboran, sedimen hasil pencernaan, dan
pengambilan dari silica dan kalsium karbonat yang berbentuk material
rangka. Dan kehadiran dari sisa organism disebut sebagai material
pengendapan.
III. Proses Sedimentasi dan Produknya
Tiap lingkungan sedimen memiliki karakteristik akibat parameter
fisika, kimia, dan biologi dalam fungsinya untuk menghasilkan suatu
badan karakteristik sedimen oleh tekstur khusus, struktur, dan sifat
komposisi. Hal tersebut biasa disebut sebagai fasies. Istilah fasies sendiri
akan mengarah kepada perbedaan unit stratigrafi akibat pengaruh litologi,
struktur, dan karakteristik organik yang terdeteksi di lapangan. Fasies
sedimen merupakan suatu unit batuan yang memperlihatkan suatu
pengendapan pada lingkungan.
Proses Pengendapan Di Air Dan Darat
Proses pengendapan di air, terbentuknya berupa timbunan di laut
dan akan berakhir di air hangat. Namun pada kenyataan yang sering
dijumpai, beberapa dikarenakan oleh aliran sungai. Ini juga termasuk
timbunan di danau dan delta. Keseluruhan proses pengendapan hingga
saat ini dapat diamati dalam berbagai bentuk walaupun ada beberapa
aspek pengendapan yang tidak sempurna. Kemungkinan ini digunakan
untuk mengklasifikasikan cara utama dimana material mengendap karena
perpindahan
air.
Proses pengendapan di daratan, sebagai tempat awal, tertransportasikan
oleh arus sungai yang deras. Batuan yang terpisah / tanah yang tererosi

akan dibawa oleh aliran sungai, mulai dari dasar hingga menuju
puncaknya. Selama arus bergerak membelok dan memasuki area,
kecepatannya akan menurun dan semakin banyaknya muatan yang
dibawa akan terendap pada kerucut aluvial atau kipas aluvial. Endapan
akan dapat dibedakan disekitar pegunungan dan sering dijumpai pada
derah yang luas dan dalam. Banyak material sedimen ditemukan di
daratan pesisir di Amerika dan kemungkinan terbentuk di daerah tersebut.
Timbunan menunjukkan stratigrafi yang berasal dari formasi alaminya,
dan karena perubahan volume aliran sungai yang deras, lapisan yang ada
di dekatnya akan menjadi sangat berubah. Timbunan kerucut aluvial
selalu menunjukkan perbedaan utama dari endapan kasar [termasuk
bongkahan] di puncak dengan lempung di luarnya. Jika proses erosi terus
berlanjut tanpa adanya pergerakan bumi, material yang ada di kerucut
alivisl akan tererosi sendirinya.
Tingkat akhir dalam proses pertumbuhan sungai juga menjadi faktor
proses pengendapan. Setelah sungai mencapai tingkat dewasa, akan
bertambah volume pengangkatan material sedimennya. Natural leeves
akan terbentuk pada saluran sungai dan pada saat itu juga air meluap,
mengisi area lain disetiap sampingnya dimana proses pengendapannya
lambat. Area ini lebih dikenal sebagai alluvial / plain. Timbunan material di
area
tersebut
juga
akan
terstratigrafikan.
Didaerah padang pasir, sungai mengalir menuju ke cekungan dalam yang
kering / terisi air yang dangkal. Pengendapannya terjadi di bebrapa
daerah dimana ketika air meluap membawa banyak material. Jika
pergerakan bumi mendukung proses pengendapan, dalamnya timbunan
akan menjadi seimbang dan kejadian ini ternyata sudah berlangsung dari
waktu yang cukup lama. Material akan terstratigrafikan, namun banyak
juga yang hilang. Material tersebut bervariasi, biasanya mencakup lapisan
garam dan gypsum. Sungai mengalir menuju danau dan membawa
timbunan kemudian menuju delta dan laut.
Pengendapan di laut biasanya terbentuk dalam 3 daerah, yaitu :
1. Zona pantai
2. Zona dangkalan
3. Zona laut dalam
Material pada zona pantai memiliki keadaan alami secara sementara,
sejak timbul di garis pantai dan akan berubah secara tetap. Material ini
didominasi oleh materioal kasar [pasir dan kerikil].
Transportasi
Proses transprtasi adalah proses perpindahan / pengangkutan
material yang diakibatkan oleh tenaga kinetis yang ada pada sungai
sebagai efek dari gaya gravitasi. Sungai mengangkut material hasil
erosinya dengan berbagai cara, yaitu
a. Traksi, yaitu material yang diangkut akan terseret pada dasar sungai.
b. Rolling, yaitu material akan terangkut dengan cara menggelinding pada
dasar sungai.
c. Saltasi, yaitu material akan terangkut dengan cara meloncat pada dasar
sungai.
d. Suspensi, yaitu proses pengangkutan material secara mengambang dan
bercampur dengan air sehingga menyebabkan air sungai menjadi keruh.

e. Solution, yaitu pengangkutan material larut dalam air dan membentuk


larutan kimia.
Sedimentasi
Proses sedimentasi adalah proses pengendapan material karena
aliran sungai tidak mampu lagi mengangkut material yang dibawanya.
Apabila tenaga angkut semakin berkurang, maka material yang berukuran
besar dan lebih berat akan terendapkan terlebih dahulu, baru kemudian
material yang lebih halus dan ringan. Bagian sungai yang paling efektif
untuk proses pengendapan ini adalah bagian hilir atau pada bagian slip of
slope pada kelokan sungai, karena biasanya pada bagian kelokan ini
terjadi pengurangan energi yang cukup besar. Ukuran material yang
diendapkan berbanding lurus dengan besarnya energi pengangkut,
sehingga semakin ke arah hilir, energi semakin kecil, material yang
diendapkanpun
semakin
halus.
Sedimentasi adalah terbawanya material hasil dari pengikisan dan
pelapukan oleh air, angin atau gletser ke suatu wilayah yang kemudian
diendapkan. Semua batuan hasil pelapukan dan pengikisan yang
diendapkan lama kelamaan akan menjadi batuan sedimen. Hasil proses
sedimentasi di suatu tempat dengan tempat lain akan berbeda.
Pengendapan oleh air laut
Batuan hasil pengendapan oleh air laut disebut sedimen marine.
Pengendapan oleh air laut dikarenakan adanya gelombang. Bentang alam
hasil pengendapan oleh air laut, antara lain pesisir, spit, tombolo, dan
penghalang pantai. Pesisir merupakan wilayah pengendapan di sepanjang
pantai. Biasanya terdiri dari material pasir. Ukuran dan komposisi material
di pantai sangat bervariasi tergantung pada perubahan kondisi cuaca,
arah angin, dan arus laut. Arus pantai mengangkut material yang ada di
sepanjang pantai. Jika terjadi perubahan arah, maka arus pantai akan
tetap mengangkut material material ke laut yang dalam. Ketika material
masuk ke laut yang dalam, terjadi pengendapan material. Setelah sekian
lama, terdapat akumulasi material yang ada di atas permukaan laut.
Akumulasi material itu disebut spit. Jika arus pantai terus berlanjut, spit
akan semakin panjang. Kadang kadang spit terbentuk melewati teluk dan
membetuk penghalang pantai (barrier beach).
Pengendapan oleh angin
Sedimen hasil pengendapan oleh angin disebut sedimen aeolis. Bentang
alam hasil pengendapan oleh angin dapat berupa gumuk pasir (sand
dune). Gumuk pantai dapat terjadi di daerah pantai maupun gurun.
Gumuk pasir terjadi bila terjadi akumulasi pasir yang cukup banyak dan
tiupan angin yang kuat. Angin mengangkut dan mengedapkan pasir di
suatu tempat secara bertahap sehingga terbentuk timbunan pasir yang
disebut
gumuk
pasir.
Pengendapan oleh gletser
Sedimen hasil pengendapan oleh gletser disebut sedimen glacial. Bentang
alam hasil pengendapan oleh gletser adalah bentuk lembah yang semula
berbentuk V menjadi U. Pada saat musim semi tiba, terjadi pengikisan
oleh gletser yang meluncur menuruni lembah. Batuan atau tanah hasil
pengikisan juga menuruni lereng dan mengendap di lembah. Akibatnya,
lembah yang semula berbentuk V menjadi berbentuk U.

1. Deposisi
Pengendapan Terjadi saat pengangkutan partikel yang membutuhkan
energi dan terjadi pada waktu yang relatif singkat. Endapan tersusun atas
butiran butiran mineral. Dapat juga menghasilkan endapan kimia pada
kondisi yang berbeda.
2. Litifikasi
Terjadi dalam beberapa tahap, All taken together are termed Diagenesis.
a. Kompaksi - Squeezing out of water.
b. Sementasi - Precipitation of chemical cement from trapped water and
circulating water.
c. Rekristalisasi-Growth of grains in response to new equilibrium
conditions
IV. Hubungan Lingkungan Sedimentasi dan Fasies Sedimentasi
Walaupun para ahli geologi setuju pada hasil pengertian dari lingkungan
pengendapan, mereka ternyata menemukan kesulitan dalam penyusunan
pengertian yang tepat dari lingkungan pengendapan ini. Sebagai
ilustrasinya, lingkungan sedimen telah digambarkan dalam beberapa
variasi yaitu :
1.Tempat pengendapan dan kondisi fisika, kimia, dan biologi yang
menunjukkan sifat khas dari setting pengendapan [Gould, 1972].
2. Kompleks dari kondisi fisika, kimia, dan biologi yang tertimbun [Krumbein
dan Sloss, 1963].
3. Bagian dari permukaan bumi dimana menerangkan kondisi fisika, kimia,
dan biologi dari daerah yang berdekatan [Selley, 1978].
4. Unit spasial pada kondisi fisika, kimia, dan biologi scara eksternal dan
mempengaruhi pertumbuhan sedimen secara konstan untuk membentuk
pengendapan yang khas [Shepard dan Moore, 1955].
Definisi tersebut memang berbeda, tetapi pada umumnya memberikan
tekanan pada kondisi fisika, kimia, dan biologi. Pada konteks ini,
lingkungan pengendapan mengarah pada unit geomorfik dimana terjadi
pengendapan. Lingkungan ini dibentuk dari parameter khusus fisika,
kimia, dan biologi yang sesuai terhadap unit geomorfik dari geometri dan
ukuran partikular. Proses ini akan mengoperasikan tingkat dan ntensitas
yang menghasilkan tekstur khas, struktur, dan sifat lainnya, sehingga
pengendapan yang khusus akhirnya terbentuk. Sebagai contohnya, pantai
akan mempertimbangkan unit geomorfik dari ukuran dan bentuk tertentu,
proses fisika tertentu [gelombang dan aktivitas arus], proses kimia [solusi
dan presipitasi], dan proses biologi [penggalian, sedimen ingestion, dan
aktivitas serupa] yang terjadi untuk menghasilkan badan pasir pantai
yang khas oleh partikular geometri, tekstur dan struktur sedimen, dan
mineralogi.
Fasies menunjukkan unit stratigrafi yang mengacu pada aspek litologi,
struktural, dan karakter organisme yang dapat dikenali di lapangan.
Tiap lingkungan sedimen memiliki karakteristik akibat parameter fisika,
kimia, dan biologi dalam fungsinya untuk menghasilkan suatu badan
karakteristik sedimen oleh tekstur khusus, struktur, dan sifat komposisi.
Hal tersebut biasa disebut sebagai fasies. Istilah fasies sendiri akan
mengarah kepada perbedaan unit stratigrafi akibat pengaruh litologi,

struktur, dan karakteristik organik yang terdeteksi di lapangan. Fasies


sedimen merupakan suatu unit batuan yang memperlihatkan suatu
pengendapan
pada
lingkungan
Interpretasi lingkungan umumnya menghambat karena adanya suatu
kenyataan mengenai kecenderungan fasies yang sama yang dihasilkan
pada setting lingkungan yang berbeda. Hal tersebut sering terjadi
sehingga akan membuat suatu penyajian lingkungan yang khas pada
suatu dasar fasies pengendapan tunggal. Sebagai contohnya, perlapisan
silang siur dari batupasir dapat dibentuk karena transportasi angin dan air.
Jika terendap pada air, mereka akan terbentuk pada suatu pantai, sungai,
pada saluran pasang surut, pada dangkalan samudera, atau pada
lingkungan yang lain dimana proses traksi dapat berlangsung. Interpretasi
lingkungan akan dapat kita kuasai jika kita mampu mempelajari hubungan
fasies dengan urutan yang benar dibandingkan dengan fasies tunggal.
Hubungan suatu fasies dapat digagaskan dalam pembagian grup fasies
yang terjadi secara bersama sama yang selanjutnya akan berkaitan
dengan lingkungan. Sebagai contohnya, jika pada perlapisan silang siur
batupasir asosiasi terdekatnya adalah dengan terkandungnya tanah,
batubara, atau serpih lanauan yang mengandung akar, daun, dan batang,
kita bisa membuat interpretasi pengendapannya pada sistem sungai.
Dalam mempelajari hubungan fasies dan urutannya, kita harus benar
benar memperhatikan keadaan alami dari kontak hubungan antara fasies
dan derajat urutan baik acak maupun tidak. Dengan adanya aplikasi dari
prinsip stratigrafi, kita dapat menduga hubungan dari dua fasies karena
kontak derajat atau penggambaran batas dari pendekatan lateral.
Sementara itu, hubungan fasies karena kenaikan atau akibat erosi
perbatasan yang mungkin dapat menggambarkan lingkungannya ataupun
tidak, pada pendekatan lateral. Pada kenyataannya, fasies karena kontak
erosi umumnya menandakan perubahan dari kondisi pengendapan dan
menjadi permulaan siklus sedimentasi yang baru. Fasies di dalam
hubungan partikular akan tersebar vertikal pada suatu cara pengacakan
yang nyata atau mungkin menunjukkan pola tertentu dari perubahan
vertikal. Dua tipe umum dari perubahan fasies vertikal yaitu Coarsening
Upward Sequence dan Fining Upward Sequence.
Coarsening-upward sequences menunjukkan adanya penambahan
kenaikan ukuran butir dari dasar erosi atau kenaikannya. Hal ini
menunjukkan peningkatan energi arus pengendapan.
fining-upward sequences sendiri merupakan kebalikannya, yaitu ukuran
butir akan semakin halus dari puncak erosinya. Menunjukkan penurunan
energi arus pengendapan
VI. Klasifikasi Lingkungan Pengendapan
Klasifikasi
lingkungan
pengendapan
dapat
dibedakan
menjadi:
a. kontinetal, antara lain gurun atau eolian, fluvial termasuk braided river
dan point bar river, dan limnic
b. peralihan, termasuk delta. lobate, esturine, litoral (pantai, laguna, dan
barrier islands, offshore bar, tidal flat.

c. marine, meliputi neritis atau laut dangkal, deep neiritis, batial, abisal.

DAFTAR PUSTAKA
http://sedimentologiduaribusembilan.blogspot.com/2010/12/provenance-prosesdan-diagenesis.html
http://geoenviron.blogspot.com/2012/10/sedimentologi-dan-sedimentasi.html

Anda mungkin juga menyukai