Anda di halaman 1dari 8

HISTOLOGI I

Oleh :
Nama
NIM
Rombongan
Kelompok
Asisten

: Maria Pricilia Gita Permana Putri


: B1A015068
: B1
:6
: Tarkinih

LAPORAN PRAKTIKUM
STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN II

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2016
I. PENDAHULUAN

Ilmu

yang

mempelajari

tentang

struktur

jaringan

disebut

Histologi.

Jaringan adalah kumpulan sel-sel yang mempunyai struktur dan fungsi yang sama
serta mengadakan hubungan dan koordinasi satu dengan yang lainya yang mendukun
pertumbuhan pada tumbuhan. Tumbuhan berpembuluh matang dapat dibedakan
menjadi beberapa tipe yang semua dikelompokkan menjadi jaringan (Kimball, 1992).
Jaringan menurut fungsinya dibedakan menjadi dua, yaitu jaringan muda atau
meristem dan jaringan dewasa atau permanen. Jaringan permanen dibagi menjadi
dua, yaitu jaringan epidermis dan jaringan parenkim. Jaringan permanen merupakan
jaringan yang telah mengalami diferensiasi. Umumnya, jaringan dewasa tidak
membelah diri, bentuknya pun relatif permanen, serta rongga selnya besar (Prawiro,
1997).
II. TUJUAN
Tujuan praktikum acara Histologi I, antara lain :
1. Mahasiswa mampu mempelajari dan menjelaskan macam-macam derivat
epidermis.
2. Mahasiswa mampu mempelajari dan menjelaskan tentang struktur dan macammacam jaringan dasar (Aktinenkim).
III. MATERI
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum acara Histologi I adalah mikroskop
cahaya, object glass, cover glass, silet, pipet tetes, tissue, dan laporan sementara.
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum acara Histologi I adalah
spesimen irisan membujur daun Zea mays (jagung), irisan membujur daun Rhoeo
discolor (adam hawa), spesimen irisan membujur epidermis batang Saccharum
officinarum (tebu), spesimen irisan melintang daun Orthosiphon stamineus (kumis
kucing), irisan melintang tangkai daun Canna sp. (kana), epidermis bawah daun
Durio zibethinus (durian), dan air.
IV. METODE
Metode yang dilakukan dalam praktikum acara Histologi I antara lain:
1. Dibuat irisan membujur epidermis bawah daun Rhoeo discolor (adam hawa) dan
Durio zibethinus (durian) setipis mungkin dengan menggunakan silet, lalu irisan
diletakkan di atas object glass dan ditetesi air, kemudian ditutup dengan cover
glass, dan tipe stoma Rhoeo discolor diamati dibawah mikroskop dengan
perbesaran 400X, serta perbesaran 100X untuk tipe trikoma Durio zibethinus.
2. Dibuat irisan melintang tangkai daun Canna sp. (kana) setipis mungkin dengan
menggunakan silet, lalu irisan diletakkan di atas object glass dan ditetesi air,

kemudian ditutup dengan cover glass, dan bentuk jaringan dasar (parenkim)
diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 100X.
3. Diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 400X tipe stoma spesimen irisan
membujur daun Zea mays (jagung), derivat epidermis spesimen irisan membujur
epidermis batang Saccharum officinarum (tebu), dan tipe trikoma spesimen irisan
melintang daun Orthosiphon stamineus (kumis kucing)
V. HASIL
1
2
3

Keterangan :
1.
2.
3.
4.

Sel gabus
Sel silika
Sel epidermis
Nukleus (inti sel)

Gambar 1. .B. Epidermis Batang Saccharum officinarum (Tebu) Perbesaran


400X
Keterangan :
1
2

1. Porus
2. Sel
penutup

halter)
3. Sel tetangga
4. Sel epidermis

Tipe stoma: Graminae

Gambar 2. .B. Daun Zea mays (Jagung) Perbesaran 400X

(bentuk

Keterangan :
1. Porus
2. Sel penutup
3. Sel tetangga (berjumlah 4)
4. Sel epidermis (bentuk segi
enam)

2
4
3

Tipe stoma: Amaryllidaceae

Gambar 3. .B. Epidermis Daun Rhoeo discolor (Adam Hawa) Perbesaran


400X
Keterangan :
1
5
2
4

1. Epidermis atas
2. Jaringan palisade/tiang
3. Jaringan spons/bunga
karang
4. Epidermis bawah
5. Trikom
Tipe trikoma: Glanduler

Gambar 4. .L. Daun Orthosiphon stamineus (Kumis Kucing) Perbesaran 400X


Keterangan :
1

1. Trikom bentuk bintang


2. Trikom bentuk sisik

2
Tipe trikoma: Non-glanduler

Gambar 5. Irisan Epidermis Bawah Daun Durio zibethinus (Durian) Perbesaran


100X

Keterangan :
1

1. Aktinenkim
2. Aerenkim

Gambar 6. .L. Tangkai Daun Canna sp. (Kana) Perbesaran 100X


VI. PEMBAHASAN
Jaringan epidermis merupakan jaringan yang terletak paling luar pada setiap
organ tumbuhan, yaitu pada akar, batang, dan daun. Jaringan epidermis berfungsi
sebagai pelindung bagian dalam organ tumbuhan, pelindung terhadap hilangnya air
karena adanya penguapan, kerusakan mekanik, perubahan suhu, dan hilangnya zatzat makanan. Ciri-ciri jaringan epidermis pada tumbuhan, yaitu terdiri atas sel-sel
hidup, berbentuk persegi panjang, sel-selnya rapat dan tidak memiliki ruang antar
sel, tidak memiliki klorofil, dinding sel jaringan epidermis bagian luar yang
berbatasan dengan udara mengalami penebalan, namun dinding sel jaringan
epidermis bagian dalam yang berbatasan dengan jaringan lain tetap tipis, dan mampu
membentuk derivat jaringan epidermis (Aryulina et al., 2004). Macam-macam
derivat epidermis:
1.

Bulliform Cell (Sel kipas)


Derivat epidermis pada rumput-rumputan yang berfungsi sebagai penyimpanan
air pada selnya.

2.

Velamen
Derivat epidermis pada anggrek yang menutupi akar tanaman epifit.

3.

Lentisel
Derivat epidermis pada "batang" berperan pada proses transpirasi dan respirasi.

4.

Stomata (celah/mulut daun)


Derivat epidermis yang berperan proses respirasi dan transportasi pada "daun".

5.

Trikoma (rambut-rambut pada akar, daun, batang, bunga, buah, dan biji)

Trikoma muncul dari epidermis atas. Fungsi trikoma antara lain, mengurangi
penguapan, mengurangi gangguan hewan, membantu penyerbukan bunga,
menyerap air dan garam mineral dari tanah, misalnya trikoma pada akar. Selain
itu, trikoma mampu meneruskan rangsang dari luar dan membantu penyebaran
biji.
6.

Sel silika dan sel gabus


Mengandung badan-badan silika (SiO2) yang berbentuk bulatan, elips,
halter/pelana. Fungsi kedua sel ini untuk memperkuat batang dan
melindungi jaringan lain agar tidak kehilangan banyak air, mengingat sel-sel
gabus yang bersifat kedap air.

7.

Litokis
Epidermis yang mengalami penebalan secara sentripetal yang tersusun oleh
tangkai selulosa dengan deposisi/endapan Ca-carbonat yang membentuk
bangunan seperti sarang lebah dan disebut sistolit.

8.

Spina (duri) pada batang atau cabang tumbuhan


Duri tumbuhan terbagi dalam dua jenis, yakni duri asli dan duri palsu. Duri asli
dibentuk oleh jaringan di dalam stele batang, misalnya duri pada tumbuhan
bunga kertas (Bougainville). Sedangkan duri palsu dibentuk oleh jaringan
dibawah epidermis yaitu jaringan korteks batang. Contohnya, duri pada batang
tumbuhan mawar.

9.

Lapisan kutikula (senyawa lemak)


Zat kutin yang mengalami penebalan, contohnya daun pohon nangka.
Sementara lapisan lilin dapat ditemukan pada epidermis bawah daun, misalnya
pada daun pisang (Iserep, 1993).
Tjitrosoepomo (1989), menyatakan bahwa parenkim (jaringan dasar) berfungsi

untuk memperkuat kedudukan jaringan yang lain karena terbentuk dari meristem
dasar yang terdapat hampir di semua tumbuhan dan mengisi jaringan tumbuhan baik
pada akar, batang, daun, biji maupun buah. Ciri-ciri dari jaringan parenkim, yaitu sel
umumnya berukuran besar dan berdinding tipis, mengandung sel hidup dan
mengandung klorofil, banyak mengandung rongga antar sel, banyak mengandung
vakuola, dan letak selnya tidak rapat. Ada berbagai macam jaringan parenkim yaitu:
1.

Klorenkim : parenkim untuk fotosintesis, karena selnya mengandung klorofil.


Misal : parenkim palisade (jaringan tiang) dan parenkim spons (bunga karang).

2.

Aerenkim : parenkim untuk menyimpan udara sehingga dapat digunakan untuk

3.
4.
5.

mengapung.
Parenkim air : parenkim untuk menyimpan air.
Parenkim penimbun : parenkim untuk menyimpan cadangan bahan makanan.
Parenkim untuk transportasi (Tjitrosoepomo, 1989).
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa, pada spesimen irisan membujur

epidermis batang Saccharum officinarum terlihat derivat epidermis berupa sel silika
dan sel gabus, serta terdapat pula sel epidermis dan nukleus. Selanjutnya, spesimen
irisan melintang daun Orthosiphon stamineus menunjukkan adanya epidermis atas,
jaringan palisade, jaringan spons, epidermis bawah, dan trikoma tipe glanduler.
Trikom bentuk bintang dan sisik dimiliki oleh irisan epidermis bawah daun Durio
zibethinus, dengan tipe trikoma non-glanduler. Irisan melintang tangkai daun Canna
sp. menunjukkkan adanya parenkim aktinenkim (bentuk bintang) dan aerenkim
(Tjitrosoepomo, 1989). Spesimen irisan membujur daun Zea mays menunjukkan
stoma tipe Graminae dengan sel penutup berbentuk halter dan sel tetangga berjumlah
2, serta terdapat porus dan sel epidermis. Irisan membujur epidermis daun Rhoeo
discolor memiliki stoma tipe Amaryllidaceae dengan sel penutup dan dan sel
tetangga berjumlah 4, selain itu sel epidermisnya berbentuk segi enam dan terdapat
porus. Hasil ini sesuai dengan pernyataan Haryanti (2010), bahwa tipe stomata pada
daun sangat bervariasi berdasarkan sel epidermis, sel penutup, dan sel tetangganya.
VII. SIMPULAN
1.

Derivat epidermis meliputi sel kipas, velamen, lentisel, stomata, trikoma, sel

2.

silika dan sel gabus, litokis, spina (duri), serta lapisan kutikula.
Parenkim bentuk bintang (aktinenkim) terdapat pada irisan melintang tangkai

daun Canna sp.


VIII. SARAN
Saran untuk praktikum kali ini adalah jenis preparat diperbanyak dan
diperbaharui lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Aryulina, D., Muslim, C., Manaf, S. & Winarni, E. W. 2004. Biologi 2. Jakarta:
Erlangga.
Haryanti, S. 2010. Jumlah dan Distribusi Stomata pada Daun Beberapa Spesies
Tanaman Dikotil dan Monokotil. Buletin Anatomi dan Fisiologi. 18(2), pp.
21-28.
Iserep, Sumardi. 1993. Struktur dan Perkembangan Tumbuhan. Bandung: ITB.
Kimball, John W. 1992. Biologi Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Prawiro. 1997. Biologi Sains. Jakarta: Bumi Aksara.

Tjitrosoepomo, G. 1989. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta: Gajah Mada University


Press.

Anda mungkin juga menyukai