GELOMBANG TALI
A. PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Gelombang merupakan salah satu materi asbtrak dalam dunia
fisika
dan
akan
menjadi
sebuah
masalah
tersendiri
dalam
2. Tujuan Praktium
Tujuan praktikum pada percobaan Gelombang Tali yaitu:
a) Untuk mempelajari hubungan antara cepat rambat gelombang dengan
tegangan tali.
b) Untuk mengetahui hubungan antara frekuensi gelombang dengan
panjang gelombang.
B. LANDASAN TEORI
Bila gelombang terbatas didalam ruang seperti gelombang pada tali
dalam percobaan Melde, maka akan ada pantulan atau refleksi pada kedua
ujung dan karenanya ada gelombang yang bergerak pada kedua arah.
Gelombang-gelombang ini bergabung menurut prinsip superposisi. Untuk
suatu tali yang ditinjau pada frekuensi tertentu yang superposisinya
menghasilkan suatu pola getaran stasioner yang disebut gelombang berdiri.
Gelombang ini dapat dikatakan sebagai transversal karena arah rambatannya
tegak lurus dengan arah medium perambatannya (Halliday, 2010).
Telah terlihat bahwa walaupun
yang jauh, partikel-partikel pada medium hanya bergetar dalam ruang lingkup
yang terbatas. Ketika sebuah gelombang merambat sepanjang sebuah tali,
katakanlah dari kiri ke kanan, partikel-partikel tali ini bergetar ke atas dan ke
bawah dalam arah transversal terhadap gelombang itu sendiri. Gelombang
seperti ini disebut gelombang transversal. Jika ditinjau dari sisi lain ada pula
jenis gelombag lain yang disebut gelombang leongitudinal yang mana getaran
partikel pada mediumnya adalah sepenjang arah yang sama dengan gerak
gelombang (Giancoli, 2001).
Apabila vibrator dihidupkan maka tali akan bergetar sehingga pada
tali akan merambat gelombang transversal, kemudian vibrator digeser
menjauhi atau mendekati katrol secara perlahan-lahan sehingga pada tali
timbul gelombang stasioner. Setelah terbentuk gelombang stasioner dapat
diukur panjang gelombang yang terjadi () dan jika frekuensi vibrator sama
dengan f maka cepat rambat gelombang dapat di cari
(Sri, 2015).
C. METODE PRAKTIKUM
1. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan Gelombang Tali
dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut.
Tabel 1.1 Alat dan Bahan Percobaan Gelombang Tali
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Kegunaan
Sumber untuk mengatur tegangan
Objek pengamatan
Alat untuk mempermudah jalannya tali
Pemberat pada tali
Penghubung antara catu daya dan ticker timer
Penggetar
Mengukur massa tali
Mengukur panjang tali
2. Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada percobaan Gelombang Tali adalah sebagai
berikut.
a. Mempersiapkan peralatan atau komponen seperti pada Gambar 1.1
berikut.
Mb (Kg)
0,05
0,1
0,15
0,2
Mt (Kg)
0,00167
0,00167
0,00167
0,00167
Ln
1,60
1,80
1,66
1,77
(kali)
5
4
3
3
(m)
1,98
1,98
1,98
1,98
g (m/s)
9,8
9,8
9,8
9,8
(m)
3,18
3,18
3,18
3,18
g (m/s)
9,8
9,8
9,8
9,8
2) Tali Ganda
Tabel 1.3 Data Pengamatan pada Tali Ganda
No.
1.
2.
3.
4.
(Kg)
0,05
0,1
0,15
0,2
(Kg)
0,001
0,001
0,001
0,001
1,26
1,16
1,00
0,7
(kali)
6
4
3
2
b. Analisis Data
1) Tali Tunggal
a) Menentukan Panjang Gelombang ()
Ln1 1,60
0,16m
2n 2.5
mb1 .g
0,05.9,8
580,95832 24,10307m / s
mt / L1
0,00167 / 1,98
c) Menentukan Frekuensi ()
f
v1
24,10307
150,6442 Hz
0,16
Dengan cara yang sama untuk data yang lain dapat dilihat pada
Tabel 1.4 berikut.
Tabel 1.4 Menentukan Panjang Gelombang, Cepat Rambat Gelombang
dan Frekuensi Gelombang pada Tali Tunggal
No.
1.
2.
3.
4.
Mb
(Kg)
0,05
0,1
0,15
0,2
Mt (Kg)
Ln
0,00167
0,00167
0,00167
0,00167
1,60
1,80
1,66
1,77
n
(kali)
5
4
3
3
L
(m)
1,98
1,98
1,98
1,98
g
(m/s)
9,8
9,8
9,8
9,8
(m)
0,16
0,22
0,27
0,29
V
(m/s)
24,103
34,086
41,747
48,206
f
(Hz)
150,64
151,49
150,89
163,41
2) Tali Ganda
a) Menentukan Panjang Gelombang ()
Ln1 1,26
0,1058m
2n 2 * 6
mb1 * g
0,05 * 9,8
0,49
1558,2268 39,47404m / s
mt / L1
0,00 / 3,18
0,00031446
v1
39,47404
372,9831Hz
0,1058
Dengan cara yang sama untuk data yang lain dapat dilihat pada
Tabel 1.5 berikut.
Tabel 1.5 Menentukan Panjang Gelombang, Cepat Rambat Gelombang
dan Frekuensi Gelombang pada Tali Ganda
No.
1.
2.
3.
4.
(Kg)
0,05
0,1
0,15
0,2
(Kg)
0,001
0,001
0,001
0,001
1,27
1,16
1
0,7
(kali)
6
4
3
2
(m)
3,18
3,18
3,18
3,18
g
(m/s)
9,8
9,8
9,8
9,8
(m)
0,105
0,145
0,167
0,175
V
(m/s)
39,4740
55,8247
68,3710
78,9480
(Hz)
372,983
384,998
410,226
451,131
2. Pembahasan
Percobaan
Gelombang
Tali
yang
telah
dilakukan,
dapat
berturut-turut dengan panjang tali yang konstan (L) sebesar 1,98m dan
gravitasi(g) adalah 9,8 m/s. Panjang gelombang yang dihasilkan dari
massa benda 0,05 kg, 0,1 kg, 0,15 kg dan 0,2 kg yaitu 0,16 m, 0,225 m,
0,276 m dan 0,295 m. Cepat rambat gelombang yang dihasilkan sebesar
24,10 m/s, 34,086 m/s, 41,74 m/s dan 48,20 m/s dengan frekuensi keluaran
sebesar 150,64 Hz, 151,49 Hz, 150,89 Hz dan 163,41 Hz pada tali tunggal.
Jika ditinjau hubungan antara cepat rambat gelombang dengan tegangan
tali (Giancoli, 2001) menyatakan bahwa semakin besar massa persatuan
panjang tali, makin besar inersia yang dimiliki tali dan makin lambat
gelombang akan merambat. Hal ini terbukti karena semakin besar massa
yang diberikan semakin sedikit gelombang yang dihasilkan. Namun pada
percobaan Gelombang Tali untuk tali tunggal nilai frekuensi keluaran
yang dihasilkan haruslah konstan sehingga dapat menghasilkan kurva
berbentuk linear (Sri, 2015) atau nilai frekuensi berbanding lurus dengan
cepat rambat gelombang. Kesalahan ini kemungkinan besar dipengaruhi
oleh nilai panjang gelombang yang dihasilkan setelah gelombang
terbentuk (
kedua
yaitu
menggunakan
tali
ganda
dengan
menggunakan massa benda yang sama seperti pada tali tunggal yaitu 0,05
kg, 0,1 kg, 0,15 kg dan 0,2 kg dengan massa tali sebesar 0,001 kg . Nilai
diperoleh sebesar 1,27 m, 1,16 m, 1 m dan 0,7 m. Banyaknya
gelombang yang dibentuk gelombang yang dihasilkan secara berturut-turut
adalah 6, 4, 3, 2 dengan panjang gelombang (), cepat rambat gelombang
(
dan frekuensi gelombang ( ) dapat dilihat pada Tabel 1.5. Tabel 1.5
TABUNG RESONANSI
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Gelombang adalah getaran yang merambat. Gelombang dapat
merambat baik memiliki medium atau tanpa medium. Pada gelombang
terjadi perambatan energigetaran. Secara umum gelombang dapat dibedakan
menjadi beberapa jenis, salah satunya adalah gelombang transversal dan
gelombang longitudinal. Gelombang transversal adalah gelombang yang
arah rambatnya tegak lurus pada arah getarnya. Gelombang longitudinal
adalah gelombang yang arah rambat dan arah getarnya sejajar. Salah satu
contohnya adalah gelombang bunyi pada tabung resonansi.
Ketika sistem yang bergetar mulai bergerak, sistem tersebut
bergetar dengan frekuensi alaminya. Bagaimanapun sistem bisa memiliki
gaya eksternal yang bekerja padanya yang mempunyai frekuensi sendiri
sehingga memperoleh sebuah getaran resonansi. Untuk getaran yang
dipaksakan, amplitudo ternyata bergantung pada perbedaan antara
dan
10
11
Oscilloscope
Kegunaan
Sumber pengarah tegangan
Alat untuk mengukur frekuensi gelombang
Menghubungkan catu daya, tabung resonansi dan
Oscilloscope
Menampilkan frekuensi gelombang
2. Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada percobaan Tabung Resonansi yaitu:
a. Menyiapkan dan menyusun alat dan bahan percobaan Tabung Resonansi
seperti pada Gambar 2.1 berikut.
frekunsi (Hz)
100,2
100,9
101,7
101,3
101,1
100,9
99,9
100,5
100,4
100,3
100,4
99,9
100,3
99,7
13
14
15
16
17
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
0,18
0,2
0,22
0,24
0,26
0,28
0,3
100,5
100,4
100,3
100,4
99,90
100,3
99,70
0,72
0,8
0,88
0,96
1,04
1,12
1,2
xf
V = 0,16 x 100,2
V = 16,32 m/s
Dengan cara yang sama, untuk data yang lain dapat dilihat pada
Tabel 2.4 berikut.
Tabel 2.4 Analisis Penentuan Cepat Rambat Gelombang
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
18
100,2
100,9
100,1
101,3
101,1
100,9
99,90
100,5
100,4
100,3
100,4
99,90
100,3
99,70
(m)
0,16
0,24
0,32
0,4
0,48
0,56
0,64
0,72
0,8
0,88
0,96
1,04
1,12
1,2
V (m/s)
16,32
24,216
32,352
40,52
48,528
56,504
63,436
72,36
80,32
88,264
96,384
103,896
112,336
114,64
Frekwensi ( )
101,4
101,2
101
100,8
100,6
100,4
100,2
100
99,8
99,6
100,5
100,4
100,4
100,3 100,3
100,2
99,9
0,1
Series1
99,9
y = -3,8571x + 101,15Linear (Series1)
99,7 R = 0,4192
0,2
0,3
0,4
1,2
1,12
1,04
0,96
0,88
0,8
0,72
0,64
0,56
0,48
0,4
0,32
0,24
0,16
Panjang Gelombang ( )
1,2
1
0,8
0,6
0,4
y = 4x
R = 1
Series1
Linear (Series1)
0,2
0
0
0,1
0,2
0,3
Panjang Tabung(L)
19
0,4
2. Pembahasan
Jika sebuah pipa organ terbuka diletakan berdekatan sebuah
speaker (pengeras suara) sehingga memancarkan gelombang bunyi
sensasional murni yang frekuensinya sebesar f. Udara dalam pipa tersebut
dipaksa bergetar relatif kecil dan gerak udara dalam pipa/tabung tidak
sama seperti pola mode normal untuk frekuensi tersebut dan amplitudo
menjadi cukup besar.
Percobaan Tabung Resonansi menjelaskan bagaimana hubungan
antara panjang tabung dengan frekuensi yang dihasilkan
yang dapat
, 101,3
, 100,4
, 101,1
, 100,9
, 99,90
, 99,90
, 100,3
, 100,5
dan 99,70
, 100,9
, 100,4
,
,
. Hal ini
20
21
22
A. PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Cermin merupakan suatu benda yang sangat halus dan mampu
memantulkan cahaya. Ada dua macam cermin yaitu cermin datar dan
cermin lengkung, cermin lengkung meliputi cermin cekung dan cermin
cembung. Ciri lensa cekung adalah begian tengah lebih tipis daripada
bagian tepinya sedangkan lensa cembung bagian tengah lebih tebal
daripada bagian tepinya.
Pada pemantulan cermin datar yang diam, sudut pantul cahaya sama
dengan sudut datang sesuai dengan Hukum Snellius. Cermin cekung
bersifat mengumpulkan sinar pantul atau konvergen, ketika sinar sejajar
dikenakan pada cermin cekung, sinar pantulnya akan berpotongan pada
sumbu titik atau titik fokus (f). Cermin cembung memiliki sifat
menyebarkan sinar (divergen). Jika sinar-sinar pantul pada cermin
cembung diperpanjang pangkalnya, sinar akan berpotongan pada titik
fokus dibelakang cermin. Pada perhitungan titik fokus cermin cembung
bernilai negatif karena bersifat semu.
Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan praktikum ini untuk
kita mengidentifikasi lebih jauh tentang cermin datar, cermin cekung dan
cermin cembung baik dari segi sifatnya atau yang lainnya sehingga
bermanfaat bagi kita untuk menerapkan konsepkonsep cermin dalam
kehidupan sehari-hari dan lebih memahami akan pemanfaatan cermin.
23
2. Tujuan Praktikum
Tujuan percobaan Cermin Cekung, Cermin Cembung dan Cermin
Datar yaitu sebagai berikut.
a. Untuk mengamati dan menggambarkan dengan tepat sifat-sifat
pemantulan cahaya pada cermin cekung dan cermin cembung.
b. Untuk memperoleh hubungan antara jarak benda, jarak bayangan dan
jarak fokus cermin cekung atau cermin cembung melalui analisis
grafik dengan metode least square (simpangan kuadrat kecil).
c. Untuk mendapat hubungan antara sudut yang di bentuk dua cermin
datar dengan jumlah bayangan yang terbentuk.
B. LANDASAN TEORI
Cermin adalah permukaan yang memantulkan cahaya dalam arah dan
tidak menyebarkannya secara luas ke banyak arah maupun menyerapnya.
Permukaan logam yang berkilau dapat bertindak sebagai cermin. Sebuah titik
sumber cahaya O, yang akan kita sebut objek, pada jarak tegak lurus P di depan
sebuah cermin datar. Cahaya yang mengenai cermin direpresentasikan dengan
pancaran cahaya yang menyebar dari O. Pantulan cahaya itu direpresentasikan
dengan pancaran yang memantul yang menyebar dari cermin (Halliday, 2010).
Salah satu sifat cahaya adalah cahaya dapat dipantulkan melalui cermin
cekung dan cemin cembung. Cermin cekung adalah cermin yang memiliki
bagian pemantul cahaya berupa cekungan. Cermin cekung biasa digunakan
sebagai reflektor (benda yang memantulkan cahaya) misalnya pada senter,
lampu sepeda lampu mobil dan alat kerja dokter. Sifat pemantulan pada cermin
cekung yaitu pada bayangan-bayangan yang dihasilkan adalah nyata atau maya
dan memantulkan berkas cahaya (Aris, 2008).
Cermin cembung bersifat divergen, yaitu bersifat memancarkan sinar
pantul, sinar sejajar dengan sumbu utama dipantulkan seakan-akan berasal dari
suatu titik di belakang cermin yang dinamakan titik fokus (f). Karena titik
fokus f di belakang cermin maka disebut titik maya (semu). Titik pusat
24
maya
adalah
bayangan
yang
terjadi
karena
perpotongan
8.
9.
10.
Meja optik
3.
4.
5.
6.
7.
Fungsi
Sebagai tempat meletak optik
Untuk meletakan cermin cembung dan cemin
cekung
Sebagai bahan pengamatan
Sebagai bahan pengamatan
Sebagai bahan pengamatan
Untuk meletakan pemegang slide
Untuk mengukur jarak benda dn jarak bayangan
Sebagai sumber cahaya
Untuk mengukur besarnya sudut pada cermin
datar
Untuk menangkap bayangan cahaya yang
dipantulkan
2. Prosedur Kerja
Langkah kerja pada percobaan Cemin Cekung, Cermin Cembung
dan Cermin Datar yaitu:
25
a. Cermin Datar
1) Merangkai alat dan bahan seperti Gambar 3.1 berikut.
26
30
60
90
120
Jumlah bayangan
9
5
3
2
Sifat Bayangan
Tegak,sama besar
Tegak,sama besar
Tegak,sama besar
Tegak,sama besar
2) Cermin Cekung
Tabel 3.3 Nilai Data Pengamatan pada Cermin Cekung
No.
1.
2.
3.
4.
S (m)
0,1
0,15
0,2
0,25
Sifat Bayangan
Maya, tegak, diperbesar
Maya, tegak, di perbesar
Maya, tegak, di perbesar
Maya, tegak, di perbesar
(m)
0,037
0,043
0,045
0,026
Dengan cara yang sama untuk data yang lain dapat dilihat pada
Tabel 3.4 berikut.
Tabel 3.4 Analisis Data Penentuan Jarak Fokus (m)
No.
1.
2.
3.
4.
S(m)
0,1
0,15
0,2
0,25
S(m)
0,037
0,043
0,045
0,026
f (m)
0,0270
0,0334
0,0367
0,022
27
f
* s
* s '
2
2
( s s' )
( s s' )
(0,037) 2
(0,1) 2
f
*
0
,
0005
* 0,0005
2
2
(0,1 0,037)
(0,1 0,037)
f 0,0003029
S(m)
0,1
0,15
0,2
0,25
S(m)
0,037
0,043
0,045
0,026
f (m)
0,0270
0,0334
0,0367
0,022
f(m)
0,00030
0,00032
0,00035
0,00041
KSR(%)
1,121
0,977
0,952
0,837
f seb f f
f seb f f
f seb f f
f seb 0,0267m
f seb 0,0273m
f seb f f
f seb 0,026s / d 0,027m
28
AB
3
4
4
4
Dengan cara yang sama data yang lain dapat dilihat pada Tabel 3.6
berikut ini.
Tabel 3.6 Analisis Data Penentuan Jarak Fokus Benda Sebenarnya
( f seb f f )
No.
1.
2.
3.
4.
S(m)
0,1
0,15
0,2
0,25
S(m)
0,037
0,043
0,045
0,026
f (m)
0,0270
0,0334
0,0367
0,022
f(m)
KSR(%)
AB
f seb f f (m)
0,00030
0,00032
0,00035
0,00041
1,121
0,977
0,952
0,837
3
4
4
4
s'
s
0,037
0,1
M 0,37 kali
b) Menentukan Perbesaran M
M
s s '
*M
s
s'
0,0005 0,0005
* 0,37
0,1
0,037
M 0,00665kali
S(m)
0,037
0,043
0,045
0,026
f (m)
0,0270
0,0334
0,0367
0,022
M (kali)
0,37
0,28
0,225
0,1
29
M (kali)
0,0068
0,428
0,0030
0,0022
M seb M M
M seb M M
M seb M M
M seb M M
M seb 0,363kali
M seb 0,376kali
M seb M M
M seb 0,363kalis / d 0,376kali
Dengan cara yang sama untuk data yang lain dapat dilihat pada
Tabel 3.8 berikut.
Tabel 3.8 Analisis Data Penentuan Perbesaran Sebenarnya
( M seb M M )
No.
S(m)
S(m)
f (m)
1.
2.
3.
4.
0,1
0,15
0,2
0,25
0,037
0,043
0,045
0,026
0,0270
0,0334
0,0367
0,022
M
(kali)
0,37
0,28
0,225
0,1
M
(kali)
0,0068
0,428
0,0030
0,0022
KSR
(%)
1,851
1,496
1,361
2,2
AB
3
3
3
3
M seb M M
(kali)
0,363 s/d 0,376
0,283 s/d 0,290
0,221 s/d 0,228
0,097 s/d 0,102
2. Pembahasan
Salah satu sifat cahaya adalah dapat di pantulkan melalui cermin
cekung dan cembung. Cermin cekung adalah cermin yang memiliki bagian
pemantulan cahaya berupa cekungan yang biasanya di gunakan sebagai
refleksi benda yang memantulkan cahaya pada bayangan-bayangan yang di
hasilkan adalah maya dan memantulkan berkas cahaya.
30
31
ketika melatakan sebuah benda jarak yang lebih besar dari titik cermin
cekung, bayangan yang dihasilkan selalu nyata karena melalui perpotongan
langsung dari sinar-sinar pantulnya dan bernilai negatif.
32
33
34
PEMBIASAN CAHAYA
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Ketika cahaya melintas dari suatu medium kemedium lainnya
sebagian cahaya datang dipantulkan pada perbatasan. Sisanya melewati
medium yang baru. Jika seberkas cahaya datang dan membentuk sudut
terhadap permukaan (bukan hanya tegak lurus) berkas tersebut dibelokkan
pada waktu memasuki medium yang baru. Pembelokan ini disebut dengan
pembiasan. Jika cahaya merambat dari satu medium kemedium kedua
dimana lajunya lebih besar berkas dibelokkan menjauhi garis normal.
Pembiasan cahaya adalah pembelokkan cahaya ketika berkas
cahaya melewati bidang batas dua medium yang berbeda indeks biasnya.
Indeks bias mutlak suatu bahan adalah perbandingan kecepatan cahaya
diruang hampa dengan kecepatan cahaya dibahan tersebut. Indeks bias
relatif merupakan perbandingan indeks bias dua medium berbeda. Indeks
bias relatif medium kedua terhadap medium pertama adalah perbandingan
indeks bias antara medium kedua dengan indeks bias medium pertama.
Pembiasan cahaya dapat menyebabkan kedalaman semu dan pemantulan
sempurna.
Dengan adanya praktikum mengenai Pembiasaan Cahaya ini, kita
dapat mengetahui sifat-sifat pembiasan pada cahaya, dapat mengetahui
sifat bayangan yang dibentuk maupun dalam penentuan titik fokusnya,
dapat membuktikan adanya pergeseran berkas cahaya, dapat membuktikan
Hukum Snellius tentang pembiasan cahaya, serta dapat mengetahui gejalagejala fisis yang dialami oleh cahaya seperti refleksi (proses pemantulan
cahaya), refraksi (proses pembiasan cahaya), dispersi (proses penguraian
cahaya), difraksi (proses pelenturan cahaya) dan lain sebagainya.
35
2. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan melakukan percobaan Pembiasan Cahaya ini adalah
sebagai berikut.
a. Untuk mengetahui hubungan antara sinar datang, sinar bias dan garis
normal pada pembiasan dari udara kekaca atau dari kaca keudara.
b. Untuk mengetahui sifat cahaya yang mengalami pemantulan sempurna.
c. Untuk mengetahui Hukum Brewster melalui eksperimen.
d. Untuk mengetahui sifat pembiasan cahaya pada prisma siku-siku.
B. LANDASAN TEORI
Sebagai gelombang elektromagnetik, cahaya akan dipantulkan atau
dibiaskan saat melewati bidang batas antara dua medium. Saat cahaya dari
udara melewati bidang batas antara air dan udara maka sebagian kecil dari
cahaya akan dipantulkan dan sisanya akan diteruskan. Karena terdapat
perbedaan kerapatan optik antara udara dan air, maka arah berkas cahaya yang
datang dari udara tidak akan sama dengan arah berkas cahaya didalam air.
Karena hal tersebut, maka cahaya akan dibelokkan. Peristiwa ini disebut
dengan pebiasan. Sedangkan rapat optik adalah sifat dari medium tembus
cahaya (zat optik) dalam melewatkan cahaya.
Kerapatan optik yang berbeda pada dua medium menyebabkan cepat
rambat cahaya pada kedua medium tersebut. Perbandingan antara cepat
rambat cahaya pada medium 1 dan medium 2 disebut dengan indeks bias. Jika
medium 1 adalah ruang hampa, maka perbandingan antara cepat rambat
cahaya diruang hampa dan disebuah medium disebut dengan indeks bias
mutlak medium tersebut (Kanginan, 2010).
Selain pemantulan, Willeboard Snellius juga melakukan eksperimen.
Eksperimen tentang pembiasan cahaya, ia menemukan hubungan antara sinar
datang dan sinar bias yang kemudian dikenal dengan Hukum Snellius yaitu :
1. Sinar datang, garis normal dan sinar bias terletak pada satu bidang datar.
2. a. Jika sinar datang dari medium lebih rapat menuju medium yang kurang
36
37
gelombang
dipantulkan.
Keadaan
dimana
semua
gelombang
38
(Anonim, 2015).
Sebelumnya sudah diuraikan bahwa saat cahaya merambat dari
medium optik lebihrapat ke medium optik kurang rapat dengan sudut datang
tertentu, cahaya akan dibiaskan menjauhi garis normal. Artinya sudut bias
akan selalu lebih besar dibandingkan sudut datang. Bila sudut datang cukup
besar, maka sudut bias akan lebih besar lagi. Cahaya dibiaskan menjauhi garis
normal, semakin besar sudut datang semakin besar sudut bias.
39
40
C. METODE PRAKTIKUM
1. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini dapat dilihat
pada Tabel 4.1 berikut :
Tabel 4.1 Alat dan Bahan Percobaan Pembiasan Cahaya
No.
Fungsi
Sebagai sumber tegangan
Lampu
Diafragma 1 celah
4.
5.
Membiaskan cahaya
Membiaskan cahaya
6.
Kabel penghubung
7.
Penggaris logam
8.
9.
Busur derajat
Kertas A4
1.
2.
3.
2. Prosedur kerja
Adapun langkah-langkah dalam melakukan percobaan ini adalah
sebagai berikut :
a. Menyelidiki Hubungan antara Sinar Datang, Sinar Bias dan Garis
Normal pada Bidang Batas antara Dua Permukaan
1) Meletakkan balok kaca setengah lingkaran diatas kertas A4 yang
telah digaris sesuai koordinat Cartesian seperti pada Gambar 4.3
dan mengusahakan agar pusat lingkaran berimpit dengan titik O
pada kertas.
41
42
43
44
45
= 30 0dan 600
n =
= 1/sin 450
=
= 1,41
46
= 89,560
+ 45
Sin = 44,56
= 93,180
+ 45
Sin = 48,18
2) Menentukan Sudut Deviasi pada Prisma Siku-Siku secara Praktek
Untuk Sudut 300
=(
)-
)-
47
2. Pembahasan
Pembiasan cahaya adalah pembelokkan arah rambat cahaya yang
terjadi karena cahaya melewati batas medium yang berbeda indeks
biasnya. Hukum Snellius untuk pembiasan cahaya mempunyai sifat untuk
dibiaskan, yaitu pembelokkan cahaya berhubungan dengan perubahan
kelajuan cahaya rambat dari satu medium kemedium yang lain.
Percobaan kali ini mengenai pembiasan cahaya bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara sinar datang, sinar bias dan garis normal
pada pembiasan dari udara ke kaca atau dari kaca ke udara dengan
menggunakan balok kaca setengah lingkaran menunjukkan bahwa sinar
datang dari udara ke kaca dibiaskan mendekati garis normalnya dan untuk
sinar dari kaca ke udara dibiaskan menjauhi garis normal. Hal ini sesuai
dengan hukum pembiasan yang menyatakan bahwa sinar datang dari
medium yang kurang rapat akan dibiaskan mendekati garis normal
sedangkan sinar datang dari medium yang lebih rapat ke medium yang
kurang rapat akan dibiaskan menjauhi garis normal.
Selanjutnya untuk mengetahui sifat cahaya yang mengalami
pemantulan sempurna menggunakan kotak cahaya dengan cara menggeser
posisi cahaya yang dihasilkan kotak cahaya lampu sebagai sumber cahaya
yang dilewatkan melalui balok kaca setengah lingkaran sehingga diperoleh
sinar yang tidak dibiaskan, tetapi dipantulkan seluruhnya oleh permukaan
balok kaca setengah lingkaran.
Pengamatan terhadap sudut Brewster dan sudut kritis juga menjadi
salah satu tujuan dari percobaan ini dimana dari percobaan dan
pengamatan yang dilakukan dapat dipahami bahwa sudut Brewster
merupakan sudut sinar datang yang menghasilkan sinar pantul dan sinar
bias membentuk sudut 900. Sedangkan sudut kritis merupakan sudut sinar
datang yang menghasilkan sudut sinar bias sebesar 900. Pada pengamatan
terhadap sudut Brewster dimana melalui pengukuran diperoleh besarnya
sudut Breswter untuk n = indeks bias udara 1,00923 dan n = indeks
48
bias kaca 1,408. Secara teori diperoleh nilai sudut Brewster adalah 54,370 .
Hal ini menunjukkan hasil yang berlainan antara hasil pengukuran sudut
dengan hasil perhitungan secara teori karena kurang telitinya pengukuran
sudut yang dilakukan dengan menggunakan busur derajat sehingga
memberikan hasil yang berbeda.
Pembiasan cahaya dalam percobaan ini juga diamati dengan
menggunakan prisma siku-siku dimana dalam prisma siku-siku, cahaya
sinar yang datang dibiaskan mendekati garis normal. Sedangkan setelah
cahaya keluar dari medium prisma, tampak bahwa sinar yang menuju ke
udara menjauhi garis normal.
Pada prisma siku-siku nilai sudut deviasi yang diperoleh secara
praktek adalah sebesar 1,410. Sudut yang digunakan pada prisma siku-siku
ini adalah sudut 300 dan sudut 600. Berdasarkan anlisis data secara praktek
pada sudut 300 diperoleh nilai sudut deviasinya sebesar 44,560, sedangkan
pada sudut 600 nilai sudut deviasinya
sebesar
48,180. Sedangkan
berdasarkan analisis data secara praktek nilai sudut deviasi yang diperoleh
untuk sudut sinar datang 300 sebesar 150 dan pada sudut sinar datang 600
sebesar 650. Semakin besar sudut yang dibentuk maka semakin besar sudut
yang dihasilkan antara sudut bias dan garis normal. Sudut bias bergantung
pada laju cahaya kedua media dan pada sudut datang.
49
50
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pembiasan dapat terjadi pada benda bening seperti air, kaca, lensa
dan sejenisnya. Pembiasan yang sering dijumpai sehari-hari adalah lensa.
Lensa dibedakan jadi dua yaitu lensa cembung dan lensa cekung. Lensa
cembung
merupakan
lensa
yang
bagian
tengahnya
lebih
tebal
2. Tujuan Percobaan
51
B. LANDASAN TEORI
Lensa adalah sebuah benda bening yang tembus cahaya dan dibatasi
oleh dua bidang permukaan yang lengkung. Dua bidang lengkung yang
membentuk lensa dapat berbentuk silindris atau bola. Lensa silindris
memusatkan cahaya dari sumber titik yang jauh pada suatu garis, sedangkan
permukaan bola yang melengkung ke segala arah memusatkan cahaya dari
sumber yang jauh pada suatu titik. Berdasarkan bidang batasnya lensa dibagi
menjadi lensa cembung (konveks) dan lensa cekung (konkaf). Lensa cembung
adalah lensa konvergen yang bersifat mengumpulkan sinar. Lensa cembung
juga merupakan lensa (+) karena dapat mengumpulkan bayangan yang bisa
ditangkap layar dan nyata. Lensa cekung merupakan lensa divergen yang
bersifat menyebarkan sinar. Lensa ini juga disebut lensa () karena tidak dapat
membentuk bayangan yang bisa ditangkap layar dan memiliki harga fokus
negatif (Giancoli, 2001).
Lensa merupakan benda bening yang dibatasi oleh dua buah bidang
bias dengan minimal satu permukaan tersebut merupakan bidang lengkung.
Dalam lensa dikenal titik fokus pertama (
). Titik
fokus pertama merupakan titik benda pada sumbu utama yang bayangannya
berada ditempat yang sangat jauh, sedangkan titik fokus kedua adalah titik
bayangan pada sumbu utama dari benda yang letaknya sangat jauh. Pada
52
dasarnya pembiasan dapat terjadi pada beberapa benda bening seperti air,
kaca, prisma, lensa dan sejenisnya (Hugh, 2003).
Semua bayangan yang dibentuk oleh lensa cekung dari benda sejati
yang berada di depan lensa selalu bersifat maya, tegak dan diperkecil.
Letaknya di antara f2 dan O. Bayangan tersebut tidak dapat ditangkap oleh
layar, melainkan dapat dilihat oleh mata yang berada di belakang lensa. Benda
maya di antara O dan f1. Bayangan benda bersifat nyata, tegak dan diperbesar
(Pearson, 2009).
C. METODE PRAKTIKUM
1. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini dapat dilihat
pada Tabel 5.1 berikut.
Tabel 5.1 Alat dan Bahan Percobaan Lensa Cekung dan Lensa Cembung
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Fungsi
Sebagai layar
Sebagai tempat layar dan lampu
Sebagai objek pengamatan
Sebagai penyangga
Sebagai objek pengamatan
Untuk mengukur jarak
Untuk menggambar atau melihat pergeseran
yang terbentuk pada layar
Sebagai sumber cahaya
53
2. Prosedur Kerja
Prosedur kerja yang dilakukan dalam menyelidiki sifat bayangan
yang dibentuk oleh lensa cembung, lensa cekung dan hubungan antara
jarak benda, jarak bayangan dan jarak fokus lensa adalah sebagai berikut:
a. Menyusun alat dan bahan seperti pada Gambar 5.1 berikut.
Gambar 5.1 Rangkaian Alat dan Bahan pada Percobaan Lensa Cekung
dan Lensa Cembung
b. Memasang lensa cembung yang berjarak 0,2 m dari lilin sebagai
sumber cahaya.
c. Menyalakan lilin kemudian menggeser-geser meja optik menjauhi atau
mendekati lensa sehingga pada meja optik terbentuk bayangan lilin
yang tajam.
d. Mengukur jarak meja optik ke lensa sebagai jarak bayangan (S) dan
mencatat hasilnya (mengamati hasil bayangan).
e. Melakukan percobaan selanjutnya dengan mengganti jarak benda
(jarak lensa kelilin), S2 = 0,35 m dan S3 = 0,5 m.
f. Mengulangi langkah (b) sampai (e) untuk lensa cekung.
54
S (m)
0,2
0,35
0,5
S (m)
0,396
0,48
0,617
Sifat
Nyata, terbalik, diperkecil
Nyata, terbalik, diperkecil
Nyata, terbalik, diperkecil
S (m)
0,2
0,35
0,5
S (m)
-0,11
-0,29
-0,445
Sifat
Maya, terbalik, diperkecil
Maya, terbalik, diperkecil
Maya, terbalik, diperkecil
b. Analisis Data
1) Menentukan Jarak Fokus untuk Lensa Cekung dan Lensa Cembung
Untuk Lensa Cekung
55
s/d
Dengan cara yang sama, untuk data yang selanjutnya dapat dilihat
pada Tabel 5.4 berikut.
Tabel 5.4 Data Penentukan Jarak Fokus untuk Lensa Cekung dan Lensa
Cembung
2.
Cekung
1.
Jenis
Lensa
Cembung
No.
S(m)
S(m)
s (m)
f (m)
f (m)
KSR
(%)
0,2
0,396
0,0005
0,1328
0,00028
0,21
0,35
0,48
0,0005
0,2024
0,00026
0,13
0,5
0,617
0,0005
0,2761
0,00025
0,09
0,2
-0,11
0,0005
0,24
0,0032
1,361
0,35
-0,29
0,0005
1,6916
0,0286
1,696
0,5
-0,45
0,0005
4,0454
0,0741
1,831
56
fseb (m)
0,1326 s/d
0,1331
0,2022 s/d
0,2026
0,2759 s/d
0,2764
0,241 s/d
0,247
1,662 s/d
1,72
3,971 s/d
4,119
57
Dengan cara yang sama, untuk data yang selanjutnya dapat dilihat pada
Tabel 5.5 berikut.
Tabel 5.5 Data Penentukan Perbesaran Bayangan untuk Lensa Cekung dan
Lensa Cembung
2.
Cekung
1.
Jenis
Lensa
Cembung
No.
S (m)
S (m)
s (m)
M (kali)
M (kali)
KSR
(%)
0,2
0,396
0,0005
1,98
0,00745
0,376
0,35
0,48
0,0005
1,37
0,0034
0,247
0,5
0,617
0,0005
1,234
0,0022
0,181
0,2
-0,11
0,0005
0,55
0,00387
0,704
0,35
-0,29
0,0005
0,83
0,00261
0,315
0,5
0,45
0,0005
0,89
0,00189
0,212
dioptri
58
Mseb
(kali)
1,9875 s/d
1,9875
1,368 s/d
1,3748
1,2317 s/d
1,2362
0,5461 s/d
0,5538
0,8259 s/d
0,8311
0,8881 s/d
0,8918
Dengan cara yang sama, untuk data yang selanjutnya dapat dilihat
pada Tabel 5.6 berikut.
Tabel 5.6 Data Penentukan Daya Lensa untuk Lensa Cekung dan Lensa
Cembung
2.
Cekung
1.
Jenis
Lensa
Cembung
No.
P
P
(Dioptri) (Dioptri)
KSR
(%)
f (m)
f (m)
0,1328
0,000277
7,5252
0,0156
0,2084
0,2024
0,000256
4,9404
0,0062
0,1265
0,2761
0,000253
3,6207
0,0033
0,0915
0,244
0,0032
4,091
0,054
1,316
1,691
0,0286
0,591
0,01
1,696
4,045
0,0741
0,247
0,005
1,831
Pseb
(Dioptri)
7,5095 s/d
7,5409
4,9342 s/d
4,9467
3,6174 s/d
3,6241
4,037 s/d
4,145
0,581 s/d
0,601
0,242 s/d
0,251
2. Pembahasan
Cahaya mempunyai sifat dapat dibiaskan, yaitu pembelokkan cahaya
dari satu medium ke medium yang lain. Pembiasan cahaya dapat terjadi
pada lensa. Lensa adalah benda bening yang dibatasi oleh dua bidang
lengkung atau oleh satu bidang lengkung dan satu bidang datar. Lensa
dibedakan menjadi dua yaitu lensa cekung dan lensa cembung. Bayangan
yang dihasilkan lensa cekung yaitu maya, tegak dan diperkecil. Sedangkan
bayangan yang dihasilkan dari lensa cembung adalah nyata, terbalik dan
diperbesar.
Pada praktikum ini dilakukan percobaan dengan menggunakan dua
lensa yaitu lensa cekung dan lensa cembung. Dalam percobaan ini yang
yang dilakukan adalah mengamati jarak bayangan dan sifat bayangan yang
terbentuk baik pada lensa cembung maupun lensa cekung. Perlakuan yang
diberikan adalah memvariasikan jarak benda yaitu 0,2 m, 0,35 m dan 0,5 m.
Dari jarak tersebut maka diperoleh jarak bayangan untuk lensa cembung
secara berurutan adalah 0,396 m, 0,48 m dan 0,617 m dengan sifat bayangan
nyata, terbalik dan diperkecil, sementara jarak bayangan untuk lensa cekung
59
60
meski demikian, jarak fokus pada lensa cekung lebih besar dari pada jarak
fokus pada lensa cembung (dengan catatan bahwa jarak benda antara lensa
cembung dan lensa cekung sama).
Kemudian perbesaran bayangan dipengaruhi oleh jarak benda dan
jarak bayangan dimana perbesaran bayangan berbanding lurus dengan jarak
bayangan dan berbanding terbalik dengan jarak benda sehingga pada lensa
cembung perbesaran bayangan semakin kecil jika jarak bayangan dan jarak
benda semakin besar sedangkan pada lensa cekung perbesaran bayangannya
semakin besar jika jarak benda dan bayangan semakin besar. Selanjutnya,
penentuan daya pada lensa cembung ditentukan oleh jarak fokus dimana
semakin besar jarak fokus maka semakin kecil daya pada lensa dan begitu
pula dengan daya pada lensa cekung. Jika dibandingkan maka diperoleh
bahwa daya lensa cembung lebih besar daripada daya lensa cekung. Begitu
pula pada perbesaran bayangan pada lensa cembung lebih besar daripada
lensa cekung.
Berdasarakan data hasil pengukuran dan pemaparan diatas diperoleh
nilai atau besarnya jarak bayangan yang bernilai negatif. Tanda negatif
bukan menandakan nilai jarak bayangan yang bernilai mines tetapi berarti
bahwa sesuai dengan teori, dimana lensa cekung disebut lensa (-) karena
tidak dapat membentuk bayangan yang bisa ditangkap layar sehingga
bersifat maya (bayangan hanya bisa dilihat oleh mata) dan memiliki harga
fokus negatif. Berbeda dengan lensa cembung yang memiliki sifat bayangan
nyata artinya dapat membentuk bayangan yang bisa ditangkap oleh layar
sehingga lensa ini sering pula disebut lensa (+).
61
62
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Indeks bias merupakan salah satu sifat optik yang banyak digunakan
untuk mencirikan keadaan suatu material transparan. Refraksi indeks suatu
material pada suatu panjang gelombang tertentu akan mengalami suatu
perubahan. Beberapa di antaranya adalah metode interverometri dan sudut
Brewster. Metode-metode ini merupakan metode yang sangat akurat untuk
mengukur indeks bias, di bandingkan dengan metode refraktometer di lakukan
dengan cara lebih cepat dengan mudah.
Indeks bias dari suatu media optik merupakan angka yang tidak
berdimensi yang menggambarkan bagaimana cahaya atau radiasi lainnya,
menyebar melalui media itu. Indeks bias adalah nilai yang di hitung dari resiko
kecepatan cahaya dalam media kedua kepadatan yang lebih besar. Indeks bias ini
sering di lambangkan dengan huruf n.
Proses pembiasaan cahaya sering kita jumpai dalam kehidupan seharihari, contohnya seperti kaca dinding rumah yang di kenai sinar matahari,
biasanya pada pagi hari sinar matahari akan mengenai dan menembus kaca
dinding rumah, maka di situlah terjadi proses pembiasaan. Dengan adanya hal ini
maka sangat penting untuk melaksanakan percobaan tersebut untuk indeks bias
pada benda transparan lainnya seperti pada prisma dan balok kaca.
63
2. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai pada pecobaan Penentuan Indeks Bias Prisma
dengan Menggunakan Sifat Pemantulan Total dan Sudut Brewster adalah untuk
memperoleh indeks bias prisma, balok kaca dan balok kaca lingkaran.
B. LANDASAN TEORI
Ketika cahaya melintas dari suatu medium ke medium lainnya, sebagian
cahaya dipantulkan pada perbatasan. Sisanya lewat ke medium yang baru. Jika
seberkas cahaya datang dan membentuk sudut terhadap permukaan (bukan hanya
tegak lurus), berkas tersebut dibelokkan pada waktu memasuki medium yang baru.
Pembelokan ini disebut pembiasan (Giancoli, 2001).
Gelombang yang ditransmisikan pada pembiasan adalah hasil interferensi
dari gelombang yang datang dengan gelombang yang dihasilkan oleh penyerapan
dan radiasi ulang energi cahaya oleh atom-atom dalam medium tersebut. Untuk
cahaya yang memasuki cahaya dari udara, ada sebuah ketertinggalan fase antara
gelombang yang diradiasikan kembali dengan gelombang datang. Demikian juga ada
ketertinggalan
fase
antara
gelombang
hasil
dengan
gelombang
datang.
Ketertinggalan fase ini berarti bahwa posisi puncak gelombang dari gelombang yang
dilewatkan diperlambat relatif terhadap posisi puncak gelombang dari gelombang
datang di dalam medium tersebut. Jadi pada waktunya, gelombang yang dilewatkan
tidak berjalan didalam medium sejauh gelombang datang aslinya; jadi kecepatan
gelombang yang dilewatkan lebih kecil dari kecepatan gelombang datang. Indeks
bias yaitu perbandingan laju cahaya di ruang hampa terhadap laju cahaya di dalam
medium, selalu lebih besar dari 1. Sebagai contoh, laju cahaya di dalam kaca kirakira dua per tiga dari laju cahaya di ruang bebas. Jadi indeks bias kaca kira-kira
n c / v 2 / 3 (Tipler, 2001).
Refraktometer adalah alat untuk mengukur indeks bias suatu zat dimana yang
dimaksud dengan indeks bias cahaya merupakan kecepatan cahaya di dalam ruang
hampa dibagi dengan kecepatan cahaya dalam zat tersebut. Setiap zat mempunyai
indeks bias tertentu (spesifik). Selain untuk mengukur zat cair, refraktometer juga
dapat digunakan untuk menentukan indeks bias zat padat yang transparan, film dan
serbuk. Karena obyek memantulkan sinar maka objek dapat dilihat. Umumnya
cahaya memantul ke segala arah yang disebut pantulan baur.
64
65
C. METODE PRAKTIKUM
1.
66
2.
Prosedur Kerja
Prosedur percobaan untuk menentukan indeks bias prisma, balok kaca
dan balok kaca lingkaran adalah sebagai berikut.
a. Merangkai alat seperti pada Gambar 6.1 berikut.
67
Prisma Siku-Siku
68
3) Balok Kaca
Analisis Data
Menentukan Indeks Bias
1) Indeks bias balok kaca lingkaran
n1 sin 1 = n2 sin 2
n2 =
n2 =
n2 =
n2 = 1,475
2) Indeks bias prisma siku-siku
n1 sin 1 = n2 sin 2
n2 =
n2 =
n2 =
n2 = 1,28
69
n2 =
n2 =
n2 =
n2 = 1,55
2. Pembahasan
Percobaan ini, kita akan membahas masalah penentuan indeks bias
prisma dan indeks bias cairan dengan menggunakan sifat pemantulan total dan
sudut Brewster, yang bertujuan untuk memperoleh indeks bias prisma, balok kaca
dan balok kaca setengah lingkaran. Prisma merupakan alat optik yang
mempunyai dua bidang pembias yang
diubah oleh prisma. Oleh karena itu, pada prisma terjadi adanya pembiasan dan
pemantulan cahaya akibat adanya cahaya yang datang pada prisma dan cahaya
yang keluar dari prisma.
Praktikum kali ini kami akan melakukan percobaan penentuan indeks
bias prisma menggunakan sifat pemantulan total dan sudut brewter yang
bertujuan untuk memperoleh indeks bias prisma siku-siku balok kaca lingkaran
dan balok kaca.
Praktikum ini kami melakukan pembiasaan pada balok kaca lingkaran,
balok kaca lingkaran di letakan di atas meja kertas A4 lalu di sinari dengan
sinar (lampu). Kemudian kami menentukan sinar datang, garis normal dan sinar
bias, juga sinar pantulnya. Pada saat balok kaca lingkaran diberi cahaya atau di
sinari maka terlihatlah sinar pantul, sinar datang dan sinar biasnya, setelah itu
kami tarik garis untuk menentukan sinar-sinar tersebut. Berdasarkan hasil
praktikum di ketahui besar indeks bias udara adalah 1,0003 dengan sudut datang
pada balok kaca lingkaran adalah 900, sehingga di peroleh besar sudut bias ()
70
350. Ketika sudut sinar datang dan sudut sinar bias di ketahui maka nilai indeks
bias pada medium dapat di ketahui yaitu 1,745.
Praktikum kedua yaitu pada pembiasaan prisma siku-siku, dengan cara
yang sama pada pembiasaan balok kaca lingkaran, setelah di lakukan
pengukuran dengan busur derajat maka di peroleh sudut datang pada prisma sikusiku (1) 650 dan sudut sinar biasnya (2) 450, dengan indeks besar bias udara
adalah 1,0003, maka di peroleh nilai indeks bias kedua yaitu 1,28. Dimana proses
untuk mencari indeks bias balok kaca 1/2 lingkaran sama dengan mencari indeks
bias pada prisma siku-siku.
Praktikum selanjutnya pembiasan pada balok kaca, dengan menggunakan
cara yang sama pada pembiasan sebelumnya. Berdasarkan hasil praktikum di
ketahui besar indeks bias udara adalah 1,0003 dengan sudut datang pada balok
kaca adalah (1) 850, sehingga di peroleh besar sudut bias (2) 400. Ketika sudut
sinar datang dan sudut sinar bias di ketahui maka nilai indeks pada sudut sinar
bias di ketahui maka nilai indeks mediumnya dapat di ketahui yaitu 1,55.
Hal ini di sebabkan karena sudut sinar datang selalu lebih besar dari pada
sudut sinar bias, hal ini di sebabkan karena sinar datang masuk dari medium
kurang rapat ke medium yang lebih rapat, sehingga sinar bias di biaskan
mendekati garis normal, maka sudut sinar datang lebih besar dari pada sudut sinar
bias.
71
72
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Cahaya merupakan suatu bentuk energi yang sangat penting yang di
butuhkan oleh seluruh makhluk hidup yang ada pada tempat adanya
cahaya kehidupan di bumi pun di pastikan untuk dapat berjalan sempurna.
Semua makhluk hidup menggantugkan supaya baik secara langsung
maupun tidak secara langsung terhadap keberadaan cahaya.
Berkas cahaya melalui sebuah celah sempit, maka cahaya akan
tersebar dan berkas-berkas yang terdifraksi akan saling berinterferensi
akan membentuk suatu pola bayangan pada layar, fenomena ini adalah
fenomena sederhana menjadi difraksi. Fenomena difraksi tidak pernah
lepas dengan fenomena interferensi, karena pola-pola yang terbentuk pada
layar adalah pola yang terjadi akibat interferensi destruktif maupun
kostruktif, sehingga menghasilkan benda yang gelap dan daerah yang
terang. Dalam kehidupan sehari-hari belum pernah ada orang yang secara
teliti mengukur ketebalan rambutnya. Dan sesungguhnya ketebalan rambut
dapat diukur menggunakan difraksi sinar laser. Difraksi dapat membentuk
atau menciptakan pola yang terdiri dari titik gelap dan terang pada layar.
Dengan demikian, maka ketebalan rambut seseorang dapat diukur.
Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan praktikum ini
dengan percobaan Pengukuran Ketebalan Rambut dengan Difraksi Sinar
Laser untuk mengetahui cara pengukuran ketebalan rambut dengan
menggunakan sinar laser.
73
2. Tujuan
Percobaan Penentuan Ketebalan Rambut dengan Menggunakan
Difraksi Sinar Laser dilakukan dengan tujuan sebagai berikut.
a. Untuk menentukan ketebalan rambut dengan menggunakan sinar laser
yang di tembakan ke rambut.
b. Untuk mengetahui cara pengukuran ketebalan rambut menggunakan
sinar laser.
B. LANDASAN TEORI
Laser (Light Amplification by Stimulated Emission of Radiation)
merupakan mekanisme suatu alat yang memancarkan radiasi elektromagnetik,
biasanya dalam bentuk cahaya yang tidak dapat dilihat maupun dapat lihat
dengan mata normal, melalui proses pancaran terstimulasi. Pancaran laser
biasanya tunggal, memancarkan foton dalam pancaran koheren. Laser juga
dapat dikatakan efek dari mekanika kuantum.
Laser memiliki keunggulan sebagai sumber cahaya karena berkas cahaya
yang dihasilkan bersifat monokromatis, koheren dan berintensitas tinggi.
Berkas cahaya laser bila dilewatkan bukaan yang sangat kecil atau celah
sempit maka berkas cahaya tersebut akan mengalami peristiwa difraksi.
Peristiwa difraksi dapat dimanfaatkan sebagai dasar metode suatu pengukuran,
salah satunya untuk menentukan diameter lubang lingkaran celah sempit atau
diameter kawat.
74
75
C. METODE PRAKTIKUM
1. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini dapat
dilihat pada Tabel 7.1 berikut.
Tabel 7.1 Alat dan Bahan beserta Fungsinya pada Percobaan Penentuan
Ketebalan Rambut dengan Menggunakan Difraksi Sinar Laser
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Tumpukan berpenjepit
1 set statif
Rambut 1 helai
Diafragma
Fungsi
Menampilkan hasil difraksi
Sebagai dasar penyangga
Sebagai sumber cahaya
Untuk mengukur jarak layar
diafragma
Sebagai penyangga
Sebagai alat pelengkapi
Sebagai objek pengamatan
Sebagai tempat melekatnya rambut
76
dengan
2. Prosedur kerja
Adapun prosedur kerja pada percobaan Percobaan Penentuan
Ketebalan Rambut dengan Menggunakan Difraksi Sinar Laser yaitu
sebagai berikut.
a. Merangkai alat seperti pada Gambar 7.2 di bawah ini.
77
X (m)
0,5
0,6
0,7
Y (m)
0,015
0,018
0,02
y
0 015
05
= 0,03
= arc tan (0,03)
= 0,029991o
2) Menentukan Interferensi Maksimum
n
d = sin
=
5 5 23 10 7
0 02
= 8,72059 x 10-5
78
1
2
sin
5
1
2
5 5 23 10 7
0 02
= 9,59625 x10-5 m
4) Mengukur Ketebalan Rambut
d = d(minimum) d(maksimum)
= 9,59625 x10-5 8,72059 x 10-5
= 8,72059 x 10-6 m
Dengan cara yang sama untuk data yang lain dapat di lihat pada
Tabel 7.3 berikut.
Tabel 7.3 Nilai Sudut Difraksi, Interferensi Minimum, Interferensi
Maksimum dan Tebal Rambut pada Percobaan Penentuan
Ketebalan Rambut dengan menggunakan Difraksi Sinar
Laser
No.
1.
2.
3.
X
(m)
0,5
0,6
0,7
Y
(m)
0,015
0,018
0,02
( )
0,0299
0,0299
0,0285
dmax (m)
dmin (m)
8,72 x 10-5
8,72 x 10-5
9,15 x 10-5
9,59 x 10-5
9,59 x 10-5
0,01 x 10-5
Ketebalan
rambut (m)
8,720 x 10-6
8,720 x 10-6
9.157 x 10-6
2. Pembahasan
Laser merupakan mekanisme suatu alat yang memancarkan radiasi
elektromagnetik, dalam bentuk cahaya maupun bukan cahaya. Difraksi
adalah peristiwa hamburan cahaya yang terjadi karena adanya gangguan
atau sifat permukaan yang terjadi jika sudut datang dan sudut hambur sama.
Jika lebar celah diperbesar, sudut nol dimana intensitas menjadi nol akan
menurun dan memberikan difraksi tengah yang lebih sempit. Sebaliknya,
jika lebar celah diperkecil, maka sudut nol pertama akan meningkat dan
memberikan nilai maksimum difraksi tengah yang lebih lebar. Apabila
lebar celah sangat kecil, maka tidak terdapat titik berintensitas nol dalam
polanya dan pola tersebut bertindak sebagai sumber garis yang meradiasikan
energi cahaya yang pada dasarnya sama ke seluruh arah.
79
Pada praktikum kali ini, kami akan mencapai tujuan laser dapat di
gunakan untuk mengetahui ketebalan rambut. Hal ini di lakukan dengan
menggunakan difraksi sinar laser yang di tembakkan pada rambut, sehingga
terbentuk garis atau pola terang dan gelap dan tujuan kedua cara mengukur
ketebalan rambut menggunakan sinar laser yaitu dengan menghitung selisih
dari interferensi minimum dengan interferensi maksimum.
Pada praktikum ini di ambil data untuk mengetahui ketebalan rambut
dengan menggunakan sinar laser. Adapun hasil praktikum yang dilakukan
adalah diperoleh ketebalan rambut masing-masing dengan besar sudut
0,0299o, 0,02990 dan 0,028560 berturut-turut adalah 8,720 x 10-6 m , 8,720 x
10-6 m dan 9,157 x 10-6 m. Berdasarkan hasil yang di peroleh nilai ketebalan
rambut memiliki perbedaan. Hal ini tidak sejalan dengan kenyataan yang
ada. Nilai ketebalan rambut seharusnya memiliki nilai yang sama karena
rambut yang digunakan dalam tiga data adalah sama. Hal ini disebabkan
karena ketidakefektifan praktikan dalam melakukan praktikum. Salah satu
kendalanya
sinar laser.
Dari uraian diatas dapat diberikan kesimpulan bahwa penentuan
ketebalan rambut dapat di ukur menggunakan difraksi sinar laser dengan
tingkat ketelitian yang cukup baik meskipun masih terdapat beberapa
kesalahan dalam pengukuran.
80
81
ABSORPSI CAHAYA
A. PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Spektrum adalah spektrum yang terjadi karena penyerapan panjang
gelombang tertentu dari suatu cahaya. Spektrum absorpsi terdiri atas
sederetan garis-garis hitam pada spektrum kontinu. Penyerapan terhadap
panjang gelombang tertentu terjadi pada foton yang memiliki energi tepat
sama dengan selisih energi antara tingkat eksitansi dengan tingkat dasar,
misalnya spektrum matahari. Secara sepintas matahari seperti spektrum
kontinu, akan tetapi jika dicermati akan tampak garis-garis fraunhoter yang
disebabkan oleh cahaya putih dari bagian inti matahari yang diserap oleh
atom-atom dan molekul gas dalam atmosfir matahari.
Intensitas cahaya akan berkurang bila cahaya telah melewati suatu
bahan. Sebab energi cahaya yang berisi foton-foton yang dihamburkan
keseluruh bagian material sehingga arahnya tidak lagi seperti semula.
Berkurangnya intensitas cahaya disebabkan oleh adanya efek foton listrik,
efek Compton dan efek produksi pasangan.
Berdasarkan uraian diatas, pentingnya untuk melakukan percobaan
absorpsi cahaya untuk menentukan intensitas cahaya, daya pantul
(Refleksivitas), daya tembus (Transmisivitas), daya serap (Absorpsivitas)
dan menentukan koefisien penyerapan suatu bahan guna membuktikan
apakah teori yang telah ada bersesuaian dengan percobaan yang dilakukan
atau tidak.
82
2. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan pada percobaan Absorpsi Cahaya
adalah sebagai
berikut:
a. Menentukan intensitas cahaya secara langsung.
b. Menentukan daya pantul (Refleksivitas).
c. Menentukan daya tembus (Transmisivitas) suatu bahan,
d. Menentukan daya serap (Absorpsivitas) suatu bahan.
e. Menentukan koefisien penyerapan suatu bahan.
B. LANDASAN TEORI
Formalisme untuk penyerapan cahaya dalam kasus yang paling
sederhana dimulai dengan seberkas cahaya intensitas foton yang baru saja
menambah kebahan, dengan kosentrasi kebahan seragam pigmen menyerap.
Dengan mengabaikan refleksi dan refraksi, foton menembus ke dalam bahan
dan diserap dalam kedalaman yang berbeda.
Mekanisme untuk penyerapan foton adalah bahwa semua transfer energi
untuk sebuah elektron dalam bahan menyerap. Foton ini hilang dari sinar
seperti yang diserap dalam satu acara. Elektron dengan keuntungan energi
bergerak kedalam atau kekeadaan energi yang lebih tinggi dalam konfigurasi
elektron disekitar atom. Penurunan intensitas fluks cahaya atau foton seperti
balok menembus kedalam bahan dapat dilihat jika kita memisahkan bahan
penyerap menjadi satu set tipis (Ulfa, 2010).
Penyerapan radiasi elektomagnetik membutuhkan generasi dari bidang
yang berlawanan. Jika sebuah bahan atau materi menyerap cahaya dari panjang
gelombang tertentu dari suatu spektrum, seorang pengamat tidak akan melihat
warna-warna dalam cahaya yang dipantulkan. Di sisi lain jika panjang
gelombang tertentu warna yang dipantulkan dari materi maka pengamat akan
melihat materi dalam warna tersebut (Mulyaningsih, 2004).
Polarisasi cahaya dapat disebabkan karena adanya absorpsi cahaya atau
penyerapan. Polarisasi jenis ini dapat terjadi dengan bantuan kristal pada
83
polaroid. Bahan polaroid bersifat meneruskan cahaya dengan arah getar yang
lain. Cahaya yang diteruskan adalah cahaya yang arah getarnya sejajar dengan
sumbu Polaroid. Absorpsi cahaya oleh suatu molekul merupakan suatu bentuk
interaksi antara gelombang cahaya dan atom. Energi cahaya diserap oleh atom
dan digunakan oleh elektron dalam atau tersebut untuk bertransisi ke tingkat
energi elektronik yang lebih tinggi.
Refleksivitas atau daya pantul adalah nilai yang menyatakan kemampuan
suatu permukaan bahan untuk memantulkan energi cahaya. Transmisivitas atau
daya tembus adalah nilai yang menyatakan kemampuan suatu permukaan
bahan untuk meneruskan energi cahaya. Absorpsivitas atau daya serap adalah
nilai yang menyatakan kemampuan suatu permukaan bahan untuk menyerap
energi cahaya (Agustinus, 2011).
C. METODE PRAKTIKUM
1. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan Absorpsi Cahaya
dapat dilihat pada Tabel 8.1 berikut.
Tabel 8.1 Alat dan Bahan Percobaan Absorpsi Cahaya
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Lensa Cembung
Kabel penghubung
8.
9.
10
Lux meter
Mikrometer sekrup
Pemegang material
84
Funsi
Sebagai sumber tegangan
Sebagai tempat pemegang material
Sebagai sumber cahaya
Sebagai bahan yang diamati
Sebagai penjepit lampu dan lensa pada
rel presisi
Untuk menfokuskan sinar
Untuk menghubungkan pembangkit
cahaya dengan catu daya
Untuk mengukur intensitas cahaya
Untuk mengukur ketebalan bahan
Sebagai tempat material
2. Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada percobaan ini adalah sebagai berikut.
a. Merangkai peralatan seperti pada Gambar 8.1 berikut.
85
Warna Bahan
1.
Biru
2.
Hijau
3.
Merah
V (volt)
6
9
6
9
6
9
Io (lux)
38,7
187,8
38,7
187,8
38,7
187,8
Ip (lux)
18,43
25,81
18,95
25,97
6,68
12,7
It (lux)
4,46
12,75
5,26
8,68
12,26
24,48
X (m)
0,51
0,58
0,55
b. Analisis Data
1) Menentukan Intensitas Cahaya secara Langsung
Untuk Material Biru
Untuk bahan biru dengan tegangan tali 6 volt
= 38,7 (4,46 +18,43)
= 15,81 lux
Dengan cara yang sama, untuk data yang lain dapat lihat pada
Tabel 8.3 berikut.
Tabel 8.3 Menentukan Intensitas Cahaya secara Langsung
No.
Warna Bahan
1.
Biru
2.
Hijau
3.
Merah
V
(volt)
6
9
6
9
6
9
86
Io
(lux)
38,7
187,8
38,7
187,8
38,7
187,8
It
(lux)
4,46
12,75
5,26
8,68
12,26
24,48
Ip
(lux)
18,43
25,81
18,95
25,97
6,68
12,7
Ia
(lux)
15,81
149,24
14,49
153,15
19,76
150,62
Dengan cara yang sama, untuk data yang lain dapat dilihat pada
Tabel 8.4 berikut.
Tabel 8.4 Menentukan Daya Pantul (Refleksivitas)
No.
Warna Bahan
1.
Biru
2.
Hijau
3.
Merah
V (volt)
6
9
6
9
6
9
Ip (lux)
18,43
25,81
18,95
25,97
6,68
12,7
Io (lux)
38,7
187,8
38,7
187,8
38,7
187,8
r (%)
47,63
13,75
48,96
13,83
17,3
6,76
Dengan cara yang sama, untuk data yang lain dapat dilihat pada
Tabel 8.5 berikut.
Tabel 8.5 Menentukan Daya Tembus ( Transmisivitas)
No.
Warna Bahan
1.
Biru
2.
Hijau
3.
Merah
V (volt)
6
9
6
9
6
9
87
It (lux)
4,46
12,75
5,26
8,68
12,26
24,48
Io (lux)
38,7
187,8
38,7
187,8
38,7
187,8
t (%)
3,77
6,79
13,60
4,63
31,67
13,03
Dengan cara yang sama, untuk data yang lain dapat dilihat pada
Tabel 8.6 berikut.
Tabel 8.6 Menentukan Daya Serap ( Absorpsivitas)
No.
Warna Bahan
1.
Biru
2.
Hijau
3.
Merah
V (volt)
6
9
6
9
6
9
Ia (lux)
15,81
149,24
14,49
153,15
19,76
150,62
Io (lux)
38,7
187,8
38,7
187,8
38,7
187,8
a (%)
40,85
79,46
37,44
81,55
51,06
80,20
Dengan cara yang sama, untuk data yang lain dapat dilihat pada
Tabel 8.7 berikut.
Tabel 8.7 Menentukan Koefisien Penyerapan suatu Bahan
No.
Warna Bahan
1.
Biru
2.
Hijau
3.
Merah
V (volt)
6
9
6
9
6
9
88
X (m)
0,51
0,58
0,55
It (lux)
4,46
12,75
5,26
8,68
12,26
24,48
Io (lux)
38,7
187,8
38,7
187,8
38,7
187,8
4,2366
5,2742
3,4408
5,3006
2,0899
3,7045
2. Pembahasan
Jumlah energi radiasi yang dipancarkan sebagai cahaya kesuatu arah
tertentu disebut intensitas cahaya dan dinyatakan dengan satuan candela
dengan lambang (I). Intensitas cahaya akan berkurang bila cahaya tersebut
telah melewati suatu bahan, sebab energi cahaya yang berisi foton-foton
dihamburkan keseluruh bagian material sehingga tidak lagi seperti semula.
Percobaan ini, kita lakukan dengan menggunakan lampu sebagai
sumber cahaya dan menggunakan tiga material yaitu material biru, hijau dan
merah. Dimana ketiga material ini merupakan bahan yang akan diamati dan
selanjutnya material inilah kita dapat menentukan besar intensitas. Dalam
percobaan ini besar intensitas yang diukur adalah intensitas langsung
intensitas pantul
Berdasarkan hasil
89
pantul yang diperoleh untuk setiap material dan sebaliknya. Besar kecilnya
daya pantul suatu material dipengaruhi oleh intensitas awal dan intensitas
pantul dari material itu sendiri.
Untuk langkah yang ketiga yaitu menentukan daya tembus suatu bahan.
Material yang digunakan sama dan mempunyai tegangan yang sama pula
diperolah nilai berturut-turut yaitu 3,77% dan 6,79%, 13,60% dan 4,63% dan
31,67% dan 13,03%. Dalam penentuan daya tembus, dari hasil analisis
menunjukan bahwa semakin besar tegangan yang diberikan, maka semakin
besar daya tembus yang diperoleh untuk setiap material.
Untuk langkah yang keempat yaitu menentukan daya serap suatu bahan.
Sebelum menentukan terlebih dahulu kita akan mencari nilai intensitas cahaya
Setelah itu nilai
serap suatu bahan. Material yang digunakan yaitu sama dan mempunyai
tagangan yang sama pula sehingga diperoleh nilai berturut-turut yaitu 40,85%
dan 79,46%, 37,44% dan 81,55% dan 51,06% dan 80,20%. Besar kecilnya
daya serap yang diperoleh pada setiap material dipengaruhi oleh intensitas
penyerapan dari material itu sendiri.
Kemudian untuk langkah yang kelima yaitu kita menentukan koefisien
penyerapan suatu bahan. Berdasarkan hasil analisis dapat dilihat bahwa besar
koefisien yang berbeda pada setiap jenis material. Dimana bahan berwarna biru
lebih besar nilai koefisiennya dibandingkan material lainnya. Hal ini
disebabkan besar nilai koefisien penyerapan suatu bahan bergantung pada
struktur material yang digunakan dan panjang gelombang radiasi yang
dipanaskan.
90
A. Kesimpulan
Praktikum Getaran dan Gelombang yang telah dilakukan menghasilkan
kesimpulan sebagai berikut.
1.
Hubungan antara cepat rambat gelombang dengan tegangan tali tali yaitu
semakin berat beban yang diberikan semakin besar cepat rembat
gelombang yang dihasilkan.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Sifat-sifat bayangan pada cermin cekung yaitu jika benda yang ada di
ruang III yaitu nyata, terbalik dan diperkecil, jika benda berada diruang II
yaitu nyata, terbalik dan diperbesar dan jika benda berada diruang I yaitu
maya, tegak dan diperbesar, sedangkan sifat bayangan pada cermin
cembung yaitu maya, tegak dan diperkecil di belakang cermin.
91
9.
Semakin jauh jarak benda baik cermin cekung dan cerrmin cembung maka
jarak bayangan semakin juah juga dan jarak fokusnya akan semakin besar.
10. Semakin kecil sudut yang di bentuk maka jumlah bayangan yang terbentuk
pada cermin datar akan semakin besar.
11. Sinar datang akan dibiaskan mendekati garis ormal jika pembiasannya dari
udara kekaca. Sebaliknya sinar datang akan dibiaskan menjauhi garis
normal jika berasal dari medium kaca keudara.
12. Sifat cahaya yang mengalami pemantulan sempurna yaitu ketika seberkas
cahaya mengenai suatu medium yang pada posisi tertentu, maka cahaya
tidak dibiaskan sedikitpun dan akan dipantulkan seluruhnya.
13. Hukum Brewster secara sederhana dapat dikatakan sebagai sinar datang
akan menghasilkan sinar bias dan sinar pantul yang membentuk sudut 90
derajat serta sinar bias dan sinar pantul akan saling tegak lurus.
14. Sifat pembiasan cahaya pada prisma siku-siku yaitu mengalami dispersi
atau penguraian cahaya.
15. Sifat pembiasan pada lensa gabungan adalah pada lensa gabungan dengan
urutan lensa bikonkaf dan lensa bikonveks diperoleh sifat bayangan nyata,
tegak dan diperbesar. Dan untuk urutan lensa bikonveks dan lensa
bikonkaf diperoleh sifat bayangan nyata, tegak dan diperkecil
16. Sifat bayangan lensa cembung adalah nyata, terbalik dan diperkecil. Sifat
bayangan lensa cekung adalah nyata jika benda di depan lensa dan terbalik
jika di belakang lensa serta tegak dan diperbesar.
17. Hubungan antara jarak benda, jarak bayangan dan jarak fokus lensa
cekung dan lensa cembung yaitu semakin besar jarak benda maka semakin
besar pula jarak bayangan dan jarak fokusnya.
18. Untuk memperoleh indeks bias prisma siku-siku balok kaca dan balok
kaca 12 lingkaran yaitu indeks bias suatu medium dapat di peroleh dengan
membandingkan antar sudut sinar datang dengan sudut sinar bias yang
dikaitkan dengan indeks bias udara.
19. Laser dapat di gunakan untuk mengetahui ketebalan rambut. Hal ini di
lakukan dengan menggunakan difraksi sinar laser yang di tembakkan pada
92
rambut. Sehingga terbentuk garis atau pola terang gelap. Dari hasil analisis
di peroleh ketebalan rambut untuk masing- masing data 8,720 x 10-6 m,
8,720 x 10-6 m dan 9,157 x 10-6 m.
20. Cara mengukur ketebalan rambut menggunakan sinar laser yaitu dengan
menghitung selisih dari interferensi minimum dan interferensi maksimum.
21. Semakin besar tegangan yang diberikan, maka semakin besar intensitas
cahaya yang diperoleh untuk setiap material dan sebaliknya.
22. Semakin besar tegangan yang diberikan, maka semakin besar daya pantul
yang diperoleh untuk setiap material dan begitupun sebaliknya.
23. Semakin besar tegangan yang diberikan, maka semakin besar daya tembus
yang diperoleh untuk setiap material.
24. Semakin kecil tegangan yang diberikan, maka semakin kecil daya serap
yang diperoleh untuk setiap material.
25. Besar nilai koefisien penyerapan suatu bahan bergantung pada sruktur
material yang digunakan dan panjang gelombang radiasi dipancarkan.
B. Saran
Melalui praktikum Getaran dan Gelombang yang dilakukan ini, kami
ingin menyampaikan saran sebagai berikut.
1. Untuk laboratorium, alat yang telah rusak diganti dengan alat baru dan alat
yang kurang lengkap agar dilengkapi demi kelancaran berlangsungnya
proses praktikum. Sangat sia-sia jika praktikum yang dilakukan tidak
maksimal. Apalagi jika alat yang akan digunakan rusak maka praktikan
diarahkan untuk mngambil data yang telah ada sebelumnya, itu bukan
praktikum tapi menyalin ulang data sehingga membuat praktikum itu hanya
formalitas semata.
2. Untuk asisten, penjelasan yang diberikan sudah cukup baik. Kemudian
terkhusus untuk asisten yang hanya mengarahkan praktikan untuk
mengambil data jadi yang telah ada sebelumnya, sebaiknya waktu yang
seharusnya digunakan untuk praktikum dialihkan untuk saling bertukar
pikiran antara asisten dengan praktikan terkait dengan materi yang sesuai
93
94
DAFTAR PUSTAKA
Halu
95
Fauziah, Nenden. dkk. 2009. Perambatan dan Pemantulan Cahaya pada Cermin.
Jakarta.
Pearson. 2009. Physics. Pearson Edulation Canada. Canada.
Serway, R.A., Joku W. Jcwctt. Jr. 2008. Physics For Scieutist and Euginears With
Modern Physics Sevent Edition. All Right Reservad. USA.
Supardiono, 2004. Lensa dan Cermin. DPN. Jakarta.
Swastikayana. 2009. Pembiasan Cahaya. http://swastikayana.wordpress.com
/2009/04/08/pembiasan-cahaya/. Diakses Tanggal 24 Desember 2015.
Tipler, P, A,. 1998. Fisika untuk Sains dan Teknik Edisi 3 Jilid 1. Erlangga.
Jakarta.
-----------------. 2001. Fisika untuk Sains dan Teknik. Erlangga. Jakarta.
-----------------. 2008. Physics for scientiss and Eugineers with Modern Physics.
W.H. Freeman and Lolupang. New York.
Ulfa. 2010. Intensitas Cahaya. http://ulfawati.wordpress.com/Intensitas-cahaya.
Diakses pada 24 Desember 2015.
Young, H, D,. 2003. Fisika Universitas Edisi Kesepuluh Jilid 1. Erlangga. Jakarta.
96