tonjolan dasar dan agak berbentuk mangkuk yang dimulai pada ujung proximal testis. g)
Corpus Epididimis, bagian bawah terentang ke bawah, sejajar dengan jalannya
vasdeferens, menjalar terus hampir melewati testes, dibagian bawah teats epididimis
membelok ke atas; h) Cauda epididimis, merupakan bagian epididimis yang terletak pada
bagian bawah testis yang membelok ke atas. i) Vasdeferens, terentang dari ekor
epididimis sampai urethra (Toelihere 1979, Marawali 2001). Epididimis Epididimis,
suatu pembuluh yang timbul dari bagian dorsal testis berasal dari duktus efferensia,
terdiri dari 3 bagian: kepala, badan dan ekor (Salisbury, 1985). Kepala (caput epididymis)
membentuk suatu penonjolan dasar dan agak berbentuk mangkok yang dimulai pada
ujung proximal testis. Umumnya berbentuk U, berbeda-beda dalam ukurannya dan
menutupi seluas satu pertiga dari bagian-bagian testis (Toelihere, 1979). Corpus
epididimis (badan epididimis): bagian badan terentang lurus ke bawah, sejajar dengan
jalannya vasdeferens, menjalar terus hampir melewati testes, dibagian bawah testes
epididimis membelok ke atas. Cauda epididimis (ekor epididimis): merupakan bagian
epididimis yang terletak pada bagian bawah testes yang membelok ke atas. Pada hewan
hidup cauda epididimis terlihat berupa benjolan di bagian ujung bawah testes dan dapat
diraba (Marawali, 2001). Vas deferens Vas deferens atau ductus deferens mengangkut
sperma dari ekor epididimis ke urethra. Dindingnya mengandung otot-otot licin yang
penting dalam mekanisme pengangkutan semen waktu ejakulasi. Diameternya mencapai
2 mm dan konsistensinya seperti tali (Toelihere, 1979. Marawali, 2001). Salisbury
(1985), menyatakan, vas deferens bersal dari epididimis dan berjalan dari titik terendah
testis ke atas dan bersama dengan tali spermaticus melewati cincin inguinalis dan di
tempat itu vas deferens akan memisahkan diri dari pembuluh darah arteri dan vena, syaraf
dan jaringan lain pada tali spermaticus tersebut. Vas deferens akan masuk ke dalam ruang
abdominalis. Mengandung sel epitel yang berjajar hampir lurus, memiliki dua lapisan
urat daging yang membujur dan melingkar, dan dibungkus oleh selaput peritoneum.
Dekat kepala epididimis, vas deferens menjadi lurus dan bersama- sama buluh-buluh
darah dan lymphe dan serabut-serabut syaraf, membentuk funiculus spermaticus yang
berjalan melalui canalis inguinalis ke dalam cavum abdominalis. Kedua vas deferens,
yang terletak sebelah menyebelah di atas vesica urinaria, lambat laun menebal dan
membesar membentuk ampullae
5. 5. ductus efferentis (Toelihere, 1979). Ampula pada sapi panjangnya 10 sampai 14 cm,
diameter 1.0 sampai 1.5 cm dan pada kuda panjagnya 15 sampai 24 cm dan diameternya
2 2.5 cm, sedangkan pada anjing dan kucing tidak terdapat ampula dan pada babi kecil
(Marawali, 2001). Sperma diangkut dari ekor epididimis ke ampula di bantu dengan
gerakan peristaltik vas deferens. Kelenjar-kelenjar vesikularis mengahasilkan fruktosa
dan asam sitrat. Ampula dapat diurut secara manual untuk memperoleh semen (Toelihere
1979, Marawali 2001). Vas deferens atau ductus deferens mengangkut sperma dari ekor
epididimis ke urethra. Dindingnya mengandung otot-otot licin yang penting dalam
mekanisme pengangkutan semen. Pada saat praktikum, untuk mengamati gambaran
eksternal dari testis dinding yang mengandung otot-otot licin tersebut di kupas sampai
testis terlihat dan Salisbury (1985), menyatakan, vas deferens bersal dari epididimis dan
berjalan dari titik terendah testis ke atas dan bersama dengan tali spermaticus melewati
cincin inguinalis dan di tempat itu vas deferens akan memisahkan diri dari pembuluh
darah arteri dan vena, syaraf dan jaringan lain pada tali spermaticus tersebut. Vas deferens
akan masuk ke dalam ruang abdominalis. Mengandung sel epitel yang berjajar hampir
lurus, memiliki dua lapisan urat daging yang membujur dan melingkar, dan dibungkus
oleh selaput peritoneum. Dekat kepala epididimis, vas deferens menjadi lurus dan
bersama-sama buluh-buluh darah dan lymphe dan serabut-serabut syaraf, membentuk
funiculus spermaticus yang berjalan melalui canalis inguinalis ke dalam cavum
abdominalis. Kedua vas deferens, yang terletak sebelah menyebelah di atas vesica
urinaria, lambat laun menebal dan membesar membentuk ampullae ductus efferentis
(Toelihere, 1979). Ampula pada sapi panjangnya 10 sampai 14 cm, diameter 1.0 sampai
1.5 cm dan pada kuda panjagnya 15 sampai 24 cm dan diameternya 2 2.5 cm,
sedangkan pada anjing dan kucing tidak terdapat ampula dan pada babi kecil (Marawali,
2001). BAB III PEMBAHASAN 3.1 . ANATOMI ORGAN REPRODUKSI JANTAN
TERNAK
6. 6. Organ reproduksi ternak jantan tersiri dari testes, scrotum, corda spermaticus, kelenjar
tambahan (glandula accessories), penis, preputium, dan system saluran reproduksi jantan.
System saluran ini terdiri dari vasa, efferentia yang berlokasi di dalam testis, epididymis,
vas deferens, dan urethra external yang bersambung ke penis. Pada masa ambrio, testis
berasal dari corda genitalia primer, sedangkan system saluran reproduksi berasal dari
ductus wolffii. Alat reproduksi ternak jantan di bagi menjadi tiga yaitu; alat kelamin
primer berupa testis, alat kelamin sekunder yaitu vas deverent, epididimis, penis, dan
uretra, sedangkan kelenjar aksesori yaitu kelenjar vesikula seminalis, kelenjar prostata,
dan kelenjar cowper. 3.1.1. Alat kelamin primer. Testis Adalah organ reproduksi primer
pada ternak jantan, karena berfungsi menghasilkan gamet jantan (spermatozoa) dan
hormone kelamin jantan (androgens). Testes berlokasi di dekat ginjal turun melalui
canalis inguinalis masuk ke dalam scrotum. Turunnya testes terjadi akibat memendeknya
gubernaculum, sebuah ligamentum yang memanjang dari daerah inguinalis kemudian
bertaut pada cauda epididymis. Pemendekan gubernaculum terjadi karena pertumbuhan
gubernaculum tidak secepat pertumbuhan tubuh. Testes terletak dekat dengan daerah
inguinalis dan tekanan intra-abdominal membantu testes melalui canalis inguinalis masuk
scrotum. Hormone yang terlibat dalam pengaturan turunnya testes adalah gonadotropins
dan androgen. Testis pada sapi mempunyai panjang berkisar 10- 13 cm, lebar berkisar 56,5 cm dan beratnya 300-400 gr. Babi mempunyai ukuran testes serupa pada sapi, tetapi
domba dan kuda ukuran testisnya lebih kecil. Pada semua ternak, testis ditutupi oleh
tunica vaginalis, sebuah jaringan serous yang merupakan perluasan dari peritoneum.
Lapisan ini diperoleh ketika testis turun masuk ke dalam scrotum dari tempat asalnya
dalam ruang abdominal yang melekat sepanjang garis epididymis. Lapisan luar dari testis
adalah tunica albuginea testis, merupakan membrane jaringan ikat elastis berwarna putih.
Pembuluh darah dalam jumlah besar dijumpai tepat di bawah permukaan lapisan ini.
Lapisan fungsional dari testis, yaitu parenchyma terletak di bawah lapisan tunica
albuginea. Parenchyma ini berwarna kekuningan, terbagi-bagi oleh septa yang tidak
sempurna menjadi segmen-segmen. Parenchyma mempunyai pipa-pipa kecil didalamnya
yang disebut tubulus seminiferous (tunggal), tubuli seminiferi (jamak). Tubuli seminiferi
berasal dari primary sex cord yang berisi sel-sel benih (germ cells), spermatogonia, dan
sel-sel pemberi makan, yaitu sel sertoli. Sel sertoli berukuran lebih besar dengan jumlah
lebih sedikit daripada spermatogonia. Hormone gonadotropin asala kelenjar pituitary,
follicle stimulating hormone (FSH) memacu sel-sel sertoli menghasilkan androgen
binding protein (ABP) dan inhibin. Panjang tubuli seminiferi dari sepasang testes sapi,
diperkirakan spanjang 5 km, sedangkan diameternya hamper 200. berat tubuli seminiferi
diperkirakan 80-90% dari berat testes. Tubuli seminiferi bersambungan dengan sebuah
tenunan tubulus, yaitu rete testes yang berhubungan dengan 12-15 saluran kecil, yaitu
vasa efferentia yang menyatu pada caput epididymis.
7. 7. Hormone testosterone diperlukan untuk perkembangan tanda-tanda kelamin sekunder
dan untuk tingkah laku perkawinan secara normal. Testosterone juga berfungsi untuk
mengontrol aktivitas kelenjar-kelenjar tambahan (accessory glands), produksi
spermatozoa, dan pemeliharaan system saluran reproduksi jantan. Sedangkan perannya
dalam diri ternak sendiri adalah membantu mempertahankan kondisi optimum pada
spermatogenesis, transportasi spermatozoa dan deposisi spermatozoa ke dalam saluran
reproduksi betina. 3.1.2. Alat Reprodusi sekunder a) Vas deverent dan uretra Vas
deferens. Merupakan sebuah saluran dengan satu ujung berawal dari bagian ujung distal
dari cauda epididymis. Kemudian dengan melekat pada peritoneum, membentang
sepanjang corda spermaticus, melalui daerah inguinalis masuk ruang pelvis, dimana vas
deferens bergabung dnegan urethra di suatu tempat dekat dengan lubang saluran kencing
dari vesica urinaria. Bagian vas deferens yang membesar dekar dengan urethra, di sebut
ampulla. Vas deferens mempunyai otot daging licin yang tebal pada dindingnya dan
mempunyai fungsi tunggal yaitu sebagai sarana transportasi spermatozoa. Spermatozoa
dikumpulkan dalam ampulla selama ejakulasi, sebelum dikeluarkan ke dalam urethra.
Urethra. Merupakan sebuah saluran tunggal yang membentang dari persambungan
dengan ampulla sampai ke pangkal penis. Fungsi urethra adalah sebagai saluran kencing
dan semen. Pada sapid an domba selama ejakulasi terjadi percampuran yang kompleks
antara spermatozoa yang padat asal vas deferens dan epididymis dengan ciran sekresi
darikelnjar-kelenjar tambahan dalam urethra yang berada di daerah pelvis menjadi semen.
Pada kuda dan babi percampuran ini tidak sesempurna pada sapid an domba. Semen kuda
dan babi terdiri dari bagian bebas (tanpa) spermatozoa dan bagian yang kaya
spermatozoa. b) Penis Merupakan organ kopulasi pada ternak jantan, membentang dari
titik urethra keluar dari ruang pelvis di bagian dorsal sampai dengan pada orificium
urethra eksternal pada ujung bebas dari penis. Pada sapi, domba, kambing, dan babi penis
mempunyai bagian yang berbentuk seperti huruf S (sigmoid flexure) sehingga penis
dapat ditarik dan berada total dalam tubuh. Keempat jenis ternak tersebut dan kuda
mempunyai musculus retractor penis, yaitu sepasang otot daging licin, jika releks
memberikan kesempatan penis untuk memanjang dan jika kontraksi dapat menarik penis
ke dalam tubuh kembali. Pada kuda glans penisnya tipe vascular, mengandung lebih
banyak jaringan erectile dibandingkan dengan glans penis pada domba, kambing, sapid
an babi. Jaringan erectile adalah jaringan cavernous
8. 8. (sponge) terletak dalam dua daerah penis, yaitu pada corpus spongiosum penis yang
merupakan jaringan cavernouse yang terletak di sekitar urethra, ditutupi oleh musculus
bulbospongiosum pada pangkal penis. Kemudian pada corpus cavernosum penis,
merupakan sebuah daerah jaringan cavernouse yang lebih besar, terletak di bagian dorsal
dari corpus spongiosum penis. Pada mulanya kedua cavernouse tersebut berasal dari
musculus ischlocavernouse. Kedua musculus bulbospongiosum dan musculus
ischlocavernous adalah otot daging seran lintang yang merupakan musculus skeletal
bukan otot daging licin sebagaimana halnya dengan otot-otot daging licin yang pada
umumnya ada pada saluran reproduksi ternak jantan maupun betina. Pada saat ereksi
penis dari type fibroelastic, diameternya tidak banyak berbeda dengan pada saat releks,
tetapi pada penis type vascular, diameternya menjadi lebih besar dibandingkan ketika
tidak ereksi. Menurut tipenya penis dibagi menjadi dua macam yaitu: 1. Tipe
muskulokavernosus yang terdapat pada golongan anjing, kuda, primata dan sebagainya.
2. Tipe fibroelastis terdapat pada sapi ,domba, kambing,babi,rusa, dan kerbau. Penis
mempunyai fungsi sebagai alat kopulasi dan jalan keluar air mani pada waktu ejakulasi
dan mendeposisikan air mani pada alat kelamin betina. Permukaan penis terutama kepala
penis (glans penis ) sangat kaya dengan syaraf. Oleh karena itu, bagian ini sangat peka
terhadap segala rangsangan ,serperti panas, dingin atau sakit.hal ini penting untuk
diperhatikan terutama pada waktu pengambilan air mani seekor pejantan dengan
memakai vagina buatan. Perlakuan yang kasar dan suhu yang panas atau dingin,
demikian pula permukaan yang terlalu kasar dari vagina buatan dapat mengakibatkan
terganggunya proses ejakulasi , sehingga air mani yang dihasilkan sangat berkurang. Oleh
karena itu, suhu yang tepat dan permukaan vagina yang licin harus diperhatikan dari
pengambilan air mani dengan memakai vagina buatan.penis mempunyai persediaan
daraah yang besar dan permukaan yang lunak karena itu penis mudah sekal;i terluka dan
pendarahan bisa cepat terjadi. Preputium Kata prepuce atau preputeum mempunyai arti
sama dengan sarung adalah ivaginato dari kulit yang membungkus secara sempurna pada
ujung bebas dari penis. Perkembangan embrionik dari organ ini sama dengan
perkembangan dari organ labia minira pada ternak betina. Prepuce dapat dibagi menjadi
dua bagian, yaitu bagian prepenile, lipatan luar dan bagian penile, lipatan dalam. Sekitar
lubang prepuse ditumbuhi oleh rambut panjang dan kasar. Pada saat penampungan semen
dalam program inseminasi buatan, perlu diadakan pencukuran terhadap rambut ini, untuk
menjaga agar semen tidak tercemar oleh kotoran yang kemungkinan besar menempel
pada rambut tersebut
9. 9. c) Skrotum dan kauda spermatikus. Scrotum, adalah sebuah kantung dengan dua lobus
pembungkus testes, terletak di daerah inguinalis, pada kebanyakan ternak yaitu terletak di
antara dua paha kaki belakang. Tersusun atas lapisan luar kulit yang tebal yang
mempunyai banyak kelenjar keringat dan kelenjar sebaceae, dilapisi selapis otot yang
licin, tunica dartos yang bercampur dengan tenunan ikat.. Kantong skrotum terdiri dari
beberapa lapisan. Lapisan pertama adalah kulit diliputi oleh bulu dan kelenjar keringat di
dalamnya. Lapisan kedua adalah tunika dartos yang terletak sangat rapat dengan kulit
kecuali pada bagian dorsal dari kantong skrotum. Lapisan ketiga adalah tunika vaginalis
yang mempunyai pelebaran sampai ke peeritoneum dari rongga perut. Tunika vaginalis
mempunyai dua lapisan yaitu lapisan viseral yang membungkus testis dan epidididmis,
lapisan pariental yang bersatu dengan rongga skrotum. Fungsi skrotum adalah
melindungi testis dari gangguan luar, berupa pukulan, panas, dingin, dan gangguangangguan mekanis lainnya, fungsi terpenting adalah memcegah menurunnya suhu testis
sampai beberapa derajat di bawah suhu tubuh sehingga memungkinkan terjadinya proses
spermatogenesis secara sempurna. d) Epididimis Merupakan saluran eksternal pertama
yang keluar dari testes di bagian apeks testis menurun longitudinal pada permukaan
testes, dikurung oleh tunica vaginalis dan testis. Epididymis dibagi menjadi tiga bagian,
yaitu, caput (kepala), corpus (badan), dan cauda (ekor) epididymis. Caput epididymis,
nampak pipih di bagian apeks testis, terdapat 12-15 buah saluran kecil, vasa efferentia
yang menuyatu menjadi satu saluran. Corpus epididymis memanjang dari apeks menurun
sepanjang sumbu memanjang testis, merupakan saluran tunggal yang bersambungan
dengan cauda epididymis. Panjang total dari epididymis diperkirakan mencapai 34 meter
pada babi dan kuda. Lumen cauda epididymis lebih lebar daripada lumen corpus
epididymis. Struktur dari epididymis dan saluran eksternal lainnya, vas deferens dan
urethra adalah serupa pada saluran reproduksi betina. Tunica serosa di bagian luar, diikuti
dengan otot daging yang licin pada bagian tengah dan lapisan paling dalam adalah
epithelial. *Fungsi Epididymis Transportasi. Epididymis mempunyai fungsi pertama
yaitu sebagai sarana transportasi bagi spermatozoa. Lama perjalanan spermatozoa dalam
epididymis pada domba, sapi dan babi bervariasi, masing-masing adalah dari 13-15, 9-11,
dan 9-14 hari. Beberapa factor yang menunjang perjalanan spermatozoa dalam
epididymis, yaitu diantaranya adalah factor tekanan yang diakibatkan oleh produksi
spermatozoa baru dari dalam tubuli seminiferi. Hal ini menyebabkan tekanan pada rete
testis, vasa efferentia dan sampai pada epididymis. Gerakan spermatozoa dapat
ditimbulkan oleh adanya pemijatan pada testis dan epididymis, hal ini dapat juga terjadi
selama ternak memperoleh latihan atau gerak untuk mempertahankan kondisi tubuh yang
baik (exercise). Pergerakan spermatozoa dibantu oleh adanya ejakulasi. Selama ejakulasi,
kontraksi peristaltic melibatkan otot daging licin epididymis dan
10. 10. tekanan negative yang ditimbulkan oleh kontraksi vas deferens dan urethra
menyebabkan spermatozoa dapat bergerak secara aktif dari epididymis menuju dalam vas
deferens dan urethra. Konsentrasi. Fungsi yang kedua adalah konsentrasi spermatozoa,
dimana sewaktu spermatozoa memasuki epididymis bersama cairan asal testis dalam
keadaan relative encer, diperkirakan sejumlah 100 juta per millimeter pada sapi, domba
dan babi. Dalam epididymis spermatozoa dikonsentrasikan menjadi kira-kira 4 milyar
spermatozoa per millimeter. Mekanismenya terjadi karena sel-sel epithel yang ada pada
dinding epididymis mengabsorbsi cairan asal testis. Sebagian besar absorbsi cairan ini
terjadi pada caput dan ujung proximal dari corpus epididymis. Deposisi. Fungsi ketiga,
adalah sebagai tempat deposisi (penyimpanan) spermatozoa. Sebagian besar disimpan
pada cauda, dimana spermatozoa terkonsentrasi di bagian yang mempunyai lumen besar.
Epididymis sapi jantan dewasa berisi antara 50-74 milyar spermatozoa. Viskositas tinggi,
pH rendah, konsentrasi CO2 tinggi, ratio K terhadap Na tinggi, pengaruh testosterone,
dan factor-faktor lain bergabung membentuk suasana bagi spermatozoa mempunyai laju
metabolisme yang rendah dan dapat hidup lama. Spermatozoa tetap dapat hidup dan tetap
fertile dalam waktu kira-kira 60 hari dalam epididymis. Maturasi. Merupakan fungsi
keempat. Hal ini dapat dibuktikan bahwa spermatozoa yang baru saja masuk ke caput
epididymis berasal dari vasa efferentia tidak memiliki fertilitas dan juga tidak memiliki
motilitas. Spermatozoa setelah melewati epididymis, maka akan memiliki fertilitas dan
motilitas. Jika kedua ujung Cauda epididymis diikat, maka diketahui spermatozoa yang
berada terdekat dengan corpus menigkat kemampuan fertilitasnya dalam waktu sampai
25 hari, sedangkan spermatozoa yang terdekat dengan vas deferens menurun kemampuan
fertilitasnya. Hal ini membuktikan bahwa semakin tua spermatozoa, maka semakin hilang
kemampuan fertilnya jika tidak keluar atau bergerak keluar dari epididymis. Sementara
spermatozoa dalam epididymis, spermatozoa melepaskan butir protoplasma (cytoplasmic
droplet) yang terbentuk pada leher spermatozoa selama spermatogenesis. 3.1.3. Kelenjar
Kelenjar Tambahan Kelenjar kelenjar tambahan (accessory glands) berada di
sepanjang bagian uretra yang terletak di daerah pelvis, mempunyai saluran saluran yang
mengeluarkan sekresi sekresinya kedalam uretra. Kelenjar kelenjar tambahan ini
terdiri dari kelenjar vasikular, kelenjar, kelenjar prostate dan kelenjar bulbourethral atau
kelenjar cowper. Kelenjar kelenjar ini mempunyai sumbangan besar bagi volume cairan
semen. Lebih lanjut diketahui bahwa sekresi kelenjar kelenjar tambahan ini
mengandung sebuah larutan buffers, zat zat makanan dan substansi lain yang
diperlukan bagi motilitas dan fertlitas. Kelenjar vesicular. Kelenjar ini di sebut juga
sebagai kelenjar seminal vesicles, merupakan sepasang kelenjar yang mempunyai lobuler,
mudah dikenali karenamirip segerombol anggur, berbonggol bonggol. Panjang kelenjar
ini sama pada beberapa jenis ternak seperti kuda, sapid an babi yaitu berkisar 13 15 cm,
tetapi lebar dan ketebalannya berbeda, kelenjar vesicular pada sapi mempunyai ketebalan
dan lebar hamper separuh dari yang ada pada babi dan kuda. Domba mempunyai
11. 11. kelenjar vesicular jauh lebih kecil, mempunyai panjang kira kira 4 cm. saluran
saluran ekskretori kelenjar vesicular terletek di dekat bifurcation ampulla dengan uretra.
Pada sapi, kelenjar vesicular memberikan sekresinya lebih dariseparuh volume total dari
semem dan pada jenis jenis ternak lainnya rupanya juga sama sebagai mana pada sapi.
Sekresi kelenjar vesicular mengandung beberapa campuran organic yang unik, yakni
tidak dijumpai pada substansi substansilain di mana saja ada tubuh. Campuran
campuran anorganik ini di antaranya adalah fructose dan sorbitol, merupakan sumber
energi utama bagi spermatozoa sapid a spermatozoa domba, tetapi pada kuda dan babi
konsentrasinya rendah. Sekresi kelenjar vesikula juga mengandung dua larutan buffer,
yaitu phosphate dan carbonate buffer yang penting sekali dalam mempertahankan pH
semen agar tidak berubah, karena jika terjadi perubahan pH semen, hal ini dapat
berakibat jelek bagi spermatozoa. Kelenjar Prostate. Kelenjar prostate merupakan
kelenjar tunggal yang terletak mengelilingi dan sepanjang uretra tepat dibagian posterior
dari lubang ekskretoris kelenjar vesicular. Badan kelenjar prostate jelas dapat dilihat pada
ternak yang dewasa, pada sapid an kuda dapat di raba melalui palpasi parectal. Pada
domba, seluruh prostatenya mengelilingi otot daging uretra. Ekskresi kelenjar prostate
hanya sebagian kecil saja menyusun pada cairan semen pada cairan semen pada
beberapajenis ternak yang diteliti. Tetapi beberapa laporan menunjukkan bahwa setidak
tidaknya sumbangan kelenjar prostate sebagaimana substantial kelenjar vesicular pada
babi. Kelenjar prostate mengandung banyak ion ion anorganik, meliputi Na, Cl, dan Mg
semuanya dalam larutan. Kelenjar Bulbourethral atau Cwoper. Kelenjar bulborethal
terdiri sepasang kelenjar yang terletak sepanjang uretra, dekat dengan titik keluarnya
uretra dari ruang pelvis. Kelenjar ini mempunyai ukuran dan bentuk seperti bulatan yang
berdaging dan berkulit keras, pada sapi lebih kecil dibandingkan pada babi. Pada sapi
terletek mengelilingi otot daging bulbospongiosum. Sumbangannya pada cairan semen
hanya sedikit. Pada sapi, sekresi kelenjar bulbourethral membersihkan sisa sisa urine
yang ada dalam uretra sebelum terjadi ejakulasi. Sekresi ini dapat di lihat sebagai tetes
tetes dari preputilium sesaat sebelum ejakulasi. Pada babi, sekresinya mengakibatkan
sebagian dari semen babai menjadi menggumpal. Gumpalan ini dapat dipisahkan jika
semen babai akan digunakan dalam inseminasi buatan. Selama perkawinan secara alam,
gumpalan gumpalan ini menjadi sumbat yang dapat mencegah membanjirnya semen
keluar melalui canalis cervicalis menuju kedalam vagina dari babi betina. BAB IV
PENUTUP
12. 12. 4.1. KESIMPULAN 1. Organ reproduksi ternak jantan meliputi organ reproduksi p
rimer, organ reproduksi sekunder, dan organ reproduksi tambahan atau aksesoris. 2.
Organ reproduksi primer terdiri dari testis; Organ reproduksi sekunder terdiri dari
epididimis, vas defferens/ductus efferent, skrotum, penis; organ reproduksi
tambahan/aksesoris terdiri dari vesicula urinaria, kelenjar prostata, kelenjar cowper/bulbo
uretralis. 3. Testes pada hewan jantan berebentuk lonjong dan berwarna putih pucat
sampai kekuningan. Untuk sapi Bali yang normal panjang dan diameter testesnya
mencapai 10 cm, sedangkan ukuran testes pada sapi Brahman normal lebih besar dimana
panjangnya 14 cm dan berdiameter 18 cm. Testes berfungsi sebagai penghasil sperma dan
hormon kelamin jantan (testosterone) 4. Vas deferens memiliki warna putih kekuningan
sampai krem, akibat pembuluh darah terkadang vas deferens terlihat berwarna kemerahmerahan. Sapi bali yang normal saluran vas deferensnya memiliki panjang 12 cm dengan
diameter 1 cm. Untuk sapi Brahman normal panjang 21 cm dan diameter 0,5 cm.
Sedangkan untuk sapi Brahman abnormal panjang vas deferens mencapai 23 cm dengan
diameter 0,5 cm. Berfungsi untuk menyalurkan semen dari epididymis menuju ke ampula
pada saat terjadi ejakulasi. 5. Scrotum merupakan lapisan terluar dari testes atau biasa
disebut sebagai pembungkus testes yang memiliki struktur kulit yang tipis serta banyak
mengandung kelenjar keringat sehingga dapat berfungsi untuk melindungi testes serta
mempertahankan suhu testes. 6. Preputium merupakan kulit tipis atau kalup yang
merupakan kelanjutan dari kulit abdomen berfungsi untuk yang membungkus atau
menutup ujung penis. 7. Kelenjar vesikuler befungsi untuk menghasilkan cairan yang
mengandung protein yang tinggi yang digunakan sebagai sumber energi bagi sperma. 8.
Kelenjar prostat pada sapi bali normal panjang 3,5 dan diameter 6 cm ; Pada sapi
Brahman abnormal panjang 4,5 dan diameter 5,5 cm sedangkan kelenjar prostat pada sapi
Brahman normal sulit diidentifikasi karena banyaknya timbunan lemaknya. Kelenjar
prostat berdekatan dengan kelenjar vesikuler, berbentuk lonjong serta memiliki warna
yang kuning kemerah-merahan. Berfungsi untuk memberikan bau yang khas terhadap
semen dan serta mengandung mineral yang tinggi yang digunakan sebagai bahan
makanan untuk sperma di dalam semen. 9. Kelenjar Cowpers berfungsi untuk
menghasilkan cairan yang akan membersihkan ureter dari sisa-sisa sekresi kedua kelenjar
pelengkap yang lainnya serta dari sisa-sisa urine, Kelenjar cowpers berbentuk lonjong
dan berwarna kemerah-merahan. Kelenjar ini pada sapi Bali normal panjangnya 1,5 dan
berdiameter 1 cm, pada sapi Brahman abnormal panjangnya mencapai 7,5 dan diameter
4,5 cm.
13. 13. 4.2. SARAN Untuk asisten, sebaiknya pada saat praktikum memperhatikan
peraktikan yang sedang bermain-main dan menegurnya. Untuk laboratorium, sebaiknya
alat-alat laboratorium dan fasilitas lainnya dilengkapi dan diperbaharui agar kelancaran
praktikum berjalan dengan baik. DAFTAR PUSTAKA Anonymous.2009.The Male
Reproductive system.http:nongue.gsnu.ac.kr/~cspark/ teaching/chap3.html Frandson
R.D. 1993. Anatomy and Physiology of Farm Animals 6th ed. Lippincott Williams &
Wilkins: Philadelphia. Marawali, A. 2001. Dasar-Dasar Ilmu reproduksi Ternak.
Departemen Pendidikan Nasional Dirjen Pendidikan Tinggi Badan Kerjasama Pergiruan
Tinggi Negeri Indonesia Timur, Kupang. Nuryadi. 2000. Dasar-dasar Reproduksi Ternak.
Malang: Universitas Brawijaya Sukiya. 2001. Biologi Vertebrata. Yogyakarta: FMIPA
UNY. Dellmann Dieter .H, & Brown E.M. 1992.BUKU TEKS HISTOLOGI
VETERINER.Jakarta. UI Press. Salisbury, G.M. 1985. Fisiologi Reproduksi dan
Inseminasi Buatan pada Sapi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Toelihere,
Mozes R. 1979. Fisiologi Reproduksi pada ternak. Angkasa; Bandung
A
GGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGG
1. 1. ANATOMI REPRODUKSI JANTAN DAN BETINA PADA SAPI DAN BABI BESERTA
FUNGSINYA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG 2015
2. 2. RONI ARTO KAPIDA DANIEL A. LUDJI VIKTORIANO K.D. BULLA
FLORESIA PUTRI LUJDI PAU MAGDALENA OLIVIA DASANTO DI SUSUN OLEH
3. 3. Sistem reproduksi jantan terdiri dari organ kelamin primer, sekunder dan
assesori. Organ kelamin primer adalah testis yang belokasi di dalam
skrotum yang menggantung secara eksternal di daerah inguinal. Organ
kelamin sekunder terdiri dari jaringan- jaringan ductus sebagai transportasi
spermatozoa dari testis ke bagian luar, dan termasuk didalamnya ductus
efferent, epididimis, ductus deferens, penis dan urethra. Organ asesori
terdiri dari kelenjar prostata, kelenjar vesikularis dan kelenjar bulbourethralis
(Cowpers) ANATOMI REPRODUKSI SAPI JANTAN
4. 4. Testes dibungkus oleh suatu pembungkus atau kantung yang di sebut
SCROTUM . Skrotum adalah kantong pembungkus testes. Skrotum terdiri
atas kulit yang ditutupi bulu-bulu halus, tunica dartos dan tunica vaginalis
propria. Fungsi skrotum adalah mengatur temperatur testis dan epididimis
melindungi dan menyokong testis supaya tetap pada temperatur 40 sampai
70C lebih rendah dari temperatur tubuh Tunica dartos berfungsi
memisahkan testes bagian kiri dan kanan. Testes memiliki dua fungsi yaitu
memproduksi spermatozoa dan hormon steroid (androgen dan testosteron)
TESTES
5. 5. Secara histologi didalam testes terdapat saluran yang berkelok yang
disebut tubuli seminiferi. Saluran ini berfungsi sebagai tempat pembentukan
spermatogonium Dalam saluran ini terdapat sel sertoli yang berfungsi
sebagai pemberi nutrisi spermatozoa. Testes Sapi Struktur testis
6. 6. Epididimis merupakan saluran berkelok-kelok yang menghubungkan testis
dengan ductus deferens. Epididimis terbagi menjadi tiga bagian, yaitu
Bagian kepala (caput epididimis), Bagian badan (corpus epididimis), dan
bagian ekor (cauda epididimis) Organ tersebut berperan penting pada proses
absorpsi cairan yang berasal dari tubulus seminiferustestis, pematangan,
penyimpanan dan penyaluran spermatozoa ke ductus deferens sebelum
bergabung dengan plasma semen dan diejakulasikan ke dalam saluran
reproduksi betina. EPIDIDIMIS
7. 7. Epididiimis
8. 8. Ductus deferens adalah sepasang saluran dari ujung distal cauda masingmasing epididimis yang ujungnya didukung oleh lipatan peritoneum,
melewati sepanjang korda spermatika, melalui canalis inguinalis ke daerah
panggul, dimana kemudian menyatu dengan urethra . Ductus deferens
berfungsi sebagai saluran tempat jalannya sperma dari epididimis menuju
vesikula seminalis. Selama pengaliran, saluran ini bergerak peristaltik.
Ductus deferens mempunyai fungsi sebagai tempat penyimpanan
spermatozoa sebelum diejakulasikan. Sebelum bermuara pada pangkal
penis, terjadi pembesaran Vas Defferens disebut AMPULA VAS DEFFERENS,
sebagai reservoir spermatozoa sebelum diejakulasikan Duktus / Vas deferens
9. 9. Vas deferens
10.10. a. Ada dua tipe penis : 1) Fibroellastic (sapi, domba, babi; ada m.
retractor penis) 2) Fibrovascular/Cavernosa (kuda, primata) b. Bagianbagian Penis 1) Corpus Penis 2) Musculus Retractor Penis 3) Urethra 4) Glans
Penis 5) Processus Urethralis PENIS ( organ kapulatorius)
11.11. penis
12.12. Kelenjar Vesikularis (Vesica Seminalis) Kelenjar yang pertumbuhannya
sebanding dengan besarnya ukuran testes Pertumbuhan sangat tergantung
hormon TESTOSTERON. Kelenjar ini kaya dengan sel-sel sekretoris
penghasil 50% volume plasma semen Pada hewan KASTRASI : Kelenjar ini
mengecil Hilang Kelenjar Prostata Sekresinya sebagian kecil dari
seminal plasma. Terdapat dua buah (kiri dan kanan) Kelenjar
Bulbourethralis (Cowper) Kelenjar yang bersekresi sebelum ejakulasi. Pada
sapi / domba menetes keluar penis / praeputium sebelum ejakulasi Gunanya :
membebaskan urethra dari pengaruh urine untuk semen pada saat
diejakulasikan Sebagian kecil dari seminal plasma KELENJAR ASESORI
13.13. Organ reproduksi sapi betina terdiri atas : Ovarium Oviduc Uterus
Cervix Vagina Organ reproduksi bagian luar (vulva dan klitoris) ANATOMI
REPRODUKSI SAPI BETINA
14.14. Ovarium adalah organ primer (atau esensial) reproduksi pada betina
seperti halnya testes pada hewan. Ovari dapat dianggap bersifat endokrin
atau sitogenik (menghasilkan sel) karena mampu menghasilkan hormon yang
akan diserap langsung ke dalam peredaran darah, dan juga ovum. Oviduct
merupakan saluran yang bertugas untuk menghantarkan sel telur (ovum)
dari ovarium ke uterus Fungsi oviduct sendiri adalah menerima sel telur
yang diovulasikan oleh ovarium, transport spermatozoa dari uterus menuju
tempat pembuahan, tempat pertemuan antara ovum dan spermatozoa
(fertilisasi), tempat terjadinya kapasitasi spermatozoa, memproduksi cairan
sebagai media pembuahan dan kapasitasi spermatozoa dan transport yang
telah dibuahi (zigot) menuju uterus.
15.15. Uterus merupakan struktur saluran muskuler yang diperlukan untuk
menerima ovum yang telah dibuahi dan perkembangan zigot. Fungsi uterus
yaitu saluran yang dilewati gamet (spermatozoa), Spermatozoa akan
membuahi sel telur pada ampula dengan secara otomatis untuk mencapai
ampulla akan melewati uterus dahulu. Tempat terjadinya implantasi,
Implantasi adalah penempelan embrio pada endometrium uterus. Tempat
pertumbuhan dan perkembangan embrio, berperan pada proses kelahiran
(parturisi). Pada hewan betina yang tidak bunting berfungsi mengatur siklus
estrus dan fungsi corpus luteum dengan memproduksi PGF2 alfa.
16.16. Cervix terletak di antara uterus dan vagina sehingga dikatakan sebagai
pintu masuk ke dalam uterus. Cervix ini tersusun atas otot daging sphincter
Fungsi dari cervix adalah menutup lumen uterus sehingga menutup
kemungkinan untuk masuknya mikroorganisme ke dalam uterus dan sebagai
tempat reservoir spermatozoa. Vagina adalah organ reproduksi hewan
betina yang terletak di dalam pelvis di antara uterus dan vulva Fungsi dari
vagina adalah sebagai alat kopulasi dan tempat sperma dideposisikan.
berperan sebagai saluran keluarnya sekresi cervix, uterus dan oviduct. Dan
sebagai jalan peranakan saat proses beranak.
17.17. Vulva merupakan alat reproduksi hewan betina bagian luar. Vulva terdiri
dari dua bagian. Bagian luar disebut labia mayora dan bagian dalamnya
disebut labia minora Klitoris merupakan alat reproduksi betina bagian luar
yang homolog dengan gland penis pada hewan jantan yang terletak pada sisi
ventral sekitar 1 cm dalam labia. Klitoris terdiri atas dua krura atau akar
badan dan kepala (glans). Klitoris akan berereksi pada hewan yang sedang
estrus. Fungsi dari klitoris ini membantu dalam perkawinan.
18.18. ANATOMI REPRODUKSI BABI JANTAN Fungsi umum alat reproduksi jantan
yaitu memproduksi sel jantan yang disebut spermatozoa Dan memasukkan
sperma pada alat reproduksi betina pada waktu yang tepat. Alat reproduksi
babi jantan terdiri atas : 1. Testis 2. Tubulus semiferus 3. Rete testis 4.
Saluran efferens 5. Epidydimis 6. Vas deverens 7. Kelenjar prostat 8. Kelenjar
cowpers 9. Uretra 10. penis
19.19. Babi memiliki dua buah testis (sepasang) yang berada di luar tubuh dan
terbungkus oleh scortum. Testis memiliki beberapa fungsi yaitu :
Memproduksi sperma Menghasilkan hormon testosteron yang berfungsi
untuk : Memilihara kedewasaan Memilihara organ reproduksi
Menumbuhkan nafsu sexual Menimbulkan sifat atau ciri kelami TESTIS
20.20. Tubulus seminiferus merupakan bagian yang berbentuk tabung yang
dapat dijumpainpada testis sebagai tempat yang digunakan untuk
memproduksi sperma. Tubulus seminiferus berfungsi untuk memproduksi
sperma dalam jumlah besar pada testis. TUBULUS SEMINIFERUS
21.21. Merupakan bagian dari organ reproduksi yang ada dalam testis dan
berbentuk tabung bergulung-gulung. Epidydimis berfungsi antara lain
Sebagai tempat penyimpanan sperma Sebagai tempat keluarnya cairan
yang bisa membri nutrisi bagi sperma. Sebagai tempat pematangan
sperma. EPIDYDIMIS
22.22. Merupakan saluran diantara rete testis dan epidydimis. Vas deferens
berfungsi sebagai pembawa sperma masuk ke dalam uretra pada saat
ejakulasi. VAS DEFERENS
23.23. Terletak pada leher kandung kencing (balader). Kelenjar ini
menghasilkan cairan kental dan banyak mengandung protein serta garam
yang berbau khas. Kelenjar prostate berfungsi untuk membersihkan uretra
selama ejakulasi ser ta melebarkan saluran agar sperma dapat keluar dengan
lancar. KELENJAR PROSTATE
24.24. Terletak di uretra dan menghasilkan cairan yang dapat membersihkan
uretra pada saat semen terlepas. KELENJAR COWPERS
25.25. Merupakan alat reproduksi yang menghubungkan kandung air kencing
dengan glan penis. Uretra berfungsi mengalirkan urine dan semen. URETRA
26.26. Merupakan alat reproduksi bagian luar yang berfunsi sebagai alat
kopulasi Penis berfungsi sebagai alat kopulasi, yaitu memsukkan sperma ke
dalam alat reproduksi betina. Penis pada babi berbentuk lebih runcing, hal ini
disebabkan ovarium pada babi betina berlekuk-lekuk sehingga dengan
...1 D. Tujuan
Akhir...................................................................................................................
........2 E. Kompetensi Inti dan Kompetensi
Dasar ......................................................................2 F. Cek Kemampuan
Awal.............................................................................................................4 II.
PEMBELAJARAN...................................................................................................
.............................6 Kegiatan Pembelajaran 1. Organ Reproduksi
Hewan.............................................................6 A.
Deskripsi............................................................................................................
.......................6 B. Kegiatan
Belajar................................................................................................................
.....6 1. Tujuan
Pembelajaran.....................................................................................................
.6 2. Uraian
Materi ................................................................................................................
.....8 3.
Refleksi ..............................................................................................................
................57 4.
Tugas .................................................................................................................
.................58 5. Tes
Formatif..............................................................................................................
.......59
3. 3.
iii .......................................................................................................................
.........61C. Penilaian 1.
Sikap .................................................................................................................
..................61 2.
Pengetahuan......................................................................................................
..............63 3.
Keterampilan......................................................................................................
.............64 Kegiatan Pembelajaran 2. Siklus Reproduksi
Hewan..........................................................67 A.
Deskripsi............................................................................................................
....................67 B. Kegiatan
Belajar................................................................................................................
..67 1. Tujuan
Pembelajaran...................................................................................................6
7 2. Uraian
Materi ................................................................................................................
..69 3.
Refleksi ..............................................................................................................
................85 4.
Tugas .................................................................................................................
.................86 5. Tes
Formatif..............................................................................................................
.......86 ...............................................................................................................
.................87C. Penilaian 1.
Sikap .................................................................................................................
..................87 2.
Pengetahuan......................................................................................................
..............89 3.
Keterampilan......................................................................................................
.............89 Kegiatan Pembelajaran 3. Hormon Reproduksi
Hewan ....................................................90 A.
Deskripsi............................................................................................................
....................90 B. Kegiatan
Belajar................................................................................................................
..90 1. Tujuan
Pembelajaran...................................................................................................9
0 2. Uraian
Materi ................................................................................................................
..91 3.
Refleksi ..............................................................................................................
..............112 4.
Tugas .................................................................................................................
...............113 5. Tes
Formatif..............................................................................................................
.....113
4. 4.
iv .......................................................................................................................
.......114C. Penilaian 1.
Sikap .................................................................................................................
................114 2.
Pengetahuan......................................................................................................
............116 3.
Keterampilan......................................................................................................
...........117 Kegiatan Pembelajaran 4. Penampungan
Semen .................................................................118 A.
Deskripsi............................................................................................................
..................118 B. Kegiatan
Belajar................................................................................................................
119 1. Tujuan
Pembelajaran.................................................................................................11
9 2. Uraian
Materi ................................................................................................................
121 3.
Refleksi ..............................................................................................................
..............149 4.
Tugas .................................................................................................................
...............150 5. Tes
Formatif..............................................................................................................
.....151 C.
Penilaian.............................................................................................................
.................152 1.
Sikap .................................................................................................................
................152 2.
Pengetahuan......................................................................................................
............154 3.
Keterampilan......................................................................................................
...........155 Kegiatan Pembelajaran 5. Penanganan Semen
Hewan .....................................................157 A.
Deskripsi............................................................................................................
..................157 B. Kegiatan
Belajar................................................................................................................
159 1. Tujuan
Pembelajaran.................................................................................................15
9 2. Uraian
Materi ................................................................................................................
161 3.
Refleksi ..............................................................................................................
..............188 4.
Tugas .................................................................................................................
...............189 5. Tes
Formatif..............................................................................................................
.....190
5. 5. v C.
Penilaian.............................................................................................................
.................191 1.
Sikap .................................................................................................................
................191 2.
Pengetahuan......................................................................................................
............193 3.
Keterampilan......................................................................................................
...........194 III.
PENUTUP.............................................................................................................
...............................196 DAFTAR
PUSTAKA ............................................................................................................
....................197
6. 6. vi DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Organ Reproduksi Ruminansia
Jantan..........................................................................8 Gambar 2. Testis
Ruminansia.........................................................................................................
........9 Gambar 3. Organ Reproduksi unggas Jantan (UKAG,
2011) ...................................................20 Gambar 4. Testis pada ayam
jantan..................................................................................................22
Gambar 5. Alat reproduksi sapi
betina............................................................................................26 Gambar
6. Tuba
Fallopii................................................................................................................
.......28 Gambar 7. Uterus
Simpleks.............................................................................................................
....30 Gambar 8. Uterus
Bipartitus............................................................................................................
....31 Gambar 9. Uterus
Bikornis...............................................................................................................
....31 Gambar 10. Uterus
Duplek................................................................................................................
...32 Gambar 11. Uterus Delphia (Oklahoma University,
1997)......................................................32 Gambar 12. Organ reproduksi
ayam betina ..................................................................................36 Gambar
13. Ovarium dari ayam
12.12. xii Molting : Adalah peristiwa rontoknya bulu secara alamiah dan
beraturan. Molting yang dipaksakan disebut force molting yang bertujuan
untuk mengatur produksi telur. Plumping : Penyerapan air dan mineral saat
mulai terbentuknya kerabang tipis yang terjadi di istmus.
13.13. 1 I. PENDAHULUAN A. Deskripsi Buku teks bahan ajar Reproduksi Hewan 1
(semester 1) ini membahas tentang proses reproduksi hewan, yang meliputi :
1. Kegiatan Pembelajaran 1. tentang organ reproduksi hewan. 2. Kegiatan
Pembelajaran 2. tentang siklus reproduksi hewan. 3. Kegiatan Pembelajaran
3. tentang hormon reproduksi hewan. 4. Kegiatan Pembelajaran 4. tentang
penampungan semen hewan. 5. Kegiatan Pembelajaran 5. tentang penangan
semen hewan. B. Prasyarat Dalam mempelajari buku teks bahan ajar
Reproduksi Hewan 1 kelas X semester 1 ini, siswa tidak diwajibkan
menyelesaikan mata pelajaran apapun. C. Petunjuk Penggunaan Agar siswa
dapat berhasil dengan baik dalam menguasai buku teks bahan ajar
Reproduksi Hewan 1 ini, maka siswa diharapkan mengikuti petunjuk
penggunaan bahan ajar sebagai berikut : 1. Bacalah semua bagian dari buku
teks bahan ajar ini dari awal sampai akhir. 2. Baca ulang dan pahami
sungguh-sungguh prinsip-prinsip yang terkandung dalam buku teks bahan
ajar ini. 3. Buat ringkasan dari keseluruhan materi buku teks bahan ajar ini. 4.
Gunakan bahan pendukung lain serta buku-buku yang direferensikan dalam
daftar pustaka agar dapat lebih memahami konsep setiap kegiatan belajar
dalam buku teks bahan ajar ini. 5. Lakukan diskusi kelompok baik dengan
sesama teman sekelompok atau teman sekelas atau dengan pihak-pihak
yang dapat membantu dalam memahami isi buku teks bahan ajar ini.
14.14. 2 6. Setelah menguasai keseluruhan materi buku teks bahan ajar ini,
kerjakan tugas, soal-soal yang ada pada latihan dan lembar evaluasi. Setelah
mengerjakan tugas, buat laporan hasilnya dan kirim via e-mail. Setelah
selesai mengerjakan soal-soal baru cocokkan hasilnya dengan lembar kunci
jawaban. D. Tujuan Akhir Setelah mempelajari buku teks bahan ajar
Reproduksi Hewan 1 ini, Siswa dapat : 1. Menjelaskan organ reproduksi
hewan. 2. Mengidentifikasi organ reproduksi hewan. 3. Menjelaskan siklus
reproduksi hewan. 4. Menalar siklus reproduksi hewan. 5. Menjelaskan
hormon reproduksi hewan. 6. Menalar hormon reproduksi hewan. 7.
Menjelaskan penampungan semen hewan. 8. Melakukan penampungan
semen hewan. 9. Menjelaskan penangan semen hewan. 10. Melakukan
penangan semen hewan. E. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar
Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Reproduksi Hewan 1
semester 1 sebagai berikut : KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR 1.
Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. 1.1
Mengamalkan anugerah Tuhan pada pembelajaran reproduksi hewan sebagai
amanat untuk kemaslahatan umat manusia.
15.15. 3 KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR 2. Menghayati dan mengamalkan
perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama,
toleran, damai), santun, responsif dan pro- aktif dan menunjukan sikap
sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi
secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan
diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia 2.1 Menghayati
pentingnya kerjasama sebagai hasil pembelajaran reproduksi hewan. 2.2
Menghayati pentingnya kepedulian terhadap kebersihan lingkungan praktek
sebagai hasil dari pembelajaran reproduksi hewan. 2.3 Menghayati
pentingnya bersikap jujur, disiplin serta bertanggung jawab sebagai hasil dari
pembelajaran reproduksi hewan. 3. Memahami, menerapkan dan
menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural berdasarkan
rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dalam wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian dalam bidang kerja yang
spesifik untuk memecahkan masalah. 3.1 Menerapkan pengetahuan organ
reproduksi hewan. 3.2 Menerapkan pengetahuan siklus reproduksi hewan. 3.3
Menerapkan pengetahuan hormon reproduksi hewan. 3.4 Menerapkan
pengetahuan penampungan semen. 3.5 Menerapkan pengetahuan
penanganan semen.
16.16. 4 KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR 4. Mengolah, menalar, dan
menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan
mampu melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan langsung. 4.1
Menalar organ reproduksi hewan. 4.2 Menalar siklus reproduksi hewan. 4.3
Menalar hormon reproduksi hewan. 4.4 Melakukan penampungan semen
hewan. 4.5 Melakukan penanganan semen hewan. F. Cek Kemampuan Awal
Beri tanda pada kolom berikut ini sesuai dengan jawaban Anda! No. Item
Pertanyaan Jawaban Ya Tidak 1. Apakah Anda dapat menjelaskan anatomi
reproduksi pada unggas? 2. Apakah Anda dapat menjelaskan anatomi
reproduksi pada ruminansia? 3. Apakah Anda dapat membedakan anatomi
reproduksi unggas dan ruminansia? 4. Apakah Anda dapat menjelaskan siklus
reproduksi pada unggas? 5. Apakah Anda dapat menjelaskan siklus
reproduksi pada ruminansia? 6. Apakah Anda dapat membedakan siklus
reproduksi unggas dan ruminansia? 7. Apakah Anda dapat menjelaskan
hormon reproduksi hewan? 8. Apakah Anda dapat menjelaskan fungsi hormon
reproduksi pada unggas?
17.17. 5 No. Item Pertanyaan Jawaban Ya Tidak 9. Apakah Anda dapat
menjelaskan fungsi hormon reproduksi pada ruminansia? 10. Apakah Anda
dapat membedakan fungsi hormon reproduksi unggas dan ruminansia? 11.
Apakah Anda dapat menjelaskan penampungan semen pada hewan? 12.
Apakah Anda dapat melakukan penampungan semen pada sapi? 13. Apakah
Anda dapat melakukan penampungan semen pada ayam? 14. Apakah Anda
dapat menjelaskan proses pemeriksaan semen pada hewan? 15. Apakah
Anda dapat menjelaskan proses pemeriksaan semen secara mikroskopis? 16.
Apakah Anda dapat menjelaskan proses pemeriksaan semen secara
makroskopis? 17. Apakah Anda dapat membedakan proses pemeriksaan
semen secara makroskopis dan mikroskopis? 18. Apakah Anda dapat
menjelaskan proses penyimpan semen? 19. Apakah Anda dapat melakukan
penyimpanan semen cair? 20. Apakah Anda dapat melakukan proses
penyimpanan semen beku? 19. Apakah Anda dapat membedakan proses
penyimpanan semen cair dan beku? Apabila ada salah satu pertanyaan yang
Anda jawab tidak, maka Anda harus mempelajari buku teks bahan ajar
Reproduksi Hewan 1 ini.
18.18. 6 II. PEMBELAJARAN Kegiatan Pembelajaran 1. Organ Reproduksi Hewan A.
Deskripsi Kegiatan pembelajaran ini akan membahas tentang organ
reproduksi hewan, yang meliputi organ reproduksi ruminansia, dan non
ruminansia. B. Kegiatan Belajar 1. Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari
memisah dari pembuluh darah dan saraf dari korda. Selanjutnya dua vas
deferens mendekati uretra, bersatu dan kemudian ke dorso caudal kandung
kemih, serta dalam lipatan peritoneum yang
25.25. 13 disebut lipatan urogenital (genital fold) yang dapat disamakan dengan
ligamentum lebar pada betina. Vas deferens mengangkut sperma dari ekor
Epididymis ke uretra. Dindingnya mengandung otot-otot licin yang penting
dalam mekanisasi pengangkutan semen waktu ejakulasi. Diameternya
mencapai 2 mm dan konsistensinya seperti tali berwarna kekuningan. Dekat
badan Epididymis, vas deferens menjadi lurus dan bersama buluh-buluh
darah dan lymphe serta serabut-serabut saraf, membentuk funiculus
spermaticus yang berjalan melalui canalis ingualis ke dalam cavum
abdominalis. Ampulla pada sapi mempunyai panjang 10 sampai 14 cm,
dengan diameternya 2 sampai 2,5 cm. Ampulla tidak terdapat pada anjing,
babi kecil dan kucing. Vas deferens berfungsi untuk mengangkut sperma dari
ekor Epididymis ke urethra. Dindingnya mengandung otot-otot licin yang
penting dalam mekanisasi pengangkutan semen waktu ejakulasi.
Diameternya dapat mencapai 2 mm, dengan panjang 5-10 cm dan
konsistensinya seperti tali dekat ekor Epididymis, vas deferens berliku- liku
dan berjalan sejajar dengan badan Epididymis. Dekat kepala Epididymis, vas
deferens menjadi lurus dan bersama buluh- buluh darah dan limfe dan
serabut syaraf, membentuk funiculus spermaticus yang berjalan melalui
canalis inguinalais ke dalam cavum abdominalis. Kedua vas deferens, yang
terletak sebelah menyebelah di atas vesica urinaria, lambat laun menebal
dan membesar membentuk ampullae ductus deferentis. Epididymis
Epididymis adalah suatu struktur yang memanjang yang bertaut rapat
dengan testis. Epididymis mengandung ductus Epididymis yang sangat
26.26. 14 berliku-liku, dan mencapai panjang lebih 40 meter jantan dewasa dan
kurang lebih 60 meter pada babi dan 80 meterpada kuda. Epididymis dapat
dibagi atas kepala, badan, dan ekor. Kepala (caput Epididymis) membentuk
suatu penonjolan dasar dan agak berbentuk mangkok yang dimulai pada
ujung proximal testis. Umumnya Epididymis berbentuk U, berbeda-beda
dalam ukurannya dan menutupi seluas 1/3 dari bagian testis. Melalui serosa,
saluran Epididymis tersusun dalam lobuli dan mengandung ductus efferentes
testis dengan saluran Epididymis berjumlah 13 sampai 15 buah dekat ujung
proximal testis, caput Epididymis menjadi pipih dan bersambung ke badan
(corpus Epididymis) yang langsing dan berjalan distal sepanjang tepi
posterior testis. Pada ujung distal testis, corpus menjelma menjadi cauda
Epididymis yang pada sapi dewasa mencapai ukuran sebesar ibu jari dan
agak berayun dalam kedudukannya. Didekat ligamentum testis, saluran
Epididymis menjadi lebih kasar pada pelipatan sekeliling ligamen,
bersambung ke proximal sebagai cauda Epididymis . Caput epididymis,
nampak pipih di bagian apeks testis, terdapat 12-15 buah saluran kecil, vasa
efferentia yang menuyatu menjadi satu saluran. Corpus epididymis
memanjang dari apeks menurun sepanjang sumbu memanjang testis,
merupakan saluran tunggal yang bersambungan dengan cauda Epididymis .
Panjang total dari epididymis diperkirakan mencapai 34 meter pada babi dan
kuda. Lumen cauda Epididymis lebih lebar daripada lumen corpus epididymis.
Struktur dari epididymis dan saluran eksternal lainnya, vas deferens dan
urethra adalah serupa pada saluran reproduksi betina. Tunica serosa di
bagian luar, diikuti dengan otot daging yang licin pada bagian tengah dan
ujung penis disebut glans penis, yang dilengkapi dua macam perlengkapan
yaitu musculus refraktor penis yang dapat merelaksasi dan mengkerut dan
corpus convernosum penis untuk menegangkan penis Glands penis pada sapi
mempunyai panjang 7,5-12,5 cm dan agak lancip; sedangkan glands penis
pada kambing menyerupai suatu penonjolan filiformis sepanjang 4-5 cm,
dengan panjang glands penis 5-7,5 cm. Penis pada sapi jantan dewasa
panjangnya mencapai 100 cm diukur dari dari akar sampai ke ujung glands
penis. Penis sapi dalam keadaan ereksi dan pemacekan penis menonjok ke
luar dari preputium sepanjang 25-60 cm. Pada kambing penisnya memiliki
panjang 35 cm dengan flexura sigmoidea yang berkembang baik.
Diameternya relatif kecil 1,5-2 cm. Bentuk penis silindris sedikit menipis dari
pangkal penis ke ujung yang bebas. Penis sapi termasuk dalam tipe fibroelastic dan bersifat agak kaku walaupun tdalam keadaan tidak ereksi.
Sebagian besar badan penis pada keadaan tidak ereksi berbentuk huruf S
(flexura sigmoidea) yang berada disebelah dorsal caudal scrotum. Preputium
Kata prepuce atau preputeum mempunyai arti sama dengan sarung adalah
ivaginato dari kulit yang membungkus secara sempurna pada ujung bebas
dari penis. Perkembangan embrionik dari organ ini sama dengan
perkembangan dari organ labia minira pada ternak
30.30. 18 betina. Prepuce dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian
prepenile, lipatan luar dan bagian penile, lipatan dalam. Sekitar lubang
prepuse ditumbuhi oleh rambut panjang dan kasar. Pada saat penampungan
semen dalam program inseminasi buatan, perlu diadakan pencukuran
terhadap rambut ini, untuk menjaga agar semen tidak tercemar oleh kotoran
yang kemungkinan besar menempel pada rambut tersebut. Preputium adalah
lipatan kulit disekitar ujung bebas penis. Permukaan luar merupakan kulit
yang agak khas, sementara dalam menyerupai membrane mukosa yang
terdiri dari lapisan preputial dan lapisan penil yang menutup permukaan
extremitas bebas dari penis. Preputium kuda merupakan lipatan rangkap,
sehingga dua lapisan konsentrik mengelilingi penis apabila penis ditarik
kembali. Preputium babi mempunyai divertikulum (kantung)disebelah dorsal
dari orifisium preputial. Kantung itu mengakumulasi urine, sekresi- sekresi
dan sel-sel mati yang menyebabkan adanya bau khas pada babi dewasa.
Lubang preputium terletak sedikit dibelakang umbilicus dan biasanya
dikelilingi oleh rambut panjang. Rongga preputium tempat ujung penis yang
bebas itu terletak, mempunyai panjang 37,5 cm dan bergaris tengah 2,5 cm.
preputium berdinding sel epitel pipih bertanduk dengan tinggi yang berbedabeda. Pada waktu ereksi penis biasanya memenjang tetapi tidak lebih dari 25
sampai 30 cm melewati muara preputium dan akan mencapai perpanjangan
yang sempurna hanya pada detik sapi itu mencapai titik tertinggi dari
aktifitas kopulasi.
31.31. 19 Scrotum Scrotum adalah kulit berkantong yang ukuran, bentuk dan
lokasinya menyesuaikan dengan testis yang dikandungnya. Kulit scrotum
adalah tipis, lembut dan relatif kurang berambut. Selapis jaringan fibroelastik
bercampur dengan serabut otot polos disebut tunika dartos, terdapat
disebelah dalam dari kulit dan pada cuaca dingin serabut-serabut otot dari
dartos tersebut berkontraksi dan membantu mempertahankan posisi
terhadap dinding abdominal. Tunika dartos melintas bidang median antara
dua testis membantu membentuk septum scrotal yang membagi scrotum
menjadi dua bagian lateral pada masing-masing testikel. Fungsi utama
tubuli seminiferi (85% sampai 95% dari volume testis), yang merupakan
tempat terjadinya spermatogenesis, dan jaringan intertitial yang terdiri atas
sel glanduler (sel Leydig) tempat disekresikannya hormon steroid, androgen,
dan testosteron. Besarnya testis tergantung pada umur, strain, musim, dan
pakan. Epididimis Epididimis berjumlah sepasang dan terletak pada bagian
sebelah dorsal testis . Epididimis berfungsi sebagai jalannya cairan sperma ke
arah kaudal menuju cauda Epididymis . Duktus deferens Jumlahnya
sepasang, pada ayam jantan muda kelihatan lurus dan pada ayam jantan tua
tampak berkelok-kelok. Letak ke arah kaudal, menyilang ureter dan bermuara
pada kloaka sebelah lateral urodeum.
35.35. 23 Saluran deferens dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian atas yang
merupakan muara sperma dari testis, serta bagian bawah yang merupakan
perpanjangan dari saluran epididimis yang disebut saluran deferens. Saluran
deferens ini akhirnya bermuara di kloaka pada daerah proktodeum yang
berseberangan dengan urodium dan koprodeum. Di dalam saluran deferens,
sperma mengalami pemasakan dan penyimpanan sebelum diejakulasikan.
Pemasakan dan penyimpanan sperma terjadi pada 65% bagian distal saluran
deferens. Organ kopulasi Pada unggas duktus deferens berakhir pada suatu
lubang papila kecil yang terletak pada dinding dorsal kloaka. Papila kecil ini
merupakan rudimeter dari organ kopulasi. Alat kopulasi pada ayam berupa
papila (penis) yang mengalami rudimenter, kecuali pada itik berbentuk spiral
yang panjangnya 12 sampai 18 cm. Pada papila ini juga diproduksi cairan
transparan yang bercampur dengan sperma saat terjadinya kopulasi.
Mekanisme Spermatogenesis Spermatogenesis adalah proses pembentukan
sel sperma yang terjadi di epitelium (tubuli) seminiferi di bawah kontrol
hormon gonadotropin dan hipofisis (pituitaria bagian depan). Tubuli seminiferi
ini terdiri atas sel sertoli dan sel germinalis. Spermatogenesis terjadi dalam
tiga fase, yaitu fase spermatogenial, fase meiosis, dan fase spermiogenesis
yang membutuhkan waktu 13 14 hari. Pembentukan Sperma
(Spermatogenesis) Hampir semua spesies hewan tingkat tinggi terutama
mamalia mempunyai proses spermatogenesis yang hampir sama, dalam
pembahasan ini akan di
36.36. 24 jelaskan mengenai proses spermatogenesis pada manusia. Berikut
adalah proses pembentukan dari sperma itu sendiri. Spermatogenesis terjadi
di testis. Didalam testis terdapat tubulus seminiferus. Dinding tubulus
seminiferus terdiri dari jaringan epitel dan jaringan ikat, pada jaringan
epithelium terdapat sel sel spermatogonia dan sel sertoli yang berfungsi
memberi nutrisi pada spermatozoa. Selain itu pada tubulus seminiferus
terdapat pula sel leydig yang mensekresikan hormon testosterone yang
berperan pada proses spermatogenesis. Pada masa pubertas, spermatogonia
membelah diri secara mitosis sehingga menghasilkan lebih banyak
spermatogonia. Pada manusia,spermatogonia mengandung 23 pasang
kromosom atau 46 kromosom (diploid). Beberapa spermatogonia membelah
diri kembali, sedangkan lainnya berkembang menjadi spermatosit primer
yang juga mengandung kromosom sebanyak 46 kromosom. Selsel
spermatosit primer tersebut kemudian membelah secara meiosis menjadi
dua spermatosit sekunder yang jumlah kromosomnya menjadi setengahnya
(23 kromosom haploid). Selanjutnya spermatosit sekunder membelah lagi
secara meiosis menjadi empat spermatid. Jadi, spermatosit primer
mengalami pembelahan meiosis I yang menghasilkan dua spermatosit
ternak unggas betina terdiri atas sebuah ovarium dan sebuah saluran
reproduksi atau oviduct. Organ reproduksi unggas betina Ovarium pada
unggas terletak pada rongga badan sebelah kiri, bentuknya seperti buah
anggur dan terdiri atas folikel- folikel. Folikel yang berkembang akan terlihat
besar berwarna kuning sedangkan yang belum berkembang terlihat
menggerombol dan berwarna putih. Folikel yang paling besar adalah folikel
yang sudahh masak akhirnya akan ovulasi dan jatuh masuk dalam saluran
reproduksi
59.59. 47 Saluran reproduksi unggas terdiri atas infundibulum yaitu saluran yang
paling dekat dengan ovarium, dilanjutkan oleh saluran, magnum, istmus,
uterus, vagina dan berakhir ke kloaka. Alat dan Bahan : A. Alat : 1. Alat bedah
lengkap (gunting, pinset, scapel). 2. Meja bedah. 3. Papan bedah. 4. Loupe. 5.
Meteran. 6. jangka sorong. 7. timbangan digital. 8. Masker. 9. Sarung tangan.
10. Jas praktikum. B. Bahan : 1. Ayam petelur yang sedang produksi. 2. Itik
petelur yang sedang produksi. 3. Ayam kampung yang sedang produksi. C.
Langkah Kerja : 1) Sembelih/matikan ayam dengan cara memotong pada
bagian tulang kepala dan tulang leher pertama (atau pada bagian
oesophagus, trachea, vena jugularis, arteri carotis sampai putus). 2) Buka
urat daging perut dan lepaskan daerah dada dengan memotong tulang rusuk.
Dengan dibukanya urat daging perut maka organ-organ dalam, terutama
organ-organ pencernakan akan terlihat.
60.60. 48 3) Keluarkan secara hati-hati organ dalam yang ada yang menutupi
organ reproduksi, seperti proventriculus, gizzard, intestinum, hepar dan
pancreas. Setelah dikeluarkan semua organ tersebut maka akan tampak
organ- organ reproduksi tersebut. 4) Amati organ-organ tersebut. Gambar
dan dimana letak organ-organ tersebut? 5) Keluarkan secara hati-hati dan
letakkan organ-organ tersebut dengan posisi yang berurutan sesuai dengan
teori atau jalannya yolk yaitu dimulai dari Infundibulum dan osteum,
magnum, isthmus, uterus, vagina dan kloaka. 6) Lakukan hal yang sama ( a
sampai e) pada itik dan ayam buras. 7) Gambar dan sebutkan bagianbagiannya (ayam petelur, itik dan ayam buras). 8) Potong bagian ovarium.
Bagaimana bentuk dan warnanya? Adakah perbedaannya antara ayam
petelur, itik dan ayam buras? Hitung berapa jumlah folikel yang masak pada
masing-maising unggas? Adakah jumlahnya sama? Mengapa? 9) Ukur
panjang diameter ovarium, kemudian timbang masing-masing. 10)Amati
salah satu follikel yang paling besar/ masak. Dapatkah Anda melihat stigma?
11)Ukur diameter follikel yang paling besar pada masing-masing jenis
unggas. 12)Sayat/gunting organ reproduksi mulai dari kloaka, vagina, uterus,
istmus, magnum, infundibulum sampai ke ostium.
61.61. 49 13)Amati organ-organ yang telah disayat tersebut, maka akan terlihat
perbedaan yang menyolok antara dinding mucosanya? Mengapa demikian?
Gambar/photo. Adakah juga perbedaan antara jenis (layer, itik dan ayam
buras) 14)Ukur panjang total saluran reproduksi pada ketiga jenis unggas
tersebut. Adakah perbedaannya? 15)Potong bagian-bagian dari organ saluran
reproduksi dan ukurlah berapa panjang masing-masing. 16)Dari hasil
pengamatan buatlah kesimpulan.
62.62. 50 Lembar Kerja 2 Judul : Mengidentifikasi bagian-bagian organ
reproduksi unggas jantan. Tujuan : Dapat mengidentifikasi organ reproduksi
ternak unggas jantan dengan benar. Dasar Teori : Sistem reproduksi ternak
unggas jantan terdiri atas sepasang yang berbentuk elips dan berwarna
kekuning-kuningan yang merupakan kelenjar utamanya. Organ reproduksi
unggas jantan terletak di daerah dorsal area rongga tubuh yaitu dekat bagian
akhir anterior ginjal. terdiri atas tenunan- tenunan pembungkus dan tubulus
spermaticus yang merupakan tempat diproduksinya spermatozoa. Sedangkan
saluran reproduksi pada unggas jantan terdiri atas (1).saluran epididymus
yaitu suatu saluran yang bentuknya bulat dan panjang serta berkelok63.63. 51 kelok, (2) saluran vas deferens merupakan pipa yang berotot,
terentang mulai dari ekor epididymus sampai ke uretra, (3) urethra (4)
papilla. Ayam mempunyai organ kopulasi berupa papila atau penis, yang
mengalami rudimenter, terkecuali pada itik organ kapulasi ini berbentuk
spiral. Alat dan Bahan : A. Alat : 1. Alat bedah lengkap (gunting, pinset,
scapel) 2. Meja bedah 3. Papan bedah 4. loupe 5. meteran 6. jangka sorong 7.
timbangan digital 8. Masker 9. Sarung tangan 10. Jas praktikum B. Bahan : 1.
Ayam 2. Itik C. Langkah Kerja : 1) Potonglah kepala ayam pada bagian tulang
kepala dan tulang leher pertama (atau pada bagian oesophagus, trachea,
vena jugularis, arteri carotis sampai putus). 2) Buka urat daging perut dan
lepaskan daerah dada dengan memotong tulang rusuk. Dengan dibukanya
urat daging perut maka organ-organ dalam, terutama organ-organ
pencernakan akan terlihat. 3) Keluarkan secara hati-hati organ dalam yang
ada yang menutupi organ reproduksi, seperti proventriculus, gizzard,
intestinum, hepar dan pancreas.
64.64. 52 Setelah dikeluarkan semua organ tersebut maka akan tampak organorgan reproduksi tersebut. 4) Amati organ-organ tersebut. Gambar dan
dimana letak organ-organ tersebut? 5) Keluarkan secara hati-hati dan
letakkan organ-organ tersebut dengan posisi yang berurutan sesuai dengan
teori atau jalannya spermatozoa sampai ke luar tubuh yaitu dimulai dari ,
epididymus, vas defferent, urethra dan papilla 6) Lakukan hal yang sama ( 1
s.d. 5) pada ternak itik. 7) Gambar dan sebutkan bagian-bagiannya (ayam
dan itik). Potong bagian . Bagaimana bentuk dan warnanya? Adakah
perbedaannya antara ayam dan itik? Ukur panjang, lebar dan berat ayam dan
itik. 8) Ukur panjang vas deferens. Bedakan antara vas deferens pada ayam
dan pada itik. Apakah ada perbedaannya?
65.65. 53 Lembar Kerja 3 Judul : Mengidentifikasi perkembangan embrio ternak
unggas Tujuan : Dapat mengidentifikasi perkembangan embrio ternak unggas
dengan benar. Dasar Teori : Perkembangan embrio ayam terjadi di luar tubuh
induknya. Selama perkembangannya, embrio memperoleh makanan dan
perlindungan dari kuning telur (yolk), albumin dan kerabang telur. Itulah
sebabnya telur unggas lebih besar. Pertumbuhan embrio didalam mesin tetas
untuk berkembang menjadi anak ayam membutuhkan waktu selama 21 hari.
Perkembangan embrio Bentuk awal embrio dari hari ke hari mengalami
pertumbuhan dan perkembangan dimulai dari pembelahan-pembelahan sel
pada hari I sampai terbentuknya organ tubuh dan menjadi anak ayam yang
siap keluar/menetas. Alat dan Bahan : A. Alat : 1. Cawan petri. 2. Loupe. 3.
Meteran. 4. Jangka sorong. 5. Timbangan digital. 6. Masker.
66.66. 54 7. Sarung tangan. 8. Jas praktikum. B. Bahan : 1. Telur tetas (telur
ayam) yang telah dieramkan dengan waktu yang berbeda (hari 1 sampai hari
ke 21). C. Langkah Kerja : 1) Kumpulkan telur berembrio yang akan diamati.
Pada kerabang telurnya beri tanda (tulisan) dengan menggunakan spidol.
diestrus, dan proestrus. Periode ini terjadi dan berurutan di dalam satu siklus
kecuali untuk periode anestrus (tidak bersiklus) pada ternak yang
mempunyai musim kawin seperti domba, kambing dan kuda, dan juga
anestrus selama kebuntingan dan periode postpartum dini pada semua
spesies. Tabel 3 di bawah ini menunjukkan karakteristik variasi dalam siklus
berahi pada spesies yang berbeda.
84.84. 72 Tabel 3. Karakteristik variasi dalam siklus berah pada spesies yang
berbeda Sumber: Bearden and Fuquay, l992 Estrus Estrus didefinisikan
sebagai periode waktu ketika ternak betina menerima jantan untuk
perkawinan. Panjang periode estrus bervariasi diantara spesies. Sebagai
contoh, lama estrus pada sapi adalah l2 sampai l8 jam. Namun demikian,
pada lingkungan panas lama estrus pada sapi akan lebih pendek sekitar l0
sampai l2 jam dibandingkan dengan rata-rata l8 jam pada iklim dingin.
Karakteristik Siklus berahi Sapi Domba Babi Kuda Kambing Siklus berahi
(hari) 21 17 20 22 21 Metestrus (hari) 3-4 2-3 2-3 2-3 2-3 Diestrus (hari) 1014 10-12 11-13 10-12 13-15 Proestrus (hari) 3-4 2-3 3-4 2-3 2-3 Estrus 12-18
jam 24-36 jam 48-72jam 4-8 hari 30-40 jam Ovulasi Setelah estrus Akhir
estrus Pertengahan estrus Sebelum estrus berakhir Beberapa jam setelah
estrus
85.85. 73 Metestrus Periode metestrus dimulai pada saat berhentinya estrus dan
berlangsung sekitar tiga hari. Keutamaan periode ini adalah merupakan
periode pembentukan corpus luteum (CL) (corpora lutea pada multiovulasi).
Ovulasi terjadi selama periode ini pada sapi dan kambing. Juga sebuah
fenomena yang dikenal sebagai metesrous bleeding yang terjadi pada sapi,
dan hal ini terjadi pada sekitar 90% pada sapi dara dan 45% pada induk sapi.
Selama periode akhir proestrus dan estrus, konsentrasi estrogen yang tinggi
meningkatkan vaskularitas endometrium, dan vaskularitas ini mencapai
puncak sekitar satu hari setelah berakhirnya estrus. Dengan menurunnya
level estrogen, beberapa kerusakan kapiler mungkin terjadi mengakibatkan
sedikit pendarahan. Darah yang keluar ini biasanya dapat dilihat pada ekor
sekitar 35 sampai 45 jam setelah akhir estrus. Ini bukan merupakan indikasi
terjadi konsepsi atau tidak, dan juga bukan sebagai hasil menstruasi seperti
yang terjadi pada manusia. Diestrus Diestrus dikarakterisasi sebagai periode
di dalam siklus ketika corpus luteum berfungsi secara penuh. Pada sapi
dimulai sekitar hari kelima, dimana pertama kali dideteksi terjadinya
peningkatan konsentrasi hormon progesteron, dan berakhir dengan regresi
corpus luteum pada hari ke-l6 atau l7. Untuk babi dan domba, periode ini dari
hari ke-4 sampai hari ke l3, l4, atau l5. Pada kuda lebih bervariasi yang
disebabkan oleh ketidakteraturan panjang/lama berahi. Pada kuda, ovulasi
terjadi pada hari ke-5, periode diestrus kira-kira pada hari ke-8 sampai hari ke
l9 atau 20. Periode ini dikenal sebagai periode persiapan uterus untuk
kebuntingan. Proestrus Proestrus dimulai dengan regresi corpus luteum dan
penurunan konsentrasi hormon progesteron untuk memulai periode estrus.
Ciri
86.86. 74 periode proestrus adalah terjadinya pertumbuhan folikel yang
cepat.Selama akhir periode ini pengaruh estrogen pada sistem saluran dan
tanda-tanda tingkah laku mendekati estrus dapat diamati. Kontrol Hormon
pada Siklus Berahi Pengaturan siklus berahi melibatkan interaksi timbal balik
antara hormon- hormon reproduksi pada hipotalamus, pituitari anterior, dan
ovarium. Progesteron mempunyai peranan dominan dalam mengatur siklus