Referat Ensefalokel Dyah F PDF
Referat Ensefalokel Dyah F PDF
ENSEFALOKEL
Oleh :
Dyah Febriyanti
NIM 072011101038
Pembimbing :
dr. Moch. Dwikoryanto, Sp.BS
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
2.2
Epidemiologi ........................................................................................... 5
2.3
Etiologi ..................................................................................................... 5
2.4
2.5
2.6
Pemeriksaan penunjang....................................................................... 10
2.7
Diagnosis................................................................................................ 14
2.8
2.9
Penatalaksanaan ................................................................................... 15
iii
DAFTAR GAMBAR
gambar 2. 1 Acquired Posttraumatic Encephalocele 6 ........................................... 4
Gambar 2. 2 Ensefalokel Oksipital Dengan Hidrosefalus 10 ................................... 8
Gambar 2. 3 Ensefalokel Oksipital Berukuran Besar 10.......................................... 8
Gambar 2. 4 Ensefalokel Oksipital Dengan Ukuran Besar10 .................................. 8
Gambar 2. 5 Ensefalokel Nasoethmoidal Dengan Hipertelorisme 17 ...................... 9
Gambar 2. 6 Ensefalokel Nasofrontal 17 ................................................................. 9
Gambar 2. 7 Gambaran USG 2 Dimensi Pada Ensefalokel 19 .............................. 11
Gambar 2. 8 Gambaran Ensefalokel Pada USG 3 Dimensi 19 ............................. 11
Gambar 2. 9 Gambaran Defek Cranial Pada USG 3 Dimensi19.......................... 12
Gambar 2. 10 Foto Polos Lateral Ensefalokel Serviko-Oksipital 20 ..................... 12
Gambar 2. 11 Gambaran Ct Scan Ensefalokel Oksipital 23 .................................. 13
Gambar 2. 12 Ensefalokel Ethmoidal Dengan Hipertelorisme ............................. 13
Gambar 2. 13 Gambaran Mri Ensefalokel Oksipital 3 .......................................... 14
Gambar 2. 14 Posisi Saat Pembedahan 20 ............................................................. 17
Gambar 2. 15. Pembedahan pada Ensefalokel Oksipital 23................................... 17
Gambar 2. 16 Penutupan Defek Luas`pada Ensefalokel Oksipital2...................... 18
Gambar 2. 17 Koreksi Bedah Pada Ensefalokel Nasoethmoidal 23 ...................... 19
Gambar 2. 18 Pasien Ensefalokel Nasoethmoidal Sebelum Dioperasi 23 ............. 19
Gambar 2. 19 Pasien Ensefalokel Nasoethmoidal Setelah Dioperasi 23 ............... 19
Gambar 2. 20 Tahap-Tahap Pembedahan pada Ensefalokel Transethmoidal 26 ... 21
iv
BAB I. PENDAHULUAN
Pasien yang bertahan hidup sebagian besar dapat tetap memiliki intelegensia
normal meski sering didapati adanya gangguan motorik.
Prognosis pada penderita ensefalokel ditentukan terutama oleh ada
tidaknya jaringan otak di dalam kantung ensefalokel yang seiring waktu dapat
terus membesar. Prognosis dapat menjadi buruk dan bahkan tidak dapat diterapi
apabila berukuran besar dan berisi banyak jaringan otak di dalamnya. Ensefalokel
dengan herniasi jaringan otak displastik dapat menimbulkan kecacatan fisik dan
intelektual sedangkan pada ensefalokel dengan kantung mengandung meningen
saja dapat berkembang normal.
BAB 2. PEMBAHASAN
atau
dapatan1,
2,
Disebut
juga
cephalocele,
craniocele,
10
Ensefalokel serviko-
oksipital disebut juga malformasi chiari tipe III yang berisi hampir seluruh
serebelum.
2.2 Epidemiologi
Ensefalokel lebih sering muncul bersama malformasi kongenital non-neural
daripada bersama maflormasi kongenital neural atau spina bifida.3 Insidensi
ensefalokel kurang lebih 0,08 dalam 1.000 total kelahiran di Australia, 0,3-0,6 per
1.000 kelahiran di Inggris, dan 0,15 per 1000 kelahiran keseluruhan di dunia. 3
Tipe ensefalokel yang dominan di Eropa dan Australia adalah ensefalokel
oksipital (75%), frontoethmoidal (13-15%), parietal (10-12%), dan sphenoidal.
Meskipun demikian, di Asia Tenggara ensefalokel frontal merupakan tipe paling
dominan.
2.3 Etiologi
Etiologi pasti ensefalokel masih belum diketahui hingga saat ini.
2,4,10
Meskipun
demikian,
telah
berhasil
berbagai
faktor
terkait
terjadinya
ensefalokel
Diabetes maternal
Sindrom genetic
Hipervitaminosis
Pada embryogenesis, tuba neuralis menutup pada hari ke-27 atau ke-28
kehamilan. Ujung anterior dan posterior tuba neuralis menutup pada saat berbeda.
Neuropore anterior yang terletak sama tinggi dengan foramen cecum menutup
pada hari ke-24 14
Teori mengenai terjadinya ensefalokel10:
lainnya. Secara umum, manifestasi klinis yang dapat muncul pada ensefalokel
adalah10:
1. Benjolan atau kantung pada garis tengah yang ada sejak lahir dan cenderung
membesar, terbungkus kulit normal, membranous ataupun kulit yang
mengalami maserasi. Konsistensi kistous dan kenyal atau lebih solid bila
terdapat herniasi otak. Kantung dapat mengempis dan menegang, tergantung
tekanan intrakranial karena berhubungan dengan ruang intrakranial.
2. Hidrosefalus
3. Mikrosefalus
4. Pada ensefalokel basal adanya kantung seringkali tidak tampak menonjol di
luar melainkan di dalam rongga hidung atau massa epifaringeal sehingga
seringkali tampak seperti polip nasal. Kelainan penyerta yang muncul berupa
hipertelorisme, nistagmus, snoring persisten dan cleft palate sekunder. 15
5. Kelumpuhan anggota gerak, gangguan perkembangan, gangguan penglihatan
dan gangguan lain akibat pendesakaan massa maupun sindrom kelainan
kongenital terkait.
Gejala klinis ensefalokel ditandai dengan adanya benjolan di salah satu
lokasi di sepanjang garis tengah kepala, baik di parietal, frontal, nasofaringeal,
maupun nasal10. Letak benjolan di oksipital terjadi pada 75% kasus, sedangkan
letak di oksipital sebesar 15%, serta benjolan di vertex sebesar 5% jumlah
keseluruhan kasus ensefalokel4. Isi benjolan atau kantung ensefalokel ditentukan
melalui pemeriksaan fisik palpasi dan transluminasi. Pemeriksaan transluminasi
dilakukan dengan penyorotan lampu yang kuat pada tonjolan tersebut (di dalam
ruangan gelap) diharapkan akan menampakkan bayang-bayang isi ensefalokel.
10
11
12
Pemeriksaan penunjang lain yang dapat dimanfaatkan adalah foto polos kepala,
CT scan, dan MRI. Foto polos kepala untuk mencari defek pada tengkorak dan
mendeteksi keadaan patologis penyerta lainnya. Pemeriksaan CT scan digunakan
pada persiapan preoperatif untuk menentukan isi kantung ensefalokel dan ukuran
ventrikel20. Dengan menggunakan MRI, dapat diketahui lokasi defek beserta
isinya dengan lebih jelas.
13
14
2.7 Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik melalui
manifestasi klinis yang khas. Manifestasi klinis utama ensefalokel adalah benjolan
yang muncul sejak lahir di daerah kepala, bisanya di garis tengah.
Penegakan diagnosis dapat dilakukan sebelum kelahiran yakni dengan
pemeriksaan USG antenatal. Pada pemeriksaan USG, kriteria yang dipakai untuk
menegakkan diagnosis ensefalokel adalah sebagai berikut:3
1. Tampak massa melekat pada kepala janin atau bergerak sesuai gerakan
kepala janin.
2. Tampak defek tulang tengkorak.
3. Tampak ketidaknormalan anatomis, contohnya hidrosefalus.
4. Scan tulang belakang untuk mengetahui ada tidaknya spina bifida.
5. Pemeriksaan ginjal janin, karena tingginya keterkaitan dengan penyakit
ginjal kistik.
Terdapat beberapa kelainan pada sistem saraf pusat yang dapat membantu
diagnosa ensefalokel, yakni sebagai berikut: 3
15
Gambaran
Higroma kistik
USG
Defek cranium Tidak ada
Septae
Ada dan bilateral, hingga
mencapai leher .
Isi kantung
Hanya cairan
Mikrosefali
Jarang
Lokasi
Aspek posterolateral leher
Ensefalokel
Selalu
Tidak selalu ada. Bila ada
hanya di garis tengah kepala.
Bervariasi
Sering menyertai
Oksipital (70%), frontal,
parietal, atau nasofrontal
2.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada ensefalokel adalah koreksi melalui pembedahan10.
Pembedahan dilakukan sedini mungkin yakni saat pasien berusia kurang dari 4
bulan22. Bila tidak dilakukan koreksi, ensefalokel akan terus membesar karena
bertambahnya herniasi jaringan otak yang dapat menimbulkan defisit neurologis.
10.
16
24
10,25
Posisi pasien dijaga agar tidak terjadi cedera karena penekanan bola mata2
Langkah-langkah koreksi bedah pada ensefalokel oksipital dimulai dengan
membuat insisi melintang pada benjolan hingga perikranium dapat teridentifikasi
dan dipisahkan dari jaringan yang lebih dalam. Setelah itu, dilakukan insisi
perikranial dengan inspeksi dan diseksi isi benjolan. Koreksi bedah dilakukan
untuk mempertahankan jaringan otak agar tidak mengalami herniasi lebih banyak
lagi 12.
Pada anak-anak, defek pada cranium ditutup dengan autogenous bone. Insisi
kulit kemudian ditutup.10 Pada ensefalokel oksipital berukuran besar dengan
mikrosefali sekunder akibat herniasi otak massif, digunakan fine mesh untuk
mencegah kompartemen ekstrakranial.22 Pembedahan pada ensefalokel dengan
penyerta memerlukan beberapa prosedur tambahan. Bila didapatkan hidrosefalus
yang menyertai, maka dilakukan VP shunt17. Kadang prosedur ini harus dilakukan
17
23
18
Pada ensefalokel
frontal terdapat
adanya kulit yang membungkus kantung ensefalokel, obstruksi jalan nafas, atau
gangguan penglihatan. 22
Pada ensefalokel nasoethmoidal, terdapat beberapa tambahan sasaran hasil
koreksi pembedahan. Selain bertujuan untuk menutup defek dan membuang atau
mengembalikan jaringan yang mengalami herniasi, koreksi bedah pada
ensefalokel nasoethmoidal juga ditujukan untuk merekonstruksi kraniofasial
sehingga mencegah long nose deformity. Koreksi dilakukan dengan osteotomi
dan rekonstruksi bentuk wajah di sekitar defek, termasuk mengoreksi
hipertelorisme yang kerap menyertai. 23
19
20
21
2.10
Komplikasi
Ensefalokel besar dapat berkomplikasi pada kebocoran CFS dan terjadi
22
15
Selain itu, sebagaimana defek tuba neuralis lain, ensefalokel dapat menimbulkan
aborsi spontan, kematian janin intrauterine, kematian bayi pada awal kehidupan,
dan kecacatan seumur hidup.27 Pada kasus yang jarang, baik ensefalokel maupun
pembedahannya dapat mengakibatkan kebutaan.
sebagai
tatalaksana
utama
ensefalokel
28
dapat
perdarahan
23
BAB 3. KESIMPULAN
Ensefalokel adalah herniasi isi kranium berupa suatu bagian otak dan
meninges (selaput otak) melalui suatu defek pada tengkorak yang muncul secara
kongenital maupun dapatan. Insidensi ensefalokel di dunia kurang lebih 0,15 per
1000 kelahiran dengan jenis terbanyak tipe oksipital kecuali di Asia Tenggara
ensefalokel didominasi tipe frontal. Ensefalokel terjadi didasari oleh adanya
gangguan pada proses embriologis penutupan tuba neuralis pada awal kehamilan.
Penyebab pasti ensefalokel belum diketahui, hanya faktor resiko saja yang sudah
teridentifikasi.
Manifestasi klinis berupa gejala utama benjolan atau kantung di sepanjang
garis tengah kepala sejak lahir. Ensefalokel dapat muncul sendiri, disertai gejala
penyerta lain, maupun muncul sebagai bagian dari suatu sindrom kelainan
kongenital. Diagnosis dapat ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan penunjang. Terapi untuk ensefalokel adalah koreksi dengan
pembedahan sedini mungkin untuk memperbaiki defek, membuang atau
mengembalikan jaringan herniasi, menutup kembali kantung serta menatalaksana
penyulit. Penyulit yang terjadi antara lain hidrosefalus, mikrosefalus, dan infeksi.
Prognosis pada pasien ensefalokel dipengaruhi ukuran ensefalokel, herniasi,
derajat ventrikulomegali, adanya kelainan kongenital lain.
24
DAFTAR PUSTAKA
Kan-Ping.,
Chen,
Peir-Rong.,
Chou,
Yu-Fu.
2006.
25
17.
26
29. Gursan, Aydin, Altas, dan Ertas. 2003. Intranasal Encephalocele: A Case
Report. Turk. J Med Sci vol.33: 191-194.