Anda di halaman 1dari 19

TUGAS PBL

SKENARIO 4

Disusun oleh : KELOMPOK 04


1. Nur Ilma

09700063

2. Donna Imanuel Victory Patty

09700065

3. Ade Kresna Hernata

09700067

4. Aditya Azwar S
5. Ida Ayu Praba Mahimadevi
6. Jihan Mauludina
7. Ismi Fatimah
8. Ria Fikdawati
9. Tri Aji Bangun Nuswantoro
10. Rissa Puspitasari
11. Stefani Soraya Yonelis
12. Indra

09700069
09700071
09700073
09700077
09700081
09700083
09700085
(2008)
(2008)

PEMBIMBING-TUTOR : dr. Sugiharto Candra, MARS

BAB I
SKENARIO
Seorang ibu datang ke Puskesmas membawa anaknya usia 5 tahun dengan
keluhan panas dan batuk yang sudah berlangsung sekitar 3 hari. Ibunya tidak tahu pasti

kapan mulai batuk-batuknya karena dianggap biasa-biasa saja, tapi panas yang tinggi
membuat ibunya khawatir dan segera membawanya ke Puskesmas. Sewaktu dilihat oleh
dokter setempat segera dia bisa melihat sesak yang sangat jelas.

BAB II
KATA KUNCI
a. Panas

Dimana kondisi didalam tubuh kita mengalami peningkatan suhu atau


temperatur sehingga menimbulkan energi yang lebih besar atau panas.
b. Batuk
Batuk adalah refleks fisiologis yang biasa terjadi

pada saluran

pernapasan orang sehat maupun sakit. (http://um.ac.id) Batuk dapat ditimbulkan


oleh berbagai sebab, misalnya rangsangan selaput lendir pernapasan yang terletak
di tenggorokan dan cabang-cabang tenggorokan. (http://ksupointer.com) Radang
jalan pernapasan pada bronchitis dan pharingitis. Penyumbatan jalan pernapasan
oleh lendir biasanya pilek, bronchitis, dan pertusis. Batuk dapat juga disebabkan
oleh bau-bauan, debu, gas, dan perubahan suhu yang mendadak atau juga
merupakan gejala dari penyakit TBC, asma, kanker paru-paru, bronkopneumonia
dan lain-lain.
c. Sesak
Sesak napas adalah perasaan sulit bernapas ditandai dengan napas yang
pendek danpenggunaan otot bantu pernapasan. Dispnea dapat ditemukan pada
penyakit kardiovaskular, emboliparu, penyakit paru interstisial atau alveolar,
gangguan dinding dada, penyakit obstruktif paru(emfisema, bronkitis, asma),
kecemasan (Price dan Wilson, 2006).

BAB III
PROBLEM

1. Apa yang menyebabkan anak itu menderita, batuk, dan sesak?


2. Apa saja jenis penyakit yang dapat menimbulkan keluhan yang sama dengan
kasus tersebut?
3. Bagaimana cara menegakkan diagnosa pasti untuk kasus di atas?
4. Bagaimana prinsip penatalaksanaan untuk kasus di atas?

BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Batasan

Berdasarkan kasus pada skenario 4 batasan-batasaan yang diangkat jenis


Pneumonia pada anak, antara lain: Bronkopneumonia, TB pada anak, dan infeksi
virus lain.
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru
(alveoli). Terjadinya pneumonia pada anak seringkali bersamaan dengan proses
infeksi akut pada bronkus (bronchopneumonia). Gejala penyakit ini berupa napas
cepat dan napas sesak, karena paru meradang secara mendadak.
4.2 Anatomi, Histologi, Patogenesis, Patofisiologi
Anatomi Paru-paru
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari
gelembung (gelembung hawa, alveoli). Gelembung alveoli ini terdiri dari sel-sel
epitel dan endotel. Jika dibentangkan luas permukaannya 90m2. Banyaknya
gelembung paru-paru ini kurang lebih 700juta buah. Paru-paru dibagi dua:
@ Paru-paru kanan terdiri dari tiga lobus, lobus pulmodekstra superior, lobus
media, dan lobus inferior.
@ Paru-paru kiri, terdiri dari dua lobus, pulmo sinistra lobus superior dan lobus
inferior.

Tiap-tiap lobus terdiri dari belahan yang lebih kecil bernama

segmen. Paru-paru kiri mempunyai sepuluh segmen, yaitu lima buah segmen pada
lobus superior, dan lima buah segmen pada inferior. Paru-paru kanan mempunyai
sepuluh segmen, yaitu lima buah segmen pada lobus superior, dua buah segmen
pada lobus medial, dan tiga buah segmen pada lobus inferior. Tiap-tiap segmen ini
masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan yang bernama lobulus.
Diantara lobulus satu dengan yang lainnya dibatasi oleh jaringan ikat yang berisi
pembuluh darah getah bening dan saraf, dalam tiap-tiap lobulus terdapat sebuah
bronkeolus. Di dalam lobulus, bronkeolus ini bercabang-cabang yang disebut
duktus alveolus. Tiap-tiap duktus alveolus berakhir pada alveolus yang
diameternya antara 0,2 0,3 mm. Letak paru-paru di rongga dada datarannya
menghadap ke tengah rongga dada/kavum mediastinum. Pada bagian tengah
terdapat bagian tampuk paru-paru yang disebut hilus. Pada mediastinum depan
terdapat jantung. Paru-paru dibungkus oleh selaput yang bernama pleura. Pleura
dibagi menjadi dua:

@Pleura visceral (selaput dada pembungkus), yaitu selaput paru yang langsung
membungkus paru.
@Pleura

parietal,

yaitu

selaput

yang

melapisi

rongga

dada

luar.

Antara kedua pleura ini terdapat ronggga (kavum) yang disebut kavum pleura.
Pada keadaan normal, kavum pleura ini hampa udara, sehingga paru-paru dapat
berkembang kempis dan juga terdapat sedikit cairan (eksudat) yang berguna untuk
meminyaki permukaan pleura, menghindari gesekan antara paru-paru dan dinding
dada sewaktu ada gerakan bernafas.
Histologi Paru-paru
Secara histologi, sistem respirasi dibagi dua:
1. Pars konduksi, meliputi rongga hidung, nasofaring, laring, trakea, bronkus,
bronkiolus dan bronkiolus terminalis yang dilapisi oleh epitel bertingkat
silindris bersilia dengan sel goblet (sel silindris bersilia, sel goblet mukosa, sel
sikat (brush cells), sel basal, dan sel granul kecil)
2. Pars respirasi, meliputi bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris dan alveolus
Patogenesis Bronkopneumonia
Dalam keadaan sehat pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan
mikroorganisme, keadaan ini disebabkan oleh adanya mekanisme pertahanan
paru. Terdapatnya bakteri di dalam paru merupakan ketidakseimbangan antara
daya tahan tubuh, sehingga mikroorganisme dapat berkembang biak dan berakibat
timbulnya

infeksi

penyakit.

Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran nafas dan paru dapat melalui


berbagai cara, antara lain :
@ Inhalasi langsung dari udara
@ Aspirasi dari bahan-bahan yang ada di nasofaring dan orofaring
@ Perluasan langsung dari tempat-tempat lain
@ Penyebaran secara hematogen
Mekanisme daya tahan traktus respiratorius bagian bawah sangat efisien
untuk mencegah infeksi yang terdiri dari :
@ Susunan anatomis rongga hidung

@ Jaringan limfoid di nasofaringBulu getar yang meliputi sebagian besar epitel


traktus respiratorius dan sekret lain yang dikeluarkan oleh sel epitel tersebut.
@ Refleks batuk.
@Refleks epiglotis yang mencegah terjadinya aspirasi sekret yang terinfeksi.
@Drainase sistem limfatis dan fungsi menyaring kelenjar limfe regional.
@Fagositosis aksi limfosit dan respon imunohumoral terutama dari Ig A.
@Sekresi enzim enzim dari sel-sel yang melapisi trakeo-bronkial yang bekerja
sebagai antimikroba yang non spesifik.
@Bila pertahanan tubuh tidak kuat maka mikroorganisme dapat melalui jalan
nafas sampai ke alveoli yang menyebabkan radang pada dinding alveoli dan
jaringan

sekitarnya.

Setelah itu mikroorganisme tiba di alveoli membentuk suatu proses peradangan


yang meliputi empat stadium, yaitu :

A. Stadium I (4 12 jam pertama/kongesti)


Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan permulaan yang
berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan
peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi. Hiperemia
ini terjadi akibat pelepasan mediator-mediator peradangan dari sel-sel mast
setelah pengaktifan sel imun dan cedera jaringan. Mediator-mediator tersebut
mencakup histamin dan prostaglandin. Degranulasi sel mast juga mengaktifkan
jalur komplemen. Komplemen bekerja sama dengan histamin dan prostaglandin
untuk melemaskan otot polos vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas kapiler
paru. Hal ini mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang
interstisium sehingga terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus.
Penimbunan cairan di antara kapiler dan alveolus meningkatkan jarak yang harus
ditempuh oleh oksigen dan karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah
paling berpengaruh dan sering mengakibatkan penurunan saturasi oksigen

hemoglobin.

B. Stadium II (48 jam berikutnya)


Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah
merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu ( host ) sebagai bagian
dari reaksi peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat oleh karena adanya
penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan, sehingga warna paru menjadi merah
dan pada perabaan seperti hepar, pada stadium ini udara alveoli tidak ada atau
sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak, stadium ini berlangsung
sangat singkat, yaitu selama 48 jam.
C. Stadium III (3 8 hari)
Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih
mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin
terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi fagositosis sisa-sisa
sel.Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi, lobus masih tetap padat
karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler
darah tidak lagi mengalami kongesti.
D. Stadium IV (7 11 hari)
Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan
peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorsi oleh
makrofag sehingga jaringan kembali ke strukturnya semula.
Patofisiologi
Bronchopneumonia selalu didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas
yang disebabkan oleh bakteri staphylococcus, Haemophillus influenzae atau
karena aspirasi makanan dan minuman.
Dari saluran pernafasan kemudian sebagian kuman tersebut masukl ke saluran
pernafasan bagian bawah dan menyebabkan terjadinya infeksi kuman di tempat

tersebut, sebagian lagi masuk ke pembuluh darah dan menginfeksi saluran pernafasan
dengan ganbaran sebagai berikut:
1. Infeksi saluran nafas bagian bawah menyebabkan tiga hal, yaitu dilatasi pembuluh
darah alveoli, peningkatan suhu, dan edema antara kapiler dan alveoli.
2. Ekspansi kuman melalui pembuluh darah kemudian masuk ke dalam saluran
pencernaan dan menginfeksinya mengakibatkan terjadinya peningkatan flora
normal dalam usus, peristaltik meningkat akibat usus mengalami malabsorbsi dan
kemudian terjadilah diare yang beresiko terhadap gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit
Jenis-jenis penyakit yang berhubungan
a. Bronkopneumonia
b. TB Paru Pada Anak
c. ISPA
Nama

: Andi

Usia

: 5 tahun

Alamat

: Kupang, NTT

ANAMNESA :
KU

: Panas, batuk, dan sesak

RPS
o Panas sekitar 3 hari yang sebelumnya.
o Sulit makan
o Suka makan nasi, kecap, dan krupuk.
RPD

o Sejak 1 bulan terakhir sering batuk tiap malam.


Riwayat Pengobatan :
o Belum pernah berobat
Riwayat Penyakit keluarga :
o Tidak ada yang menderita sakit seperti ini
Riwayat Sosial :
o BB lahir 2800 gram
o Pola makan kurang gizi
o Waktu bayi diberi ASI hanya 1 bulan kemudian air gula.

PEMERIKSAAN FISIK
KU

: Lemah, kurus sekali, dan mata sayup.

Kesadaran

: Apatis, TB 80 cm, BB 12 kg.

VS

: Nadi 110/mnt, Suhu 38,8C,RR 36/mnt, LLA 12

cm
Akral

: Masih hangat

Leher

: Tidak ada pembesaran kelenjar.

Tampak

: Sesak

Auskultasi

: Ronki halus di ke 2 lapangan paru

Palpasi

: Normal

Perkusi

: Normal

Pemeriksaan Penunjang
@ Pemeriksaan dahak
1.Mempunyai banyak keterbatasan
2.Usahakan bebas dari kontaminan dengan berbagai cara :
a.Sputum dicuci dg garam faali, diambil sputum yang mengandung darah dan
nanah
b.kavum orofaring dibersihkan dulu dengan cara berkumur
c.aspirasi trakeal
d.memakai bronkosokopi
e.pungsi transtorakal
3.Spesimen yg diperoleh lalu dilakukan pengecatan gram dan kultur
@ Pemeriksaan darah
a.Umumnya lekositosis ringan sampai tinggi
b.Hitung jenis bergeser ke kiri ( shift to the left)
c.LED dapat juga tinggi
d.Kultur darah dapat positif 20-25 % pada penderita yang tidak diobati
@ Foto thorax PA/lateral
a.Abnormalitas radiologis pada pneumonia disebabkan karena pengisian alveoli
oleh cairan radang berupa : opasitas / peningkatan densitas ( konsolidasi )
disertai dengan gambaran air bronchogram
b.Bila di dapatkan gejala klinis pneumonia tetapi gambaran radiologis negatif,
maka ulangan foto toraks harus diulangi dalam 24-48 jam untuk menegakkan
diagnosis.
c.Pemeriksaan gas darah:

1.Hipoksemia & hipokarbia


2.Asidosis respiratorik pada stadium lanjut

BAB V
HIPOTESIS AWAL
( DIFFERENTIAL DIAGNOSIS )
a. Bronkopneumonia
b. TB paru pada anak
c. ISPA

BAB VI
ANALISIS DARI DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
a. Bronkopneumonia
Gejala Klinis
@ Demam 3 hari sebelumnya
@ Pola nafas cuping hidung cepat atau rapid nose respiration
@ Dypsneu
@ Tanda & gejala lain yang tidak spesifik : anoreksia dan malaise.
Pemeriksaan Fisik
@ Inspeksi / palpasi : sisi hemitoraks yg sakit tertinggal
@ Palpasi / Perkusi / Auskultasi
@ Tanda-tanda konsolidasi : Redup, fremitus raba / suara meningkat, suara
napas bronkovesikuler bronchial, suara bisik, krepitasi
Pemeriksaan Penunjang
@ Pemeriksaan dahak
1.Mempunyai banyak keterbatasan
2.Usahakan bebas dari kontaminan dengan berbagai cara :
a.Sputum dicuci dg garam faali, diambil sputum yang mengandung darah
dan nanah
b.kavum orofaring dibersihkan dulu dengan cara berkumur
c.aspirasi trakeal
d.memakai bronkosokopi
e.pungsi transtorakal
3.Spesimen yg diperoleh lalu dilakukan pengecatan gram dan kultur

@ Pemeriksaan darah
a.Umumnya lekositosis ringan sampai tinggi
b.Hitung jenis bergeser ke kiri ( shift to the left)
c.LED dapat juga tinggi
d.Kultur darah dapat positif 20-25 % pada penderita yang tidak diobati
@ Foto thorax PA/lateral
a.Abnormalitas radiologis pada pneumonia disebabkan karena pengisian alveoli
oleh cairan radang berupa : opasitas / peningkatan densitas ( konsolidasi )
disertai dengan gambaran air bronchogram
b.Bila di dapatkan gejala klinis pneumonia tetapi gambaran radiologis negatif,
maka ulangan foto toraks harus diulangi dalam 24-48 jam untuk menegakkan
diagnosis.
c.Pemeriksaan gas darah
1.Hipoksemia & hipokarbia
2.Asidosis respiratorik pada stadium lanjut
b.TB paru pada anak
Gejala Klinis
Gejala klinik TB terdiri atas gejala umum atau sistemik (seperti demam,
anoreksia, berat badan menurun, keringat malam dan malaise), dan gejala khusus
sesuai dengan organ yang terkena.
Pemeriksaan Fisik
1. Berat badan menurun berturut-turut selama 3 bulan tanpa sebab jelas atau tidak
naik selama 1 bulan meskipun dengan intervensi gizi
2. Anoreksia dan gagal tumbuh (failure to thrive)
3. Demam lama/berulang tanpa sebab jelas
4. Pembesaran KGB superfisial seperti: KGB leher, inguinal dan sebagainya
5. Gejala saluran napas seperti batuk lama lebih dari 30 hari
6. Gejala GI tract seperti diare lama/berulang, masa di abdomen dan sebagainya.
Pemeriksaan Penunjang
Pada umunya berdasarkan hasil uji tuberkulin, foto rontgen paru dan gambaran
klinis sudah dapat ditegakkan diagnosis kerja tuberkulosis. Tetapi pada
kenyataannya menegakkandiagnosis TB pada anak tidak selalu mudah.
c. Infeksi virus lain
BAB VII

HIPOTESIS AKHIR
( DIAGNOSIS )
Menurut kami diagnosa pada kasus skenario 4 ini Andi yang berusia 5 tahun mengalami
penyakit Bronkopneumonia karena terdapat pernafasan cuping hidung, dyspneu, terdapat
ronki halus di seluruh lapangan paru.

BAB VIII

MEKANISME DIAGNOSIS

Diagnosis :

Bronkopneumonia

Ananmnesa

KU :

Panas,batuk,sesak

RPS:

- Panas

Pemeriksaan Fisik

Pem. Lab. dan Pem.


Penunjang
Darah : Lekosit meningkat
Rontgen terdapat ronki halus diseluruh
lapangan paru
Analisa Gas Darah

sekitar 3 hari yang sebelumnya.

-Sulit makan
-Suka makan nasi, kecap, dan krupuk.
RPD

:
-Sejak 1 bulan terakhir sering batuk tiap
malam.

Riwayat Pengobatan :

Vital Sign

-Belum pernah berobat


Riwayat Penyakit keluarga :

KU : Lemah,sangat kurus, mata sayup.

-Tidak ada yang menderita sakit seperti ini

Kesadaran : Apatis, TB 80 cm, BB 12 kg

Riwayat Sosial :

Nadi 110 x/mnt,


Suhu 38.8C, RR 36 x/mnt, LLA 12 cm

-BB lahir 2800 gram


-Pola makan kurang gizi
-Waktu bayi diberi ASI hanya 1 bulan
kemudian air gula.
Palpasi
keluhan mata merah,

Perkusi

nrocoh,
silau bila melihat sinar,

BAB IX

melihat dobel terutama bila mata melirik


dan atau nyeri bila mata digerakkan
RPD:

Sejak 1 tahun lalu muncul benjolan dileher


depan dan secara perlahan bertambah besar.

Auskultasi

biasa dan tidak pernah diperiksakan ke dokter


Riwayat Pengobatan :
Sesekali ke klinik umum dekat rumah karena mudah
letih, hanya diberi vitamin
Riwayat Penyakit keluarga :

STRATEGI MENYELESAIKAN MASALAH

Tidak ada yang menderita sakit seperti ini


Riwayat Sosial :

Pengelolahan pneumonia harus berimbang dan memadai, mencakup :


Merokok, sehari 10 batang

1. Tindakan umum
suportif
) keturunan
Menikah( 1general
tahun belum
memiliki
2. Koreksi kelainan tubuh yang ada
3. Pemilihan antibiotic
Bila keadaan klinis baik dan tidak ada indikasi rawat inap dapat diobati di rumah. Juga
diperhatikan ada tidaknya faktor modifikasi, yaitu keadaan yang dapat meningkatkan
resiko infeksi patogen yang spesifik misalnya S. pneumoniae yang resisten terhadap
penesilin.
A.) Faktor modifikasi adalah keadaan yang dapat meningkatkan resiko infeksi dengan
kuman patogen yg spesifik. Kuman-kuman tersebut meliputi :
1. Streptococcus pneumoniae yg resisten terhadap penisilin :
a. Usia > 65 tahun
b. Mendapat tx betalaktam dlm 3 bulan terakhir
c. Pecandu alkohol
d. Penyakit gangguan imunitas (tms tx steroid)
e. Adanya penyakit ko-morbid yang lain
f. Kontak dengan anak-anak
1.

Enterik gram-negative :
1. Penghuni rumah jompo
2. Adanya dasar penyakit kardiopulmoner
3. Adanya penyakit ko-morbid yang lain
4. Pengobatan antibiotika sebelumnya
5. 3.

Pseudomonas aeruginosa :
1. Kerusakan jaringan paru (bronkiektasis)
2. Terapi kortikosteroid (>10 mg pednison/hari)
3. Pengobatan
sebelumnya
4. Malnutrisi

antibiotik

spektrum

luas

lebih

dari

hari

B.) Faktor antibiotik diperlukan adanya pendekatan yang logis untuk memperkirakan
etiologi dan memberikan pengobatan inisial secara empiris. Pendekatan ini harus
mempertimbangkan :
1. kecenderungan epidemiologis setempat
2. usia penderita
3. penyakit penyerta / komorbid
4. faktor risiko sosial (alkohol, drug abuse, dll)
5. temuan kelainan paru (pemeriksaan fisik dan radiologis)
Penatalaksanaan rawat jalan
a. Pengobatan suportif / simtomatik
1. Istirahat di tempat tidur
2. Minum secukupnya untuk mengatasi dehidrasi
1. Bila panas tinggi perlu dikompres atau minum obat penurun panas
2. Bila perlu dapat diberikan mukolitik dan ekspektoran
3. Pengobatan antibiotik harus diberikan ( sesuai bagan ) kurang dari 4 jam
Penatalaksanaan rawat inap
a. Pengobatan suportif / simtomatik
1. Pemberian terapi oksigen
2. Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi kalori dan elektrolit
3. Pemberian obat simtomatik antara laim antipiretik, mukolitik
4.Pengobatan antibiotik harus diberikan ( sesuai bagan ) kurang dari 4 jam
Penatalaksanaan rawat inap di ruang rawat intensif
a. Pengobatan suportif / simtomatik
1. Pemberian terapi oksigen
2. Pemasangan infus untuk rehidrasi, koreksi kalori & elektrolit
3. Pemberian obat simtomatik antara lain antipiretik, mukolitik
b. Pengobatan antibiotik harus diberikan ( sesuai bagan ) kurang darti 4 jam
c. Bila ada indikasi penderita dipasang ventilator mekanik.

BAB X

PROGNOSIS
Prognosis baik pada anak dengan keadaan umum yang baik, tetapi prognosis buruk
bilakeadaan umum buruk, anak yang sedang menderita penyakit kronis atau
bila ada

Daftar Pustaka
http://www.anneahira.com/pengertian-batuk.htm
http://hsilkma.blogspot.com/2008/03/bronkopneumonia.html

http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35508-Kep%20Respirasi-Askep
%20Bronkopneumonia.html
http://www.scribd.com/doc/47975401/DEFINISI-SESAK
http://id.shvoong.com/medicine-and-health/1957902-anatomi-paruparu/#ixzz20KOLKL2l
http://windsflower-dandelion.blogspot.com/2012/06/respirologi.html
http://www.scribd.com/doc/56352427/TB-Paru-Pada-Anak-I

Anda mungkin juga menyukai