Anda di halaman 1dari 9

Nuhaeli dkk /Jurnal Ilmiah Peternakan 2(1): 129-137, September 2014

ANALISIS FUNGSI PRODUKSI TERNAK KAMBING PERAH


(Studi Kasus Pada Kelompok Ternak Kambing Perah Mendani
Di Kabupaten Tegal)
ANALYSIS OF DAIRY GOAT PRODUCTION FUNCTION
(Case Study of Mendani Group the Dairy Goat In Tegal)
Nuhaeli, Nunung Noor Hidayat dan Pramono Soediarto
Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto
nuhaeli@gmail.com
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat produksi dan faktor produksi yang
digunakan dalam usaha ternak kambing perah dan mengevaluasi fungsi produksi usaha kambing
perah pada peternakan Kelompok Tenak Kambing Perah Mendani di Kabupaten Tegal. Metode
penelitian yang digunakan adalah survai dan observasi, penetapan wilayah menggunakan
purposive sampling. Analisis data menggunakan fungsi Cobb-Douglas kemudian dilogaritmakan
kedalam bentuk linier, dan uji lanjut menggunakan uji t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
faktor produksi berpengaruh sangat nyata terhadap produksi susu.Tingkat produksi susu berkisar
520-866 ml/ekor/hari dengan produksi susu rata-rata 629 ml/ekor/hari. Hasil analisis variansi
didapat 45,47% variable Y dapat dijelaskan oleh variable X, nilai f hitung 5,2132 dengan taraf
signifikasi 99% (P < 0,01). Variable yang berpengaruh nyata yaitu konsentrat dan obat-obatan
dengan koefisien regresi 2,36 dan -0,57. Pakan hijauan yang diberikan adalah rendeng (daun
kacang tanah) dan konsentrat menggunakan ampas tahu. Obat-obatan yang sering dipakai adalah
Calsidek, vitamin B Kompleks, dan obat Cacing, ukuran kandang rata-rata 67,00 cm2 dan jumlah
ternak rata-rata 22,28 STK.
Kata kunci: fungsi produksi, kambing perah, produksi susu.
ABSTRACT

The purpose of this study was to determine the level of production and factors of production
used in the dairy goat business and to evaluate the production function in the dairy goat business
of Mendani Goat Dairy Farmer Group in Tegal regency. The research method used was survey and
observations, using purposive sampling determination, whereas the goat selection was
determined with random method (simple random sampling). The analysis of the data used the
Cobb-Douglas function, there it was transformed into a linear form of logarithms, and further it
was tested using the t test. The results showed that the factors of production significantly affected
the production of milk. The range production from 520-866 ml of milk / cow / day with an average
production of milk 629 ml / head / day. The variance analysis results obtained 45.47% Y variable,
can be explained by the X variable, the value f count with of 5.2132 with 99% significanct level (P
<0,01). Significant variables were concentrate and drugs with regression coefficients of 2.36 and 0.57. The forage given is Rendeng (peanut leaves) and concentrated supplemented with tofu. The
drugs often used were Calsidek, vitamin B complex, and worm medicine. The cage size on average
were 67.00 cm2 and the average number of livestock were 22.28 STK.
Keywords: production functions, dairy goats, dairy production.

129

Nuhaeli dkk /Jurnal Ilmiah Peternakan 2(1): 129-137, September 2014

PENDAHULUAN
Kambing perah merupakan salah satu jenis ternak perah yang memiliki potensi untuk
menghasilkan susu dengan kualitas yang baik. Bangsa kambing perah yang menghasilkan susu
contohnya yaitu kambing PE (Peranakan Etawah) yang telah tersebar luas di Indonesia. Kambing
PE merupakan salah satu ternak yang cukup potensial sebagai penyedia protein hewani baik
melalui daging maupun susunya. Sebagian besar pakan hanya rumput lapang sehingga belum bisa
mencukupi kebutuhan fisiologis ternak terutama dari sumber energi dan protein. Jenis ternak ini
pemeliharaannya mudah dan reproduksinya lebih cepat dibandingkan sapi baik dalam
menghasilkan susu ataupun menghasilkan penerimaan. Keunggulan-keunggulan tersebut
mengindikasikan bahwa peternakan kambing perah memiliki potensi yang besar dan prospek yang
cerah untuk dikembangkan.
Kabupaten Tegal adalah salah satu Kabupaten yang terletak di Pesisir Pantai Utara, dengan
kondisi daerahnya yang beriklim tropis, beberapa masyarakat banyak memelihara ternak kambing.
Usaha tenak kambing perah saat ini sangat menjanjikan, dapat diketahui dari populasi kambing
yang semakin meningkat dari 40.787 ekor menjadi 60.044 ekor pada tahun 2005-2010 (Dinas
Peternakan Propinsi Jawa Tengah, 2010). Salah satu kelompok peternak yang dikatakan prospektif
ialah Kelompok Ternak Kambing Perah Mendani dengan jumlah anggota 45 orang. Anggota
Kelompok Ternak Kambing Perah Mendani memelihara kambing perah dengan jenis Peranakan
Etawa, Saanen, dan Jawa Randu dengan jumlah kepemilikan 30 - 100 ekor tiap peternak.
Pemberian pakan berupa daun kacang tanah (rendeng) dan konsentrat, produksi susu bisa
mencapai 0,8 - 1 liter per hari per ekor, pemasaran susu sudah sampai keluar daerah Tegal.
Keberhasilan suatu usaha peternakan sangat dipengaruhi oleh kemampuan ternak dalam
berproduksi. Input merupakan masukan yang diperlukan untuk kelangsungan proses produksi
sedangkan output adalah hasil keluaran dari proses produksi akibat penggunaan input. Keadaan
tersebut erat kaitannya dengan kemampuan peternak dalam mengelola usahanya dan tingkat
keuntungan maksimum yang dicapainya. Jumlah kepemilikan yang lebih banyak, umumnya akan
lebih efisien dalam hal tenaga kerja dan biaya produksi. Fungsi produksi adalah hubungan antara
input yang digunakan dalam proses produksi dengan kuantitas output yang dihasilkan. Faktor
produksi dalam usaha ternak kambing perah diantaranya pakan hijauan, konsentrat, obat-obatan,
kepadatan kandang, dan jumlah ternak.
METODE
Metode penelitian yang digunakan adalah survei, selain dengan menggunakan kusioner
pengambilan data juga dengan cara observasi. Pengamatan atau penyelidikan untuk mendapatkan
data-data dari responden di lapangan, serta melakukan pengukuran dan penimbangan. Penetapan
wilayah sampel menggunakan metode purposive sampling di Kabupaten Tegal yaitu pada
Kelompok Ternak Kambing Perah Mendani. Pengambilan sampel dilakukan dengan batas minimal
yaitu hanya 30 peternak. Model analisis yang digunakan Fungsi Cobb-douglas (Soekartawi, 2003)
adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, dimana variabel
yang satu disebut variabel dependen, yang dijelaskan (Y) dan yang lain disebut variabel
independen, yang menjelaskan (X). untuk mengetahui apakah kegiatan dari suatu usaha tersebut
sesuai atau elastic tidaknya menggunakan Return to scale (RTS) sedangkan uji lanjut menggunakan
uji t.
130

Nuhaeli dkk /Jurnal Ilmiah Peternakan 2(1): 129-137, September 2014

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tingkat Produksi Susu
Tingkat produksi susu (tabel.1) pada Kelompok Ternak Kambing Perah Mendani yaitu 54%
atau 18 peternak produksi susu kambingnya berkisar 0,6 - 0,69 liter per ekor per hari. 24% atau 8
peternak produksi susu kurang dari 0,59 liter per ekor per hari dan 12% atau 4 peternak produksi
susu lebih dari 0,7 liter per ekor per hari. Penelitian sebelumnya Adriani (2003) menyatakan
bahwa produksi susu kambing selama 3 bulan laktasi tidak dipengaruhi jenis ransum. Rataan
produksi susu mencapai 754 g/hari dengan kisaran 585 970 g/ekor/hari. Sedangkan hasil
penelitian Wicaksono, (2010) produksi susu pada kambing PE dapat berkisar antara 567,1 - 863
g/ekor/hari. Hal ini menjelaskan masih belum maksimalnya produksi susu setiap ekor kambing
yang berada di Kabupaten Tegal. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya pakan
hijauan, konsentrat, obat-obatan, kepadatan kambing dan jumlah kepemilikan ternak.
Tabel.1 : Produksi Susu pada Kelompok Ternak Kambing Perah Mendani
Produksi Susu (Liter)
Jumlah (peternak)
Presentase (%)
< 0,59
8
24,00
0,6-0,69
18
54,00
>0,7
4
12,00
Total
30
100
Sumber: Data Diolah, 2013
Pakan Hijauan
Frekuensi pemberian pakan hijauan pada Kelompok Ternak Kambing Perah Mendani 2 kali
sehari dengan pemberian pakan yang berbeda-beda sesuai dengan ukuran ternak (umur, jenis
kelamin, dan ternak bunting). Pemberian hijauan untuk ternak yang sedang produksi 4 - 5 kg per
ekor per hari. Hijauan untuk ternak kambing di Kabupaten Tegal sangat sulit didapat selain lokasi
peternakan yang berada di daerah kota, Kabupaten Tegal juga barada pada cuaca yang sangat
panas sehingga kebutuhan air untuk tumbuhan kurang. Pada umumnya hijauan yang sering
diberikan adalah rendeng (daun kacang tanah) karena hanya ini hijauan yang tersedia dan mudah
didapat. Harga untuk satu ikat atau sama dengan 4 kg yaitu Rp 3000,00. Adapun hijauan lain yang
sering diberikan seperti daun nangka, kaliandra dan berbagai daun kacang-kacangan atau legume.
Berikut adalah tabel pemberian pakan hijauan pada Kelompok Ternak Kambing Perah Mendani.
Tabel 2. Pemberian Hijauan Kelompok Ternak Kambing Perah Mendani.
Pemberian Hijauan (Kg)
Jumlah (peternak)
< 120
120-130
>130
Total
Sumber: Data Primer, 2013

5
13
12
30

Presentase (%)
15,00
39,00
36,00
100

Tabel 2. menunjukkan pemberian pakan hijauan pada Kelompok Ternak Kambing Perah
Mendani yaitu 39% atau sebanyak 13 peternak memberikan hijauan sebanyak 120 130 kg per

131

Nuhaeli dkk /Jurnal Ilmiah Peternakan 2(1): 129-137, September 2014

ekor per bulan. 37% atau 12 peternak memberikan hijauan ternaknya lebih dari 130 kg per ekor
per bulan serta 15% tau 5 peternak memberikan hijauan kurang dari 120 kg per ekor per bulan.
Konsentrat
Konsentrat atau pakan penguat atau pakan tambahan harus diberikan pada periode dara
supaya pertumbuhan kambing perah optimal. Tujuannya adalah untuk meningkatkan daya guna
pakan atau menambah nilai gizi pakan, menambah unsur pakan yang efisien, serta meningkatkan
konsumsi dan kecernaan pakan. Bahan konsentrat yang diberikan antara lain ampas tahu dan
dedak, pencampuran pakan konsentrat dilakukan dengan air tujuannya untuk menghomogenkan
pakan yang akan diberikan pada ternak. Konsentra diberikan pada ternak dalam keadaan setengah
basah, karena apabila terlalu basah atau kering ternak kurang menyukainya. Tabel berikut adalah
tabel pemberian pakan konsetrat yang dilakukan Kelompok Ternak Kambing Perah Mendani.
Tabel 3. Pemberian Konsentrat Kambing
Pemberian Konsentrat (Kg)
< 55
55-60
>60
Total
Sumber: Data Primer diolah, 2013

Jumlah (Orang)
5
5
20
30

Presentase (%)
15,00
15,00
60,00
100

Tabel 3. menunjukkan bahwa pemberian konsetrat yang dilakukan oleh para peternak
Kelompok Ternak Kambing Perah Mendani. 60% atau 20 peternak diberikan konsentrat lebih dari
60 kg per ekor per bulan. 15% atau 5 peternak diberikan konsentrat 55 kg per ekor per bulan dan
15% atau 5 peternak diberikan konsentrat sebanyak 55 - 60 kg per ekor per bulan. Kebutuhan
ampas tahu semakin hari semakin meningkat sehingga para peternak harus berebut dengan
peternak lain. Saat ini para peternak sedikit demi sedikit mulai berpindah ke konsentrat buatan
pabrik yang di datangkan dari Kabupeten Cilacap. Harga buatan pabrik jauh lebih mahal tetapi
karena kelangkaan ampas tahu dan produksi harus tetap berjalan peternak tetap membelinya.
Harga konsentrat buatan pabrik Rp 6.000,00 per kg sedangkan ampas tahu Rp 4.000,00 per 4 kg.
Obat-Obatan
Biaya obat- obatan adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli obat-obatan atau vitamin
yang diberikan pada seekor ternak kambing dinyatakan dalam rupiah per bulan (Rp/bln). Obatobatan yang diberikan pada ternak kambing Kelompok Ternak Kambing Perah Mendani seperti
vitamin B komleks, Super Tetra, Obat Cacing, Calsidex. Selain itu para peternak menggunakan obat
tradisional dengan memanfaatkan dedaunan yang ada di sekitar seperti daun nangka dan daun
bambu sebgai obat mencret, air kelapa muda sebagai obat kembung (bload) serta legum-legum
lainya yang ada di lingkungan sekitar. Berikut adalah tabel biaya pemberian obat-obatan per ekor
ternak kambing untuk setiap bulan yang dilakukan oleh Kelompok Ternak Kambing Perah
Mendani.

132

Nuhaeli dkk /Jurnal Ilmiah Peternakan 2(1): 129-137, September 2014

Tabel 4. Biaya Pemberian Obat-Obatan


Biaya Pemberian Obat

Jumlah (peternak)

Presentase (%)

10
8
12
30

30,00
24,00
36,00
100

< Rp 500,00
Rp 500,00 - Rp 1000,00
>Rp 1000,00
Total
Sumber: Data Primer, 2013

Tabel 4. diatas menunjukkan 36% atau 12 peternak Mendani menggunakan obat-obatan


lebih dari Rp. 1000,00 per ekor per bulan. 24% atau 8 peternak menggunakan biaya obat-obatan
sebesar Rp 500,00 - Rp 1.000,00 per ekor per bulan serta 30% atau 10 peternak menggunakan
biaya obat-obatan lebih dari Rp 500,00 per ekor per bulan. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak
semua peternak sepenuhnya mengandalkan obat-obatan buatan pabrik sebagian para peternak
juga menggunakan obat tradisional.
Kepadatan Kandang
Pengalaman yang telah dilakukan sejalan dengan usaha dijalankan sehingga menghasilkan
teknik dan metode beternak yang dapat meningkatkan produktivitas. Kontruksi kandang yang
digunakan dalam beternak kambing perah berdasarkan pengalaman turut menunjang
keberhasilan beternak. Tingkat stress ternak akibat gangguan suara langkah pengurus kandang,
intensitas serapan sinar matahari pagi serta penanganan kebersihan kandang turut berpengaruh
pada kuantitas dan kualitas susu yang dihasilkan.
Ukuran kandang yang digunakan pada Kelompok Ternak Kambing Perah Mendani yaitu 120 x
60 cm untuk satu ekor kambing laktasi. Sedangkan untuk cempe bisa diisi 2 sampai 3 ekor dengan
ukuran kandang 130 x 70 cm. selain itu dibuat jalan untuk naik turun ternak supaya memudahkan
peternak dalam mengurus ternak.
Tabel 5 : Kepadatan Kandang
Kepadatan Kandang (Cm)
< 59
60 69
>70
Total
Sumber: Data Primer diolah, 2013

Jumlah (peternak)
1
19
10
30

Presentase (%)
3,00
57,00
30,00
100

Dari tabel 5. diatas menjukkan bahwa 57% atau 19 peternak pada Kelompok Ternak Kambing
Perah Mendani ukuran kandang kambing perah berkisar 60 - 69 cm. 3% atau 1 peternak
menggunakan ukuran kandang 59 cm serta 30% atau 10 peternak menggunakan ukuran kandang
lebih dari 70 cm. Umumnya kandang ternak kambing berdekatan dengan rumah peternak yang
ditempatinya, hal ini karena peternak merasa ternaknya selalu dalam pengawasan dan menjaga
dari berbagai gangguan serta hal-hal yang tak terduga. Lokasi kandang dipilih peternak yang teduh
tetapi cukup mendapat sinar matahari pagi, letak kandang jauh dari lalu lintas sehingga ternak
hidup dengan tenang.
133

Nuhaeli dkk /Jurnal Ilmiah Peternakan 2(1): 129-137, September 2014

Jumlah Kepemilikan Ternak


Semakin besar pendapatan yang diperoleh, jumlah unit yang dipelihara, potensi kerja, maka
semkin besar keinginan untuk memelihara ternak. (Depison dan Afriani, 2001). Sedangkan
menurut Knipcheer dkk (1987) perhitungan jumlah ternak perlu dikonversikan kedalam Satuan
Ternak (SK). Dengan anggapan bahwa perbedaan antara bangsa ternak atau lokasi dapat
diperhitungkan, untuk satu ekor kambing jantan / betina muda (6 - 12 bulan) = 0,7 ST, dan satu
ekor cempe jantan / betina (0 - 6 bulan) = 0,25 ST.
Semakin banyak jumlah ternak yang dipelihara maka semakin banyak penghasilan dan
penerimaan yang didapat. Begitu sebaliknya semakin sedikit jumlah ternak yang dipelihara sedikit
pula penerimaan yang didapat. Berikut adalah tabel kepemilikan jumlah ternak pada Kelompok
Ternak Kambing Perah Mendani.
Tabel 6. Jumlah Kepemilikan Ternak
Jumlah Ternak (ST)
< 20
20-30
>30
Total
Sumber: Data Primer, 2013

Jumlah (peternak)
16
6
8
30

Presentase (%)
58,00
18,00
24,00
100

Tabel 6. diatas menunjukkan jumlah kepemilikan tiap peternak sangat beragam, 58% atau 16
orang peternak memiliki kurang dari 20 STK. 18% 6 peternak meliliki jumlah ternak 20 - 30 STK
serta 24% atau 8 peternak memiliki jumlah ternak lebih dari 30 STK. Jumlah ternak yang dimiliki
suatu peternak merupakan suatu indikator dari sistem peternakan yang digunakan. Pemeliharaan
kambing yang dilakukan oleh keluarga petani berorientasi untuk memenuhi kebutuhan keluarga
sebagai usaha sampingan sehingga jumlah kepemilikannya kurang dari 20 STK atau 20 ekor,
sedangkan untuk sekala usaha memiliki 30 STK atau 42 ekor.
Analisis Faktor Produksi Terhadap Produksi Susu (Fungsi Produksi)
Menurut Soekartawi (2003), fungsi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang
melibatkan dua atau lebih variabel dimana variabel yang satu disebut variabel dependen atau
variabel yang dijelaskam (Y), atau yang lain disebut variabel independen atau yang menjelaskan
(X). Keunggulan fungsi Cobb-Douglas relatif lebih mudah dibandingkan dengan fungsi yang lain,
dapat dengan mudah ditransfer ke dalam bentuk linier, hasil pendugaan yang menghasilkan garis
regresi yang sekaligus menunjukan besaran elastisitas, dan besaran elastisitas tersebut
menunjukan tingkat besaran return to scale. Penyelesaian antara hubungan Y dengan X biasanya
dengan cara Regresi dimana biasanya variansi dari Y dipengaruhi variansi dari X. Kaidah-kaidah
pada garis-garis regresi juga berlaku dalam penyelesaian fungsi Cobb-Douglas.
Hasil analisis regresi faktor produksi pakan hijauan (X1), konsentrat (X2), obat-obatan (X3),
dan kepadatan kandang (X4). Berikut adalah tabel hasil analisis regresi faktor-faktor produksi
terhadap produksi :

134

Nuhaeli dkk /Jurnal Ilmiah Peternakan 2(1): 129-137, September 2014

Tabel 7. Hasil Analisis Regresi Faktor-Faktor Produksi Terhadap Produksi


Variabel
Koefisien Regresi (bi)
T hit
Konstanta
Pakan Hijauan
Konsentrat
Obat-obatan
Kepadatan Kandang

-1,6572
-0,32994
2,369118
-0,57834
1,293643

-0,26737
2,245366
-3,45946
1,289357

Signifikasi
0,79138
0,033831**
0,001954**
0,209076

R2
0,45478
F Hitung
5,213255
F signifikan
0,003406**
Sumber: Data Primer, 2013
Keterangan: ** = signifikasi pada tingkat kepercayaan 95%
Hasil analisis regresi maka diperoleh suatu persamaan sebagai berikut:
Log Y = -Log 1,6572 - Log 0,32994 X1 + Log 2,369118 X2 - Log 0,57834 X3 + Log 1,293643 X4
Berdasarkan Tabel 7. menunjukkan bahwa besarnya koefisien determinasi (R2) adalah
0,45478. Hal tersebut bahwa besarnya variasi variabel dependen (Y) dapat dijelaskan oleh variasi
variabel independen (X1, X2, X3, X4) sebesar 45,48% sedangkan sisanya 54,52% dipengarui oleh
variabel lain, selain variabel independen yang terdapat didalam model. Nilai F hitung sebesar
5,213255 dengan taraf signifikasi 95% (P < 0,01). Hal ini artinya bahwa variabel pakan hijauan,
konsentrat, obat-obatan, kepadatan ternak secara bersama-sama berpengaruh sangat nyata
terhadap produksi susu (Y).
Hasil analisi parsial berdasarkan anlisis regresi dan uji t dapat diketahui bahwa variabel
hijauan (X1) tidak berpengaruh nyata terhadap produksi susu. Hal ini disebabkan pemberian
hijauan dengan jumlah sama tetapi diberikan pada ukuran ternak yang berbeda dan tidak adanya
standar pemberian pakan yang jelas, sehingga dapat menyebabkan hijauan tidak berpengaruh
terhadap produksi susu. Fungsi hijauan adalah pakan utama bagi ternak kambing perah dan
sebagai sumber protein, energi, vitamin, dan mineral. Hal ini berbeda dengan pendapat Chamidi
dkk, (2003) bahwa Jumlah hijauan yang diberikan untuk kambing perah dara adalah sekitar 10
persen dari bobot badan kambing dara dengan kandungan nutrisi sesuai kebutuhan ternak
tersebut. Pemberian hijauan sebaiknya sedikit demi sedikit 3 - 4 kali sehari, sehingga ternak
kambing perah bisa istirahat dan ada kesempatan untuk memamah biak. Sutama dkk, (1997)
mengatakan bahawa tipe dan jumlah pakan harus disesuaikan dengan fungsi dan tujuan
pemeliharaan. Kambing jantan yang tidak aktif dan induk kering dibedakan pakannya dengan
induk laktasi dan kambing jantan aktif. Pemberian hijauan 5 kg per hari, karena pengaruhnya
besar terhadap kualitas susu yang dihasilkan.
Hasil analisis parsial berdasarkan analisis regresi dan uji t dapat diketahui bahwa variabel
konsentrat (X2) berpengaruh sangat nyata terhadap produksi susu pada tingkat kepercayaan 95%
(P < 0,01). Hal ini menunjukkan bahwa penambahan pemberian konsentrat akan meningkatkan
jumlah produksi susu. Koefisien regresi 2,369118 artinya bahwa setiap penambahan 1%
konsentrat akan menambah produksi susu sebanyak 2,36%. Hal ini sesuai dengan pendapat
Ginting (2009) bahwa konsentrat berpengaruh terhadap produksi susu, semakin besar jumlah
135

Nuhaeli dkk /Jurnal Ilmiah Peternakan 2(1): 129-137, September 2014

konsentrat yang diberikan semakin tinggi pula produksi susu yang dihasilkan. Begitu sebaliknya
jumlah konsentrat dikurangi maka akan menurunkan produksi susu. Secara praktis konsentrat
diberikan sebagai pakan campuran untuk mensuplai nutrisi primer (protein, karbohidrat dan
lemak) dan mengandung kurang dari 18% serat kasar, hal ini juga berpengaruh terhadap kualitas
susu.
Hasil analisis regresi dan uji t variabel obat-obatan (X3) berpengaruh sangat nyata terhadap
produksi susu pada tingkat kepercayaan 95% (P < 0,01). Koefisien regresi -0,578 artinya bahwa
setiap peningkatan obat-obatan 1% akan menurunkan 0,57% produksi susu. Hal ini sesuai dengan
pendapat Chamidi dkk, (2003) bahwa penggunaan obat-obatan buatan pabrik akan menurunkan
produksi susu, sebab ternak tersebut dalam keadaan tidak sehat sehingga dapat menurunkan
produksi susu. Semakin besar jumlah obat-obatan yang diberikan maka semakin turun pula
produksi susu yang dihasilkan, begitu pula sebaliknya semakin sedikit obat-obatan yang diberikan
juga semakin tinggi hasil produksi susu. Penggunaan obat-obatan dalam jumlah banyak akan
menurunkan pendapatan atau memperbesar biaya produksi. Williamson dan Payne (1993),
menyatakan bahwa penggunaan obat-obatan yang sering akan merusak organ produksi dan
reproduksi sehingga akan menurunkan produksi susu.
Hasil analisi regresi dan uji t variabel kepadatan kandang (X4) tidak berpengaruh nyata
terhadap produksi susu. Hal ini dikarenakan kepadatan kandang pada Kelompok Ternak Kambing
Perah Mendani di Kabupaten Tegal hampir seluruh peternak sama sehingga tidak terlalu jelas
pengaruhnya. Selain itu peternak tidak menggunakan per ekor per flok, tetapi satu flok diisi 2
ternak dengan ukuran 180 x 120 cm. Hal ini berbeda dengan pendapat Devendra dan Burns (1994)
menyatakan bahwa kepadatan kandang berpengaruh terhadap produktifitas susu. Ternak
kambing harus nyaman saat berada pada kandang tidak terlalu sempit dan terlalu luas. Ukuran
kandang untuk anak kambing adalah 0,6 m x 1 m sedangkan untuk kambing dewasa adalah 0,7 m x
1,2 m. Semakin ternak nyaman dalam suatu kandang maka akan semakin bagus pula produksinya,
selain itu kepadatan kandang ternak kambing perah juga memudahkan peternak dalam proses
pemerahan.
Uji Return To Scale berfungsi untuk mengetahui elastisitas antara b1 dan b2 sama dengan
satu atau tidak, dengan cara menjumlahkan koefisien regresi pada fungsi produksi. Hasil analisis
menujukan 1,098 atau b1 + b2 > 1 artinya increasing return to scale bahwa proporsi penambahan
faktor produksi1% akan menghasilkan tambahan produksi yang produksinya lebih besar yaitu
1,098%. Dalam hal ini masih banyak faktor produksi yang belum tergali, seperti penggunaan obatobatan lebih meningkatkan biosecurity dari pada pengobatan. Pencegahan ini bertujuan untuk
mengantisipasi datangnya penyakit dan memperkecil biaya produksi sehingga produksi lebih
efisien dan mrndapatkan keutungan lebih tinggi bagi peternak. Begitu juga dengan jumlah
pemberian konsentrat lebih dimaksimalkan untuk meningkatkan produksi susu.
SIMPULAN
Faktor- faktor produksi yang digunakan yaitu pakan hijauan, konsentrat, obat-obatan,
kepadatan kandang dan jumlah ternak. Tingkat produksi susu berkisar 520 866 ml/ekor/hari,
dengan rataan produksi 629 ml/ekor/hari. Sedangkan Faktor produksi yang berpengaruh terhadap
produksi susu yaitu jumlah konsentrat dan obat-obatan yang diberikan.

136

Nuhaeli dkk /Jurnal Ilmiah Peternakan 2(1): 129-137, September 2014

DAFTAR PUSTAKA
Adriani. 2003. Optimalisasi produksi anak dan susu kambing Peranakan Etawah dengan
superovulasi dan suplementasi seng. Disertasi. Program Pascasarjana, Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
Budiarsana dan Sutama. 2001. Efisiensi Produksi Susu Kambing Peranakan Etawa. Seminar
Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2001. Balai Penelitian Ternak. Ciawi-Bogor.
Chamdi AN, Qomarudin DF, Suseno, Kemat AR, Yuniarso I. 2003. Analisis Usaha Ternak Kambing
Rakyat di Daerah Pedesaan Kecamatan Gumelar Kabupaten Banyumas. Prosiding Seminar
Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2003. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Peternakan. Departemen Pertanian.
Dinas Peternakan Propinsi Jawa Tengah. 2010. Populasi Ternak dan Produksi susu Kabupaten
Tegal. http://www.deptan.go.id (diakses 1 April 2013).
Devendra, C dan M. Burns.1994. Produksi Kambing di Daerah Tropis. diterjemakan: H. Putra.
Penerbit Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Ginting, S.P. 2009. Prospek Penggunaan Pakan Komplit pada Kambing : Tinjauan Manfaat dan
Aspek Bentuk Fisik Pakan serta Respon Ternak. Wartazoa. Vol. 19 No. 2. Halaman 64-75.
Knipcher, H.C, A.John De Boer, Muhammad Sabani dan Tjeppy D. Sudjana., 1987. Peranan
Ekonomi Ternak Kambing Dan Domba Di Indonesia :suatu studi kasus Di Jawa Barat. Dalam:
pengembangan peternakan di Indonesia model, sistem dan peranannya. P.S Hardjosworo
dan Joel Obor Indonesia. Jakarta.
Soekartawi, 2003. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi Produksi Cobb
Douglas.cetakan III. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Sutama, I. K. dan IGM Budiarsana, 1997. Kambing Peranakan Etawah Penghasil Susu Sebagai
Sumber Pertumbuhan Baru Sub Sector Peternakan Di Indonesia. Proseding Seminar
Nasional Peternakan dan Veteriner. Bogor 18-19 november 1997 : 156-17.
Williamson, G dan W. J. A. Payne.1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. Terjemahan : D.
Darmaja. UGM Press, Yogyakarta.

137

Anda mungkin juga menyukai