Anda di halaman 1dari 2

PANCASILA SEBAGAI PEMBANGUN KESADARAN MORAL

ANTI KORUPSI

Korupsi secara harafiah diartikan sebagai kebusukan, keburukan, kebejatan,


ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral dan penyimpangan dari kesucian. Kasus korupsi
yang terjadi di Indonesia semakin menunjukkan ekslarasi yang begitu tinggi. Oleh karena itu
penyelesaian korupsi harus diselesaikan dengan beragam cara/pendekatan, diantaranya
pendekatan eksternal dan internal. Pendekatan eksteral adalah unsure dari luar diri manusia yang
memiliki kekuatan memaksa orang untuk tidak melakukan korupsi. Kekuatan eksternal tersebut
misalnya hukum, budaya, dan watak masyarakat.dengan kekuatan hukum, akan mengeliminir
terjadinya korupsi, demikian juga dengan budaya dan watak masyarakat akan menjadikan
seseorang enggan untuk melakukan tindak korupsi. Adapun kekuatan internal adalah kekuatan
dari dalam diri setisp individu dan mendapat penguatan melalui pendidikan dan pembiasaan.
Pendidikan yang kuat terutama dari keluarga sangatpenting untuk menanamkan jiwa anti
korupsi, diperkuat dengan pendidikan formal di sekolah dan non-formal diluar sekolah
Maksud dari membangun kesadaraan moral anti korupsi berdasarkan pancasila adalah
membangun mentalitas melalui penguatan eksternal dan internal tersebut dalam arti masyarakat.
Diperguruan tinggi penguatan tersebut dapat dilakukan melalui pendidikan kepribadian termasuk
didalamnya pendidikan pancasila. Melihat realitas

PENERAPAN SILA PERTAMA, KETUHANAN YANG MAHA ESA


Apabila nilai-nilai pancasila betul-betul dipahami, dihayati dan diamalkan tentu mampu
menurunkan angka korupsi. Penanaman satu sila saja, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, apabila
bangsa Indonesia menyadari jati dirinya sebagai makhluk Tuhan, tentu tidak akan mudah
menjatuhkan dirinya kedalam kehinaan dengan melakukan korupsi. Perbuatan korupsi terjadi
karena hilangnya control diri dan ketidakmampuan untuk menahan diri melakukan kejahatan.
Kebahagiaan dianggap segala-galanya disbanding kebahagiaan spiritual yang lebih agung.

Kainginan mendapat kekayaan dan kedudukan secara cepat menjadikannyanilai-nilai agama


dikesampingkan.
Kesadaraan akan nilai ketuhanan ini, secara eksistensial akan menempatkan manusia
dalam kedudukan yang lebih tinggi. Hal ini dapat dijelaskan melalui hirarki eksistensial manusia,
yaitu penghambaan terhadap harta, lebih tinggi lagipenghambaan terhadap manusia, kemudian
tingkatan yang lebih tinggi adalah penghambaaan terhadap Tuhan. Manusia sebagai makhluk
ciptaan tuhan tentu tidak akan membiarkan dirinya diperbudak oleh harta, namun akan
menyerahkan dirinya sebagai hamba tuhan. Buah dari penghayatan dan pemahaman nilai
ketuhanan ini adalah kerelaan diri untuk diatur oleh Tuhan, melakukan yang diperintahnya dan
menjauhi larangannnya.

PENANAMAN KESELURUHAN NILAI PANCASILA


Dalam konteks pancasila, penanaman satu sila saja tidak akan cukup, karena nilai-nilai
pancasila merupakan kesatuan organis yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya.
Dengan demikian, akan menjadi kekuatan moral besar manakala keseluruhan nilai pancasila
yang meliputi nilai ketuhanan, kemanusaiaann persatuan, kerakyatan dan keadilan dijadikan
landasan moril dan diejawantahkan dalam seluruh kehidupan berbangsa dan bernegara, terutama
dalam pembarantsaan korupsi.
Penanaman moral pancasila tersebut akan efektif apabila melalui jalur pendidikan dan
media. Pendidikan keluarga sangat penting untuk dilakukan sedini mungkin, kemudian didukung
pendidikan formal disekolah maupun non-formal dimasyarakat. Penggunaan media juga sangat
penting karena memiliki daya jangkau dan pengeruh yang kuat bagi masyarakat. Media harus
memiliki misi dan visi mendidik bangsa dan membangun karakter masyarakat yang maju namun
tetap berkepribadian Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai