PENGERTIAN
Perlambatan denyut jantung di bawah 50x/menit yang dapat disebabkan
oleh disfungsi sinus node, hipersensitivitas atau kelainan sistem persarafan
atau adanya gangguan konduksi atrioventrikuler.
ETIOLOGI
Dapat ditemukan pada orang normal
Rangsangan vasovagal, seperti muntah, valsava manuver, rectal stimuli,
penekanan pada sinus karotis (shavers syncope)
Acute coronary syndrome yang mempengaruhi sirkulasi pada nodus AV
(arteri koronaria dextra), terutama pada AMI inferior
PATOFISIOLOGI
Impuls berasal dari nodus SA dengan laju yang lambat
Kemungkinan fisiologis
MANIFESTASI KLINIS
Biasanya asimptomatis saat istirahat
Dengan meningkatnya aktivitas dan disfungsi sinus nodus, heart rate
lambat yang persisten dapat menimbulkan gejala cepat lelah, nafas
pendek, pusing, syncope dan hipotensi
KRITERIA EKG
Rate : < 60 x / menit
Ritme : regular sinus
PR interval : regular, < 0,2 menit
Gelombang P : lebar dan bentuknya normal, setiap gelombang P diikuti
kompleks QRS, setiap kompleks QRS diawali dengan gelombang P
Kompleks QRS : sempit, < 0,10 detik pada keadaan tanpa kelainan konduksi
intraventrikuler
TERAPI
1. Nilailah penderita. Jika secara medik tidak stabil mulailah pengobatan
2. Beri oksigen 2-4 L/menit
3. Pasang IV line
4. Beri atropin IV dengan dosis 0,5-1 mg setiap 5 menit sampai dosis total 2
mg telah terberikan atau frekuensi jantung telah bertambah
SINUS TAKIKARDI
ETIOLOGI
Latihan normal
Panas
Hypovolumi
Stimulasi adrenergic, kecemasan
Hipertiroidisme
PATOFISIOLOGI
Tidak ada atau lebih tanda fisik yang menyertainya kecuali sebuah aritmia atau kondisi patologik
Pembentukan dan konduksi impuls yang normal
MANIFESTASI KLINIS
Tidak ada yang spesifik untuk takikardi. Gejala dapat muncul berdasarkan
etiologi yang menyebabkan takikardi (panas, hypovolumia dll)
KRITERIA EKG
Heart rate : > 100 x/ menit
Ritme : sinus
Interval PR : biasanya < 0,2 detik
Gelombang P diikuti komplek QRS
Bentuk komplek QRS normal
TERAPI
1. Nilailah penderita. Jika secara medik tidak stabil, mulai pengobatan
2. Tentukan penyebab takikardia :
a. Demam
(1) Beri antipiretik, seperti aspirin atau asetaminofen
(2) Beri kompres dingin
b. Kecemasan dan takut
(1) Tentukan kecemasan penderita
(2) Beri keyakinan dengan cara yang tenang
c. Nyeri
(1) Beri obat-obat nyeri
(2) Gunakan teknik relaksasi
3. Beri O2 2-4 L/menit
4. Mulai IV dekstrosa 5 % atau NaCl
ATRIAL FIBRILASI
ETIOLOGI
Acute coronay syndromes, coronary artery disease, congestive heart
failure
Disease at mitral or tricuspid valve
Hypoxia, acute pulmonary embolism
Drug-induced: digoxin atau quinidine, agonist, teofilin
Hipertensi
Hipertiroidisme
PATOFISIOLOGI
Pelepasan impuls dari fokus ektopik di atria yang sangat cepat (>350 x/
menit) dan tidak teratur sehingga ventrikel respon juga sangat tidak teratur
MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala berhubungan dengan laju respon ventrikel terhadap
gelombang atrial fibrilasi. Atrial fibrilasi dengan respon ventrikel yang cepat
ditandai dengan dyspnoe on exertion (DOE), shortness of breath (SOB), dan
kadang-kadang edema pulmo akut
KRITERIA EKG
Gelombang P sukar dilihat, hanya berupa getaran pada garis dasar dan
disebut gelombang f
Konduksi di AV node disertai blok
Konduksi intraventrikuler bisa normal atau aberrant
2.
3.
TERAPI
1. Nilailah penderita. Jika secara medik tidak stabil mulailah pengobatan
Beri oksigen 2-4 L/menit
Pasang IV line
4. Beri IV verapamil 0,075-0,15 mg/kgBB, perlahan selama 2-5 menit dapat
diulang dalam 30 menit dengan dosis 0,15 mg/kgBB. Dosis inisial biasa 2-5
menit, dengan dosis maksimal 10 mg
5. Kardioversion mungkin terindikasi
ATRIAL FLUTTER
ETIOLOGI
Acute coronay syndromes, coronary artery disease, congestive heart
failure
Disease at mitral or tricuspid valve
Hypoxia, acute pulmonary embolism
Drug-induced: digoxin atau quinidine, agonist, teofilin
Hipertensi
Hipertiroidisme
PATOFISIOLOGI
Pelepasan impuls dari fokus ektopik di atria cepat (250-350 x/ menit) dan
teratur
MANIFESTASI KLINIS
KRITERIA EKG
Gelombang P sukar dilihat, hanya berupa getaran pada garis dasar dan
disebut gelombang f
Konduksi di AV node disertai blok
Konduksi intraventrikuler bisa normal atau aberrant
TERAPI
1. Nilailah penderita. Jika secara medik tidak stabil mulailah pengobatan
2. Beri oksigen 2-4 L/menit
3. Pasang IV line
4. Beri IV verapamil 0,075-0,15 mg/kgBB, perlahan selama 2-5 menit dapat
diulang dalam 30 menit dengan dosis 0,15 mg/kgBB. Dosis inisial biasa 2-5
menit, dengan dosis maksimal 10 mg
5. Kardioversion mungkin terindikasi
VENTRIKEL TAKIKARDI
ETIOLOGI
Iskemia akut dengan adanya ventricular irritability yang memicu
timbulnya PVCs
PVCs yang terjadi selama periode refrakter relatif siklus kardiak (R-on-T
phenomenon)
Obat-obat yang menyebabkan interval QT yang memanjang (antidepresan
trisiklik, procainamide, digoksin, beberapa long-acting antihistamin)
PATOFISIOLOGI
Konduksi impuls mengalami perlambatan pada area ventrikel yang terkena
infark atau iskemik. Pada area ini juga dapat muncul impuls ektopik (irritable
foci) sehingga dapat menyebabkan konduksi impuls yang sirkuler, yang
memicu terjadinya reentry phenomenon dan depolarisasi cepat yang
berulang
MANIFESTASI KLINIS
Simptom spesifik tanda menurunnya cardiac output (orthostasis,
hypotension), syncope, keterbatasan gerak, dll)
KRITERIA EKG
Tak terlihat adanya kompleks QRS yang normal
Laju : lebih dari 100 x/ menit dan biasanya tidak melebihi 220x/ menit
Irama : biasanya regular
Gelombang P : biasanya tak terlihat pada VT yang cepat. Pada VT lambat
dapat terlihat.
QRS, segmen ST dan gel T
PVC premature
Lebar QRS > 0,12 detik
Morfologi QRS bizarre, ada takikan (notching)
Segmen ST dan gel T biasanya berlawanan arah dengan QRS
Pada VT multiform/ multifocal, morfologi dan coupling intervalnya
bervariasi
VT bisa berbentuk polimorfik atau monomorfik
TERAPI
VT polimorfik menetap (>30 detik) atau menyebabkan gangguan
hemodinamik jatuh kekeadaan tidak stabil : DC Shock unsynchronized
dengan energy awal 200 J, jika gagal harus diberikan shock kedua 200-300
J dan jika perlu shock ketga 360 J.
VENTRIKEL FIBRILASI
ETIOLOGI
Acute coronary syndromes (ACS) yang menimbulkan iskemia miokardium
Stable sampai unstable VT yang tidak diterapi
Premature ventricular complexes (PVCs) with R on T phenomenon
Multiple drugs, elektrolit, ketidakseimbangan asam-basa
Interval QT yang memanjang baik primer maupun sekunder
Hipoksia dan masih banyak yang lain
PATOFISIOLOGI
VF disebabkan karena banyaknya tempat di ventrikel yang menunjukkan
depolarisasi dan repolarisasi yang amat tidak seragam. Karena tidak ada
depolarisasi ventrikel yang terorganisir maka ventrikel tidak berkontraksi
secara keseluruhan. Bila dilihat langsung maka akan tampak jantung yang
bergetar saja
MANIFESTASI KLINIS
Nadi tidak teraba
Pasien tidak respon, kolaps
Pernafasan agonal
Bisa mengakibatkan kematian
KRITERIA EKG
Frekuensi : > 250 x/ menit, dapat pula > 350 x/ menit
Irama : sangat tidak teratur
QRS kompleks : susah ditentukan
Bentuk VF : kasar sedang maupun halus
TERAPI
DC Shock unsynchronized dengan energi awal 200 J, jika tak berhasil harus
diberikan shock kedua 200-300 J dan jika perlu shock yang ketiga 360 J dan
selanjutnya laksanakan sesuai langkah-langkah resusitasi Henti Jantung
Nafas
ABCD PRIMER
Cek respon
Aktifkan system gawat darurat
Siapkan defibrillator
A Airway: buka jalan nafas
B Breathing: beri ventilasi positif
C Cisculation: kompresi dada
D Defibrilasi: shock VF/VT tanpa pulsasi mulai dari 200 J, 200-300 J jika ada indikasi
der
laian lanjutan dan terapi
sang perangkat jalan nafas segera
pastikan perangkat jalan nafas tepast
inya
arahkan perangkat jalan nafas termasuk
Ulangi Defibrilasi
360 J
AV BLOCK DERAJAT I
ETIOLOGI
Pengaruh obat : blocker, non-dihydropyridine calcium channel blockers
dan digoksin
Beberapa kondisi yang menstimulasi system saraf parasimpatis (contoh
reflex vasovagal)
IMA yang mempengaruhi sirkulasi darah ke nodus AV (arteri koroner
dextra) tersering IMA Inferior
PATOFISIOLOGI
Konduksi impuls diperlambat (partial block) di nodus AV dengan interval
yang tetap
MANIFESTASI KLINIS
Biasanya asimptomatis
KRITERIA EKG
Rate : AV block derajat I dapat berupa sinus bradikardia maupun sinus
takikardia sebagai mekanisme sinus yang normal
Ritme : sinus, regular baik atrium maupun ventrikel
PR : memanjang > 0,20 detik dan panjangnya tidak bervariasi
Gelombang P : lebar dan ukurannya normal, setiap gelombang P diikuti
QRS kompleks, setiap QRS kompleks diawali gelombang P.
QRS kompleks : sempit < 0,10ndetik, tidak ada kelainan konduksi
intraventrikuler
TERAPI
Nilailah penderita. Blokade ini tidak memerlukan pengobatan.
Jika penderita tidak stabil, obati irama dasar
Jika blokade ini suatu kejadian baru, amati penderita dengan teliti
perubahan irama jantung
MANIFESTASI KLINIS
Sering asimptomatis
Tanda : hipotensi, shock, kongesti pulmonalis, gagal jantung kongestif,
agina
Gejala : nyeri dada, nafas pendek, penerunan kesadaran
KRITERIA EKG
Kompleks QRS normal
Laju : laju atrium tidak berubah, tapi laju ventrikel lebih rendah karena
ada yang tidak dikonduksikan dengan
Irama : irama atrium biasanya regular, irama ventrikel irregular dengan
terus memendeknya jarak RR sebelum terjadi blok impuls
Gel P : normal, tidak semua diikuti QRS
Interval PR : semakin memanjang hingga terjadi blok satu gelombang P
TERAPI
Nilailah penderita. Blokade ini tidak memerlukan pengobatan.
Jika penderita tidak stabil, obati irama dasar
Jika blokade ini suatu kejadian baru, amati penderita dengan teliti
perubahan irama jantung
KRITERIA EKG
QRS kompleks : umumnya tampak normal bila blok terjadi pada tingkat
nodus AV atau berkas His. Bila terjadi blok setingkat cabang berkas maka
QRS akan melebar
Laju : laju atrium tetap. Laju ventrikel akan lebih lambat
Irama : irama atrium biasanya regular, kecuali timbul aritmia sinus. Irama
ventrikel regular
Interval PR : karena atrium dan ventrikel terdepolarisasi dari pacu jantung
berbeda, mereka tidak saling berhubungan
TERAPI
Nilailah penderita. Jika secara medik tidak stabil, obati irama dasar
Beri O2 2-4 L/menit
Pasang IV line
Jika frekuensi ventrikel bradikardia, beri atropine IV 0,05-1 mg setiap 5
menit samapi dosis total 2 mg atau frekuensi jantung bertambah
Pacu jantung mekanik mungkin terindikasi
KOMPLIKASI
1. Agina pectoris tak stabil : gagal jantung, renjatan kardiogenik, aritmia, infark miokard akut
2. Infark miokard akut (dengan atau tanpa elevasi ST)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
EKG, Foto rontgen dada, Petanda biokimia: darah rutin, CK, CKMB, Troponin
T, profil lipid, gula darah, ureum kreatinin, Ekokardiografi, Tes Treadmil
(untuk stratifikasi setelah infark miokard), Angiografi
PROGNOSIS
Tergantung daerah jantung yang terkena, beratnya gejala dan ada tidaknya
komplikasi
TERAPI
Tirah baring, pasang infus intravena dengan NaCl 0,9 % atau dekstrosa 5
%.
Oksigenasi dimulai dengan 2 L/menit
Diet: puasa sampai bebas nyeri kemudian diet cair. Selanjutnya diet
jantung.
Pasang monitor EKG secara kontinyu.
Atasi nyeri dengan :
Nitrat sublingual (kontra indikasi bila TD sistolik < 90 mmHg)
Morfin 2 mg (2-4 mg) intravena, dapat diulang tiap 15 menit
Antitrombotik, aspirin (160-325 mg) bila alergi dapat diganti dengan
tiklopidin atau klopidogrel
Fibrinolitik dengan streptokinase 1,5 juta unit dalam 1 jam
Antikoagulan, pada angina pectoris tak stabil heparin 5000 unit bolus
intravena dilanjutkan dengan infuse selama 5 hari
Pelunak tinja : laktulosa (laksadin) 2 x 15 ml
Penghambat beta diberikan bila ada indikasi dan tidak ada kontra indikasi
ETIOLOGI
Arteriosklerosis merupakan penyebab utama terjadinya gangguan aliran
darah arteri koroner dan spasme arteri koroner yang berlangsung lama dan
berat
PATOFISIOLOGI
Letak blok biasanya di bawah AV node (infra nodal) pada berkas HIS (infrequent)
atau berkas cabang
Konduksi impuls normal melalui AV node, jadi tidak pemanjangan PR interval
MANIFESTASI KLINIS
1. Khas-Nyeri dada substernal lama yang menyesakkan dan menyebar ke rahang atau lengan
kiri, serta ditandai mual, diaphoresis dan nafas pendek
2. Angina pectoris khas IMA, yaitu timbul lebih lama > 15 menit, lebih berat, tidak hilang
dengan pemakaian nitrogliserin berulang sampai 3 tablet sublingual dalam waktu 10 menit
3. Perubahan EKG
a. Iskemia (<20 menit)
- Gelombang T tinggi
- Inversi gelombang T
- Depresi segmen ST
b. Injuri (20-40 menit)
- Elevasi segmen ST
c. Infark (setelah 2 jam)
- Gelombang Q abnormal
4. Peningkatan serum kardiak yang menandakan adanya jaringan nekrotik (infark). Kematian
jaringan miokard mengakibatkan intregitas dinding sel hilang. Sehingga komponenkomponen intra sel seperti
a. Troponin dapat dideteksi 2-4 jam dari awal IMA
b. Creatinine Phospokinase (CPK) dideteksi 3-6 jam, mencapai puncaknya setelah 8-10 jam,
dan kembali normal setelah 3-4 hari
c. Laktat Dehidrogenasi (LDH) meningkat 24-48 jam setelah IMA dan mencapai puncaknya
setelah 3-6 hari dan secara bertahap menurun sampai 8-14 hari
TERAPI
-
Penilaian langsung :
Tanda-tanda vital
Saturasi oksigen
Akses IV
EKG 12 sadapan
Segera laksanakan:
- Foto rontgen thorax
- Lab : darah, elektrolit, enzim kardiak
- Konsultasi sesuai kebutuhan
Pengobatan (ada indikasi thrombosis dan tanpa kontra indikasi)
- Oksigen 4 L/menit
- Nitrogliserin SL, pasta, spray
- Morfin IV
- Aspirin per oral
- Trombolitik
- Nitrogliserin IV
- Beta Blocker IV
- Heparin IV
- Penghambat ACE
- Lidokain (tidak rutin)
- Angiografi koroner/Angioplasty
Pengobatan segera :
- O2 L/menit
- Aspirin 160-325 mg
- Nitrogliserin SL atau
spray
- Morphin IV (bila sakit
dada tidak hilang dgn
nitrogliserin)
Pertimbangkan pemberian :
Penyekat beta IV
Nitrogliserin IV
Heparin IV
Penghambat ACE
(sesuai indikasi tanpa menunda
trombolitik)
Waktu sejak sakit dada?
< 12
jam
Pilih cara reperfusi
Atau
alternative
PTCA
Pertimbangkan :
Heparin IV
Nitrogliserin IV
Penyekat beta
IV
Ya
Kriteria ATS ?
Tdk
> 12
jam
Nilai status
Klinis
stabil
Pertimbangkan:
- Unit ED sakit dada
- Serum serial
- EKG serial
- Echo/ radionuklir
Tdk
Ya
Adakah
iskemia/ infark
> 8-12 jam?
Ya
Revaskulerisasi
PTCA
CABG
ICCU
Terapi sesuai indikasi
Serum serial
EKG serial
Echo/ radionuklir
Boleh
rawat
jalan &
kontrol
teratur
DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Sesak nafas
Batuk produktif
Edema
Non spesifik : lemah, nyeri abdomen, malaise, mengi
2. Riwayat penyakit
Kardomiopati
Penyakit jantung katup
Penggunaan alcohol
Hiprtensi
Angina
Infark miokard
Penyakit jantung bawaan
3. Pemeriksaan fisik
Edema perifer
Peningkatan jugular venous pressure
Takikardia
Takipneu, penggunaan otot-otot bantu pernafasan
Pulsus alternans
Kulit pucat, dingin, bisa juga sianosis
Mengi atau ronki pada auskultasi paru
TERAPI
Lihat alur tata laksana edema paru akut
Edema paru
Tindakan pilihan
pertama untuk edema
paru akut :
- Furosemide IV 0,5 s/d
1
mg/kg
- Morfin Iv 2-4 mg
- Nitrogliserin SL
Masalah
Berikan :
- Cairan
- Transfusi darah
- Intervensi sesuai
penyebab
- Pertimbangkan
Vasopressor
algoritma
Bradikardi
Masalah laju
algoritma
Takikardia
Tekanan
TD sistolik
menentukan
tindakan
pilihan
TD sistolik
<70 mmHg
Dg tanda/
gejala syok
Norepinephrin
e IV
TD sistolik
70-100
mmHg
Dg tanda/
Dopamine IV
5-15 gr/mnt
TD sistolik
70-100
mmHg
Tanpa tanda/
Dobutamine
IV
TD
sistolik
> 100
mmHg
- Nitrogliserin
IV
10-20
gr/mnt
Pertimbangka
n
ABCD SEKUNDER
Fokus : penilaian lanjutan dan terapi
A Airway
: pasang perangkat jalan nafas
segera
B Breathing
: pastikan perangkat jalan nafas
tepast
pada lokasinya
B Breathing
: arahkan perangkat jalan nafas
termasuk
ETT
B Breathing
: Oksigenasi dan ventilasi elektrik
C Circulation
: pastikan benar asistol dg monitor
EKG
C Circulation
: pasang akses IV
Epinefrin 1 mg IV cepat
Dapat diulang tiap 3-5 menit
RIP tetap dilakukan
ASISTOL
ETIOLOGI
MANIFESTASI KLINIS
Unresponsive
Tidak ada denyut nadi atau tekanan darah
Cardiac arrest
KRITERIA EKG
Rate : tidak ada aktivitas ventricular yang tampak atau < 6 kompleks per
menit
PR interval: tidak dapat ditentukan, kadang-kadang tampak gelombang P
tapi gelombang R harus tidak tampak
QRS kompleks : tidak ada defleksi
TERAPI
Lihat alur tata laksana Asistol
Epinefrin 1 mg IV,
cepat
Diulang setiap 3-5
Atropine 1 mg IV
Diulang tiap 3-5 menit
Sampai dosis total 0,04
mg/KgBB
ASISTOL MENETAP ?
Hentikan upaya resusitasi sementara
Evaluasi kualitas resusitasi
Gambaran klinis yang atipikal ?
- Hentikan upaya resusitasi
KRISIS HIPERTENSI
DEFINISI
Suatu keadaan kedaruratan kardiovaskuler terjadi peninggian tekanan darah
secara tiba-tiba dan cepat dimana tekanan diastoliknya melebihi 120 mmHg
KLASIFIKASI
1. Hipertensi emergensi
Kenaikan tekanan darah arterial yang bila berlanjut dalam beberapa jam
kemudian akan menimbulkan kerusakan organ target yang menetap.
Beberapa keadaan yang merupakan hipertensi emergensi
Encefalopati hipertensif
Hipertensi maligna (pada beberapa kasus)
Hipertensi berat dengan komplikasi akut
Serebrovaskuler
- Perdarahan intrakranial
- Perdarahan subakut
- Infark otak akut aterotrombotik
Kardiak
- Diseksi aorta akut
- Gagal jantung kiri akut dengan edema paru
- Infark miokard akut
- Angina pectoris tidak stabil
Eklamsia atau hipertensi berat pada kehamilan
Status katekolamin yang berlebihan
- Krisis feokromositoma
- Interaksi makanan atau obat-obatan yang mengandung tiramin
dengan MAO inhibitor
- Rebound hypertension pada penghentian obat anti hipertensi secara
mendadak, seperti klonidin, guanaben dan metildopa
Hipertensi yang diinduksi oleh obat
Overdosis obat simpatomimetik atau obat-obat yang mempunyai efek
yang serupa, seperti : Fenilsiklidin, LSD (Lysergic Acid Diethylamid),
kokain, fenilpropanolamin
Trauma kepala
Hipertensi pasca bypass arteri koronaria
Perdrahan pasca pembedahan vaskuler
2. Hipertensi urgensi
Kenaikan tekanan darah arterial yang bila tidak diobati dapat terjadi
kerusakan target organ. Beberapa kasus hipertensi urgensi
Hipertensi maligna dan hipertensi akselerasi *
Luka bakar ekstensif *
1.
a.
PENATALAKSANAAN
Hipertensi Emergensi
Tujuan pengobatn adalah menghentikan progresifitas kerusakan organ
target dengan segera, tapi penurunan tekanan darah mesti perlaha-lahan.
Sebagai patokan adalah penurunan tekanan arteri rata-rata (Mean Artery
Pressure/ MAP) berkisar 25 % atu penurunan tekanan darah sekitar 100100 mmHg dalam beberapa menit-jam. Penurunan tekanan darah tidak
diperlukan sampai nilai normal.
Obat-Obat yang dipakai dalam Hipertensi Emergensi :
Nitropruside
b.
c.
d.
e.
2.
a.
b.
c.