PEMBORAN
Tujuan Pemboran
Tujuan dari operasi pemboran adalah membuat lubang secara cepat,
murah, dana man hingga menembus formasi produktif. Lubang hasil pemboran
dinamakan lubang
sumur
dipasang
pipa selubung
minyak
produktif.
2.2.
Fungsinya,
dibagi menjadi lima system peralatan utama, yaitu system tenaga, system
angkat, system putar, system sirkulasi,
system penunjang.
2.2.1. Sistem Angkat
Sistem angkat (hoisting system) merupakan salah satu komponen utama
dari peralatan pemboran. Fungsi utama system ini adalah memberikan ruang
kerja yang cukup untuk pengangkatan dan penurunan rangkaian pipa bor
dan peralatan lainnya. Sistem angkat terdiri dari dua bagian utama, yaitu :
1. Suporrting Structure
Supporting Structure adalah kontruksi menara yang ditempatkan diatas
titik bor. Fungsi utamanya adalah untuk menjaga peralatan peralatan
48
pemboran dan
juga
memberi
ruang
yang
cukup
bagi
operasai
pemboran. Supporting
structure terdiri dari drilling tower (derrick atau mast), substructure dan
rig floor.
2. Peralatan Pengangkatan
Peralatan pengangkatan terdiri dari :
a. Drawwork
Drawwork merupakan
melalui
drawwork
49
utama
dari sistem
putar
untuk
memutar rangkaian pipa bor dan juga memberikan beratan diatas pahat untuk
membor suatu formasi. Rotary system terdiri dari tiga sub komponen, yaitu :
1. Rotary assembly
Peralatan putar berfungsi untuk :
a. Memutar rangkaian pipa bor selama proses pemboran berlangsung.
b. Menggantungkan rangkaian pipa bor yaitu dengan slip yang dipasang
(dimasukan)
atau melepas
Rotary slip.
50
formasi,
dengan cara
memberi beban pada mata bor. Jenis- jenis mata bor terdiri dari :
a. Drag Bit
b. Roller- Cone
Bit c. Diamond
Bit
yaitu :
Kelly
Penampang
Kelly
Master Bushing
51
terpisah dengan sistem angkat. Pada sistem putar terdapat pipa putar
yang mentransmis ika n putaran dari meja putar ke bit / pahat.
Dilapangan
fluida
pemboran
dikenal
sebagai
terjadinya
semburan liar
(blowout).
2. Tempat Persiapan
Ditempatkan
pada sistem
sirkulasi
dimulai
yaitu
dekat pompa
Water tanks.
g. Reserve pit.
3. Peralatan
Sirkulasi
Perlataan
sirkulasi
merupakan
komponen
utama
dalam
sistem
bor. Fungsi
utama
peralatan-
peralatan
ono adalah
untuk
membersihkan Lumpur bor dari serbuk bor (cutting) dan gas gas yang
terbawa. Ada dua metode pokok untuk
memisahkan
cutting
dan gas.
secara mekanik,
domana peralatan- peralatan khusus yang dipasang pada mud pits dapat
memisahkan Lumpur dan gas. Peralatananya terdiri dari :
a. Settling tanks : merupakan bak terbuat dari baja digunakan
untuk menampung lumpur bor selama conditioning.
b. Reserve pits : merupakan kolam besar yang digunakan untuk
menampung
cutting dari dalam lubang bor dan kadang- kadang untuk
menampung kelebihan lumpur bor.
c. Mud-gas separator : merupakan suatu peralatan yang memisahkan
gas terlarut dalam lumpur bor dalam jumlah besar.
d. Shale shaker : merupakan peralatan yang memisahkan cuttings yang
besar
dari lumpur bor.
e. Degasser : merupakan peralatan yang secara kontiyu memisahkan
gas terlarut dari lumpur.
f. Desander : merupakan peralatan yang memisahkan butir- butir pasir
dari lumpur.
untuk menahan tekanan dari lubang bor. Peralatan ini disediakan pada operasi
pemboran karena peramalan tekanan tidak selalu memungkinkan.
formasi mempunya tekanan
mengimbanginya
Apabila
tidak dapat
formasi
yang bertekanan tinggi yang masuk kedalam lubang bor. Kick yang tidak
terkendali
dapat mengakibatkan
ruang
annular antara drill pipe dan casing bila terjadi gejala kick. Sistem peralatan
ini bekerja secara pneumatic (biasanya dipakai dengan menggunakan udara
dan
gas)
BOP stack,
accumulator, dan supporting system. BOP stack terdiri dari rangkaian annular
preventer, pipe ram preventer, drilling spools, blind ram preventer, dan casing
head. Kesemuanya
ukurannya
dengan ke ekonomiannya.
pada kepala
casing
atau
kepala
sumur
langsung
untuk
menutup
lubang
annulus
baik
lubang
pada
Accumulator
Biasanya
ditempatkan
b. Kill line
Kill line bekerja pada BOP stack biasanya berlawanan,
dengan choke manifold
berlangsung
berat dipompakan
oleh mesin-
dengan nama prime mover dan distribution equipment yag berfungsi untuk
meneruskan tenaga yang diperlukan untuk mendukung jalannya
pemboran. Prime mover sebagai daya penggerak
kegiatan
pemboran.
membantu pelaksanaan
Peralatan
penunjang
ini
maupun penyelesaian
terdiri
dari
sistem
penyemenan
diatasa
permukaan
a. Cementing Unit
Adalah
suatu
unit
pompa
yang
mempunyai
fungsi
untuk
semen
Hopper, yaitu untuk mengatur aliran dari semen kering dan air
yang ditempatkan bersama- sama dalam hopper, sehingga akan
menghasilka n bubur semen yang benar- benar homogen.
Jet
Mixer, yaitu
untuk
mengaduk
semen
kering
dan air
mounted
Marine cementing
3.
Skit mounted cementing
unit
memompa
b. Flow line
Merupakan pipa yang berfungsi untuk mengalirkan bubur semen
yang dipompakan dari cementing unit ke cementing head.
c. Cementing head
Berfungsi untuk mengatur aliran bubur semen yang masuk ke lubang
bor. Ada dua tipe Cementing head, yaitu :
Plug container
Tipe ini lebih praktis dari mac clacthie, karena pada plu container
ini pemasangan top plug dan bottom plug tidak perlu membukanya,
akan tetapi sudah terpasang sebelumnya.
pada kedalaman
dekat dengan
runtuh
untuk
menjaga
conductor casing
dipasang,
maka pemboran
dilanjutkan
dan formasi
lubang
bor terbuka,
runtuh,
dimana
maka diambil
kalau
patokan
bahwa lubang terbuka maksimal harus dua per tiga dari kedalaman
lubang bor dan kemuidia n dipasang surface casing ini. Pada surface
casing ini juga, pertama kali dipasangkan
peralatan
pencegah
berfungsi
untuk
membahayakan
operasi selanjutnya.
membahayakan
tersebut
antara
menutup
Dimana
lain
adalah
formasi
formasi yang
formasi
yang
dan lain-lain.
Production casing
Liner (Perforated
interval),
mempunyai
fungsi
dipasang
yang
hingga
sama
ke
Diameter
7 Grade
80. Panjang
30 ft / stand
Berat
Thread
4 thread / inch. 60
mendefinisikan
yield
strength
sebagai
beban
tarikan
didefinisikan
Ellastic Collapse
dan Plastic Collapse. Yang membedakan dari kedua hal ini adalah
terletak pada waktu dari casing itu terdeformasi.
3. Burst Strength
Didefinisikan sebagai nilai maksimal dari tekanan internal yang
dapat mengakibatkan casing itu tertarik (mengalami beban tarikan).
Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
dimana :
t
in. D
Y
= OD casing, in.
= Yield Strength Minimum, psi.
a. Centralizer
Untuk mendapatkan cincin semen yang baik (merata), casing harus
terletak ditengah- tengah lubang, untuk itu casi g dilengkapi dengan
centralizer. Fungsi centralizer :
Menempatkan
lubang.
cake.
Menyekrap mud
Mencegah terjadinya
sticking.
differential
b. Scratchers
Adalah alat yang dirangkaikan atau dipasang pada casing dan
berfungsi untuk membersihkan dinding lubang bor dari mud cake,
sehingga didapat lubang bor yang bersih
c. Peralatan floating
Peralatan floating terdiri dari shoe dan collar.
Shoe
Ada dua jenis shoe yaitu casing shoe dan float shoe yag masingmasing dari shoe tersebut memiliki fungsi sendiri- sendiri.
1. Casing shoe
Casing shoe berfungsi sebagai sepatu dan pemandu untuk
memudahkan
pemasukan
rangkaian
casing
(running
kesatu arah saja. Float shoe ini dibuat dari bahan yang dapat di
bor lagi.
Collar
Merupakan suatu shock yang dipasang beberapa meter diatas shoe,
berfungsi untuk menahan bottom plug dan top plug. Collar dibuat
dari bahan yang dapat dibor lagi (drillable). Jenis-jenis collar
adalah:
1. Guide collar : tidak dilengkapi valve, sehingga tidak
dapat menahan tekanan balik.
2. Float collar : dilengkapi valve.
d. Shoe track
Merupakan pipa casing yang dipasang antara shoe dan collar
sepanjang satu batang atau lebih, tyergantung ketinggian semen di
annulus.
e.
Cementing plug
Cementing plug dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
Bottom plug
Berfungsi
untuk
mncegah
adanya kontaminasi
Jadi, untuk
mendorong
antara lumpur
lumpur
yang
berada didalam casing dan memisahkan casing dari semen dan juga
membersihkan mud film didalam dinding casing.
Top plug
Berfungsi untuk mendorong bubur semen, memisahkan semen
dari lumpur pendorong agar tidak terjadi kontaminasi,
membersihkan sisasisa semen dalam casing.
Cast
Aluminium
Solid
Core
Molded
Rubber Body
Rubber
Diaphragm
Cast
Aluminium
Hollow
Core
Molded
Rubber Body
Gambar 2.15. Penampang Top Plug (a) dan Bottom Plug (b)
Top
Plug
Diaphragm
Ruptured
Solid
Core
Bottom
Plug
Float
Collar
operasi pemboran,
sering
terjadi permasalahan
lainnya
potongan
yang penting
alat ke permukaan.
Sistem
Casing
Wilson,
digunakan
pada
waktu
menyambung
atau
pada ujung
atas berfungsi
untuk
mengambil
benda-
bendakecil
didalam
lubang
bora
da
b.
Boot Junk Basket, dipasang diatas bit (mata bor) dan pada waktu
cairan pemboran mengaduk
2.3.
Lumpur Pemboran
Peranan lumpur
pemboran adalah
penunjang
penanggulangan
problem yang
ditemui
dalam
pemboran.
Dalam hal ini lumpur yang diharapkan dapat memenuhi fungsi- fungsi sebagai
berikut :
Media logging.
Media informasi.
jenis
lumpur
bor
dalam
suatu
pemboran
harus
problem pemboran.
Dibawah
ini
akan
yang mengandung bahan dasar air tawar disebut fresh water mud, dan
bila bahan dasarnya air asin disebut salt water base mud.
2. Emulsion Mud
Lumpur
yaitu :
a.
Oil In Water Emulsion
Mud
Pada lumpur ini minyak merupakan fasa tersebar (emulsi) dan air
sebagai fasa kontinyu. Sebagai bahan dasar dapat dgunakan baik fresh
maupun salt water mud. Sifat- sifat fisik yang dipengaruhi emulsifikasi
hanyalah berat lumpur, volume filtrate, tebal mud cakedan pelumasan.
Segera setelah di emulsifikasi, filtration loss berkurang. Keuntungannya
adalah bit bisa tahan lama, penetrasi rate naik, pengurangan mkorosi
pada drill string, perbaikan pada sifat- sifat lumpur, water loss turun,
mud cake tipis dan mengura ngi balling (terlapisnya alat oleh padatan
lumpur) pada drill string. Viskositas dan gel strength lebih
mudah
karena
lain
adalah
untuk
melepaskan
drillpipe
yang terjepit,
pada annulus,
salurannya
tidak
boleh
agar lumpur
bor
formasi kemungkinan
sebaliknya
jika
terjadinya
akan
densitas lumpur
menyebabkan
relative
kecil
circulation,
dapat menyebabkan
lost
lumpur.
dan menurunkan
Additif
SG
Barite
4.3
Limestone
3.0
Galena
7.0
Bijih Besi
7.0
sirkulasi
dan viskositasnya
berat lumpur
harus kecil,
Densitas lumpur
bor akan
dimana :
Pm
= densitas lumpur,
antara lapisan
fluida.
sebagai perbandingan
antara
Viskositas
dapat pula
shear stress
(tekanan
shear
stress
ini
sebanding
dan
konstan
(gambar
3.39),
serta
memberikan
hubungan
variasi
Penetration rate
b.
Pressure loss tinggi terlalu
gesekan.
banyak
yang
c.
Pressure surges yang
swabbing
berhubungn
dengan
lost circulation
dan
dapat mengencerkan
lumpur
dapat dilakukan
dengan
pengenceran dengan air atau dengan penambahan thinner (zat- zat kimia),
sedangkan penambahan viskositas dapat dilakukan dengan penambahan
zat- zat padat/ bentonite pada water base mud dan air atau asphalt pada oil
base mud.
3. Gel Strength
Di waktu lumpur
bersirkulasi
inilah
antara partikel-
yang
disebut
gel
strength yang
gel
harus
pemberat lumpur agar tidak n njm hu turun. Akan tetapi kalau gel strength
terlalu
tinggi
pemboran
akan menyebabkan
untuk
memulai
terlalu
sirkulas.
lumpur
pompa mempunyai
daya yang kuat, pompa tidak boleh memompakan lumpur dengan daya
yang besar, karena formasi bisa pecah. Misalnya sirkulasi berhenti untuk
penggantian
sirkulas i dilakukan
bor, maka
melakukan
yang pertama
tetapi
bertambahnya
waktu,
rendah
semakin
yaitu
dengan
tidak diharapkan,
dalam
relatif
sudah
tinggi
dan
hanya
mengalami
keliatan
(yield
point)
adalah
sifat
mengagar
yang
di dalam lumpur.
adalah
sedangkan sifat
parameter
fluida dinamik,
Titik keliatan
menggagar
(gel
harga PV.
salah
satu komponen
yang
permukaan
partikel. Besaran ini diukur dalam kondisi yang dinamis, berbeda dengan
gaya agar diukur pada kondisi statis. Besarnya gaya ini tergantung dari:
a. Sifat-sifat permukaan pada
Lumpur. b. Konsentrasi volume
padatan.
c.
Lingkungan
padatan.
listrik
dan
anhydrite
atau gypsum
yang menetralisir
muatan
kemasukan
akan menyebabkan
padatan
lembab
ke dalam
semakin
sistem
hal
ini
dekat sehingga
gaya tarik-menarik
permeabel.
Pengukurannya
dilakukan
dengan standar filter press, dimana lumpur ditempatkan pada silinder yang
dasarnya dipasang kertas saring, dan bagian atas tabung diberikan tekanan
udara/gas. Selanjutnya volume filtrat lumpur dan tebal mud cake dicatat.
API filtration rate (statik) adalah volume (cc) filtrat/30 menit pada
tekanan
100 psig.
inch. Filtration loss yang terlalu besar berpengaruh jelek terhadap formasi
maupun lumpurnya
sendiri,
terjadinya
kimiawi partikel-partikelnya.
sangat menentukan
fungsi
karena performance
lumpur
dapat
berubah dengan adanya pengaruh dari efek kimia partikelnya. Perubahan sifat
kimia
yang
tujuan
pengontrolan
lumpur
diperhatikan
kimia
diharapkan
dengan
diameter
2.5 inc
yang
dalam persentase
yang
dapat diamati
Sehingga dalam pengukuran harus dipastikan bahwa kadar pasir dari total
volume lumpur lebih kecil dari 20% agar tidak menimbulkan
kepasiran
yang mengganggu
problem
pemboran. Kadar pasir tidak boleh terlalu tinggi karena dapat menimbulkan
berbagai permasalahan, diantaranya :
a. Padatan memiliki sifat yang abrasive atau mengikis, oleh karena
peralatan
yang disirkulasi akan terkikis ketika dilalui padatan solid lumpur.
b. Padatan dapat menyebabkan berat jenis lumpur akan naik dan hal
ini menyebabkan kerja dari pompa lumpur akan semakin berat.
2. pH
sangat
tinggi,
sedangkan
electrometic
method
akan
Dengan
keadaan demikian
lumpur
diidentikkan dengan sabun, jika sabun tidak berlarut dalam air maka air
tersebut mengandung garam kalsium dan garam magnesium (air sadah).
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
kesadahan
total lumpur
yaitu
4. Alkalinitas
Alkalinitas atau keasaman lumpur ditempatkan dengan harga pH-nya,
akan tetapi karakteristik lumpur dapat berfluktuasi meskipun pHnya tetap.
Berdasarkan pengalaman diketahui ada korelasi antara sumber alkalinitas
di dalam lumpur terhadap sifat-sifat lumpur yang bersangkutan.
a. Jika sumbernya hanya berasal dari OH-, menunjukkan lumpur stabil
dan
kondisinya baik.
b. Jika sumbernya berasal dari OH- dan CO-2 3 , menunjukkan
lumpur
Jika
yaitu
daerah
yang
terdapat
kubah-kubah
loggingnya.
karena
Kandungan
berat jenis
: pasir,
tinggi
(high-gravity).
Menurut
Klasifikasi
untuk
menaikkan
pemberat
densitas.
untuk
membuat lumpur dengan berat jenis sampai 10 ppg (1.19 kg/l). Barite
lebih banyak digunakan dibanding dengan bahan pemberat yang lain,
karena harganya murah dan tingkat kemurniannya cukup baik.
b.
yaitu
digunakan
sebagai material
pemberat karena SG-nya tinggi, yaitu antara 6.5 sampai 7.1 dan dapat
menghasilka n densitas lumpur sampai 35 ppg (4.16 kg/l).
c.
lumpur
untuk
tujuan
: menaikkan
berat jenis
lumpur,
menaikkan
konstan, dinamakan
viscositas(). Secara matematis, ini dapat dinyatakan dengan:
f dVr ........................................................................... (2-4)
r
gc dr
dimana :
r
= convertion konstan.
Tanda negative
pada rumus
di atas menunjukan
bahwa
sebelum terjadi aliran harus ada minimum shear stress yang melebihi
suatu harga minimum
dilampaui,
yield
point.
untuk penambahan
menghasilkan
Baru
setelah
yield
point
lanjut
akan
y
(2-5)
dVr
gc
..........................................................
dr
dimana :
= shear stress, dyne/cm2 .
y = yield point, lb/100
ft2 . dVr/dr = shear rate,
sec-1 .
gc = convertion constanta, 32ft/sec2 .
Gambar 2.17. Skema Dari Grafik Aliran Fluida Newtonian Bingham Plastic
pendekatan
power
law
dilakukan
dengan
menganggap
kurva hubungan shear stress terhadap shear rate pada kertas kertas log
mengik ut i garis lurus yang ditarik pada shear rate 300 rpm dan 600
rpm. Untuk ini
power law dinyatakan sebagai
:
K
n
dVr ............................................................... (2-6)
dr
Gambar 2.18. Kurva Shear Rate dan Shear Stress Pada Kertas Log Log
dr
2.4.
Semen Pemboran
Penyemenan
merupakan
salah
satu
kegiatan
utama
dalam
Mengurangi
kemungkinan
terjadinya
semburan
memenuhi
fungsi-fungsi
tersebut
di atas,
maka semen
Gas
Gas-Oil
Contact
Perforasi
Oil
Lost
circulation
zone
Casing
Casing
Cement
Open
hole
Cem ent
Casing
Water
sand
Cement
Heaving
shale
Melindungi formasi
yang akan dibor
Shale
Shallow
,
weaker
zones
Oil
sand
Increased
Mud weight
required
to control
pressures
High
pressure
zones
Mengisolasi formasi
yang bertekanan tinggi
2.
Secondary
Cementing,
adalah
penyemenan
kosong,
maupun
zona
kedua
setelah
penyemenan
tahap
pertama
karena
tahap
suatu
porous.
Operasi
tekanan
tertentu
kedalam
celah dibelakang
casing,
dalam
melalui
zona-zona
7.
8. Untuk menutup
perforasi lama,
hole completion.
2.4.3. Klasifikasi Semen Pemboran
1.
2.
hingga
mengandung sulfate. Tersedia hanya dalam tipe Ordinary (O) dan Moderate
Sulfate Resistent (MSR). (Setara dengan ASTM C-150 tipe II).
3. Kelas C : Digunakan dari permukaan sampai kedalaman 6000 ft ft (1830
meter)
dan temperatur hingga 800 C pada kondisi dimana diperlukan pengerasan
yang cepat. Tersedia semen tipe Ordinary (O), Moderate Sulfate Resistent
(MSR) dan High Sulfate Resistent (HSR). (Setara dengan ASTM C -150
tipe III).
4. Kelas D : Digunakan dari kedalaman 6000 ft (1830 meter) sampai 10.000
ft (3050 meter) dengan kondisi tekanan formasi dan temperatur agak
tinggi (antara 80 1300 C). Tersedia semen tipe Moderate Sulfate Resistent
(MSR) dan High Sulfate Resistent (HSR).
5. Kelas E : Digunakan dari kedalaman 10.000 ft (3050 meter) sampai 14.000
ft (4270 meter) dengan kondisi temperatur (130 1450 C) dan tekanan
formasi tinggi. Tersedia semen tipe Moderate Sulfate Resistent (MSR) dan
High Sulfate Resistent (HSR).
6. Kelas F : Digunakan dari kedalaman 10.000 ft (3050 meter) sampai 16.000
ft
(4880 meter) dengan kondisi
temperatur
(130 1600 C)
dan tekanan
formasi yang sangat tinggi. Tersedia semen tipe Moderate Sulfate Resistent
(MSR) dan High Sulfate Resistent (HSR).
7.
Kelas
G :
Digunakan
sebagai
semen
dasar untuk
penyemenan
additives
API
Mixing
Slurry Weight
Water
Well Depth
Static
Temperatur
Classification
(gal/sk)
(lb/gal)
(ft)
(0 F)
A (portland)
5.2
15.6
0 to 6.000
80 to 170
B (portland)
5.2
15.6
0 to 6.000
80 to 170
C (high early)
6.3
14.8
0 to 6.000
80 to 170
D (retarded)
4.3
16.4
6.000 to 12.000
170 to 260
E (retarded)
4.3
16.4
6.000 to 14.000
170 to 290
F (retarded)
4.3
16.2
G (basic)
5.0
15.8
0 to 8.000
80 to 170
H (basic)
4.3
16.4
0 to 8.000
80 to 203
10.000 to
16.000
230 to 320
termasuk
semen
hidrolis
bila bertemu
atau
1.
Silicate
Tricalcium
Dicalcium
Dicalcium
silicate
(2Cao.SiO 2 ) dinotasikan
dihasilka n dari kombinasi CaO dan SiO 2 . Komponen ini sangat penting
dalam memberika n final strength semen. Karena C 2 S ini menghidrasinya
lambat maka tidak terpengaruh dalam setting time semen, akan tetapi
sangat menentukan dalam kekuatan semen lanjut. Kadar C 2 S dalam semen
tidak lebih dari 20 %.
3. Trilcalcium Aluminate
Tricalcium
aluminate
sebagai C 3 A, yang
kadarnya
lebih kecil dari komponen silikat (sekitar 15 % untuk high early strength
cement dan sekitar
3 % untuk semen yang tahan terhadap sulfat), namun berpengaruh pada
rheologi suspensi semen dan membantu proses pengerasan awal pada semen.
4. Tetracalcium Aluminoferrite
Tetracalcium
aluminoferrite
sebagai
C 4 AF, yang terbentuk dari reaksi Cao, Al2 O3 dan Fe2 O3. Komponen ini
hanya sedikit pengaruhnya
pada
strength
semen.API
menjelaskan
yang
tertentu,
pemilihan
bahan-bahan
dalam menghasilkan
semen
Portland, yaitu :
a.
Calcareous
Material
Material ini berisi kalsium karbonat dan kalsium oksida yang terdiri
dari limestone dan batuan semen.
Limestone adalah batuan terbentuk dari sebagain besar zat zat
organik
sisa (seperti kerang laut atau koral) yang terakumulasi. Limestoe
ini merupakan komponen dasar dari kalsium karbonat.
Batu semen adalah batuan yang komposisinya serupa dengan
semen
batuan.
Kapur adalah limestone kekuning-kuningan atau abu-abu dan
halus yang sebagian besar dari kerang-kerang laut.
Marl atau tanah kapur adalah tanah yang rapuh dan mengandung
bahan- bahan pokok kalsium karbonat.
Alkali
disini
zat-zat kimia
pabrik
silikat
dan
mineral lainnya.
Semen Portland
melalui
beberapa tahap
1. Proses Peleburan
Dalam bagian ini ada dua cara yang umum digunakan, yaitu :
a. Dry process
Pada awal proses ini,
dihancurkan.lalu
mineral
dikeringkan
clay
dan limestone
sama-sama
dibawa ke
Kemudian
silo
Hasil
saringan
ini
ditempatkan
di
b. Wet Process
Material-material mentah dicampur dengan air, lalu dimasukan ke
tempat penggilingan
(Grinding
Mill).
Campuran
ini
kemudian
yang
kasar
dipompa melalui
Vibrating
Screen.
Material-material
Di tempat
pemampatan
sehingga
ini, suspensi
mengalami
kimia
yang diinginkan
dibawa ke Kiln.
Susunan
2. Proses Pembakaran
Setelah
melalui
salah
satu
proses peleburan
di atas,
campuran
a.
b.
Tahap 2 (200 8000 C), pada tahap ini mengalami
pemanasan,
dimana
partikel-partikel
clay
mengalami
proses pradehidroksidasi
proses pembebasan
unsur
karbon (dekarbonisasi).
Tahap 5 (1300 1500 13000 C), pada tahap ini, sebagian campuran
reaksi mencair.
dan
Dan suhu
15000 C (Clinkering
temperature),
C2S
3. Proses Pendinginan
Proses pendinginan
kristal
C 3 S dan C 2 S
menjadi lebih teratur dan MgO bebas juga meng-kristal (Mineral ini disebut
Periclase). Pada kondisi
strenght
ini,
aktifitas
hidrolik
stenght lanjutnya
kecil.
Compressive
pendinginan cepat, fasa liquid (yang terjadi pada tahap 5) memadat seperti
gelas. C 3 A dan C2 S menurun. MgO bebas tetap dalam fasa gelas, sehingga
menjadi kurang aktif dan menyebabkan semen
anhidrit
sulfat
hemihidrat
(CSH1/2) atau
yang
dihasilkan
dari
sifat-sifatnya
dengan
keadaan formasi yang akan disemen. Sifat-sifat bubur semen yang dimaksud
adalah sebagai berikut
permeabilitas
semen, kualitas
perforasi,
filtrasi,
1. Densitas
Penambahan
semen. Pada umumnya density bubur semen dibuat lebih besar dari density
lumpur,
sama. Penentuan
ppg. Gbk
Gw
Ga
Vbk
gal. Vw
Va
Densitas
suspensi semen
sangat berpengaruh
terhadap tekanan
volume
suspensi
konsistensi 100 poise. Harga 100 poise ini merupakan batas bubur semen
masih dapat dipompakan. Dalam hidrasinya semen makin lama makin
mengeras
dan naik
viskositasnya.
Viskositas
pada semen
disebut
time
adalah
dengan
kedalaman penyemenan,
adalah tergantung
tinggi
sehingga
diperlukan
additives-additives
untuk
carboxymethil retarder
Untuk
asam organik.
ditambahkan
accelerator
ke
memperpendek
dalam
suspensi
Waktu pemompaan
(pumpability
Waktu pemompaan
yang diperlukan
dipengaruhi oleh tinggi kolom dan volume suspensi semen yang harus
dipompakan, kecepatan laju alir pemompaan dan temperatur operasi sumur
tersebut.
3. Filtration Loss
masuk ini disebut dengan filtrat. Filtrat yang hilang tidak boleh terlalu
banyak, karena akan membuat
suspensi
semen kekurangan
air yang
annulus akan naik, pressure loss naik dan tekanan bubur semen di annulus
juga naik. Bila hal ini terjadi, maka formasi akan rekah. Jadi dapat
disimpulkan,
gangguan
semen
lossnya adalah
loss mempunyai
sirkulasi
kelemahan
dapat digunakan hanya sampai 900 F (1940 C). Filtration loss diketahui dari
volume filtrat yang ditampung
selama
30 menit
Ft
5.477
................................................................ (2-9)
t
dimana :
F30
: Filtrat pada 30
menit. Ft
: Filtrat pada t
menit.
t
untuk
mendapatkan
sifat-sifat
diinginkan. Air yang dicampurkan tidak boleh terlalu banyak ataupun kurang,
karena akan mempengaruhi
baik-buruknya
ikatan
semen
nantinya.
adalah jumlah
tanpa
menyebabkan konsistensi suspensi semen lebih dari 30 Uc. Bila air yang
ditambahkan lebih kecil dari kadar minimumnya maka akan menaikkan
densitas
yang
suspensi semen
cukup
besar di annulus
sewaktu suspensi
(friksi)
semen dipompakan
air normal dalam suspensi semen yang direkomendasikan oleh API dapat
dilihat pada tabel 2.4.
Slurry
Gallon
Weight
Mixing
lb/gal
water
15.6
5.2
1.18
46
15.6
5.2
1.18
46
15.8
6.32
1.32
56
16.46
4.29
1.05
38
15.8
4.97
1.15
44
16.46
4.29
1.05
38
tekanan
additives-additives
WOC
ditentukan
oleh
faktor-faktor
dan bermakna
mengalirkan
fluida.
Semakin
besar permeabilitas
semen maka semakin banyak fluida yang dapat melalui semen tersebut dan
begitu pula sebaliknya.
Semen diinginkan tidak mempunyai permeabilitas. Karena jika semen
mempunyai
permeabilitas
terjadinya
kontak
fluida antara formasi dengan annulus dan juga strength semen berkurang.
Permeabilitas
bentuk bubur semen terlalu banyak. Tetapi permeabilitas semen dapat juga
meningkat karena terlalu berlebihan dalam penambahan additives.
Perhitungan
permeabilitas
dengan menggunakan
semen di laboratorium
dapat dilakukan
menggunakan
melalui
sepanjang
permeabilitas
dapat dilakukan
L
.............................................. (2-10)
A P
dimana :
K
: Permeabilitas,
mD. Q
: Laju alir,
ml/s.
: Viscositas, cp.
Harga permeabilitas
adalah tidak lebih dari 0,1 mD. Permeabilitas semen erat kaitannya dengan
kekuatan semen. Harga permeabilitas yang kecil akan menyebabkan harga
strength yang besar begitupun sebaliknya.besar begitupun sebaliknya.
7. Compressive Strength & Shear Strength
Strength pada semen terbagi menjadi dua yaitu compressive strength
dan shear strength. Compressive strength didefinisikan sebagai kekuatan
semen dalam menahan tekanan-tekanan yang berasal dari formasi maupun
dari casing, sedangkan
semen
sebagai
kekuatan
mengukur
strength, sedang
diperhatikan.
Umumnya
tinggi
dalam
curing
yang
sudah
minimum
pipa
b.
Mengisolasi
permeabel.
zona-zona
c. Menahan
goncangan-goncangan
karena perforasi.
d.
Mencegah terjadinya
formasi.
semen
telah
dibuat
orang untuk
memenuhi
adalah
memberikan
mengubah
untuk
mempercepat
pengerasan
additives lain (seperti dispersant dan fluid loss control agent), agar tidak
tertunda proses pengerasan suspensi semennya.
Contoh-contoh additives
Amount Used
(wt% of cement)
Accelerator
Calcium chloride
2 to 4
(CaCl2 ) (flake,
powdered, anhydrous)
3 to 10 *
20 to 100
hemyhydrate form
(plaster of Paris)
Sodium silicate (Na2 SiO2 )
1 to 7.5
Cement dispersant
(with
0.5 to 1.0
reduced
mixing water)
* Percent by weight
water
of
b. Retarder
Adalah additives yang digunakan
untuk memperpanjang
waktu
Organic
Acids,
Modified
Material
Used Lignin retarder
1.0% * Calcium lignosulfonate, organic acid
Usual Amount
0.1 to
0.1 to
2.5% *
Carboxymethyl Hidroxythyl Cellulose
(CMHEC)
0.1 to 1.5%
Saturated salt
14 to 16 lbm/sack of cement
Borax
0.1 to 0.5% *
atau menurunkan
extenders adalah
Bentonite-Attapulgite,
yang
Gilsonite,
Mate rial
Amount Us e d
Bentonite
Diatomaceous earth
2 to 16 wt% of cement
10, 20, 30 or 40 wt% of
cement
Gilsonite
1 to 50 lb/sk of
cement Coal
5 to 50 lb/sk of
5 to 20 lb/sk
of cement
Nitrogen
Sodium silicate
0 to 70%
1 to 1.75 lb/sk of cement
d. Weighting agents
Merupakan additives yang digunakan
bubur semen dan biasanya digunakan
untuk
memperbesar
density
Material
Amount Used
(wt% of cement)
Hematite
4 to 104
5 to 100
Barite
10 to 108
Sand
5 to 25
Salt
5 to 16
0.05 to 1.75
water
e. Dispersant
Adalah
additives yang
berfungsi
untuk
mengurangi
viskositas
Amount Used
Type of
Material
(lb/sack of cement)
Polymer : Blend
0.3 to 0.5
Long chain
0.5 to 1.5
Sodium chloride
1 to 16
0.5 to 1.5
loss
control
mencegah hilangnya
agent
fasa liquid
adalah
additives
yang
berfungsi
sehingga
Recommende
Type and Fuction of
Additives
Organic polymer (cellulose) to
d Amount
0.5 to 1.5%
Types of
How
Cement
Handled
All API
Dry
classes
mixed
form micellers
Dry
All API
mixed or
classes
with
(densified
mixing
water
0.5 to 1.25%
0.3 to 1.0%
to form Micelles
Dry
All API
mixed
classes
Dry
mixed or
All API
Latex additive to form films
gal/sack
1.0
classes
with
mixing
water
12 to 16% gel,
0.7 to 1.0%
dispersant
API class
A, G, or H
Batch
mixed
bubur semen pada penyemenan bisa juga terjadi kehilangan bubur semen.
Sehingga di sini perlu ditambahkan
tersebut. Gilsonite dianggap material yang paling baik untuk itu, selain
itu juga dapat berfungs i sebagai extenders. Lost Circulation Materials
lainnya : Walnut Hulls, Cellophane Flakes dan Nylon Fibers.
Type
Mate rial
Nature of
Particle s
Amount Us e d
Wate r
Re quire d
Lamellted
Fibrous
Perlite
Graded
1 to 50 lbm/sack
Expanded
1/2 to 1 cuft/sack
Walnut shells
Graded
1 to 5 lbm/sack
Coal
Graded
1 to 10 lbm/sack
Cellophane
Nylon
Flake
1/8 to 2 lbm/sack
2 gal / 50
lbm
4 gal/cuft
0.85 gal / 50
lbm
2 gal / 50
lbm
None
None
Gypsum cement
Bentonite cement
12 to 16
10 to 25% gel
Semisolid or
gal/sack
flash setting
lbm
(the
silicate is
mixed
Cement + sodium silicate
with water
before
adding
cement)
Quick
109
h. Specially Additives
Ada
bermacam-macam
sebagai specially
additives,
additives lainnya
diantaranya
yang
adalah
dikelompokkan
silika,
mud
kill,
Mud Decontaminant
Berfungsi sebagai additives yang menetralisir bubur semen terhadap zatzat kimia
dalam lumpur
keuntungan
seperti
Radioactive Tracers
Radioactive
memudahkan
tracers ditambahkan
Antifoam Agents
Adanya foam (busa) dalam suspensi semen sering menyebabkan
hilangnya tekanan
ditambahkan
pemompaan,
maka
untuk
mencegahnya
karena selain
efektif juga
harganya murah.
Tabel 2.12. Additif Spesial Untuk Semen
Additives
Recommended Quantity
Mud decontaminants
Silica flour
Radioactive tracers
Dyes
Hydrazine
1.0% *
30 to 40% *
Variable
0.1 to 1.0% *
6 gal / 1.000 bbls
mud Fibers
0.125 to 0.5%
* Gypsum
4 to 10% *
110
2.5.
Masalah-masalah Pemboran
Terjadinya
permasalahan-permasalahan
pada operasi
pemboran
terhadap tegangan
bor yang disebabkan pembuatan lubang itu sendiri dan adanya kontaminasi
antara lumpur dengan formasi yang ditembus. Permasalahan-permasalahan
pemboran itu antara lain problem shale, hilang lumpur, pipa terjepit dan well
kick.
2.5.1. Shale Problem
Shale adalah serpih batuan sedimen yang terbentuk oleh deposisi dan
kompaksi sedimen untuk jangka waktu yang sangat lama. Komposisi dari
serpih adalah lempung, lanau, air dan sejumlah kecil quartz dan feldspar. Pada
pemboran, apabila menembus
(sloughing)
jenis
ini
mengandung
colloidal
clay
yang
kemampuan
maupun dari segi drilling practice atau mekanis. Beberapa penyebab dari
kelompok mekanis antara lain :
1. Erosi, karena kecepatan lumpur di annulus yang terlalu tinggi.
2. Gesekan pipa bor terhadap dinding lubang bor.
3. Adanya penekanan (pressure surge) atau penyedotan (swabbing) pada
waktu cabut dan masuk pahat (tripping).
4. Adanya tekanan dari dalam formasi.
5. Adanya air filtrasi atau lumpur yang masuk ke dalam formasi.
Kecenderungan lapisan shale untuk runtuh tergantung pada beberapa
faktor, antara lain :
1. Kadar clay dalam lapisan shale cukup tinggi (clay mudah mengembang
bila kena air tapisan).
2. Kemiringan lapisan shale, semakin besar kemiringannya maka cenderung
untuk
runtuh
pula.
semakin
besar
Reaksi clay pada cairan terutama tergantung dari jenis clay, ion-ion
yang ada dan keadaan fisik
yang bersangkutan.
material yang reaktif, maka ion-ion yang ditambahkan pada reaksi kimia
clay dan air sangat berpengaruh terhadap sifat reaktifnya. Ion yang berubah
dapat berupa ion positif maupun negatif.
2.5.1.3.Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Shale Problem
Problem shale yang terjadi biasanya dipengaruhi
oleh beberapa
yang mempengaruhi
terjadinya
problem shale
Pengaruh
mekanis
yang lain
pada lapisan
serpih
lebih
timbul
jika
salinitas
air
pemboran dan demikian sebaliknya. Adsorbsi air oleh serpih biasanya akan
menghasilkan dispersi dan swelling. Dispersi terjadi jika serpih
bagi
terbagi-
yang timbul ini meningkatkan hoop stress disekitar lubang bor menjadi
lebih
besar daripada yield strength serpih, maka destabilisasi lubang bor akan
terjadi. Destabilisasi lubang bor ini bentuknya adalah caving.
3. Faktor-faktor selain mekanis dan hidrasi
Shale problem telah dihubungkan
mempercepat runtuhnya
yang miring
dibandingka n lapisan
atau
normal.
kecenderungan
serpih horizontal.
geopressure, kandungan
dengan
air batuan
lebih
tinggi
dibandingkan
normal (tinggi) sebanding dengan berat overburden. Oleh karena itu, jika
pemboran menembus
lapisan
karena
fasa
minyak
berhasil mengurangi
memberikan
adanya
membran di sekitar lubang yang mencegah adanya kontak antara air dan
serpih.
Sedangkan
konsentrasi
garamnya
sesuai
mempersiapkan
dengan lapisan
sedemikian
yang
ditembus.
hingga
Cara
yang mengandung
kemiringan lubang harus dikurangi (diusahakan lurus) dan swab serta surge
effect harus dikurangi untuk menghindari terjadinya rekahan pada bagian
lubang terbuka. Kecepatan fluida yang tinggi di annulus harus dihindari untuk
mengura ngi terjadinya erosi lubang dan sloughing shale secara mekanis.
2.5.2. Pipa Terjepit (Pipe Stuck)
Pipa terjepit adalah keadaan dimana bagian dari pipa bor atau setang
bor (drill collar) terjepit (stuck) di dalam lubang bor. Penyebab terjepitnya
rangkaian pipa bor pada sumur pemboran adalah karena adanya differential
sticking maupun
mechanical sticking, jika hal ini terjadi, maka gerakan pipa akan terhambat dan
pada gilirannya dapat mengganggu kelancaran operasi.
2.5.2.1.Jenis Jenis Pipa Terjepit
Masalah pipa terjepit ini biasanya diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Differential Pipe Sticking
Jenis jepitan ini terjadi oleh karena beberapa faktor. Faktor-faktor yang
menyebabkan differential pipe sticking adalah beda tekanan hidrostatik
dari kolom lumpur
penambahan luas kontak antara rangkaian pipa dasar lubang bor dengan
dinding lubang.
menyumbat
3. Key Seating
Selama
pemboran,
tension (tertarik)
drill
pipe selalu
dijaga
rangkaian
pemboran. Lubang ini disebut sebagai Key Seat. Key-set ini hanya dapat
terbentuk jika formasi yang ditembus lunak dan berat yang
tergantung
Mengurangi
berbedaan tekanan,
hal ini
berarti membor
dengan
3.
Karena luas daerah kontak dan faktor gesekan berbanding lurus dengan
waktu, semakin jarang atau sedikit rangkaian bor berada dalam keadaan
statis
mengurangi
kemungkinan
terjadinya
differential sticking.
4.
Minyak
untuk mengurangi
faktor
mendadak).
Untuk
Perubahan up-dip
dimana
besar akan
terjadi moment
pendulum
ke titik
pada bit.
tangensial.
Akibatnya gaya sisi (side force) tidak sama besar terjadi pada bit dan akan
menyebabkan deviasi lubang bor.
5. Formasi dengan Kemiringan Besar
Formasi dengan kemiringan
bidang perlapisan
pengaruh
gaya mekanis
(lebih
bersifat
operasional)
mudah
terjepit,
maka
yang
dapat digunakan
mempunyai
annulus
kecil
antara rangkaian
dapat dikurangi
fluida
yang
organik
biasanya
disemprotkan
sepanjang
daerah
jepitan
untuk mengurangi ketebalan mud cake dan faktor gesekan. Campuran antara
minyak solar dan surfactant adalah fluida yang banyak digunakan karena
kemampuannya untuk membasahi sekeliling pipa yang terjepit dan karena
itu menciptakan
lapisan
menurunka n koefisien
tipis
akan meningkatkan
dilakukan
adalah
dengan
untuk
usaha
membebaskan
pipa yang
menggerakkan
pipa baik
diputar maupun ditarik atau dengan mengaktifkan jar, apabila rangkaian pipa
dilengkapi dengan jar. Jika metode ini gagal, biasanya disemprotkan fluida
organik
usaha tersebut belum berhasil, maka pipa haru dilepaskan dengan cara back off.
Operasi back-off
Bila tidak ada metode seperti di atas yang berhasil membebaskan pipa
yang terjepit, maka operasi back-off adalah pilihan terakhir yang dilakukan.
Operasi back-off mencakup pelepasan bagian pipa yang masih bebas dari
dalam lubang. Hal ini secara efektif berarti melepaskan rangkaian pemboran
pada atau di atas daerah jepitan
dan pengangkatan
gesekan
sekitar
memungkinkan
bagian permukaan,
hilang
lumpur
atau hilang
sirkulasi
Laju
penembusan
tinggi
akan menghasilkan
keratan bor yang banyak dan bila tidak terangkat dengan cepat akan
menyebabkan
pipa.
Pada lubang
intermediate, kebanyakan
kenaikan
tiba-tiba dari tekanan hidrostatik lumpur sebagai akibat surging effect dapat
merekahkan formasi yang lemah dan akan menyebabkan terjadinya hilang
sirkulasi.
2. Faktor Formasi
Dilihat dari segi formasinya, maka hilang lumpur dapat disebabkan
oleh:
a.
Coarseley
Formation
Permeable
Contoh dari jenis formasi ini adalah pasir dan gravel. Namun tidak
semua jenis formasi ini menyerap lumpur. Untuk dapat menyerap
lumpur perlu keadaan, antara lain tekanan hidrostatis lumpur harus
lebih besar daripada tekanan formasi,
disamping ada pengertian
bahwa lumpur
formasi bila diameter lubang atau pori-pori sedikitnya tiga kali lebih
besar dari diameter butiran atau partikel padat dari lumpur.
b.
Formation
Hilang
Cavernous
lumpur
ke dalam
reef,
gravel
ataupun
formasi
yang
gua
ini
dolomite).
dan
c.
Fissures,
Faults
Fracture,
Bila hilang
tekanan
pompa yang terlalu tinggi, lumpur terlalu kental, gel strength terlalu
besar. Dapat juga karena perlakuan yang kurang
menjalankan
sesuai,
misalnya
lumpur
selama
dilakukan
operasi
ke dalam lubang
dengan menggunakan
peralatan
ke dalam
lubang
dan akan
kali
gamma
radioaktivitas formasi
ray
log
normal
dijalankan
untuk
dan bertindak
mendapatkan
terdapat thief".
dan dibandingkan
akan berputar
kemungkinan
karena
adanya
gerakan
vertikal
lumpur
yang
sebagai rangkaian
titik
dan spasi.
Metode ini
terbukti tidak efektif jika digunakan sejumlah besar LCM dalam lumpur.
menjadi : Seepage
menunjukkan
lumpur
terjadi karena induced fracture. Dalam hal ini hilang lumpur dapat terjadi di
mana-mana. Dengan demikian pencegahan lebih murah daripada mengatasi
hilangnya lumpur bila sudah terjadi. Hal yang perlu diingat untuk pencegahan
antara lain :
1. Berat lumpur
Berat lumpur perlu dijaga agar tetap minimum, agar mampu mengimba
ngi tekanan
formasi.
mengakibatka n
Serbuk
bor
yang
ada
di
annulus
juga
penambahan
berat lumpur.
Jadi pembersihan
lubang
bor memegang
peranan penting.
2. Viscosity dan gel strength
Gel strength juga dijaga agar tetap kecil.
Gel strength
yang besar
memerluka n tenaga yang besar pula untuk memecah gel tersebut, yang
dapat mengakibatka n pecahnya formasi. Disarankan agar meja putar
digerakkan dulu sebelum menjalankan pompa, dan menjalankan pompa
jangan mengejut.
3.
4.
hilang lumpur
dengan yang lain, tergantung dari sebab-sebab, sifat-sifat formasi dan lain
sebagainya. Hilang lumpur dapat ditanggulangi dengan du acara, yaitu:
1. Teknik Penyumbatan
Dalam
menghadapi
bahan penyumbat.
hilang
Dimana
lumpur
(lost
circulation)
bahan penyumbat
ini
dapat terdiri
dipakai
dari lost
serat kayu,
flock, fiber seal dan chip seal. Material jenis ini umumnya sedikit kaku
dan cenderung memaksa masuk ke dalam rekahan yang besar. Jika
lumpur mengandung konsentrasi yang cukup tinggi dari material
fibrous, kemudian dipompakan masuk ke dalam lubang bor, maka
timbul tahanan gesekan yang cukup besar akan berkembang dan
berfungsi sebagai penyumbat aliran.
b.
Material flakes, terdiri dari mika (halus dan kasar), vermicullite dan kwik
seal (kombinasi serabut dan keping - kepingan).
disirkulas ika n ke dalam lubang
dimuka
formasi,
melintang
lurus
cukup kuat dalam menahan tekanan kolom lumpur, maka material ini akan
membentuk filter cake yang luas dan kompak, tetapi apabila tidak cukup
kuat menahan tekanan kolom lumpur, maka material ini akan terdorong
masuk ke dalam formasi.
c.
Material granular terdiri dari nut shells, nut plug, tuff plug, kulit kelapa
sawit dan lain sebagainya.
disumbat
oleh material
granular
adalah
lebih
besar jika
dalam
penggunaan
dikombinasikan
sedang dan kasar).
dari penyumbatan
dengan
dalam formasi yang rekah dan material penyumbat tidak mudah tererosi
oleh adanya pergerakan fluida dan pipa di dalam lubang bor.
a.
Teknik Penyumbatan
Lost
Seepage
Seepage lost adalah bila hilang lumpur dalam jumlah yang relatif kecil,
kurang dari 15 bbl/jam. Usaha-usaha yang dapat dilakukan :
1.
Pengeboran dilanjutkan
densitas agar
Apabila belum berhasil, bit diangkat sampai pada casing shoe, lalu
ditunggu walaupun sirkulasi dihentikan sementara, dengan harapan
serbuk bor dapat menyumbat.
berat lumpur,
dengan
dan ukuran
Pemompaan
bahan
bahan
penyumbat
dapat
ditambahkan.
metoda batch
tekanan
hidrostatik dari lumpur, maka hal ini akan bisa berbahaya untuk proses
pengeboran selanjutnya.
menambahkan
sejumlah
Usaha
yang
annulus,
dengan
menghindari
lumpur
dimana :
(D H) x Wlump ur h x
Wmax
Wair
D
.......................... (2-11)
D
ft.
= kedalaman sumur,
H
ft.
, maka
memperbaik i lumpur
pengeboran
dapat dilanjutkan
serta ditambahkan
dengan
bahan penyumbat
yang
halus. Jika densitas lumpur tidak dapat diturunkan maka lubang bor
disumbat terlebih dahulu sebelum pemboran dilanjutkan lagi.
hilang
lumpur
bentonite diesel oil slurry dan bentonite diesel oil cement slurry serta
semen. Adapun penggunaan
untuk
mengatasi
semua jenis zona lost, terutama untuk partial lost dan complete lost.
Untuk partial lost, apabila tidak dapat diatasi dengan menggunakan
lost
2. Teknik Penyemenan
Apabila pencegahan problem hilang lumpur ternyata tidak berhasil maka
untuk mengatasinya
penyemenan
Program
prinsip
statik mud
Menempatkan cementing sub pada drill pipe (DP) dan memilih jenis
slurry cement yang sesuai dengan zona lost.
c.
Menentukan
lumpur.
d.
tempat hilang
Kejadian ini
dimulai dengan masuknya sedikit gas dari formasi ke dalam lubang bor, yang
biasanya disebut well kick. Bila well kick tidak bisa diatasi secara baik maka
dapat terjadi semburan liar.
2.5.4.1.Sebab-Sebab Terjadinya Well Kick
Sebab- sebab terjadinya
tekanan hidrostatik
kick,
secara garis
besar adalah
bila
lumpur
tekanan
formasi adalah :
1. Berat jenis Lumpur pemboran turun.
Dalam hal ini tekanan hidrotatis lumpur lebih kecil daripada tekanan
formasi.
Ph = 0.052 x D x w .................................................... (2-12)
dimana:
Ph
psi. D
ft.
fluida formasi
dengan lumpur bor. Masuknya fluida formasi ke dalam lubang bor akan
menyebabkan berat lumpur turun. Masuknya fluida lumpur pemboran
dapat disebabkan karena:
a.
rangkaian
peralatan
oleh drill string menjadi kosong dan fluida formasi akan terhisap ke
dalam lubang sumur. Ditambah lagi dengan viscositas lumpur yang
besar (lumpur kental), maka gerakan lumpur yang ada di atas pahat
terlambat mengisi ruangan di bawah pahat. Akibat masuknya
formasi
ke dalam lubang
fluida
lumpur
bor,
menyebabkan berat jenis lumpur akan turun hal ini dapat menurunkan
tekanan hidrostatik lumpur bor.
b. Menembus formasi gas, pada waktu menembus formasi gas, cutting
yang
dihasilkan
mengandung
gas,
walaupun
pada mulanya
tekanan
ke dalam lubang
bersama
cutting. Gas keluar dari cutting masuk ke dalam lumpur, makin lama
gas makin banyak sehingga dapat menurunkan berat jenis dari lumpur
bor. Kalau hal ini terjadi, maka tekanan hidrostatik lumpur tidak dapat
lagi membendung masuknya gas ke dalam sumur secara lebih besar.
2. Tinggi kolom lumpur turun
Bila formasi pecah atau ada celah-celah atau rekah-rekah pada lapisan di
dalam lubang,
tersebut, maka tekanan hidrostatik lumpur juga akan turun pula. Adapun
yang menyebabkan lumpur bor masuk ke dalam formasi yaitu :
a.
Squeeze effect, jika
pemboran
(drill string) terlalu
sewaktu
menurunkan
rangkaian
yang
peralatan
berada di bawah
lumpur
menjadi
besar. Bila
d. Gel strength lumpur yang tingg, gel strength sangat penting disaat tidak
ada sirkulasi,
memulai
sirkulasi
kembali
setelah
berhenti
menahan
pecah.
e. Pemompaan yang mengejut, akan dapat menyebabkan formasi pecah,
bila
formasi tidak kuat. Disaat bit menembus formasi yang telah rekah
akibat pemompaan yang mengejut, maka lumpur akan mengisi rekahan
dan celah tersebut, sehingga jika lumpur masuk ke formasi cukup
besar, permukaan lumpur
di annulus
akan turun
dan selanjutnya
besar, sehingga
permukaan
dapat
menjadi lebih kecil daripada tekanan formasi. Hilang lumpur ini dapat
terjadi
karena
porositas formasi
terlalu
besar, formasi
yang bergua
4. Abnormal pressure
Adakalanya pemboran menembus formasi dengan tekanan sangat tinggi,
dan melebihi tekanan hidrotatis lumpur.
2.5.4.2.Peralatan Deteksi Well Kick
Peralatan standard yang digunakan untuk mendeteksi adanya well
kick terdiri dari :
1. Pit level indikator, dipakai level-measuring transducer pada setiap
tangki
lumpur, sehingga volume lumpur di tangki selalu dapat di catat.
2. Pump stroke counter, alat penghitung jumlah langkah pompa ini sangat
perlu untuk pengendalian kick atau semburan liar.
3. Flow indicator, pada flow line untuk mengamati adanya atau besarnya
aliran pada flow line.
4. Trip tank, untuk mengamati jumlah lumpur yang keluar atau masuk lubang
bor pada waktu operasi cabut atau masuk pahat.
5. Gas chromatograph, untuk menganalisa gas.
Dalam hal inilah
peralatan
semburan
untuk
terjadi
kick,
maka
well
killing
adalah
cara
f.
lumpur.
g. Stripping dan kemudian siap untuk sirkulasi.
Setelah diketahui bahwa terjadi kick sumur
untuk
Sirkulasi ke-1
lumpur lama.
Sirkulasi ke-2
atau
membesar.
Profil
untuk
mengembang
Pbh
Phl
= tekanan hidrostatis
lumpur.
Phi
Pc
Gambar 2.33. Profil Tekanan Casing dan Drillpipe Pada Drillers Method
................................................ (2-15)
Dalam
hal ini
perlu
dicatat,
berkurang
dibanding dengan drillers method karena pada tahap kedua lumpur berat
telah masuk ke dalam annulus.
Gambar 2.34.. Profil Tekanan Casing dan Drillpipe Pada Wait and Weight Method
3. Metode Concurent
Cara ketiga
adalah
dilakukan dengan
memompakan
lumpur
hal ini
lama,
pemompaan
tetapi
sambil
tetapi ada dua kegiatan yang harus dikerjakan pada saat bersamaan ialah
dengan
memompakan
lumpur.
bersamaan.
4. Cara Kombinasi
Ada cara lain yang pada dasarnya adalah gabungan atau variasi dari cara
-cara tersebut di atas. Misalnya,