Penyemenan suatu sumur merupakan salah satu faktor penentu yang juga
mendukung keberhasilan suatu operasi pemboran. Pelaksanaan penyemenan yang
salah akan dapat menyebabkan terbentuknya channel semen, adanya produksi
air/gas yang tidak diinginkan dan korosi pada pipa. Untuk mencegah timbulnya
problema tersebut maka diperlukan pengetahuan yang luas tentang prinsip-prinsip
dasar dan perhitungan-perhitungan dalam melaksanakan penyemenan.
Semen yang digunakan dalam industri perminyakan adalah dalam bentuk
material bubuk semen tanpa additives adalah semen portland. Bahan dari semen
tersebut adalah limestone, clay dan senyawa besi (Fe2O3) ditambah gypsum
sejumlah tertentu untuk memperlanbat setting time dan untuk meningkatkan
kekerasan semen.
Portland Cement adalah semen yang biasa dipakai pada operasi
penyemenan
sumur dalam
industri
perminyakan.
Portland
cement
ini
akan mengeras bila bertemu dengan air. Semen ini dibuat dari bahan dasar
calcareous seperti : limestone, marl, karang-karangan dan argillaceous seperti
clay, shale, slate
yang
diproses
pada
rotary
klin
(tempat
pembakaran
berputar) dengan
0
Melindungi casing / liner dari tekanan yang datang dari bagian luar
casing yang dapat menimbulkan collapse.
b.
Mencegah adanya migrasi fluida yang tidak diinginkan dari satu formasi
ke formasi lain.
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
c.
d.
fungsi-fungsi
tersebut
di atas, maka
semen
pemboran
selesai. Sedangkan
yang
2. Meterial Argillaceous
Material argillaceous alami yang sering digunakan antara lain clay, shale, marl,
batu lumpur (endapan lumpur), slate, schist, debu vulkanik dan endapan
lumpur alluvial. Ash atau abu dari hasil produksi pembakaran batu bara
merupakan bahan buatan yang cukup penting.
Tabel III-1.
Komposisi Kimia Semen.
5)
Cement Class
A
Ordinary Type (O)
Magnesium Oxide (MgO), maksimum, %
Sulfur trioxide (SO3), maximum, %
Loss on ignition, maximum, %
Insoluble residu, maximum, %
Tricalcium aluminate (3CaO. Al2O3), maximum, %
6.0
3.5
3.0
0.75
D,E,F
6.0
3.0
3.0
0.75
58
48
8
6.0
3.0
3.0
0.75
58.
48
8
0.75
0.75
6.0
3.0
3.0
0.75
65
48
3
6.0
3.0
3.0
0.75
65
48
3
24
24
6.0
4.5
3.0
0.75
15
6.0
3.0
3.0
0.75
6.0
3.5
3.0
0.75
6.0
3.0
3.0
0.75
6.0
3.0
3.0
0.75
24
6.0
3.5
3.0
0.75
24
6.0
3.0
3.0
0.75
24
0.75
sumur dan sifat-sifat semen yang disesuaikan dengan kondisi sumur tersebut.
Kondisi
0.75
sumur tersebut meliputi kedalaman dan kandungan yang terdapat dalam fluida
formasi (seperti sulfat dan sebagainya). American Petroleum Institute (API)
menstandardisasikan
(antara 80 130 C). Tersedia semen tipe Moderate Sulfate Resistent (MSR)
dan High Sulfate Resistent (HSR).
e. Klas E : Digunakan dari kedalaman 10.000 ft (3050 meter) sampai 14.000 ft
0
(4270 meter) dengan kondisi temperatur (130 145 C) dan tekanan formasi
tinggi. Tersedia semen tipe Moderate Sulfate Resistent (MSR) dan High
Sulfate Resistent (HSR).
f.
(4880 meter) dengan kondisi temperatur (130 160 C) dan tekanan formasi
yang sangat
tinggi.
Tersedia
semen
tipe Moderate
Sulfate Resistent
digunakan
pada tekanan
dan temperatur
yang
lebih tinggi
serta
kedalaman yang lebih. sebagai semen dasar dan jika diperlukan dapat ditambah
additives yang sesuai. Tersedia semen tipe Moderate Sulfate Resistent (MSR)
dan High Sulfate Resistent (HSR).
h. Klas H : Digunakan sebagai semen dasar untuk penyemenan dengan
kedalaman dari permukaan sampai 8000 ft (2440 meter) dengan temperatur
0
hingga 95 C.
dan
High Sulfate Resistent (HSR).
Tabel III-2.
4)
Klasifikasi Semen Berdasarkan API.
API
Mixing Water
Slurry Weight
Well Depth
Static Temperatur
Classification
(gal/sk)
(lb/gal)
(ft)
( F)
5.2
5.2
6.3
4.3
4.3
4.3
5.0
4.3
15.6
15.6
14.8
16.4
16.4
16.2
15.8
16.4
0 to 6.000
0 to 6.000
0 to 6.000
6.000 to 12.000
6.000 to 14.000
10.000 to 16.000
0 to 8.000
0 to 8.000
80 to 170
80 to 170
80 to 170
170 to 260
170 to 290
230 to 320
80 to 170
80 to 170
A (portland)
B (portland)
C (high early)
D (retarded)
E (retarded)
F (retarded)
G (basic)
H (basic)
digunakan untuk :
a. Mempercepat atau memperlambat thickening
time. b. Memperbesar strength.
c. Menaikkan atau menurunkan density bubur semen.
d. Menaikkan volume bubur semen.
e. Mencegah lost
circulation. f. Mengurangi
fluid loss.
g. Menaikkan sifat tahan lama (durability).
h. Mencegah kontaminasi gas pada semen.
i.
Menekan biaya.
3.4.1. Accelerator
Adalah additives yang digunakan untuk mempercepat pengerasan bubur
semen. Penggunaan additives ini terutama untuk penyemenan pada temperatur
dan tekanan rendah (sumur yang dibor masih dangkal) yang umumnya juga
karena jarak untuk mencapai target tidak terlalu panjang. Selain itu juga
mempercepat
naiknya
strength
semen
dan mengimbangi
additives
lain
(seperti dispersant dan fluid loss control agent), agar tidak tertunda proses
pengerasan suspensi semennya. Contoh-contoh additives yang berlaku sebagai
accelerator yang
umum
digunakan
adalah
Calcium
Chloride,
Sodium
Chloride, Gypsum,
Sodium Silicate dan Sea Water.
Tabel III-3.
4)
Accelerator untuk semen Klas A,B, C, G dan H.
Accelerator
Amount Used
(wt% of cement)
2 to 4
3 to 10 *
20 to
1 to 7.5
0.5 to 1.0
-
3.4.2. Retarder
Adalah
additives
yang
digunakan
untuk
memperpanjang
waktu pengerasan. Hal ini biasanya dilakukan pada penyemenan sumur yang
dalam,
Lignin retarder
0.1 to 1.0% *
Calcium lignosulfonate, organic acid
0.1 to 2.5%
* Carboxymethyl Hidroxythyl Cellulose (CMHEC)
0.1 to
1.5%
Saturated salt
14 to 16 lbm/sack of
cement
Borax
0.1 to 0.5% *
* Percent by weight of
water
3.4.3. Extenders
Merupakan additives yang digunakan untuk membuat volume bubur
semen menjadi lebih banyak dari setiap sak semenya, karena diperlukan
penambahan air. Dengan demikian extenders berfungsi sebagai additives
yang dapat
mengurangi
atau
menurunkan
density
bubur
semen.
yang
Gilsonite, Diatomaceous
Earth, Perlite
dan Pozzolans.
Tabel III-5
4)
Extender.
Material
Bentonite
Diatomaceous earth
cement Gilsonite
Coal
Expanded perlite
Nitrogen
Sodium silicate
Amount Used
2 to 16 wt% of cement
10, 20, 30 or 40 wt% of
1 to 50 lb/sk of cement
5 to 50 lb/sk of cement
5 to 20 lb/sk of cement
0 to 70%
1 to 1.75 lb/sk of cement
4)
Amount Used
(wt% of cement)
Hematote
Ilmenite (iron-titanium oxide
Barite
Sand
Salt
Cement with dispersant and reduced water
4 to 104
5 to 100
10 to 108
5 to 25
5 to 16
0.05 to 1.75
perlu
ditambahkan
additives
untuk
menghindari
hal
tersebut.
Gilsonite dianggap material yang paling baik untuk itu, selain itu juga dapat
berfungsi sebagai extenders. Lost Circulation Materials lainnya : Walnut Hulls,
Cellophane Flakes dan Nylon Fibers.
Tabel III-7.
Additives Untuk Semen Loss Circulation.
Type
Material
Nature of
Particles
Amount Used
Water Required
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
3.4.6. Dispersants
Adalah additives yang berfungsi untuk mengurangi viskositas suspensi
semen. Pengurangan viskositas atau friksi terjadi karena dispersant mempunyai
kelakuan sebagai thinner (pengencer). Hal ini menyebabkan suspensi semen
menjadi encer, sehingga dapat mengalir dengan aliran turbulensi walaupun
dipompa dengan laju pemompaan yang rendah. Additives yang dapat digunakan
adalah Organic Acids, Lignosulfonate, Plymers dan Sodium Chloride.
Tabel III-8
4)
Dispersants.
Type of Material
Amount Used
(lb/sack of cement)
Polymer : Blend
Long chain
Sodium chloride
Calcium lignosulfonate, organic acid
(retarder and dispersant)
0.3 to 0.5
0.5 to 1.5
1 to 16
0.5 to 1.5
loss
control
agent
adalah
additives
yang
berfungsi
Recommended
Amount
4)
Types of Cement
How Handled
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
dalam
lumpur
pemboran.
Contoh
mud
kill adalah
tracers
ditambahkan
ke
dalam
suspensi
semen
supaya
ditambahkan antifoam
5)
Recommended Quantity
1.0% *
30 to 40% *
Variable
0.1 to 1.0% *
6 gal / 1.000 bbls
0.125 to
4 to
yang baik, semen yang lain untuk temperatur 350 F ke atas akan mengalami
penurunan strength semen.
3.5.4. Quick Setting Cement
Merupakan semen yang cepat mengeras, dibuat dari campuran semen
dengan plaster of paris (CaSO4 H2O) dengan perbandingan 1 : 1. Semen ini
baik digunakan untuk menutup formasi ysng menimbulkan blow out dan lost
circulation.
Keistimewaan
kekerasan
awal
0
(early strength) yang tinggi pada temperatur 400 F. Kekurangan semen ini adalah
hanya dapat digunakan untuk menyemen formasi yang dangkal.
3.5.5. Gypsum Cement
Merupakan semen yang dibuat dari pencampuran gypsum (CaSO4 2H2O)
dengan bubur semen. Semen ini mempunyai sifat cepat mengeras dan
mengembang setelas ditempatkan, oleh karena itu semen ini baik untuk menutup
daerah blow out dan lost circulation.
: density,
permeabilitas semen,
thickening
kualitas
perforasi,
time,
ketahanan
strength,
korosi
sifat
dan
filtrasi,
pengaruh
Gbk
Gw Ga
Vbk
Vw Va
(3.1)
dimana :
Dbs
Gbk
Gw
Ga
Vbk
Vw
Va
Gambar 3.1.
Pressurized Mud Balance.
5)
viskositas
fluida
newtonian.
Untuk
memperpanjang
atau
Umumnya
time).
Untuk memperpanjang thickening time perlu ditambahkan retarder ke
dalam
retarder
suspensi
semen,
seperti
kalsium
lignosulfonat,
carboxymethil
dicampurkan
untuk
mendapatkan
sifat-sifat
bubur
semen
yang
diinginkan. Air yang dicampurkan tidak boleh terlalu banyak ataupun kurang,
karena akan mempengaruhi
Batasannya
baik-buruknya
ikatan
semen
nantinya.
Kadar air minimum adalah jumlah air yang dicampurkan tanpa menyebabkan
konsistensi suspensi semen lebih dari 30 Uc. Bila air yang ditambahkan lebih
kecil dari kadar minimumnya maka akan menaikkan densitas suspensi semen
yang akan menimbulkan gesekan (friksi) yang cukup besar di annulus sewaktu
suspensi semen dipompakan yang akhirnya akan menaikkan tekanan di annulus.
Kadar air maksimum ditunjukkan oleh adanya kandungan air yang bebas
(free water)
sebanyak
yang
dapat
dicari
dengan
mengambil
suspensi
semen
250 ml, kemudian didiamkan selama 2 jam sehingga akan terjadi air bebas pada
bagian atas tabung. Untuk semen kelas G air bebas yang terjadi tidak boleh
lebih dari 3,5 ml (1.4%). Bila air bebas yang terjadi melebihi 3,5 ml maka akan
terjadi pori-pori
pada
semen.
Dan
ini
akan
mengakibatkan
semen
Tabel III-11
Kandungan Air Normal Pada Suspensi Semen.
Class
A
B
C
D
G
H
15.6
15.6
15.8
16.46
15.8
16.46
5.2
5.2
6.32
4.29
4.97
4.29
1.18
1.18
1.32
1.05
1.15
1.05
46
46
56
38
44
38
strength
semen
seringkali
yang diukur
adalah
compressive
strength
di
laboratorium
dilakukan
dengan
menggunakan alat Curing Chamber dan water curing bath, untuk kemudian
diuji kekerasannya dengan menggunakan hydraulic chamber. Curing chamber
dapat mensimulasikan
kondisi semen untuk tekanan dan temperatur tinggi sesuai dengan temperatur dan
tekanan formasi. Hydraulic chamber merupakan mesin pemecah semen yang
sudah mengeras dalam curing chamber. Compressive strength minimum
dirokemendasikan oleh API untuk dapat melanjutkan operasi pemboran adalah
500 psi. Sedang shear strength yang baik tidak kurang dari 100 psi, sehingga
casing dapat terikat dengan kokoh. Dalam keadaan ini pemboran sudah dapat
dilanjutkan. Dari segi teknis, strength semen diharuskan memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
a. Kuat menahan pipa selubung.
b. Mengisolasi zona-zona permeabel.
c. Menahan goncangan-goncangan pemboran dan tidak pecah karena
perforasi. d. Mencegah terjadinya kontak antara casing dengan fluida formasi.
Kapasitas daya dukung semen terhadap casing di dalm lubang bor, dinyatakan
:
..
(3-2)
0.969 Sc d H
F
dimana :
F
Sc
formasi
yang
porous
dan
permeabel,
maka
perlu
sampai 90 F (194 C). Filtration loss diketahui dari volume filtrat yang ditampung
dalam sebuah tabung atau gelas ukur selama 30 menit masa pengujian. Bila
waktu pengujian tidak sampai 30 menit maka besarnya filtration loss dapat
diketahui
dengan rumus :
F 30
Ft
5 .477
....
(3-3)
dimana :
F30
Ft
fluida.
Semakin
besar
permeabilitas
semen maka
semakin
banyak fluida yang dapat melalui semen tersebut dan begitu pula sebaliknya.
Semen diinginkan tidak mempunyai permeabilitas. Karena jika semen
mempunyai
permeabilitas
besar
akan
menyebabkan
terjadinya
kontak
fluida antara formasi dengan annulus dan juga strength semen berkurang.
Permeabilitas semen dapat naik karena air yang dicampurkan dalam bentuk
bubur semen terlalu
permeabilitas
dapat
dilakukan
dengan
menggunakan
rumus
darcy
sebagai berikut :
K
L
A
(3.4)
dimana :
K
: Permeabilitas, mD.
: Viscositas, cp.
strength.
Pengaruh
peningkatan
temperatur
akan
semakin
kerapatan
sampai
mencapai
tempertur
kristis,
biasanya
antara
0
200 F sampai 240 F. Di atas harga ini maka compressive strength akan menurun.
Pengaruh temperatur dan tekanan terhadap sifat semen dapat dilihat Tabel III-12.
Tabel III-12
Pengaruh Temperatur dan Tekanan Terhadap Sifat Semen.
Well-Depth API
Casing Cementing
*
Conditions
2.000 ft
4.000 ft
6.000 ft
8.000 ft
10.000 ft
12.000 ft
14.000 ft
*
Pumpability Time *
Temperatur
Static
110 F
1400F
0
170 F
0
200 F
0
230 F
0
260 F
2900F
2)
Cementing
91 F
10.30F
0
11.3 F
0
125 F
0
144 F
0
172 F
2060F
Portland
Cement Water
5.2 gal/sk
6 : 00 +
6 : 12
3 : 22
2 : 07
1 : 34
1 : 07
1 : 00
SlowSet
Cement Water
4.5 gal/sk
6 : 00 +
4 : 09
2 : 55
2 : 15
semen
untuk
temperatur
dangkal.
Melunaknya
semen
cairan garam tersebut bereaksi dengan lime dan senyawa alumina. Karena itu
Tricalcium Aluminate di dalam semen tidak boleh lebih dari 3 %.
3.7. Perencanaan Pekerjaan Primary Cementing
3.7.1. Fluida Dalam Sumur
Fluida dalam sumur, baik berupa air maupun lumpur yang digunakan pada
waktu pekerjaan pemboran. Hal ini sangat penting karena apabila lubang sumur
masih ada fluida yang tidak diinginkan maka akan dapat mengganggu kesuksesan
dalam penyemenan.
3.7.2. Desain Bubur Semen
Dalam mendesain bubur semen untuk operasi penyemenan
ada
dan
thickening
time
dari
pada
bubur
semen.
Tekanan
tertentu
yang
disesuaikan
dengan
kondisi
formasi,
perbedaan tekanan akan memaksa air dari dalam solid semen membentuk filter
cake. Cake ini akan lunak dan dapat dikeluarkan dengan jetting tetapi cake
ini tidak dapat dipompakan. Ketebalan filter cake tergantung pad permeabilitas
cake tersebut atau permeabilitas formasi, sifat fluid loss bubur semen,
perbedaan tekanan squeeze dan waktu pemompan.
API filter loss dari semen dasar berkisar antara 600 2500 cc dalam
30 menit tetapi kenyataannya dehidrasi terjadi demikian cepat sehingga sukar
untuk mengukurnya. Filter loss dapat diperkecil sampai 25 100 cc
dalam
30 menit yaitu dengan cara menambahkan bentonite dan menyebar agentagent
atau polymer-polymer.
Tabel III-13
Perbandingan Bubur Semen Filtration Loss, Permeabilitas
4)
Filter Cake dan Waktu Membentuk Filter Cake.
API Filtration Loss Pada
1000 psi (cc/30 menit)
Waktu Membentuk
Cake 2-in menit
1200
300
100
50
5.00
0.54
0.09
0.009
0.2
3.4
30.0
100.0
bubur semen
laminar
ataukah turbulent.
3.7.5. Waktu Pemompaan
Waktu pemompaan yang cukup adalah waktu yang dihendaki agar
sisa semen dapat dikeluarkan dari sumur. Penentuan waktu pemompaan lebih
dari
1.5 jam cenderung memboroskan biaya pemboran apabila waktu tersebut
hanya digunakan untuk mendapatkan strength semen cepat terbentuk.
konstan.
Bertambahnya
tekanan
dan suhu
akan
mengakibatkan
kenaikkan
0
kekuatan semen, tetapi pada suhu di atas 230 F, kekuatan semen akan menurun.
Besarnya penurunan kekuatan semen ini tergantung dari komposisi semen
itu sendiri.
Pada semen dasar dan semen lainnya adalah semakin besar suhu dan
semakin lama curing time-nya (waktu semen didiamkan) maka compressive
strength dari semen semakin kuat tetapi apabila ditambah retarder, compressive
strength akan menurun kekuatannya
Gambar 3.2.
9)
Casing Liner.
Gambar 3.3
Cementing Unit.
5)
2. Flow Line
Flow line merupakan rangkaian pipa yang berfungsi untuk mengalirkan bubur
semen atau sebagai media untuk mengalirkan fluida pendorong dari cementing
unit ke cementing head.
3. Cementing Head
a. Liner Cementing Head
Merupakan ujung dari flow line yang mempunyai fungsi untuk
memasukkan bubur semen ke dalam sumur.
b. Plug Dropping Head
Merupakan tempat top plug yang akan diluncurkan untuk mendorong
bubur semen dan juga tempat memasukkan bola besi untuk pengesetan
hydraulic liner hanger (Gambar 3.4).
Gambar 3.4.
Plug Dropping Head.
3)
6. Float Shoe
Peralatan yang terletak paling ujung dari rangkaian liner. Float shoe
dilengkapi dengan valve yang berfungsi untuk mencegah terjadinya aliran
balik bubur semen dari annulus ke dalam liner (Gambar 3.5).
7. Float Collar
Adalah Collar yang mempunyai valve yang berfungsi untuk mencegah aliran
balik bubur semen dari annulus ke dalam liner bila folat shoe tidak berfungsi
sempurna (Gambar 3.5).
Gambar 3.5.
Float Equipment.
3)
8. Scratcher
Digunakan untuk membersihkan dinding lubang bor dari mud cake sehingga
semen akan melekat dengan baik pada formasi.
9. Centrallizer
Digunakan untuk menempatkan liner agar berada di tengah-tengah lubang bor
sehingga akan didapatkan cincin semen yang merata.
Gambar 3.6.
3)
Centralizer.
3.8.3. Operasi Penyemenan Liner Produksi
Untuk pelaksanaan penyemenan liner produksi setelah liner hanger
diset pada intermediate casing adalah sebagai berikut :
1. Adakan sirkulasi terlebih dahulu dengan lumpur untk membersihkan
kotoran yang masih ada, kemudian pompakan spacer dan selanjutnya bubur
semen sebanyak yang diperlukan (Gambar 3.7a.).
2. Masukkan male plug ke dalam drill pipe melalui plug dropping head untuk
mendorong bubur semen (Gambar 3.7b.).
3. Pompakan lumpur pendorong hingga male plug bertemu dengan female plug
yang telah diset pada ujung setting tool (Gambar 3.7d.).
4. Gerakan male dan female plug yang turun ke bawah akan berhenti pada float
collar. Setting tool dan rangkaian drill pipe kemudian diangkat ke permukaan
(Gambar 3.7d dan e).
Gambar 3.7.
3)
Liner Cementing Job.
Rangkaian liner seperti yang disebutkan di atas, dimasukkan ke dalam
lubang bor dengan perantaraan setting tool yang disambung pada ujung rangkaian
drill pipe (Gambar 3.8). Pada ujung setting tool ini dilengkapi dengan female plug
yang berlubang.
Gambar 3.8.
Liner Setting Tool.
3)
harus
ada
minimum
shear
stress
yang
melebihi
suatu
harga
Gambar 3.9.
5)
Pola Aliran Plug.
Pada aliran ini baik sekali digunakan terhadap lubang washout atau daerah
bahaya
kehancuran
formasi dimana
tidak dapat
dh
dc
..
(3-5)
dimana :
Q
dh
dc
dh
17 . 15
dc
(3-6)
fps
(3-7)
15.92
dimana :
V
Qp
Ty
...
(3-8)
Gambar 3.10.
Pola Aliran Laminer.
5)
atau
lubang.
Jadi
karena
distribusi
kecepatan
aliran
laminer
dimana kecepatan pada dinding nol dan semakin ke tengah semakin besar
menyebabkan semen melampaui lumpur (lumpur tertinggal di dalam semen)
sehingga akan mempengaruhi kualitas ikatan semen. Hal ini tidak diingingkan
dalam operasi penyemenan. Pada aliran laminer berlaku 90 < V < Vc dan Nre <
3000 dimana V adalah kecepatan fluida dan Vc adalah kecepatan kritis.
3.9.3. Aliran Turbulent
Pola aliran turbulent lebih efektif mengikis lumpur yang melekat pada
dinding lubang maupun pada casing yang akan di semen. Pada aliran turbulent
fluida bergerak dengan kecepatan besar (V > Vc) dan partikel fluida bergerak
pada garis-garis yang tak teratur sehingga terdapat aliran berputar (pusaran
Eddie current) ke semua arah. Gesekan yang terjadi juga tidak teratur, Nre > 3000
(Gambar 3.11).
Gambar 3.11.
Pola Aliran Turbulent.
5)
1 . 62
p2
8 . 20
dh
dh
dc
Ty
(3-9)
dc
Untuk mendapatkan laju pemompaan kritis pada aliran turbulent (pump rate
yang diperlukan untuk memperoleh aliran turbulent) didasarkan atas
bilangan
Reynold (Nre) = 3000 dengan persamaan :
Qc
dh dc
10.62
8.20
dh
dc
Ty
(3-10)
(3-11)
dimana :
t
Vt
Qc
letak casing
tidak
sentris
di tengah-tengah
lubang
bor
sebagai
prosentase Stand Off yang ditunjukkan dengan persamaan :
.
100 Wn
S tan d
Off
rw
(3-12)
re
dimana :
Wn
in. rw
re
operasi penyemenan.
Perhitungan
...
(3-13)
... (3-14)
Perhitungan total volume air sangat penting, yaitu untuk mencampur semen,
sebagai spacer dan preflush, air cadangan dalam tangki serta air untuk
displacement.
3.10.3. Perhitungan Fill Up Dan Volume Pendorong Bubur Semen
Perhitungan fill up adalah tinggi kolom semen yang harus diisikan di
annulus. Agar penentuan bubur semen yang diperlukan lebih teliti
maka
sebelumnya diadakan survey caliper log. Dari volume yield yang telah
dihitung maka dapat ditentukan banyaknya sak semen yang dibutuhkan yaitu :
Volume yang diperlukan (cuft)
- Sak semen = ----------------------------------------15) Yield semen (cuft/sak)
... (3-
... (3-16)
- Volume pendorong (bbl) = Volume drill pipe Voleme liner ... (3-17)
3.10.4. Tekanan Pendorong Untuk Plug
Tekanan pompa yang diperlukan untuk mendorong plug berbeda dengan
tekanan hidrostatik fluida dalam annulus dan pipa. Berdasarkan laju pemompaan,
tambahan tekanan pompa yang diperlukan untuk mengatasi beban gesek yang
terjadi. Tekanan dihitung untuk menentukan
untuk menyakinkan cementing head cukup mendapat daya dorong dan tidak
terjadi bahaya bursting casing.
3.10.5. Perhitungan Tekanan
1. Tekanan Hidrostatik
Ph = 0.052 x densitas (ppg) x kedalaman (ft)
(3-18)
(3-19)
..
(3-20)
(3-21)
2. Tekanan Rekah
formasi
Pfr
dimana :
P
D
: Poisson ratios.
: Kedalaman, ft.
Pfr
dimana :
Gf
: Kedalaman, ft.
Ph
SF
: Safety factor.
4. Volume bubur semen yang dibutuhkan untuk mengisi tinggi kolom semen di
dalam casing :
Volume
L V
(3-22)
dimana :
L
(3.23)
penyemenan
transmitter
mengirimkan
signal
akustik
yang
telah
diketahui
Gambar 3.12.
Perangkat CBL VDL.
11)
Pada dasarnya peralatan ini terdiri dari dua bagian utama yaitu peralatan
akustik dan elektronik. Peralatan akustuk ini terdiri dari sebuah transmiter dan
sebuah receiver. Peralatan CBL akan mengukur amplitudo dari signal-signal
gelombang akustik. Prinsip kerja dari peralatan CBL adalah pencatatan terhadap
terjadinya pengurangan gelombang suara yang terukur antara transmitter dan
receiver. Receiver ini biasanya diletakkan 3 ft dari transmitter. Amplitudo akan
maksimum pada formasi yang tidak tersemen dan amplitudo minimum terjadi
pada casing yang tersemen dengan baik pada formasi.
Pada umumnya gelombang akustik merambat sepanjang casing dan yang
pertama kali diterima oleh receiver 3 ft akan menggambarkan bentuk tiga puncak
gelombang,
terdapat
yang masing-masing
diberi
ikatan semen yang baik antara semen dengan casing, maka amplitudo E1, E2
dan
E3 akan mengecil seperti terlihat pada Gambar 3.13.
Gambar 3.13
12)
Skema Bentuk Sinyal di Receiver pada CBL.
Besarnya amplitudo berbanding terbalik dengan besarnya laju peredaman sinyal
(attenuation rate, db/ft). apabila ikatan yang baik antara semen dengan casing,
maka laju peredaman sinyal tergantung pada kekuatan
sewaktu
mencapai
penerima dan pencatat waktu berhenti menghitung. Pada CBL terlihat bahwa
transit time terlihat selalu merupakan garis lurus dan membentuk huruf (dilihat
dari sisi kiri). Disetiap casing collar, kecuali pada good bond atau eccentering
tool akan merupakan garis bergelombang. Apabila terdapat ikatan yang baik
antara semen, maka pengukuran ini memperlihatkan dua karakteristik khusus
yaitu terbentuknya stretching atau cycle skkiping.
Stretching adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan transit time kecil
(kurang dari 15 us) akibat adanya ikatan semen yang baik. Sedangkan cycle
skipping adalah suatu keadaan dimana peningkatan transit time yang terjadi cukup
besar (lebih dari 15 us) akibat adanya ikatan semen yang sangat baik.
Tabel III-14.
CBL Interpretation Guide.
12)
Class H Cement
Casing
Size
WT
Travel
Time
u-sec
Free Pipe
Signal
60% Bond
Cut-off
Interval For
Isolation
9.5
11.6
13.5
254
81 mV
0.2 mV
0.6 mV
1.0 mV
2.3 mV
4.6 mV
7.9 mV
5 ft
15.0
18.0
21.0
258
76 mV
0.9 mV
2.2 mV
3.6 mV
5.5 mV
10.0 mV
15.0 mV
5 feet
15.5
17.0
20.0
23.0
269
72 mV
0.7 mV
1.0 mV
2.1 mV
3.5 mV
4.8 mV
6.0 mV
9.0 mV
13.0 mV
6 feet
23.0
26.0
29.0
32.0
35.0
38.0
40.0
289
62 mV
1.0 mV
1.7 mV
2.4 mV
3.3 mV
4.0 mV
5.0 mV
6.0 mV
5.5 mV
7.5 mV
9.3 mV
13.0 mV
14.0 mV
15 mV
17.0 mV
11 feet
7 5/8
26.4
29.7
33.7
39.0
302
59 mV
1.1 mV
1.8 mV
2.6 mV
3.5 mV
5.5 mV
7.5 mV
10.0 mV
13.0 mV
12 feet
9 5/8
40.0
43.5
47.0
53.5
332
51 mV
1.8 mV
2.2 mV
2.7 mV
4.0 mV
6.8 mV
8.5 mV
9.0 mV
12.0 mV
15 feet
1.2 mV
1.8 mV
2.1 mV
2.5 mV
2.7 mV
2.8 mV
5.1 mV
6.5 mV
7.6 mV
8.0 mV
8.4 mV
8.8 mV
10
40.5
45.5
48.0
51.0
54.0
55.5
352
48 mV
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
18 feet
b. Pengukuran Amplitudo
Untuk mengatur amplitudo maka elektronik gate yang terdapat pada
alat CBL akan terbuka untuk beberapa saat dan sinyal terbesar yang diterimanya
akan terekam. Besarnya harga amplitudo untuk kondisi free pipe atau good bond
tergantung pada ukuran casing serta berat nominalnya.
c. Eccentering Effect Pada CBL
Pengaruh alat CBL yang tidak terpusat di tengah lubang akan
menyebabkan tersebarnya sinyal di receiver sehingga menghasilkan pembacaan
amplitudo yang invalid. Pada Gambar 3.14 memperlihakan pengaruh eccentering
terhadap sinyal akustik di receiver.
Gambar 3.14.
Pengaruh Eccentering Terhadap Sinyal Akustik di Receiver.
12)
Dari gambar tersebut dapat disimpulkan bahwa jika alat CBL tidak
terletak di tengah lubang maka akan menyebabkan terjadinya dua hal, yaitu :
transit time menurun dan amplitudo E1 menurun (1/2 accentering dapat
menyebabkan penurunan amplitudo E1 lebih dari 50%).
Sedangkan Gambar 3.15, memperlihatkan pengaruh eccentering pada log
CBL. Pada kurva tersebut terlihat bahwa pada eccentering penurunan amplitudo
selalu disertai dengan penurunan kurva transit time.
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
Gambar 3.15
12)
Pengaruh Eccentering Pada CBL.
Peralatan CBL harus diletakkan ditengah-tengah lubang bor (dalam
casing) sehingga pengukuran akan lebih akurat. Peralatan CBL secara umum
digunakan untuk :
a. Menentukan puncak kedalaman semen.
b. Menentukan kualitas ikatan antara semen dengan casing.
c. Memeriksa kembali keefektifan penginjeksian semen.
d. Mengevaluasi beberapa teknik penyemenan yang berbeda.
3.11.2.2. Variable Density Log (VDL)
Peralatan Variable Density Log (VDL) mempunyai receiver yang biasanya
diletakkan sejauh 5 ft dari transmitter. VDL ini mengevaluasi ikatan antara
semen
dengan formasi dan semen dengan casing. VDL mencatat amplitudo gelombang
suara dan biasanya berpasangan dengan CBL. Pencatatan dilakukan pada receiver
yang
terletak
ft dari sonic
transmitter.
Perubahan
amplitudo
dari
gelombang suara menunjukkan variasi dari penembusan yang terekam pada log.
Warna gelap atau terang dan bergelombang menunjukkan evaluasi dari VDL.
Dalam casing yang tersemen ada empat kemungkinan gelombang yang terekam
dari transmitter ke receiver yaitu :
a. Di sepanjang casing.
b. Disepanjang semen di belakang casing.
c. Melewati formasi.
d. Melewati lumpur.
Gambar 16.
Prinsip Dasar VDL.
12)
yang
kemudian
berasal
dari
transmitter
melewati
lumpur
dan
casing
diameter
luar
yang digunakan.
Dari titik
ditarik grais horisontal ke kanan sampai memotong garis tepi dari skala
yang terdapat
pada
attenuasi
dalam
satuan
db/ft.
merupakan harga BI = 1
Gambar 3.17.
CBL Interpretation Chart.
12)
dan
Harga
tersebut
untuk menentukan
harga
dari comnpressive
strength
semen
berdasarkan harga CBL amplitudo dalam millivolt untuk berbagai ukuran casing
yang digunakan.
Dalam menentukan harga compressive strength adalah sebagai berikut :
masukkan harga dari amplitudo CBL dalam millivolt kemudian ikuti garis
miring ke atas sampai memotong garis vertikal yang mewakili dari diameter luar
casing yang digunakan. Setelah itu ditarik horisontal ke arah kanan sampai
memotong diagonal yang mewakili tebal casing. Dari titik tersebut tarik ke
bawah secara vertikal maka akan diperoleh harga compressive strengthnya.
Apabila harga compressive strengthnya rendah maka ikatan semen
terhadap casing adalah jelak dan hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor.
Faktor-faktor tersebut antara lain adalah kemungkinan tidak adanya semen atau
tidak tersemen, semen yang melekat pada casing tipis, semen tidak penuh, semen
terkontaminasi,
mikroannulus.
kemungkinan
adanya
channel
dan kemungkinan
adanya
atau
2 PV YP
n = 3.23 log ------------------PV YP
. (3.9)
atau
(3.10)
dimana :
N
Untuk casing :
2 n
NRe
-
(1.86) (V)
()
= ---------------------------n
K (96/di)
... (3.11)
Untuk annulus :
2 n
(1.86) (V)
()
NRe = ---------------------------n
K (96) / (dw - do)
dimana :
NRe
... (3.12)
di
do
dw
Tekanan pada setiap titik di lubang bor adalah sama dengan jumlah tekanan
hidrostatik kolom semen ditambah tekanan akibat adanya gesekan (friksi)
yaitu :
P = Ph Pf
..
(3.13)
dimana :
P
Ph
Pf
4.
Tentukan besarnya Fanning Friction
Factor.
5. Tentukan tekanan friksinya (Pf) dengan rumus :
- Untuk casing :
2
Pfc
... (3.14)
- Untuk annulus :
2
Pfa
... (3.15)
dimana :
Pfc
Pfa
... (3.16)
PB = Pfa Pa
... (3.17)
dimana :
Ps
PB
Pa
Pc
Pf
Aliran Turbulent
Teknik pendorongan atau penempatan bubur semen dengan aliran
turbulent adalah sangat efektif. Karena pendesakan bubur semen akan lebih baik
sehingga diperoleh hasil ikatan semen yang baik. Untuk memperoleh aliran
turbulent tersebut maka besarnya rate pompa dapat ditentukan dengan cara
sebagai berikut :
-
dimana aliran akan mulai turbulent pada harga NRe lebih dari 2100,
sedangkan yang baik sekitar 3000. Rate aliran (Q) minimum agar
diperoleh aliran turbulent, dihitung dahulu kecepatan aliran dengan rumus
:
2-n
NRe K (96/di)
= ---------------------1.86
n
V =
NRe K (96/di)
-----------------------1.86
atau
1/(2-N)
... (3.18)
... (3.19)
dw
do