Anda di halaman 1dari 3

Karakteristik Semen

a. Sifat Fisika Semen


1) Hidrasi Semen
Hidrasi pada semen[79] terjadi jika ada kontak antara mineral alam dalam semen dengan
air. Faktor-faktor yang mempengaruhi rekasi hidrasi diantaranya jumlah air[80] yang
ditambahkan, temperatur, kehalusan semen dan bahan tambahan. Faktor-faktor tersebut
yang akan mengakibatkan terbentuknya pasta semen yang mana dalam jangka waktu [81]
tertentu akan mengalami pengerasan.
2) Panas Hidrasi
Panas hidrasi adalah panas yang dihasilkan oleh reaksi hidrasi (reaksi eksoterm) [82] apabila
semen dicampur dengan air.
3) Setting time dan Hardening
Setting time[83] sangat dipengaruhi oleh temperatur dan kelembaban relatif. Setting time
akan menurun jika klinker tidak terbakar sempurna, partikel semen halus, tingginya
kandungan alumina, alkali dan soda kasutik. Setting time akan meningkat jika klinker
dibakar pada temperatur yang sangat tinggi, partikel semen kasar, gypsum yang
ditambahkan berlebih, tingginya kadar silika, Natrium Klorida (NaCl)[84], Barium Klorida
(BaCl2), Sulfida (SO3), senyawa sulfat dan air sadah.
4) False set
False set merupakan hasil dari dehidrasi gypsum yang disebabkan karena pemanasan
berlebih. False set merupakan proses pengerasan semen yang tidak normal apabila air
ditambahkan ke dalam semen, sehingga dalam beberapa menit pengerasan segera terjadi.
Pengerasan ini terjadi karena adanya CaSO 4.1/2H2O dalam semen. Plastisitas akan
diperoleh apabila campuran tersebut diaduk kembali. False set[85] dapat dihindari dengan
mengatur temperatur semen saat penggilingan di dalam Cement Mill agar gypsum tidak
berubah menjadi CaSO4.1/2H2O, selain itu gypsum yang digunakan harus cukup kuat dan
belum di dehidrasi.
5) Kuat tekan
Kuat tekan adalah kemampuan suatu material menahan beban. Kuat tekan sangat
diperlukan dalam menetukan mix design dari beton untuk suatu konstruksi tertentu. Nilai
kuat tekan akan meningkat[86] jika nilai Lime Saturation Factor (LSF) tinggi, nilai alumina
Ratio rendah, nilai silica Ratio tinggi, kandungan SO 3 rendah, dan tingkat kehalusan
semen tinggi.
6) Kelembaban
Semen mudah menyerap[87] uap air dan CO2[88] dari udara selama penyimpanan atau
pengangkutan. Hal ini akan mengakibatkan menurunnya kualitas[89] semen.
7) Penyusutan
Ada tiga macam penyusutan yang terjadi pada pasta semen dalam campuran beton, yaitu
Hidration Shrinkage, Drying Shrinkage[90] dan Carbonation Shrinkage. Yang paling
mempengaruhi keretakan beton adalah Drying Shrinkage. Penyusutan terjadi karena[91]
adanya penguapan air bebas dari pasta semen selama proses Setting time dan Hardening.
8) Daya Tahan Semen terhadap Asam dan Sulfat
Pada umumnya daya tahan semen terhadap asam lemah, sehingga mudah terdekomposisi
atau terurai oleh asam-asam kuat seperti asam klorida (HCl) dan asam sulfat (H2SO4).
9) Kehalusan (Blaine)[92]
Semakin halus semen, panas hidrasi, kebutuhan air satu per satuan berat semen akan
semakain tinggi, serta reaksi hidrasi akan semakin cepat.
10) Napa soil
Penambahan Napa soil menyebabkan tingginya kadar SiO 2, Al2O3, Fe2O3 dalam semen,
sedangkan komposisi lain dalam semen seperti CaO, MgO, dan SO3 menurun.[93]
b. Sifat Kimia Semen
1) Hilang Pijar (LOI)[94]
Pada semen sifat ini disebabkan karena terjadinya penguapan air kristal yang berasal dari
gypsum serta penguapan CO2.
2) Silica Ratio (SR)[95]
Perubahan Silica Ratio dapat menyebabkan perubahan pada pembentukan Coating pada
Burning Zone dan Burnability Clinker. Silica Ratio yang rendah dapat menyebabkan Raw
meal mudah dibakar, temperatur klinkerisasi rendah, cenderung membentuk ring coating
dalam Kiln apalagi bila Lime Saturation Factor (LSF) rendah, kekuatan awal tinggi tetapi
dengan pertambahan waktu sedikit sekali kenaiknannya, dan C3S banyak.
3) Alumina Ratio (AR)
Jika nilai alumnia ratio (AR) tinggi, maka akan menurunkan silica ratio (SR), sehingga akan
menghasilkan[96] semen dengan waktu pengikatan yang cepat. Jika Alumina Ratio (AR)
rendah maka akan menyebabkan semen yang dihasilkan tahan terhadap sulfat yang tinggi,
mudah dibakar, temperatur klinkerisasi lebih rendah, reaksi klinkerisasi lebih cepat, fasa cair
banyak dan resitensi terhadap uap air laut serta senyawa[97] kimia tinggi.
Jenis-jenis Semen
Beberapa jenis semen diantaranya sebagai berikut:
a. Semen Portland[98] (Semen Abu), adalah bubuk berwarna abu kebiru-biruan, dibentuk dari
bahan utama batu kapur/gamping berkadar kalsium tinggi yang diolah dalam tanur
dengan suhu dan tekanan tinggi. Semen ini biasa digunakan sebagai perekat atau
memplester.
b. Semen Putih (Grey Cement)[99], adalah semen yang lebih murni dari semen Portland dan
digunakan untuk pekerjaan penyelesaian (finishing), seperti filter atau pengisi. Semen ini
dibuat dari bahan utama kalsit (calcite) limestone murni.
c. Semen Sumur Minyak (Oil well cement)[100], adalah semen khusus yang digunakan dalam
proses pengeboran gas alam atau minyak bumi di darat ataupun dilepas pantai.
d. Mixed and fly ash cement[101], adalah campuran semen Portland dengan Pozzolan buatan
(fly ash). Pozzolan buatan (fly ash) merupakan hasil sampingan dari pembakaran batubara
yang mengandung amorphous silica, aluminium oksida, besi oksida dan oksida[102]
lainnya dalam berbagai variasi jumlah. Semen ini biasa digunakan untuk membuat beton.
e. Semen Pozolan[103], Pozolan adalah bahan yang dalam keadaan sendiri tidak terlalu
bersifat semen, namun akan muncul sifat semen jika dicampur dengan gamping.
Keunggulan dari semen ini adalah tahan terhadap korosi larutan garam dan air laut serta
lebih baik dari pada semen Portland.
f. Semen Alumina Tinggi, adalah suatu semen kalsium alumina yang dibuat dengan cara
melebur campuran batu gamping dan bauksit yang biasanya mengandung oksida [104] besi,
silika, magnesia dan ketakmurnian lain. Kekuatan semen ini berkembang dengan cepat
dan tahan terhadap air laut serta air yang mengandung sulfat.
g. Semen Silikat, semen ini tahan terhadap segala macam asam anorganik dalam berbagai
konsentrasi, kecuali asam flourida. Semen ini tidak cocok untuk pH [105] diatas 7 atau
dalam sistem yang membentuk kristal. Semen ini biasanya digunakan sebagai bahan
perekat bata didalam tangki reaksi asam kromat dan tangki alum.
h. Semen Belerang (Sulfur Cement)[106], semen ini sangat tahan terhadap garam dan asam
yang tak mengoksidasi, namun tidak boleh dipakai bila ada alkali, minyak, lemak dan
pelarut. Semen ini biasanya digunakan sebagai bahan dasar, perekat bata, ubin dan pipa
besi cor.
i. Semen Magnesium Oksiklorida (Semen Sorel)[107], semen ini ditemukan oleh ahli kimia
Prancis Sorel. Semen ini dibuat melalui aksi eksotermik larutan magnesium klorida 20%
terhadap suatu ramuan magnesia yang didapatkan dari kalsinasi magnesit dan magnesia
yang diperoleh dari larutan garam. Produk ini kuat dan keras tetapi mudah terserang air
yang menguras kandungan magnesium kloridanya. Semen ini biasanya digunakan
sebagai semen lantai dengan pengisi yang tak reaktif dan pigmen pewarna serta sebagai
dasar lantai dalam seperti ubin dan terazo. Semen ini korosif terhadap korosi besi[108].

Anda mungkin juga menyukai