Anda di halaman 1dari 14

BAB II

PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH

A. Bahan Penyusun Genteng Beton

1. Semen Portland

a. Pengertian

Semen portland adalah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara

menggiling halus klinker, yang terdiri terdiri terutama dari silikat-silikat kalsium

yang bersifat hidrolis dan gips sebagai bahan bahan pembantu (PUBI, 1982).

Semen portland ialah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara

menggiling terak semen portland terutama yang terdiri atas kalsium silikat yang

bersifat hidrolis dan digiling bersama bahan tambahan berupa satu atau lebih

bentuk Kristal senyawa kalsium sulfat dan boleh ditambah dengan bahan

tambahan lain (SNI 15-2049-2004).

b. Jenis-jenis Semen Portland

Perubahan komposisi kimia semen yang dilakukan dengan cara mengubah

persentase 4 komponen utama semen dapat menghasilkan beberapa jenis semen

sesuai dengan tujuan pemakaiannya.

1) Jenis I : Semen portland untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan

persyaratan-persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada jenis-jenis lain.

2) Jenis II : Semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan

terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang.


3) Jenis III : Semen portland yang dalam penggunaannya menuntut persyaratan

kekuatan awal yang tinggi setelah pengikatan terjadi.

4) Jenis IV : Semen portland yang dalam penggunaannya menuntut panas hidrasi

yang rendah.

5) Jenis V : Semen portland yang dalam penggunaannya menuntut persyaratan

sangat tahan terhadap sulfat.

c. Susunan Kimia

Karena bahan-bahan dasarnya terdiri dari bahan-bahan yang terutama

mengandung kapur, silika, alumina, dan oksidasi besi, maka bahan-bahan ini

menjadi unsur-usur pokok semennya. Sebagai hasil perubahan susunan kimia

yang terjadi diperoleh susunan kimia yang kompleks, namun pada semen biasa

dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1. Susunan Unsur Semen Biasa

Oksida Persen
Kapur, CaO 60 – 65
Silika, SiO2 17 – 25
Alumina, Al2O3 3–8
Besi, Fe2O3 0,5 – 6
Magnesia, MgO 0,5 – 4
Sulfur, SO3 1–2
Soda/Potash, Na2O + K2O 0,5 – 2
Sumber : Teknologi Beton (Tjokrodimulyo, 1996)

d. ?
2. Kapur Mill

Di Indonesia terdapat beberapa batuan yang mengandung senyawa

karbonat, antara lain: batu kapur, batu kapur kerang, dan batu kapur magnesia.

Batu kapur merupakan salah satu bahan galian industri yang potensinya sangat

besar dan tersebar di hampir seluruh daerah Indonesia.

a. Pengertian

Batu kapur/gamping adalah jenis batuan yang merupakan hasil

pengendapan secara kimia dari larutan-larutan yang kaya akan unsur karbonat

(CaCo3). Batu kapur di alam biasanya tidak murni dari unsur karbonat saja, tetapi

masih bercampur unsur lain yang besarnya bervariasi tergantung dari mana daerah

pengendapannya (Sumardjito dkk, 1994 dalam Sukarman, 2008).

Batu kapur adalah batuan hasil sedimentasi yang komposisi utamanya

ialah kalsium karbonat (Murdock, L.J dan K.M. Brook,1979).

Kapur adalah bahan bangunan yang diperoleh dari batu kapur yang

dibakar sampai menjadi klinker dan digiling sehingga menjadi bubuk halus seperti

semen (PUBI, 1982).

Batu kapur merupakan batuan sedimen (sedimentary rock) yang

mengandung senyawa karbonat atau organik. Pada umumnya batu kapur yang

banyak terdapat adalah batu kapur yang mengandung kalsit. Batu kapur memiliki

warna putih, puih kekuningan, abu-abu hingga hitam. Pembentukan ini tergantung

dari campuran yang ada dalam batu kapur tersebut, misalnya: lempung, kwarts,

oksida besi, mangan dan unsur organik. Batu kapur dapat terbentuk dari sisa-sisa

kerang di laut maupun dari proses presipitasi kimia (I. M. Alit K. Salain, 2009).
b. Teknik Penambangan

Menurut Sukandarrumindi, pada umumnya deposit batu gamping atau

kapur adalah berbentuk bukit. Oleh sebab itu teknik penambangan dilakukan

dengan tambang terbuka dalam bentuk kuari tipe sisi bukit (side hill type). Untuk

penambangan skala besar pembongkaran dibantu dengan sistem peledakan

beruntun dibantu peralatan berat antara lain escavator dan ripper (penggaru),

sedang untuk penambangan skala kecil dilakukan dengan alat sederhana antara

lain cangkul, ganco, dan sekop. Apabila batu gampingnya tidak keras, pemberaian

dibantu dengan membuat sederetan lubang tembak yang diisi dengan lempung.

Sesudah itu lempung diisikan pada masing-masing lubang lalu dituangkan

padanya air. Akibatnya lempung mengembang yang akhirnya dengan bantuan

linggis batu gamping mudah dibongkar.

Untuk penambangan skala kecil, bisa juga menggunakan sistem

gophering, yaitu mengikuti bagian/jalur batu gamping yang relatif mudah

dibongkar. Namun dalam hal mempertimbangkan keselamatan kerja sistem ini

tidak dianjurkan.

c. Klasifikasi Kapur

Berdasarkan penggunaannya kapur untuk bahan bangunan dibagi menjadi

dua macam, yaitu kapur pemutih dan kapur aduk. Kedua kapur tersebut bisa

dalam bentuk kapur tohor maupun kapur padam.

Sesuai dengan tujuan pemakaiannya kapur diklasifikasikan menjadi lima

macam, yaitu: kapur tohor, kapur padam, kapur udara, kapur hidrolis, dan kapur

magnesia.
1) Kapur tohor

Kapur tohor adalah kapur hasil dari pembakaran batu alam (CaCO3) yang

memiliki komposisi sebagian besar adalah kalsium karbonat pada suhu

sedemikian tinggi, sehingga bila diberi air dapat terpadamkan membentuk

hidran. Secara kimia dapat dijelaskan sebagai berikut:

CaCO3 CaO + CO2

2) Kapur padam

Kapur padam merupakan kapur yang didapat dari kapur tohor yang telah

dipadamkan dengan air dan membentuk hidran. Secara kimia dapat dijelaskan

sebagai berikut:

CaO + H2O Ca(OH)

3) Kapur udara

Kapur udara adalah kapur padam yang apabila diaduk dengan air setelah

beberapa saat hanya dapat mengeras di udara karena pengikatan

karbondioksida (CO2)

4) Kapur hidrolis

Kapur hidrolis adalah kapur padam yang apabila diaduk dengan air beberapa

saat dapat mengeras baik di udara maupun di dalam air.

5) Kapur magnesia

Kapur magnesia adalah kapur yang mengandung magnesium oksida (MgO)

lebih dari 5%,dihitung dari contoh kapur yang dipijarkan.

d. Syarat-syarat Kapur
Persyaratan mutu untuk kapur adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Syarat Mutu Kapur Tohor

Syarat Kelas I Kelas II


1. Kehalusan : sisa maksimum di atas
ayakan : maks. % berat
4,75 mm - 0
1,18 mm 0 -
0,85 mm 5 10
2. Ketetapan bentuk Tidak retak Tidak retak
3. CaO + MgO aktif (setelah
dikoreksi dengan SO3) 90 85
CO2 maks. % berat 6 6
Sumber : PUBI, 1982

Tabel 3. Syarat Mutu Kapur Padam

Syarat Kelas I Kelas II


1. Kehalusan : sisa maksimum di atas
ayakan : maks. % berat
6,7 mm 0 0
4,75 mm 0 5
0,85 mm 0
0,106 mm 15
2. CaO + MgO aktif (setelah
dikoreksi dengan SO3) 65 65
CO2 maks. % berat 6 6
Sisa tak larut maks. % berat 1 3
3. Ketetapan bentuk Tidak retak Tidak retak
4. Kadar air maks. % berat 15 15
Sumber : PUBI, 1982

4. Pasir
a. Pengertian

Pasir adalah butiran halus yang terdiri dari butiran berukuran 0,15-5 mm

yang didapat dari hasil desintregrasi batuan alam atau juga dari pecahan batuan

alam (Tjokrodimuljo, 1996).

Pasir beton adalah butiran-butiran mineral keras yang bentuknya mendekati

bulat dan ukuran butirnya sebagian besar terletak antara 0,075-5 mm, dan kadar

bagian yang ukurannya lebih kecil dari 0,063 mm tidak lebih dari 5% (PUBI,

1982).

Menurut asalnya pasir alam digolongkan menjadi 3 macam, yaitu:

1) Pasir Galian

Pasir golongan ini diperoleh langsung dari permukaan tanah atau dengan cara

menggali terlebih dahulu. Pasir ini biasanya tajam, bersudut, berpori, dan

bebas dari kandungan garam, tetapi biasanya harus dibersihkan dari kotoran

tanah dengan jalan dicuci.

2) Pasir Sungai

Pasir ini diperoleh langsung dari dasar sungai, yang pada umumnya berbutir

halus, bulat-bulat akibat poses gesekan. Daya lekat antar butir-butir agak

kurang karena butir yang bulat. Karena bulat dan butir-butirnya kecil, maka

baik dipakai untuk memplester tembok. Juga dapat dipakai untuk keperluan

yang lain.

3) Pasir Laut

Pasir laut ialah pasir yang diambil dari pantai. Butir-butirnya halus dan bulat

karena gesekan. Pasir ini merupakan pasir yang paling jelek karena banyak
mengandung garam-garaman. Garam-garaman ini menyerap kandungan air

dari udara dan ini mengakibatkan pasir selalu agak basah dan juga

menyebabkan pengembangan bila sudah menjadi bangunan. Oleh karena itu

maka sebaiknya pasir laut jangan dipakai.

b. Syarat Mutu

Pasir yang digunkan untuk beton harus memenuhi beberapa persyaratan

sebagai berikut:

1) Pasir harus bersih. Bila diuji memakai larutan pencuci khusus, tinggi endapan

pasir yang kelihatan dibandingkan dengan tinggi seluruh endapan tidak kurang

dari 70%.

2) Kandungan bagian yang lewat ayakan 0,063 mm tidak lebih dari 5% berat

(kadar lumpur).

3) Angka kehalusan fineness modulus terletak antara 2,2–3,2 bila diuji memakai

rangkaian ayakan dengan mata ayakan berukuran berturut-turut 0,16–0,315–

0,63–1,25– 2,5 – 5 – 10 mm dengan fraksi yang lewat ayakan 0,3 mm minimal

15% berat.

4) Pasir tidak mengandung zat-zat organik yang dapat mengurangi mutu beton.

Untuk itu bila direndam dalam larutan 3% NaOH, cairan di atas endapan tidak

boleh lebih gelap dari warna larutan pembanding.

5) Kekekalan terhadap Na2SO4 atau MgSO4:

 Terhadap Na2SO4

Fraksi yang hancur tidak boleh lebih dari 12% berat.

 Terhadap Mg2SO4
Fraksi yang hancur tidak boleh lebih dari 10% berat.

6) Untuk beton dengan angka keawetan yang tinggi, reaksi pasir terhadap alkali

harus negatif.

c. ?

5. Serat Serabut Kelapa

Sebagai negara kepulauan dan berada di daerah tropis dengan kondisi

agroklimat yang mendukung, Indonesia merupakan negara yang memiliki lahan

tanaman kelapa terbesar didunia dengan luas areal 3,88 juta ha, yang 97%

merupakan perkebunan kelapa rakyat dan mencakup 5 juta petani. Produksi

kelapa setiap tahunnya mencapai 3,2 juta ton setara kopra

(http://bataviase.co.id/node/241897).

Kelapa mempunyai nilai dan peran yang penting baik ditinjau dari aspek

ekonomi maupun sosial budaya. Dari hasil panen kelapa yang melimpah di

Indonesia, tentunya akan dihasilkan produk sampingan berupa sabut kelapa yang

sangat melimpah pula. Karena sabut kelapa merupakan bagian yang cukup besar

dari buah kelapa, yaitu 35% dari berat keseluruhan buah.

Sekitar 35% dari total berat buah kelapa merupakan berat sabut kelapa.

Bagian yang berserabut ini merupakan kulit dari buah kelapa dan dapat dijadikan

sebagai bahan baku aneka industri, seperti karpet, keset, sikat, bahan pengisi jok

mobil, tali dan lain-lain (Sarmidi amin, 2009).

a. Pengolahan dan Pemanfaatan

Pengolahan sabut kelapa sehingga menjadi serat dapat dilakukan dengan

secara manual atau dengan mesin. Cara manual diawali dengan perendaman
dalam air dengan relatif yang lebih lama. Serat kemudian dipisahkan dengan cara

dipukul-pukul.

Dengan menggunakan mesin, proses perendaman sebelum pengolahan

masih sering dilakukan, tetapi ada juga yang tanpa perendaman bahkan tanpa

perlu disiram air. Sabut bisa langsung diproses asal cukup lembab. Untuk

memisahkan serat dari serbuk atau bubuk juga dapat dilakukan dengan cara

diayak, baik menggunakan mesin atau tidak. Pemisahan serat dengan

menggunakan mesin, selain menghasilkan serabut juga dapat menghasilkan

serbuk yang disebut gabus. Serbuk ini juga dapat dimanfaatkan yaitu untuk media

tanam, dengan memprosesnya menjadi cocopeat. Untuk memisahkan serabut

pendek dan panjang digunakan alat pemisah putar, baik yang manual maupun

yang bermesin.

Proses yang lebih baik meliputi perendaman, pelunakan atau pemukulan

(crusher), penyeratan (defibring). Dari proses ini diperoleh serat putih (white

fibre) atau serat panjang dan halus berwarna putih, dibuat dari sabut buah kelapa

yang belum cukup tua. Serat ini dapat dipintal menjadi benang dan dirangkai

menjadi karpet, kain pembersih dan tali. Dari kelapa yang lebih tua diperoleh serat

panjang berwarna coklat (bristle fibre) dan serat pendek (mattres fibre). Serat

panjang digunakan untuk membuat sapu dan sikat, sedangkan serat pendek untuk

keset, atau ditambah lateks dijadikan lembaran (coco sheet) untuk pelapis tempat

tidur, jok mobil atau peredam suara (Sarmidi Amin, 2009).

b. Sifat Serat Serabut Kelapa


Serat serabut kelapa mempunyai daya lentur yang tinggi, tahan lama, tidak

berbau dan tingkat pencemaran rendah. Selain itu mempunyai bobot yang ringan,

tahan terhadap mikro organisme, pelapukan, pekerjaan mekanis dan tahan

terhadap air, sehingga tidak terlalu membengkak jika direndam air. Dengan sifat-

sifat tersebut, serat serabut kelapa menjadi serat alami alternatif sebagai bahan

tambah dalam pembuatan beton.

c. Macam-macam Serat

Ada macam-macam serat yang biasa digunakan sebagai bahan tambah

dalam pembuatan beton serat. Jenis serat ini dibagi menjadi 2, yaitu serat alami

dan serat buatan.

1) Serat Alami

Selain serat serabut kelapa, serat alami lain yang biasa dipakai dalam

campuran beton khususnya genteng beton diantaranya adalah:

a) Rami

Serat rami diperoleh dari kulit kayu tanaman Rami. Sejak zaman

pendudukan Jepang, serat rami sudah dikenal bukan hanya untuk tali

tambang, melainkan juga untuk bahan pembuatan karung goni. Karung

goni kemudian dijadikan pakaian oleh penduduk pada masa itu. Serat rami

digunakan oleh industri tekstil sebagai substitusi kapas dan bahan baku

pulp kertas.

b) Ijuk

Ijuk merupakan serat yang diperoleh dari pohon aren, yang terdapat

diantara pangkal dan pelepah daun pohon aren. Ijuk memiliki sifat
kaku,ulet (tidak mudah putus), dan tahan air. Ijuk biasanya digunakan

sebagai bahan pembuat sapu, tambang, dan kadang juga digunakan untuk

atap.

c) Abaca

Serat abaca adalah serat yang didapat dari daun tanaman Musa Textilis,

salah satu anggota keluarganya pohon pisang, yang berasal dari Filipina.

Serat ini biasanya digunakan untuk tali temali kapal dan untuk ditenun

menjadi berbagai produk hiasan rumah, seperti taplak meja, alas piring dan

tirai.

d) Sisal

Serat Sisal diperoleh dari daun tanaman Sisal. Dari daun sisal ini dapat

diperoleh serat-serat yang dapat diolah menjadi bermacam-macam produk.

Di industri tradisional serat sisal digunkan untuk pembuatan karung, tali

temali, keset, sulak dan sapu. Sedangkan untuk industri yang lebih modern

serat dari daun sisal merupakan bahan baku industri pulp kertas dengan

mutu tinggi. Selain itu juga dapat diolah menjadi tali temali untuk aramada

kapal laut, karpet, pembungkus, bahan pengisi pakaian (buffing cloth),

pembungkus kabel dan interior mobil. Karena memiliki daya lentur yang

tinggi, serat sisal ini juga merupakan serat alami alternatif untuk bahan

tambah beton serat.

e) Jute

Jute adalah serat yang di dapat dari kulit batang tanaman Corchorus

capsularis dan Corchorus olitorius. Serat Jute telah dikenal sejak zaman
Mesir kuno, dan di perkirakan berasal dari daerah sekitar Laut Tengah

yang kemudian meluas ke Asia, terutama India dan Paksitan. Jute

merupakan Serat tumbuhan yang terpenting setelah kapas.

2) Serat Buatan

d. ?

6. Air

B. Genteng Beton

C. Kualitas Genteng Beton

D. Teknik Pengujian

E. Kajian Penelitian

Penelitian mengenai genteng beton dengan menggunakan bahan tambah

serat juga pernah dilakukan oleh beberapa peneliti. Beberapa penelitian yang

membahas genteng betong beton dengan bahan tambah berupa serat, diantaranya

adalah sebagai berikut:

1. Wiyadi (1999) melakukan penelitian genteng beton dengan bahan tambah

serat ijuk dengan persentase 1%, 2%, 3%, 4%, dan 5% dengan panjang @ 1,5-

2 cm
2. Rosadhan (2000) melakukan penelitian genteng beton dengan bahan tambah

serat serabut kelapa. Variasi berat serat serabut kelapa yang digunakan adalah

100, 200, 300, 400, dan 500 gram dengan panjang @ 1-2 cm.

3. Dwiyono (2002)

4. Warih Pambudi (2005) dari Universitas Negeri Semarang melakukan

penelitian genteng beton dengan penambahan persentase serat ijuk dan

pengurangan pasir sebesar 0%; 0,5%; 1%; 1,5%; 2%; dan 2,5%. Pengujian

yang dilakukan adalah berat jenis dan beban lentur genteng beton. Beban

lentur yang dihasilkan berturut-turut adalah 62,25 kg; 63,75 kg; 67,84 kg;

70,43 kg; 73,97 kg; dan 75,32 kg. Sedangkan berat jenis genteng beton yang

dihasilkan berturut-turut 2,106; 2,094; 2,017; 1,930; 19,29; dan 1,902.

F. Kerangka Berpikir

Anda mungkin juga menyukai