Anda di halaman 1dari 14

EKONOMI MAKRO

BAB 9
PENGANTAR FLUKTUASI EKONOMI

Kelompok 7
Fitriani 1510248111
Yusnita 1510248117

MAGISTER AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI


UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2016
PENGANTAR FLUKTUASI EKONOMI

Fluktuasi ekonomi menunjukkan masalah yang sedang terjadi bagi para ekonomi dan
pembuat kebijakan. Fluktuasi dalam output perekonomian terkait erat dengan flukuasi tingkat
kerja, ketika perekonomian mengalami penurunan dalam jumlah output dan peningkatan dalam
jumlah pengangguran, perekonomian dikatakan berada dalam masa resesi.
Ekonom menyebut fluktuasi jangka pendek pada output dan pengangguran sebagai siklus
bisnis (business cycle). Meskipun istilah ini mengesahkan fluktuasi perekonomian bersifat teratur
dan dapat di prediksi, kenyataan tidak demikian. Resesi terjadi secara tidak teratur. Kadangkadang resesi berdekatan dan terkadang resesi terjadi rentang yang panjang.
Pada makalah ini pertama kita akan mengkaji data yang menjelaskan fluktuasi
perekonomian dalam jangka pendek, kemudian kita diskusikan perbedaan utama antara
bagaimana ekonomi bekerja dalam jangka pendek dan dalam jangka panjang, kemudian kita
akan lebih memahami model penawaran agregat dan permintaan agregat, yang seringkali
digunakan oleh ekonom untuk menjelaskan fluktuasi jangka pendek.
I. FAKTA TENTANG SIKLUS BISNIS
GDP dan Komponennya
Produk Domestik Bruto (GDP) mengukur pendapatan dan pengeluaran total pada
perekonomian. Karena GDP adalah ukuran paling luas untuk keseluruhan kondisi perekonomian,
GDP merupakan tempat alamiah untuk memulai analisis tentang siklus bisnis.
Gambar 1

Gambar 2.

Gambar 3

Gambar 1 menunjukkan tingkat GDP Potensial, dimana titik puncak GDP mengukur pendapatan
dan pengeluaran total pada perekonomian suatu negara atau nilai barang dan jasa akhir yang
dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu negara dalam jangka waktu satu tahun.
Terdapat fase resesi dimana perekonomian mengalami penurunan dalam jumlah output dan
peningkatan dalam jumlah pengangguran. Gambar 2 menunjukkan GDP ekspor dan impor
Indonesia tahun 1960 s.d 2013. Gambar 3 menunjukkan GDP riil dalam pertumbuhan investasi
sejak kuartal 1 (Q1) 2012 sampai dengan kuartal 2 (Q2) tahun 2015.
Pertumbuhan pada GDB riil memperlihatkan pertumbuhan ekonomi tidak selalu tetap,
terkadang bisa saja menjadi negatif dan akan terdapat periode terjadinya resesi. Lembaga

penentu resmi yang menyatakan kapan resesi dimulai dan kapan resesi berakhir adalah National
Bureau of Ekonomic Research, sebuah lembaga penelitian ekonomi nirlaba. Komite Penanggalan
Siklus Bisnis NBER menentukan kapan resesi di mulai dan kapan resesi berakhir. Menurut
aturan yang berlaku, resesi adalah sebuah periode dimana sekurang-kurangnya dua kuartal
berturut-turut terjadi penurunan pada GDB riil. Faktanya, Komite Penanggalan Siklus Bisnis
NBER tidak memiliki aturan baku, namun komite ini melihat keragaman kondisi ekonomi dalam
kurun waktu tersebut dan menggunakan penilaiannya sendiri dalam menentukan kapan resesi
dimulai dan kapan resesi berakhir.
Pengangguran dan Hukum Okum
Siklus bisnis tidak hanya terlihat pada data penghitungan pendapatan nasional tapi juga
pada data yang menggambarkan kondisi di pasar tenaga kerja. Gambar 4 menunjukkan tingkat
pengangguran sejak tahun 2006 sampai dengan tahun 2011. Kita dapat melihat pengangguran
meningkat jika terjadi resesi. Ketika ekonomi berada dalam masa resesi, pekerjaan sulit didapat.
Gambar 4

Relasi apa yang kita harapkan antara pengangguran dan GDP riil? Karena tenaga kerja
yang dipekerjakan menghasilkan barang dan jasa, sementara tenaga kerja yang tidak di
pekerjakan tidak menghasilkan apa-apa, kenaikan tingkat pengangguran mestinya terasosiasi
dengan penurunan GDP riil. Relasi negatif antara pengangguran dan GDP ini disebut Hukum
Okun, sesuai Arthur Okun, Ekonom yang pertama mempelajarinya.
Perubahan Persentase GDP Riil = 3,5% - 2 x Perubahan pada Tingkat Pengangguran.

Jika tingkat pengangguran tetap sama, GDP riil tumbuh sebesar 3,5 persen, pertumbuhan normal
produksi barang dan jasa di sebabkan pertumbuhan tenaga kerja, akumulasi modal, dan
kemajuan teknologi. Selanjutnya, untuk setiap persentase tingkat kenaikan pengangguran dari
5% ke 8%, pertumbuhan GDP riil menjadi :
Persentase Perubahan GDP Riil = 3,5% - 2 x (8% - 5%) = -2,5%
Pada kasus ini, Hukum Okun menyatakan penurunan GDP sebesar 2,5%, mengindikasikan
perekonomian resesi.
Hukum Okun merupakan pengingat bahwa faktor-faktor yang menentukan siklus bisnis
pada jangka-pendek sangat berbeda dengan faktor-faktor yang membentuk pertumbuhan
ekonomi jangka-panjang. Pertumbuhan jangka panjang pada GDP hanya ditentukan oleh
teknologi. Tren jangka panjang menuju pada standar hidup yang lebih tinggi dari satu generasi ke
generasi berikutnya tidak berkaitan dengan tren jangka panjang pada tingkat pengangguran.
Sebaliknya, pergerakan jangka pendek pada GDP sangat berkorelasi dengan pemanfaatan
angkatan kerja. Penurunan pada produksi barang dan jasa yang terjadi selama resesi selalu
berkaitan dengan peningkatan jumlah pengangguran.
Indikator-Indikator Ekonomi Utama
Banyak ekonom, terutama yang bekerja di perusahaan dan pemerintah, memiliki tugas
melakukan peramalan terhadap fluktuasi jangka pendek di perekonomian. Salah satu cara bagi
ekonom agar dapat meramalkan kondisi ekonomi adalah dengan melihat indikator
utama (leading

indicators) yaitu

variabel

yang

cenderung

berfluktuasi

mendahului

perekonomian secara keseluruhan. Ramalan dapat berbeda sebagian karena ekonom


menggunakan opini yang berbeda tentang mana indikator utama yang paling dapat di andalkan.
Setiap bulan Dewan Konferensi (Conference Board), lembaga swasta yang bergerak di
bidang ekonomi, menggunakan indeks dari indikator ekonomi utama (index of leading economic
indicators) indeks ini berisi sepuluh seri data yang biasanya digunakan untuk meramalkan
perubahan aktivitas perekonomian untuk sekitar enam sampai sepuluh bulan ke depan. Berikut
daftar data tersebut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Rata-rata minggu kerja produksi bagi pekerja di sektor manufaktur.


Rata-rata klaim mingguan pada asuransi pengangguran.
Pesanan barang-barang konsumen dan material baru, disesuaikan dengan inflasi.
Pesanan baru, barang-barang modal non pertahanan.
Kinerja produsen.
Pemberian izin untuk mendirikan bangunan-bangunan baru.

7. Indeks harga saham.


8. Jumlah uang beredar disesuaikan dengan inflasi.
9. Perbedaan tingkat bunga.
10. Indeks ekspektasi konsumen.
II. HORISON WAKTU DALAM MAKRO EKONOMI
Bagaimana Jangka Pendek dan Jangka Panjang Berbeda
Dalam jangka panjang, harga bersifat fleksibel dan bisa menanggapi perubahan dalam
penawaran atau permintaan. Dalam jangka pendek, banyak harga bersifat kaku pada tingkat
yang ditentukan sebelumnya. Karena harga berperilaku secara berbeda dalam jangka pendek
dibandingkan dalam jangka panjang, maka kebijakan ekonomi memiliki dampak yang berbeda
pada selang waktu yang berbeda.
Untuk melihat bagaimana jangka pendek dan jangka panjang berbeda, mari perhatikan
dampak perubahan kebijakan moneter, Anggaplah Bank Sentral AS (Fed) secara tiba-tiba
mengurangi jumlah uang beredar sebesar 5%. Perekonomian dalam jangka panjang, jumlah uang
beredar mempengaruhi variabel-variabel riil. Dalam jangka panjang, pengurangan 5% dalam
jumlah uang beredar mengurangi seluruh harga (termasuk upah nominal) sebesar 5% sedangkan
seluruh variable riil tetap sama. Jadi, dalam jangka panjang perubahan jumlah uang beredar tidak
menyebabkan fluktuasi dalam output atau kesempatan kerja. Namun dalam jangka pendek,
banyak harga tidak menanggapi perubahan kebijakan moneter, pengurangan jumlah uang beredar
tidak langsung menyebabkan seluruh perusahaan memotong upah, semua toko mengubah label
harga barangnya, seluruh perusahaan mail order mengeluarkan katalog baru, dan semua restoran
mencetak menu baru. Dengan kata lain, hanya terdapat sedikit perubahan langsung dalam banyak
harga, atau harga bersifat kaku/sulit berubah. Kekakuan harga jangka pendek ini menunjukkan
bahwa dampak jangka pendek dari perubahan jumlah uang beredar tidak sama sebagaimana
dampak jangka panjang.

STUDI KASUS
Teka-teki kekakuan harga majalah

Sekaku apa harga ? Jawaban atas pertanyaan ini bergantung pada harga apa yang kita
perhatikan. Sebagian komoditas, seperti gandum, kacang kedelai, dan daging olahan,
diperdagangkan secara terorganisasi, dan harganyua berubah setiap menit. Tidak seorang pun
yang mengatakan harga-harga ini kaku. Tetapi sebagian besar harga barang dan jasa jarang
berubah . Satu survei menemukan bahwa 39% perusahaan mengubah harganya sekali setahun,
dan 10% lainnya mengubah harga kurang dari sekali setahun.
Alasan terjadinya kekakuan harga tidak lah selalu jelas. Perhatikanlah, misalnya, pasar
untuk majalah. Sebuah studi mencatatkan bahwa majalah sangat jarang berubah harga jualnya.
Majalah biasanya membiarkan inflasi mengikis harga riilnya sekitar 25% sebelum meningkatkan
harga nominalnya. Ketika inflasi adalah 4% per tahun, majalah mengubah harga kira-kira setiap
6 tahun.
Mengapa majalah membiarkan harganya tidak berubah begitu lama? Para ekonom tidak
memiliki jawaban yang definitf. Pertanyaan itu menjadi sebuah teka-teki karena biaya untuk
merubah harga majalah sesungguhnya kecil. Untuk mengubah harga, perusahaan mail-order
harus menerbitkan katalog baru dan restoran harus mencetak menu baru, tetapi penerbit majalah
dapat dengan mudah mencetak harga baru disampul edisi berikutnya. Barangkali bagi penerbit
majalah, biaya mencantumkan harga yang salah juga tidak besar. Atau mungkin para pelanggan
merasa tidak nyaman jika harga majalah favorit mereka berubah setiap bulan.
Model Penawaran Agregat dan Permintaan Agregat.
Dalam teori makroekonomi klasik, jumlah output bergantung pada kemampuan
perekonomian menawarkan barang dan jasa, yang sebaliknya bergantung pada suplai modal dan
tenaga

kerja

serta

pada

ketersediaan

teknologi

produksi.

Output

juga

bergantung

pada permintaan terhadap barang dan jasa. Permintaan, sebaliknya, dipengaruhi oleh pandangan
konsumen tentang prospek ekonomi, pandangan perusahaan tentang keuntungan dari investasi
baru serta kebijakan moneter dan fiskal. Karena kebijakan fiskal dan moneter bisa
mempengaruhi output perekonomian selama horizon waktu ketika harga bersifat kaku, kekuatan
harga menyediakan dasar pemikiran mengapa kebijakan ini berguna dalam menstabilkan
perekonomian jangka pendek.
III. PERMINTAAN AGREGAT.

Permintaan Agregat (aggregate demand, AD) adalah hubungan antara output yang diminta dan
tingkat harga agregat. Dengan kata lain, kurva permintaan agregat menyatakan jumlah barang
dan jasa yang ingin dibeli orang pada setiap tingkat harga.
Persamaan Kuantitas sebagai Permintaan Agregat
Teori kuantitas menyatakan.
MV = PY
Dimana M adalah jumlah uang beredar, V adalah perputaran uang, P adalah tingkat harga,
dan Y adalah jumlah output. Jika perputaran uang adalah konstan, maka persamaan ini
menyatakan bahwa jumlah uang beredar menentukan nilai nominal ouput, yang pada akhirnya
merupakan produk dari tingkat harga dan jumlah output.
Mengapa Kurva Permintaan Agregat Miring ke Bawah

Kurva Permintaan Agregat (AD) menunjukkan hubungan negatif antara tingkat harga P dan
jumlah barang dan jasa yang diminta Y, digambarkan untuk nilai jumlah uang beredar M
tertentu. Kurva ini miring kebawah : semakin tinggi tingkat harga P, semakin rendah tingkat
keseimbangan riil M/P, dan karenanya semakin rendah jumlah barang dan jasa yang diminta Y.

Pergeseran dalam Kurva Permintaan Agregat

IV. PENAWARAN AGREGAT


Penawaran agregat (aggregate supply, AS) adalah hubungan antara jumlah barang dan jasa
yang ditawarkan dan tingkat harga. Karena perusahaan yang menawarkan barang dan jasa
memiliki harga yang fleksibel dalam jangka panjang, tetapi harga yang kaku dalam jangka
pendek, hubungan penawaran agregat bergantung pada horizon waktu.
Ada dua kurva penawaran agregat berbeda :

kurva penawaran agregat jangka-panjang (long-run aggregate supply curve, LRAS)

Kurva penawaran agregat jangka-pendek (short-run aggregate supply curve, SRAS)

Jangka Panjang : Kurva Penawaran Agregat Vertikal

Jumlah output yang diproduksi bergantung pada jumlah tertentu dari modal dan tenaga kerja dan
teknologi yang tersedia. Untuk ini, kita tulis Y = F(K, L) = Y Menurut model klasik, output
tidak bergantung pada tingkat harga.

Jangka Pendek : Kurva Penawaran Agregat Horizontal

Pergeseran permintaan agregat dalam jangka pendek. Penurunan jumlah uang beredar menggeser
kurva permintaan agregat ke bawah dari D2 ke D1. Ekuilibrium perekonomian bergeser dari Y2
ke Y1. Karena kurva penawaran agregat adalah horizontal dalam jangka pendek, penurunan
permintaan agregat mengurangi tingkat output. (Dalam jangka pendek ketika harga adalah kaku).
Ekuilibrium Jangka Panjang
Dalam jangka panjang perekonomian dengan sendirinya berada pada perpotongan kurva
penawaran agregat jangka panjang dan kurva permintaan agregat. Karena harga-harga telah
disesuaikan pada tingkat ini, kurva penawaran agregat jangka pendek memotong titik ini pula.

Penurunan dalam permintaan agregat

Pada Gambar di atas, Perekonomian dimulai dalam ekuilibrium jangka panjang pada titik A.
Penurunan permintaan agregat, mungkin disebabkan penurunan perputaran uang, menggerakkan
perekonomian dari titik A ke B, dimana output berada dibawah tingkat alamiah. Ketika harga
turun, perekonomian berangsur-angsur keluar dari resesi, bergerak dari B ke C (Penurunan
permintaan agregat, menurunkan output dalam jangka pendek, tapi dalam jangka panjang hanya
terpengaruh kepada tingkat harga).
STUDI KASUS
Emas, Greenback, dan Kontraksi Tahun 1870-an
Berakhirnya Perang Sipil di Amerika Serikat memberikan contoh nyata tentang
bagaimana kebijakan moneter kontraktif mempengaruhi perekonomian. Sebelum perang,
Amerika Serikat memberlakukan standar emas. Uang kertas dolar ditukar menjadi emas.
Dibawah kebijakan ini, jumlah emas menentukan jumlah uang beredar dan tingkat harga.
Pada tahun 1862, setelsh perang sipil pecah, Departemen Keuangan mengumumkan
bahwa departemen ini tidak lagi menembus dolar untuk emas. Esensinya, tindakan ini mengganti
standar emas dengan sistem uang atas unjuk. Selama beberapa tahun berikutnya, pemerintah
mencetak sejumlah mata uang kertas disebut greenback karena warnanya dan menggunakan
seigniorage untuk mendanai pengeluaran perang. Karena peningkatan jumlah uang beredar ini,
tingkat harga hampir berlipat ganda selama perang berlangsung.

Ketika perang usai, banyak perdebatan politik terpusat pada pertanyaan apakah akan
kembali ke standar emas. Partai Greenback dibentuk dengan tujuan utama memelihara sistem
uang atas unjuk. Namun demikian, secara berangsur-angsur, Partai Greenback kalah. Para
pembuat keputusan memutuskan untuk menghentikan greenback guna mempertahankan standar
emas pada kurs antara dolar dan emas yang berlaku sebelum perang. Tujuan mereka adalah
mengembalikan nilai dolar ke tingkat sebelumnya.
Kembali ke standar emas dengan cara ini menuntut pemerintah membalik kenaikan harga
dimasa perang, yang berarti permintaan agregat harus turun. Ketika tingkat harga turun,
perekonomian mengalami resersi dari tahun 1873 sampai 1879, yang terpanjang dalam kronologi
siklus bisnis NBER. Pada tahun 1879, tingkat harga kembali ke tingkat sebelum perang, dan
standar emas diberlakukan kembali.
V. KEBIJAKAN STABILISASI
Fluktuasi dalam keseluruhan perekonomian berasal dari perubahan penawaran agregat atau
permintaan agregat. Para ekonom menyebut perubahan eksogen dalam kurva ini sebagai
guncangan (shock) terhadap perekonomian. Guncangan yang menggeser kurva permintaan
agregat disebut guncangan permintaan (demand shock), dan guncangan yang menggeser kurva
penawaran agregat disebut guncangan penawaran (supply shock). Guncangan ini mengurangi
kesejahteraan ekonomi dengan mendorong output dan kesempatan kerja jauh dari tingkat
alamiah. Salah satu tujuan dari model penawaran agregat dan permintaan agregat adalah
menunjukkan bagaimana guncangan menyebabkan fluktuasi ekonomi.
Tujuan lain dari model tersebut adalah mengevaluasi bagaimana kebijakan
makroekonomi dapat menanggapi guncangan ini. Para ekonom menggunakan istilah kebijakan
stabilisasi (stabilization policy) untuk mengacu tindak kebijakan yang bertujuan mengurangi
tekanan fluktuasi ekonomi jangka pendek. Karena terjadi fluktuasi output dan kesempatan kerja
di sekeliling tingkat alami jangka panjangnya, kebijakan stabilisasi memperkecil siklus bisnis
dengan mempertahankan output dan kesempatan kerja sedekat mungkin pada tingkat alamiah.

Guncangan Pada Permintaan Agregat

Perekonomian mulai dalam ekuilibrium jangka panjang di titik A. Kenaikan permintaan agregat,
akibat peningkatan perputaran uang, menggerakkan perekonomian dari titik A ke titik B, dimana
output berada di atas tingkat alamiah. Ketika harga naik, output secara berangsur-angsur kembali
ke tingkat alamiah, dan perekonomian bergerak dari titik B ke titik C. (Kenaikan dalam
permintaan agregat, meningkatkan output dalam jangka pendek, tetapi dalam jangka panjang
hanya mempengaruhi tingkat harga).
Guncangan Pada Penawaran Agregat

Guncangan penawaran yang memperburuk mendorong biaya dan harga naik. Jika permintaan
agregat dipertahankan konstan, perekonomian bergerak dari titik A ke titik B, yang menyebabkan
stagflasi-kombinasi dari kenaikan harga dan penurunan output. Secara berangsur-angsur, ketika
harga turun, perekonomian kembali ke tingkat alami, titik A.

DAFTAR PUSTAKA

Mankiw N. Gregory, 2007, Makro Ekonomi, Edisi keenam, Erlangga, Jakarta.


Sarnowo Hendry, Sunyoto Danang, 2014, Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro, Edisi terbaru, CAPS
(Center for Academic Publishing Service), Jakarta.
Sunyoto Danang, Hasanah Umi Erni, 2014, Pengantar Ilmu Ekonomi Makro, Edisi terbaru,
CAPS (Center for Academic Publishing Service), Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai