Askeb Patologi Plasenta Previa
Askeb Patologi Plasenta Previa
DI SUSUN OLEH :
NON REGULER
ASTRIED MAYA M.
(07)
AYUTTHYA RIZKY L.
(08)
(11)
(18)
(19)
SHOFA ROSIFANNI
(28)
(29)
(32)
WIWIK ANGGRAINI
(38)
(39)
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PRODI KEBIDANAN KAMPUS SUTOMO SURABAYA
1
2010-2011
TUGAS ASUHAN KEBIDANAN IV
ASUHAN KEBIDANAN
PLASENTA PREVIA
DOSEN : Hj.Klanting Kasiati,S.pd, M.Kes.
DI SUSUN OLEH :
NON REGULER :
ASTRIED MAYA M.
(07)
AYUTTHYA RIZKY L.
(08)
(11)
(18)
(19)
SHOFA ROSIFANNI
(28)
(29)
(32)
WIWIK ANGGRAINI
(38)
(39)
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
PRODI KEBIDANAN SUTOMO SURABAYA
2010-2011
2
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar ............................................................................................................................ i
Daftar Isi ................................................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................................ 1
1.2 Tujuan..................................................................................................................... 2
BAB II. TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Plasenta Previa................................................................................ 3
2.2 Konsep Asuhan Kebidanan.................................................................................. 24
BAB III CONTOH KASUS......................................................................................................30
Daftar Pustaka........................................................................................................................... 39
BAB I
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Setelah membaca makalah ini, di harapkan mahasiswa dapat memahami tentang
plasenta previa dan dapat memberikana asuhan kebidanan pada ibu hamil
dengan plasenta previa.
1.2.2 Tujuan khusus
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Setelah melakukan Asuhan Kebidanan pada klien diharapakan mahasiswa dapat
melaksanakan Asuhan Kebidanan secara komprehensif.
1.3.2. Tujuan Khusus
Setelah membaca makalah ini diharapkan mahasiswa mampu :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
sehingga dapat
2.1.2 Klasifikasi
c. Plasenta previa marginalis adalah plasenta yang tepinya berada pada pinggir
ostiumuteri internum.
d. plasenta letak rendah adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen
bawah rahim demikian rupa sehingga tepi bawahnya berada pada jarak lebih
kurang 2 cm dari ostium uteri internum.
Menurut de Snoo, berdasarkan pembukaan 4 -5 cm
a. Plasenta previa sentralis (totalis), bila pada pembukaan 4-5 cm teraba
plasenta menutupi seluruh ostea.
2.1.3 Etiologi
Plasenta previa mungkin terjadi kalau keadaan endometrium kurang baik
misalnya karena atrofi endometrium. Keadaan ini misalnya terdapat pada :
a.
b.
Myoma uteri
10
c.
d.
e.
Bekas operasi
Keadaan endometrium yang kurang baik, menyebabkan bahwa placenta
harus tumbuh menjadi luas untuk mencukupi kebutuhan janin. Karena luasnya,
mendekati atau menutup ostium internum. Mungkin juga placenta previa
disebabkan implantasi telur yang rendah.
Plasenta bertumbuh pada segmen bawah uterus tidak selalu jelas dapat
diterangkan . bahwasanya vaskularisasi yang berkurang atau perubahan atropi
pada desidua akibat persalinan yang lampau dapat menyebabkan plasenta previa ,
tidaklah selalu benar . Memang dapat dimengerti bahwa apabila aliran darah ke
plasenta tidak cukup seperti pada kehamilan kembar maka plasenta yang letaknya
normal sekalipun akan memperluaskan permukaannya sehingga mendekati atau
menutupi sama sekali pembukaan jalan lahir .Frekuensi plasenta previa pada
primigravida yang berumur lebih 35 tahun kira-kira 10 kali lebih sering
dibandingkan dengan primigravida yang berumur kurang dari 25 tahun . Pada
grandemultipara yang berumur lebih dari 30 tahun kira-kira 4 kali lebih sering
dari grandemultipara yang berumur kurang dari 25 tahun (Kloosterman 1973).
Menurut Manuaba (2003), penyebab terjadinya plasenta previa diantaranya
adalah mencakup :
1.
Perdarahan (hemorrhaging)
2.
3.
Multiparitas
4.
Pengobatan infertilitas
5.
Multiple gestation
6.
Erythroblastosis
7.
8.
Keguguran berulang
9.
10.
11.
Merokok
Menurut Rustam Mochtar (1998), di samping banyak penyebab plasenta
previa yang belum diketahui atau belum jelas, bermacam-macam teori dan faktorfaktor dikemukakan sebagai etiologinya.
11
1.
2.
3.
2.
3.
Terlambat implantasi :
12
2.1.5 Patofisiologi
Menurut Prawirohardjo (2009) pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya pada
trimester ketiga dan mungkin juga lebih awal, oleh karena telah mulai terbentuknya
segmen bawah rahim, tampak plasenta akan mengalami pelepasan. Sebagaimana
diketahui tapak plasenta terbentuk dari jaringan maternal, yaitu baian dari desidua basalis
yang bertumbuh menjadi bagian dari uri. Dengan melebarnya istmus uteri menjadi
segmen bawah rahim, maka plasenta yang berimplantasi ditu sedikit banyak akan
mengalami laserasi akibat pelepasan pada desidua sebagai tapak plasenta. Demikain pula
oada serviks mendatar (effacement ) dan membuka ( dilatation ) dan bagian tapak
plasenta yang terlepas. Pada tempat laserasi itu akan terjadi perdarahan yang berasal dari
sirkulasi maternal yaitu dari ruangan intervilus dari plasenta. Oleh karena pembentukan
segmen bawah rahim itu perdarahan pada plasenta previa betapa pun pasti akan terjadi
(unavoidable bleeding). Perdarahan ditempat itu relative dipermudah ddan diperbanyak
oleh karena segme bawah rahim dan serviks tidak mampu berkontraksi dengan kuat
karena elemen otot yyang dimilikinya sangat minimal, dengan akibat pembuluh darah
pada tempat itu tidak akan tertutup dengan sempurna. Perdarahan akan berhanti karena
ada pembekuan kecuali ada laserasi mengenai sinus yang besar dari plasenta pada mana
perdarahan akan berlangsung lebih banyak dan lebih lama , oleh karena pembentukan
segmen bawah rahim itu berlangsung progesif dan bertahap , maka laserasi baru akan
akan mengulang terjadinya perdarahan . Demikianlah perdarahan akan berulang tanpa
sesuatu sebab lain (causeless). Darah akan keluar berwarna merah segar tanpa rasa nyeri
(pain less) .
Pada plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri internum . Sebaliknya , pada
plasenta previa parsalis atau letak rendah , perdarahan baru terjadi pada waktu mendekati
atau mulai persalinan. Perdarahan pertama biasanya sedikit tapi cenderung lebih banyak
pada perdarahan berikutnya. Untuk berjaga jaga syo hal tersebut perlu
dipertimbangkan. Perdarahan pertama sudah bisa terjadi pada kehamilan dibawah 30
minggu tetapi lebih separuh kejadiannya pada umur kehamilan pada 34 minggu ke atas.
Berhubung tempat perdarahan terletak dekat dengan ostium uteri internum, maka
perdarahan lebih mudah mengalir
retroplasenta yang mampu merusak jaringan lebih luas dan melepaskan tromboplastin ke
dalam sirkulasi maternal. Dengan demikian, sangat jarang terjadi koagulopati pada
plasenta previa.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah dinding segmen bahwa rahim yang
tipis mudah di invasi oleh pertumbuhan dari trofoblas , akibatnya plasenta melekat
13
lebih kuat pada dinding uterus. Lebih sering terjadi plasenta akreta dan inkreta,
bahkan plasenta perkreta yang perkembangan vilinya bisa sampai menembus ke
buli buli dan per rektu bersama plasenta previa. Plasenta akreta da inkreta lebih
sering terjadi pada uterus yang pernah bedah sesar. Bawah rahim dan serviks yang
rampuh mudah robek oleh sebab kurangnya elemen otot yang terdapat disana.
Kedua kondisi ini berpotensi meningkatakan perdarahan pasca persalinan pada
plasenta previa, misalnya pad kala 3 karena plasenta sukar terlepas yang sempurna
atau setelah uri lepas karena segmen bawah rahim tidak mampu berkontraksi .
Perdarahan antepartum akibat plasenta previa terjadi sejak umur kehamilan
20 minggu, saat segmen bawah uterus telah terbentuk dan mulai melebar serta
menipis. Umumnya terjadi pada trimester 3 karena segmen bawah uterus lebih
banyak mengalami perubahan. Pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan
servik menyebabkan sinus uterus robek karena lepasnya plasenta dari dinding
uterus atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta. . Perdarahan tidak dapat
di hindarkan karena ketidak mampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk
berkontraksi seperti pada plasenta letak normal. Pada plasenta yang menutupi
seluruh ostium uteri internum perdarahanyerjadi lebih awal dalam kehamilan oleh
karena segmen bawah rahim terbentuk lebih dahulu pada bagian terbawah yaitu
pada ostium uteri internum. Sebaliknya, pada plasenta previa parsialis atau letak
rendah perdarahan baru terjadi pada waktu mendekati atau mulai persalinan.
Berhubung tempat perdarahan terletak dekat dengan ostium uteri internum, maka
perdarahan lebih mudah mengalir keluar rahim dan tidak membentuk hematoma
retroplasenta yang mampu merusak jaringan lebih luas dan melepaskan
tromboplastin kedalam sirkulasi maternal. Dengan demikian, sangat jarang terjadi
koagulopati pada plasenta previa.
2.1.4 Tanda dan Gejala
Gejala plasenta previa adalah:
a.
b.
Perdarahan berulang.
Setelah terjadi pergeseran antara placenta dan dinding rahim maka regangan
dinding rahim dan tarikan pada cervik berkurang, tapi dengan majunya
kehamilan regangan bertambah lagi dan menimbulkan perdarahan baru,
kejadian ini berulang-ulang.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
maka robekan selaput harus marginal (kalau terjadi persalinan per vaginam). Juga
harus dikemukakan bahwa pada placenta previa mungkin sekali terjadi perdarahan
postpartum karena :
Kadang-kadang placenta lebih erat melekat pada dinding rahim (placenta
accreta)
Daerah perlekatan luas
Daya berkontraksi segmen bawah rahim kurang
Kemungkinan infeksi nifas besar, karena luka placenta lebih dekat pada
ostium, dan merupakan porte dentre yang mudah tercapai lagi pula pasien
biasanya anaemis karena perdarahan hingga daya tahannya lemah.
2.1.5 Mekanisme Perdarahan
Gambaran skematis berikutnya menunjukkan bagaimana perdarahan pada
plasenta previa dapat terjadi. Karena sirkulasi retroplasentanya tetap berada di
pembukaan serviks. Setiap gerakan yang akan membentuk segmen bawah rahim
15
Pemeriksaan
in
speculo
terlebih
dulu
untuk
mengenyampingkan
c.
d.
Pemeriksaan darah : Hb
2.1.8 Komplikasi
a.
b.
Plasenta akreta yang perlekatannya lebih kuat tetapi vilinya masih belum
masukk ke dalam miometrium karena plasenta yang berimplantasi pada
segmen bawah rahim dan sifat segmen ini yang tipis mudahlah jaringan
trofoblas dengan kemampuan invasinya menerobos ke dalam miometrium
bahkan sampai ke perimetrium.
c.
Serviks dan segmen bawah rahim yang rapuh dan kaya pembuluh darah
sangat potensial untuk robek disertai oleh perdarahan yang banyak. Apabila
oleh salah satu sebab terjadi perdarahan banyak yang tidak terkendali dengan
cara-cara yang lebih sederhana seperti penjahitan segman bawah rahim maka
pada keadaan yang sangat gawat jalan keluarnya adalah melakukan
histerektomi local.
d.
e.
terjadi pada ibu hamil yang menderita plasenta previa diantaranya ada yang bisa
menimbulkan perdarahan yang cukup banyak dan fatal.
1.
2.
Oleh karena plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim dan sifat
segmen ini yang tipis mudahlah bagian trofoblas dengan kemampuan
invasinya menerobos kedalam miometrium bahkan sampai ke perimetrium
dan menjadi sebagai sebab dari kejadian plasenta inkreta dan bahkan plasenta
perkreta. Paling ringan adalah plasenta akreta yang perlekatannya lebih kuat
tetapi filinya masih belum masuk kedalam miometrium. Walaupun biasanya
tidak seluruh permukaan maternal plasenta mengalami akreta ataui inkreta
17
akan tetapi dengan demikian terjadi retensio plasenta dan pada bagian
plasenta yang sudah terlepas timbullah perdarahan pada kala III. Komplikasi
ini lebih sering pada uterus yang pernah seksio cesaria. Dilaporkan plasenta
akreta terjadi 10 % sampai 30% bagi pasien yang pernah SC 1 kali, naik
menjadi 60 samapai 65% bila telah SC 3 kali.
3.
Serviks dan segmen bawah rahim yang rapuh dan kaya pembuluh darah
sangat potensial untuk robek disertai oleh perdarahan yang banyak. Oleh
karena itu, harus sangat berhati hati pada semua tindakan manual ditempat
ini misalnya pada waktu mengeluarkan anak mmelalui insisi pada segmen
bawah rahim ataupun waktu mengeluarkan plasenta dengan tangan pada
retensio plasenta. Apabila oleh salah satu sebab terjadi perdarahan banyak
yang tidak terkendali dengan cara cara yang lebih sederhana seperti
penjahitan segmen bawah rahim, ligasi arteria uterina, ligasi arteria ovarika,
pemasangan tampon atau ligasi arteria hipogastrika, maka pada keadaan yang
sangat gawat seperti ini jalan keluarnya adalah melakukan histerektomi total.
Morbiditas dari semua tindakan ini tentu merupakan komplikasi tidak
langsung dari plasenta previa.
4.
Kelainan letak anak pada plasenta previa lebih sering terjadi. Hal ini
memaksa
lebih
sering
diambil
tindakan
operasi
dengan
segala
konsekuensinya.
5.
Kelahiran prematur dan gawat janin sering tidak terhindarkan sebagian oleh
karena tindakan terminasi kehamilan yang terpaksa dilakukan dalam
kehamilan belum aterm. Pada kehamilan < 37 minggu dapat dilakukan
amniosintesis untuk mengetahui kematangan paru janin dan pemberian
kortikosteroid untuk mempercepat kematangan paru janin sebagai upaya
antisipasi.
6.
Komplikasi lain dari plasenta previa yang dilaporkan dalam kepustakaan yang
lain massa perawatan yang lebih lama adalah beresiko tinggi untuk solusio
plasenta (resiko relatif 13,8), seksio cesaria (RR 3,9), kelainan letak janin (RR
2,8), perdarahan pasca persalinan (RR 1,7), kematian maternal akibat
perdarahan (50%), dan disseminated intavaskular coagulation (DIC) 15,9%.
2.1.9 Diagnosa
a.
Anamnesis
Perdarahan jalan lahir setelah 22 minggu, tanpa rasa nyeri
18
b.
Pemeriksaan luar
Bagian bawah janin belum masuk PAP
c.
Pemeriksaan inspekulo
Bertujuan untuk mengetahui apakah perdarahan berasal dari dalam uterus atau
dari kelainan serviks, vagina, varises pecah, dan lain lain.
d.
e.
Pemeriksaan USG
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan implantasi / jarak tepi plasenta
terdapat ostium internum.
19
Bila tidak ada rejatan usi gestasi 37 minggu atau lebih, tafsiran berat janin
2500 gram atau lebih, lakukan PDMO. Bila ternyata plasenta previa, lakukan
persalina per abdominam. Bila buka, usahakan partus pervaginam.
Menurut Manuaba (2008) dalam skema menghadapi plasenta previa dapat
dilakukan dapat dilakukan tindakan oleh bidan yang menghadapinya dengan cara
berikut:
1.
2.
3.
rumah sakit dengan fasilitas yang cukup untuk tindakan operasi dan
sebagainya.
Di samping itu bila terpaksa melakukan persalinan pada janin dalam
keadaan prematuritas, maka diperlukan asuhan neonatus di unit perawatan
Syok
Tidak Syok
intensif. Dalam
kasus yang sangat istimewa, misalnya
prematuritas, dan setelah
Infus Cairan
Aterm
Plasenta
Previa
Belum Aterm
Konservatif
Rawat
Kortikosteroid untuk pematangan
paru paru janin
Bila perdarahan ulang banyak
dilakukan PDMO
Plasenta Letak
Rendah
20
Seksio
sesarea
Partus pervaginam
2.1.12 Terapi
a. Terapi aktif
2.
Terminasi kehamilan :
Janin matur
Janin mati atau anomaly
Perdarahan banyak
3.
4.
2.
Usia kehamilan < 36 minggu atau berat janin < 2500 gran
21
3.
4.
5.
Data Subyektif
a.
Biodata
Pada biodata yang perlu dikaji adalah nama ibu, umur, agama, pendidikan,
pekerjaan, nama suami, umur, agama, pendidikan, pekerjaan dan alamat
b.
Keluhan Utama
Ibu mengatakan masih mengeluarkan darah dari kemaluannya dengan jumlah
banyak atau sedikit dan terasa nyeri atau tidak
c.
Riwayat Haid
HPHT penting dikaji untuk menentukan tanggal tafsiran persalinan.
d.
Riwayat Kesehatan
Untuk mengetahui ada atau tidak penyakit yang bisa mempengaruhi
kehamilan,seperti tekanan darah tinggi, kencing manis, jantung, TBC, dll.
e.
f.
g.
Pola Nutrisi
Ibu hamil makan 2 kali lebih banyak dari biasanya dan diantara dua waktu
makan ibu makan makanan ringan.
2.
Pola Eliminasi
Semakin besar usia kehamilan maka frekuensi BAK makin meningkat
3.
Pola Istirahat
Ibu hamil harus meluangkan waktu untuk istirahat lebih banyak daripada
sebelum hamil.
4.
Pola Aktifitas
Aktifitas ibu hamil harus dikurangi pada saat trimester pertama karena
pada waktu itu rawan terhadap terjadinya abortus. Sedangkan pada
trimester II dan III sudah boleh banyak aktivitas tetapi pada waktu tersebut
biasanya ibu akan merasa sering lelah terutama pada trimester III
5.
Pola Kebersihan
Yang paling penting bagi ibu hamil adalah menjaga kebersihan
genetaliannya dengan cara : cebok dari arah depan ke belakang, gunakan
handuk kering setelah cebok ganti celana dalam setiap kali terasa basah.
2.
Data Obyektif
a.
Pemeriksaan Umum
KU
: baik
Kesadaran
: Composmentis
Tanda-tanda vital
Tensi
Nadi
Pernafasan
Suhu tubuh
b.
Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
Muka
Mata
24
Leher
Payudara
Perut
Ekstremitas
2. Palpasi
Payudara
Perut
: Leopold I
Menentukan
apa
yang
terdapat
PAP.
Ekstremitas
3. Auskultasi
Dada
Perut
4. Perkusi
Reflek patella (+) / (-)
2.2.1
DS
:-
DO : 2.2.2
Syok
2.2.3
2.2.4
Intervensi
Dx
previa.
Tujuan
: Ibu dan bayi dalam keadaan sehat sampai akhir kehamilan dan tidak terjadi
komplikasi
Kriteria hasil :
-
Nadi
: 70 90 x / menit
Suhu
: 36 37 oC
Pernafasan
: 16 24 x / menit
Kontraksi
: tidak ada
DJJ
Intervensi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
26
2.2.5 Implementasi
Sesuai dengan intervensi
2.2.6 Evaluasi
Sesuai dengan kriteria hasil.
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, Ida Bagus, 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Seleckta Kedokteran. Jakarta : EGC
Muchtar, Rustam. 1998. Sinopsi Obstetri Fisiologi Jilid 2. Jakarta : EGC
Prawirohardjo, Sarwono, 2002. Pelayanan Kesehatan Maternatal dan Neonatal. Jakarta :
YBPS
Prawirohardjo, Sarwono, 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBPS
Saifudin, AB. 2002. Buku Pansuan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta : YBP SP
Sastrowinata, sulaeman. 1997. Obstetri Fisiologi. Bandung : FK Pajajaran Bandung
Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung, 1984.
Obstetri Patologi : Bandung
27