Anda di halaman 1dari 9

Matrik Pengembangan Jaringan Telekomunikasi dan Informatika Kabupaten

Mimika

Keunggulan

Kekurangan

VSAT
Pemasangannya cepat.
Jangkauan terjauh dapat
mencapai
setengah
permukaan bumi dalam
hal ini jangkauannya luas.
Low Noise
Dari
segi
Teknologi
mengarah
kepada
terminal jaringan terpadu
dan jaringan Multimedia.

Memakan
tempat,
terutama
untuk
piringannya.
Mahal
untuk
biaya
perorangan
Latency yang lebih tinggi
di bandingkan kabel
Jarak satelit dan bumi
yang
relatif
jauh
mengakibatkan
adanya
delay propagansi yang
signifikan.

OPENBTS
Pemasangan cepat
Melakukan komunikasi
tanpa
menggunakan
operator selular.
Dapat
melayani
panggilan suara, VoIP,
fitur SMS dan juga
data 3G
Menjadi
layanan
telekomunikasi
swadaya
masyarakat
yang wilayahnya masih
blank
spot,
untuk
meminimalisir tingkat
terisolirnya
suatu
wilayah tertentu.
Pada
ponsel
model
lama,
sambungan
telepon agak tersendat
karena frekuensi yang
dipancarkan
kurang
stabil
atau
clock
reference-nya
berubah-ubah.
Bisa
menggunakan
ponsel CDMA, namun
harus
mengganti
programnya dulu

MEMBANGUN BTS
Meningkatkan
pancaran
gelombang
frekuensi yang

Mengurangi delay time


dalam
sistem
komunikasi

Meningkatkan
jangkauan sinyal

Membutuhkan
lokasi
yang
strategis
terhadap
daerah
layanan
dengan
legalitas
sertifikat
pemilikan tanah.
Membutuhkan
daya
listrik
listrik
atau
batteray yang besar
Penempatan BTS harus
aman dari pemukiman
penduduk.

Biaya
Aturan

Rp. 125 Jt
Peraturan Pemerintah RI
Nomor. 52/2000

Rp. 100 150 jt


Terkendala ijin untuk
melakukan
interkoneksi ke MSC
operator kalaupun bisa
hanya bisa digunakan
sebagai
bahan
eksperimen
di
laboratorium
dan
digunakan
pada
daerah bencana alam
(dengan
permen
No.5/2016)

Rp. 5 10 Milyar
UU no 36 Tahun 2009
Perkominfo No.
02/2008
Perkominfo 07/thn
2009
Perkominfo
19/PER/M.kominfo/03/2
009

Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor: 02/Per/M.Kominfo/03/2008 tentang Pedoman Pembangunan dan
Penggunaan Menara Bersama Telekomunikasi (Permenkominfo02/2008
Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Pekerjaan Umum, Menteri Komunikasi dan Informatika dan Kepala
Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 18 Tahun 2009; Nomor: 07/Prt/M/2009; Nomor:
19/Per/M.Kominfo/03/2009; Nomor: 3 /P/2009 tentang Pedoman Pembangunan dan Penggunaan Bersama Menara
Telekomunikasi (Peraturan Bersama Menteri)

Pengaturan pendirian dan penggunaan BTS diatur dalam Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor:
02/Per/M.Kominfo/03/2008 tentang Pedoman Pembangunan dan Penggunaan Menara Bersama Telekomunikasi
(Perkominfo No. 02/2008) dan Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Pekerjaan Umum, Menteri Komunikasi
dan Informatika dan kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 18 Tahun 2009; Nomor: 07/Prt/M/2009; Nomor:
19/Per/M.Kominfo/03/2009; Nomor: 3 /P/2009 tentang Pedoman Pembangunan dan Penggunaan Bersama Menara
Telekomunikasi (Peraturan Bersama Menteri).
Berdasarkan Perkominfo No. 02/2008 dan Peraturan Bersama Menteri, maka yang dimaksud dengan menara telekomunikasi adalah
bangun-bangun untuk kepentingan umum yang didirikan di atas tanah,atau bangunan yang merupakan satu kesatuan konstruksi
denganbangunan gedung yang dipergunakan untuk kepentingan umum yang struktur fisiknya dapat berupa rangka baja yang diikat oleh
berbagai simpul atau berupa bentuk tunggal tanpa simpul, di mana fungsi, desain dan konstruksinya disesuaikan sebagai sarana
penunjang menempatkan perangkat telekomunikasi (Menara).

Cara kerja Open BTS


Cara kerja OpenBTS sama sekali berbeda dengan BTS operator seluler. Traffic yang lazimnya diteruskan ke Mobile Switching Center, pada
OpenBTS diterminasi pada boks yang sama dengan cara meneruskan data ke Asterisk PBX melalui SIP dan Voice-over-IP (VoIP).
Pada sistem openBTS, basis yang kita gunakan adalah VoIP (Voice Over Internet Protocol). Dasar jaringan ini dapat menggunakan WiFi di
2.4GHz, WiMAX di 2.3GHz maupun Satelit selama berbasis Internet dengan menjalankan VoIP berprotokol SIP seperti VoIP yang digunakan di
Next Generation Network (NGN).
Pada saat uji coba, OpenBTS mampu meneruskan sinyal dari berbagai jenis ponsel, dari ponsel jadul hingga smartphone. Namun, untuk ponsel
model lama, sambungan telepon agak tersendat karena frekuensi yang dipancarkan kurang stabil atau clock reference-nya berubah-ubah. Adapun
pada telepon pintar mampu menyesuaikan jika terjadi pergeseran frekuensi. Bagi yang ingin menggunakan ponsel code division multiple access
(CDMA) dengan OpenBTS, pengguna harus mengganti programnya terlebih dulu.

Di sisi remote terdiri dari:


1. Antena External (optional), jenis vertical 10 dbi estimasi harga $ 1000
2. Power Amplifier (optional), kapasitas 10 watt estimasi harga $ 1000
3. Perangkat USRP (produk Ettus), frekuensi GSM 900 Mhz harga $ 3000
4. Mini Router, VPN, WiFi HotSpot Gateway (Mikrotik), estimasi harga $ 500
5. Akses Internet remote (wireless, VSAT), C-Band 1 mbit/s harga $ 500
6. Modul solar panel, baterai kering, inverter 250 watt, harga $ 1500.
Di sisi Back End terdiri dari:
1. PC Server (Linux OS based), barebone quad core 8 Gb harga $ 500
2. Aplikasi OpenBTS GNU Radio, free open source harga nol rupiah

3. Aplikasi Asterisk (SIP based), free open source harga nol rupiah
4. Aplikasi Jabber (XMPP based), free open source harga nol rupiah
5. Interkoneksi ke MSC operator, National Internet Exchange harga nol

kondisi geografis yang sulit terjangkau dan penduduk yang tersebar tidak merata, membutuhkan intervensi
pemerintah untuk membangun infrastruktur telekomunikasi. Jaringan telekomunikasi cukup dirasakan di kota-kota di Papua
dan Papua Barat. Namun dengan kapasitas jaringan yang terbatas dengan kecepatan telekomunikasi yang masih lambat.
Pada daerah-daerah terpencil, pedalaman dan pulau-pulau kecil yang belum mendapat akses jaringan telekomunikasi,
berharap hal ini menjadi perhatian pemerintah dan para operator yang beroperasi. Dalam hal ini memberi manfaat besar
dalam membuka isolasi wilayah, dan bahkan membuat pelayanan pemerintahan, pendidikan dan kesehatan berjalan lebih

baik. Petugas-petugas paramedis, tenaga kesehatan, tenaga penyuluh pertanian maupun para anggota TNI/Polisi yang
bertugas di pedalaman-pedalaman akan lebih nyaman, dan betah di tempat tugas.
Pembangunan telekomunikasi di Papua banyak dilakukan oleh Telkom. Jaringan fiber optic yang telah dibangun Telkom
antara lain meliputi Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, Kabupaten Sarmi, Kabupaten Mimika dan Kabupaten Merauke.
Telkomsel lebih banyak dan meliputi daerah pinggiran dan pegunungan. Ada juga BTS yang dibangun dengan biaya dari
dana Universal Service Obligation (USO). Pembangunan BTS itu tergantung pasar dan return on investment (ROI)

AT mengarah kepada

terminal j

aringan terpa
du, dan jaringan
multimedia

Anda mungkin juga menyukai