Antropometriunduh PDF
Antropometriunduh PDF
A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mampu mengetahui interaksi antara manusia, mesin, peralatan, bahan, maupun
lingkungan kerjanya.
2. Mampu memahami adanya sejumlah data antropometri dan menggunakannya
untuk perancangan / pengaturan sistem kerja.
3. Membekali mahasiswa dengan konsep berpikir (prosedural) penganalisaan dan
perancangan.
4. Mampu merancang desain produk dengan data antropometri menggunakan
software CAD/CAM.
B. LANDASAN TEORI
B.1 ERGONOMI
Untuk dapat menghasilkan rancangan sistem kerja yang baik perlu dikenal
sifat-sifat, keterbatasan, serta kemampuan yang dimiliki manusia. Dalam sistem
kerja, manusia berperan sentral yaitu sebagai perencana, perancang, pelaksana, dan
pengevaluasi sistem kerja yang bekerja secara keseluruhan agar diperoleh hasil kerja
yang baik atau memuaskan. Ilmu yang mempelajari manusia beserta perilakunya
didalam sistem kerja disebut ergonomi (Sutalaksana, 1979).
Ergonomi ialah ilmu yang sistematis dalam memanfaatkan informasi mengenai
sifat, kemampuan, dan keterbatasan manusia untuk merancang sistem kerja. Dengan
Ergonomi diharapkan penggunaan proyek fisik dan fasilitas dapat lebih efektif serta
memberikan kepuasan kerja (Sutalaksana 1979). Salah satu definisi ergonomi yang
menitikberatkan pada penyesuaian desain terhadap manusia adalah dikemukakan
oleh Annis & Mc Conville (1996) dan menerapkan informasi menurut karakter
manusia, kapasitas dan keterbatasannya terhadap desain pekerjaan, mesin dan
sistemnya, ruangan kerja dan lingkungan sehingga manusia dapat hidup dan bekerja
secara sehat, aman, nyaman dan efisien. Sedangkan Pulat (1992) menawarkan
konsep desain produk untuk mendukung efisiensi dan keselamatan dalam
untuk
ini
mencakup
mengukur
kekuatan/daya
fisik
manusia
ketika
bekerja dan mempelajari bagaimana cara kerja serta peralatan harus dirancang
agar sesuai dengan kemampuan fisik manusia ketika melakukan aktivitas
tersebut. Penelitian ini merupakan bagian dari biomekanik.
3. Penelitian tentang Ukuran/Dimensi dari Tempat Kerja.
Penelitian ini diarahkan untuk mendapatkan ukuran tempat kerja yang sesuai
dengan ukuran tubuh manusia, dipelajari dalam Antropometri.
4. Penelitian tentang Lingkungan Fisik
Penelitian ini berkenaan dengan perancangan kondisi lingkungan fisik dari
ruangan dan fasilitas-fasilitas
B.2
ANTROPOMETRI
Istilah anthropometry berasal dari kata anthropos (man) yang berarti manusia
dan metron (measure) yang berarti ukuran (Bridger, 1995). Secara definitif
antropometri
produk
yang bisa
dioperasikan
di
antara
rentang
ukuran
tertentu.
Contoh: perancangan kursi mobil yang letaknya bisa digeser maju atau
mundur, dan sudut sandarannyapun bisa dirubah-rubah.
3. Perancangan produk dengan ukuran rata-rata.
Contoh: desain fasilitas umum seperti toilet umum, kursi tunggu, dan lain- lain.
Untuk mendapatkan suatu perancangan yang optimum dari suatu ruang dan
fasilitas akomodasi, maka hal-hal yang harus diperhatikan adalah faktor-faktor
seperti panjang dari suatu dimensi tubuh baik dalam posisi statis maupun dinamis.
Hal lain yang perlu diamati adalah seperti Berat dan pusat massa (centre of gravity)
dari suatu segmen/bagian tubuh, bentuk tubuh, jarak untuk pergerakan melingkar
(angular motion) dari tangan dan kaki, dan lain-lain.
Selain itu, harus didapatkan pula data-data yang sesuai dengan tubuh
manusia. Pengukuran tersebut adalah relatif mudah untuk didapat jika diaplikasikan
pada data perseorangan. Akan tetapi semakin banyak jumlah manusia yang diukur
dimensi tubuhnya maka akan semakin kelihatan betapa besar variasinya antara satu
tubuh dengan tubuh lainnya baik secara keseluruhan tubuh maupun persegmen-nya
(Nurmianto, 1996).
Data antropometri yang diperoleh akan diaplikasikan secara luas antara lain
dalam hal :
1. Perancangan areal kerja (work station, interior mobil, dll).
2. Perancangan peralatan kerja (perkakas, mesin, dll).
3. Perancangan produk-produk konsumtif (pakaian, kursi, meja, dll).
4. Perancangan lingkungan kerja fisik.
Antropometri
menyangkut pengukuran
tubuh
manusia khususnya dimensi tubuh. Antropometri dibagi atas dua bagian, yaitu:
1) Antropometri statis, dimana pengukuran dilakukan pada tubuh manusia yang
berada dalam posisi diam. Dimensi yang diukur pada Anthropometri statis
diambil secara linier (lurus) dan dilakukan pada permukaan tubuh. Agar hasil
pengukuran representatif, maka pengukuran harus dilakukan dengan metode
tertentu terhadap berbagai individu, dan tubuh harus dalam keadaan diam.
2) Antropometri dinamis, dimana dimensi tubuh diukur dalam berbagai posisi
tubuh yang sedang bergerak, sehingga lebih kompleks dan lebih sulit diukur.
Terdapat tiga kelas pengukuran dinamis, yaitu:
a) Pengukuran tingkat ketrampilan sebagai pendekatan untuk mengerti
keadaan mekanis dari suatu aktivitas.
Contoh: dalam mempelajari performa atlet.
b) Pengukuran jangkauan ruangan yang dibutuhkan saat kerja.
Contoh: Jangkauan dari gerakan tangan dan kaki efektif saat bekerja yang
dilakukan dengan berdiri atau duduk.
c) Pengukuran variabilitas kerja.
Contoh: Analisis kinematika dan kemampuan jari-jari tangan dari seorang
juru ketik atau operator komputer.
B.3
B.4
melembek dan tulang belakang akan melengkung sehingga cepat lelah. Clark (1996),
menyatakan bahwa desain stasiun kerja dengan posisi duduk mempunyai derajat
stabilitas tubuh yang tinggi; mengurangi kelelaan dan keluhan subjektif bila bekerja
lebih dari 2 jam. Di samping itu tenaga kerja juga dapat mengendalikan kaki untuk
melakukan gerakan
Mengingat posisi duduk mempunyai keutungan maupun kerugian, maka
untuk mendapatkan hasil kerja yang lebih baik tanpa pengaruh buruk pada tubuh,
perlu dipertimbangkan pada jenis pekerjaan apa saja yang sesuai dilakukan dengan
posisi duduk. Untuk maksud tersebut, Pulat (1992) memberikan pertimbangan
tentang pekerjaan yang paling baik dilakukan dengan posisi duduk adalah sebagai
berikut :
1. Pekerjaan yang memerlukan kontrol dengan teliti pada kaki;
2. Pekerjaan utama adalah menulis atau memerlukan ketelitian pada tangan;
3. Tidak diperlukan tenaga dorong yang besar;
4. Objek yang dipegang tidak memerlukan tangan bekerja pada ketinggian lebih
dari 15 cm dari landasan kerja;
5. Diperlukan tingkat kestabilan tubuh yang tinggi;
6. Pekerjaan dilakukan pada waktu yang lama; dan
7. Seluruh objek yang dikerjakan atau disuplai masih dalam jangkauan dengan
posisi duduk.
Pada pekerjaan yang dilakukan dengan posisi duduk, tempat duduk yang
dipakai harus memungkinkan untuk melakukan variasi perubahan posisi. Ukuran
tempat duduk disesuaikan dengan dimensi ukuran antropometri pemakaiannya.
Fleksi lutut membentuk sudut 900 dengan telapak kaki bertumpu pada lantai atau
injakan kaki (Pheasant, 1988). Jika landasan kerja terlalu rendah, tulang belakang
akan membungkuk ke depan, dan jika terlalu tinggi bahu akan terangkat dari posisi
rileks, sehingga menyebabkan bahu dan leher menjadi tidak nyaman. Sanders & Mc
Cormick (1987) memberikan pedoman untuk mengatur ketinggian landasan kerja
pada posisi duduk sebagai berikut:
1. Jika memungkinkan menyediakan meja yang dapat diatur turun dan naik;
2. Landasan kerja harus memungkinkan lengan menggantung pada posisi rileks dari
bahu, dengan lengan bahwa mendekati posisi horizontal atau sedikit menurun
(sloping down slightly); dan
3. Ketinggian landasan kerja tidak memerlukan fleksi tulang belakang yang
berlebihan.
Selain posisi kerja
duduk,
banyak ditemukan di
perusahaan. Seperti halnya posisi duduk, posisi kerja berdiri juga mempunyai
keuntungan maupun kerugian. Menurut Sutalaksana (2000), bahwa sikap berdiri
merupakan sikap siaga baik fisik maupun mental, sehingga aktivitas kerja yang
dilakukan lebih cepat, kuat dan teliti. Namun demikian mengubah posisi duduk ke
berdiri dengan masih menggunakan alat kerja yang sama akan melelahkan. Pada
dasarnya berdiri itu sendiri lebih melelahkan daripada duduk dan energi yang
dikeluarkan untuk berdiri lebih banyak 10-15% dibandingkan dengan duduk.
Pada desain stasiun kerja berdiri, apabila tenaga kerja harus bekerja untuk
periode yang lama, maka faktor kelelahan menjadi utama. Untuk meminimalkan
pengaruh kelelahan dan keluhan subjektif maka pekerjaan harus didesain agar tidak
terlalu banyak menjangkau, membungkuk, atau melakukan gerakan dengan posisi
kepala yang tidak alamiah. Untuk maksud tersebut Pulat (1992) dan Clark (1996)
memberikan pertimbangan tentang pekerjaan yang paling baik dilakukan dengan
posisi berdiri adalah sebagai berikut:
1. Tidak tersedia tempat untuk kaki dan lutut;
2. Harus memegang objek yang berat (lebih dari 4,5 kg);
3. Sering menjangkau ke atas, ke bawah, dan ke samping;
4. Sering dilakukan pekerjaan dengan menekan ke bawah; dan diperlukan mobilitas
tinggi.
Dalam mendesain ketinggian landasan kerja untuk posisi berdiri, secara
prinsip hampir sama dengan desain ketinggian landasan kerja posisi dudukan.
Manuaba (1986); Sanders & Mc Cormick (1987); Grandjean (1993) memberikan
rekomendasi ergonomis tentang ketinggian landasan kerja posisi berdiri didasarkan
pada ketinggian siku berdiri sebagai tersebut berikut ini.
1. Untuk pekerjaan memerlukan ketelitian dengan maksud untuk mengurangi
pembebasan statis pada otot bagian belakang, tinggi landasan kerja adalah 5-10
cm di atas tinggi siku berdiri.
2. Selama kerja manual, di mana pekerjaan sering memerlukan ruangan untuk
peralatan; material dan kontainer dengan berbagai jenis, tinggi landasan kerja
adalah 10-15 cm di bawah tinggi suku berdiri.
3. Untuk pekerjaan yang memerlukan penekanan dengan kuat, tinggi landasan kerja
adalah 15-40 cm di bawah tinggi siku berdiri.
batasan ukuran
ketinggian landasan kerja untuk pekerjaan yang memerlukan sedikit penekanan yaitu
15 cm di bawah tinggi siku untuk kedua posisi kerja. Selanjutnya dibuat kursi tinggi
yang menyesuaikan ketinggian landasan kerja posisi berdiri dengan dilengkapi
sandaran kaki agar posisi kaki tidak menggantung. Mengingat dimensi ukuran tubuh
manusia berbeda-beda, maka desain stasiun kerja harus selalu mempertimbangkan
antropometri pemakainya (user oriented). Sedangkan pemilihan posisi kerja harus
sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilakukan, seperti pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.1 Pemilihan Sikap Kerja terhadap Jenis Pekerjaan yang Berbeda beda
Sikap Kerja yang Dipilih
Jenis Pekerjaan
Mengangkat > 5 kg
Pilihan pertama
Pilihan kedua
Berdiri
Duduk-berdiri
Berdiri
Duduk-berdiri
Berdiri
Duduk-berdiri
Duduk
Duduk-berdiri
Duduk
Duduk-berdiri
Duduk-berdiri
Duduk
Berdiri
10
produk
harus
berpusat
pada
Untuk
mendapatkan sikap kerja menyetrika yang lebih dinamis diperlukan desain stasiun
kerja setrika yang memungkinkan pekerjaan dapat dilakukan dengan sikap duduk di
suatu saat dan sikap berdiri atau duduk-berdiri di saat lainnya.
Data antropometri jelas diperlukan agar suatu rancangan produk bisa sesuai
dengan orang yang akan mengoperasikannya. Dalam kaitan ini maka perancang
produk harus mampu mengakomodasikan dimensi tubuh yang dapat dipakai oleh
sejumlah populasi yang besar. Sekurang-kurangnya 90-95% dari populasi yang
menjadi target dalam kelompok pemakai produk harus dapat menggunakan dengan
selayaknya. Untuk kepentingan itulah maka data anthropometri diharapkan
mengikuti distribusi normal. Dalam statistik, distribusi normal dapat diformulasikan
berdasarkan harga rata-rata (mean, X ) dan simpangan standarnya (standard
deviatio, X ) dari data yang ada. Dari data tersebut kemudian dapat ditetapkan
percentile. Percentile adalah suatu nilai yang menunjukkan presentase tertentu dari
orang-orang yang memiliki ukuran di bawah atau pada nilai tersebut. Sebagai contoh,
95-th percentile akan menunjukkan 95% populasi akan berada pada atau di bawah
nilai dari suatu data yang diambil.
Untuk penetapan data antropometri digunakan distribusi normal dimana
distribusi ini dapat diformulasikan berdasarkan harga rata-rata (mean) dan simpangan
bakunya (standar deviasi) dari data yang diperoleh. Dari nilai yang ada tersebut,
dapat ditentukan nilai persentil sesuai dengan tabel probabilitas distribusi normal
yang ada.
11
Perhitungan
Persentil
Perhitungan
Ke-1
Ke-2.5
Ke-5
Ke-10
Ke-50
B.6
kebutuhan
perancangan dan
kebutuhannya
(establish
requirement)
2.
12
k / s ( N X 2 ) X 2
N =
k = tingkat kepercayaan
bila tingkat kepercataan 99%, sehingga k = 2,58 3
bila tingkat kepercataan 95%, sehingga k = 1,96 2
bila tingkat kepercataan 68%, sehingga k 1
s = derajat ketelitian
apabila N < N, maka data dinyatakan cukup.
2. Uji Normalitas Data
Pengolahan Data Normalitas dan Percentile dengan SPSS:
a. Input data nilai dimensi pada data view.
b. Masuk ke tampilan variable view, kemudian kolom name di ganti dengan nama
dimensi
c. Pengolahan data :
-
Pilih plots: checklist none pada boxplots, stem dan leaf pada descriptive.
3. Keseragaman data
Batas Kontrol Atas/Batas Kontro Bawah (BKA/BKB)
BKA/BKB =
X + k
= ( X Xi ) 2
N 1
= standar deviasi
Laboratorium APK & Ergonomi ~ Universitas Islam Indonesia
13
4. Percentile
Pada umumnya, percentil yang digunakan adalah:
P5
X 1,645
P50 =
P95 =
X + 1,645
Dapat pula diberikan toleransi terhadap perbedaan yang mungkin dijumpai dari
data yang tersedia dengan populasi yang dihadapi dalam merekomendasikan ukuran
suatu rancangan (allowance).
C.PERALATAN PRAKTIKUM
Dalam praktikum tentang Antropometri ini ada beberapa alat yang harus
disediakan :
1. Kursi Anthropometri
2. Penggaris
3. Timbangan badan
4. Flexible curve
5. Meteran
6. Sandaran dan alas kursi
7. Alat tulis
8. Mistar
9. Papan Flexible curve
Contoh soal:
Diketahui jumlah siswa di SMA sukamaju sebanyak 150 siswa. Dari ke 150 siswa
tersebut, diambil 20 siswa untuk dijadikan sampel. Dari ke 20 siswa tersebut diukur
dimensi tubuhnya. Salah satu dimensi yang digunakan adalah tinggi popliteal (tpo).
Setelah melakukan pengukuran didapatkan data sebagai berikut:
165
165
162
163
164
162
162
158
165
165
165
163
162
160
158
157
165
162
167
160
Tentukan kecukupan, keseragaman data dan P95, bila tingkat keyakinan 95% dan derajat
ketelitiannya 5%!
Laboratorium APK & Ergonomi ~ Universitas Islam Indonesia
14
Penyelesaian.
1. Menentukan kecukupan data diatas
k / s ( N .X 2 ) (X ) 2
N =
3250
N = 0.6
2. Menghitung Keseragaman Data
Standar deviasi
( X Xi ) 2
N 1
= 2.76
Keseragaman data
Batas Kelas Atas
BKA
= X + k
= 162.5+3.2.76
= 170.78
= X - k
= 162.5-3.2.76
= 154.21
3. Percentil
Pada umumnya, percentil yang digunakan adalah:
15
Dimana :
X
= Rata-Rata
1.645
16
17
Cara pengukuran
Ukur jarak vertikal alas duduk sampai
ujung atas kepala. Subyek duduk tegak
dengan mata memandang
lurus
ke
membentuk
sudut
siku-siku
Ukur jarajk
horisontal
dari bagian
lutut
18
NO.
Cara Pengukuran
18
13
24
25
(Psj)
tengah
berdiri tegak
19
2. Posisi berdiri
Cara pengukuran
Ukur jarak vertikal dari lantai ke titik
pertemuan antara lengan atas dan
lengan bawah. Subyek berdiri tegak
dengan
kedua tangan
tergantung
secara wajar.
Pangjang lengan bawah
Subyek
berdiri
tegak
tangan di
(plb)
mata
berdiri
20
(tmb)
kepala
yang
paling
atas,
bahu
(tbb)
berdiri
yang
menonjol
pada
saat
Ukur
jarak
dari
dada
sampai
21
Cara pengukuran
Ukur jarak horisontal dari punggung
sampai ujung jari tengah. Subyek berdiri
tegak dengan betis, pantat, punggung
merapat ke dinding, tangan direntangkan
ke depan.
22
Cara pengukuran
Subyek
duduk
tegak,
ukur jarak
subyek
duduk
tegak
23
Cara pengukuran
Ukur jarak horisontal dari ujung
jari terpanjang tangan kiri ujung
jari
terpanjang
tangan
kanan,
NO.
24
Antropometri Tangan
Cara Pengukuran
10
11
12
13
14
15
16
25
7.
26
Antropometri Kaki
NO.
Cara Pengukuran
Ukur jarak vertical (tinggi) dari ujung tumit ke
ujung jari terluar
Ukur jarak vertical (tinggi) dari ujung tumit ke
lengan kaki.
Ukur jarak vertikal (tinggi) dari ujung tumit
ke ujung jari kelingking
Ukur jarak horizontal lengan kaki hingga tepi
terluar telapak kaki
Ukuran jarak horizontal bagian dalam telapak
kaki hingga bagian luar telapak kaki pada
bagian tangkai kaki.
Ukur jarak vertikal dari tealapak kaki hingga
bagian bawah mata kaki pada saat berdiri
tegak.
Ukur jarak vertikal dari telapak kaki hingga
pada bagian tengah punggung kaki pda saat
berdiri tegak
Ukur jarak vertikal dari telapak kaki pada
bagian tungkai kaki ke mata kaki.
27
Sedangkan
dari postur tubuh yang didapat tarik garis miring sejajar dengan
28
paling menonjol.
plh : jarak antara garis B sampai titik cekung leher maksimum.
ppl : jarak antara garis B sampai titik cekung pinggang maksimum.
ppb : jarak antara garis B sampai pantat belakang.
Setelah itu tarik garis horisontal yang menyinggung garis pantat bawah, garis
ini disebut garis C ( lihat gambar ), kemudian lakukan pengukuran seperti di bawah
ini :
km : jarak antara garis A dan garis C sebagai kedalaman
maksimum tempat duduk.
ppt : jarak horisontal antara titik garis singgung garis C dengan pantat
bagian belakang terluar.
29
30
ke
kiri
semaksimal
mungkin,
kemudian
putar
kekanan
2. Putaran telapak kaki : ukur sudut putaran vertikal telapak kaki, posisi
awal telapak kaki siku-siku dengan betis, kemudian diputar ke bawah
sejauh mungkin, kaki kembali ke posisi awal, lalu ujung kaki dinaikkan
setinggi mungkin, total putaran vertikal telapak kaki adalah = 1 + 2.
31
Keterangan :
NO.
1.
2.
3.
4.
5.
7.
8.
9.
10.
6.
Cara Pengukuran
Dihitung dari kepala bagian belakang yang
saling menonjol sampai kepala yang paling
depan.
Dihitung dari kepala samping kanan menuju
kepala samping kiri.
Diameter kepala, Di hitung dari dagu menuju
kepala atas bagian belakang.
Diameter kepala, dihitung dari dagu menuju
kepala bagian atas.
Dihitung dari pusat telinga menuju kepala
bagian atas.
Dihitung dari pusat telinga menuju bagian
kepala bagian belakang
Dihitung dari telinga menuju telinga satunya.
Dihitung dari mata menuju kepala bagian
belakang
Dihitung dari mata menuju kepala bagian
belakang
Dihitung antara pupil satu dengn pupil yang
satunya.
12.
13.
14.
32