Anda di halaman 1dari 18

BATUAN METAMORF

Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk akibat proses perubahan tekanan (P), temperatur
(T) atau keduanya di mana batuan memasuki kesetimbangan baru tanpa adanya perubahan
komposisi kimia (isokimia) dan tanpa melalui fasa cair (dalam keadaan padat), dengan
temperatur berkisar antara 200-800 derajat C.
Proses metamorfosa membentuk batuan yang sama sekali berbeda dengan batuan asalnya, baik
tekstur dan struktur maupun asosiasi mineral. Perubahan tekanan (P), temperatur (T) atau
keduanya akan mengubah mineral dan hubungan antar butiran/kristalnya bila batas kestabilannya
terlampaui. Selain faktor tekanan dan temperatur, pembentukan batuan metamorf juga tergantung
pada jenis batuan asalnya.
Tipe-tipe metamorfosa Tipe-tipe metamorfosa :

Metamorfosa termal/kontak : terjadi akibat perubahan (kenaikan) temperatur (T),


biasanya dijumpai di sekitar intrusi/batuan plutonik, luas daerah kontak bisa beberapa
meter sampai beberapa kilometer, tergantung dari komposisi batuan intrusi dan batuan
yang diintrusi, dimensi dan kedalaman intrusi.

Metamorfosa regional/dinamo termal : terjadi akibat perubahan (kenaikan) tekanan (P)


dan temperatur (T) secara bersama-sama, biasanya terjadi di jalur orogen (jalur
pembentukan pegunungan atau zona subduksi) yang meliputi daerah yang luas,
perubahan secara progresif dari P & T rendah ke P & T tinggi..

Metamorfosa kataklastik/kinematik/dislokasi : terjadi di daerah pergeseran yang dangkal


(misal zona sesar) dimana tekanan lebih berperan daripada temperatur, yang
menyebabkan terbentuknya zona hancuran, granulasi, breksi sesar (dangkal), milonit,
filonit (lebih dalam) kemudian diikuti oleh rekristalisasi.

Metamorfosa burial : terjadi akibat pembebanan, biasanya terjadi di cekungan


sedimentasi, perubahan mineralogi ditandai munculnya zeolit.

Metamorfosa lantai samudera : terjadi akibat pembukaan lantai samudera (ocean floor
spreading) di punggungan tengah samudera, tempat dimana lempeng (litosfer) terbentuk,
batuan metamorf yang dihasilkan umumnya berkomposisi basa dan ultra basa.

Mineralogi Batuan Metamorf


Beberapa bentuk dan sifat fisik mineral karakteristik batuan metamorf dapat dilihat pada tabel 1
dan tabel 2.

Proses pertumbuhan mineral saat terjadinya metamorfosa pada fase padat dapat dibedakan
menjadi 3 yaitu (Jackson, 1970) :

Secretionary growth : pertumbuhan kristal hasil reaksi kimia fluida yang terdapat pada
batuan yang terbentuk akibat adanya tekanan pada batuan tersebut.

Concentionary growth : proses pendesakan kristal oleh kristal lainnya untuk membuat
ruang pertumbuhan.

Replacement : proses penggantian mineral lama oleh mineral baru.

Kemampuan mineral untuk membuat ruang bagi pertumbuhannya tidak sama satu dengan yang
lainnya. Percobaan Becke (1904) menghasilkan seri kristaloblastik yang menunjukan bahwa
mineral pada seri yang tinggi akan lebih mudah membuat ruang pertumbuhan dengan mendesak
mineral pada seri yang lebih rendah. Mineral dengan kekuatan kristaloblastik tinggi umumnya
besar dan euhedral (Tabel 3).
Tekanan merupakan faktor yang mempengaruhi stabilitas mineral pada batuan metamorf. Dalam
hal ini dikenal dua kelompok mineral yaitu stress mineral dan antistress mineral. Stress mineral
merupakan mineral yang kisaran stabilitasnya akan semakin besar bila terkena tekanan atau
merupakan mineral yang tahan terhadap tekanan, contoh : kloritoid, staurolit, dan kyanit.
Antistress mineral merupakan mineral yang kisaran stabilitasnya akan semakin kecil bila terkena
tekanan atau merupakan mineral yang tidak tahan terhadap tekanan, contoh : andalusit, kordierit,
augit, hypersten, olivin, potasium felspar dan anortit.
Seri Kristaloblastik

Struktur Batuan Metamorf


Struktur batuan metamorf adalah kenampakan batuan yang berdasarkan ukuran, bentuk atau
orientasi unit poligranular batuan tersebut (Jackson, 1970). Pembahasan mengenai struktur juga
meliputi susunan bagian masa batuan termasuk hubungan geometrik antar bagian serta bentuk
dan kenampakan internal bagian-bagian tersebut (Bucher & Frey, 1994). Secara umum struktur
batuan metamorf dapat dibedakan menjadi 2 yaitu : struktur foliasi dan struktur non foliasi
(Gambar 1).
Struktur Foliasi
Struktur foliasi adalah struktur paralel yang dibentuk oleh mineral pipih/ mineral prismatik,
seringkali
terjadi
pada
metamorfosa
regional
dan
metamorfosa
kataklastik.
Beberapa struktur foliasi yang umum ditemukan :

Slaty cleavage : struktur foliasi planar yang dijumpai pada bidang belah batu sabak/slate,
mineral mika mulai hadir, batuannya disebut slate (batusabak).

Phylitic : rekristalisasi lebih kasar daripada slaty cleavage, batuan lebih mengkilap
daripada batusabak (mulai banyak mineral mika), mulai terjadi pemisahan mineral pipih
dan mineral granular meskipun belum begitu jelas/belum sempurna, batuannya disebut
phyllite (filit).

Schistose : struktur perulangan dari mineral pipih dan mineral granular, mineral pipih
orientasinya menerus/tidak terputus, sering disebut dengan close schistosity, batuannya
disebut schist (sekis).

Gneisose : struktur perulangan dari mineral pipih dan mineral granular, mineral pipih
orientasinya tidak menerus/terputus, sering disebut dengan open schistosity, batuannya
disebut gneis.

Struktur Non Foliasi

Struktur non foliasi adalah struktur yang dibentuk oleh mineral-mineral yang equidimensional
dan umumnya terdiri dari butiran-butiran granular, seringkali terjadi pada metamorfosa termal.
Beberapa struktur non foliasi yang umum ditemukan :

Granulose : struktur non foliasi yang terdiri dari mineral-mineral granular

Hornfelsik : struktur non foliasi yang dibentuk oleh mineral-mineral equidimensional dan
equigranular, tidak terorientasi, khusus akibat metamorfosa termal, batuannya disebut
hornfels.

Cataclastic : struktur non foliasi yang dibentuk oleh pecahan/fragmen batuan atau mineral
berukuran kasar dan umumnya membentuk kenampakan breksiasi, terjadi akibat
metamorfosa kataklastik, batuannya disebut cataclasite (kataklasit).

Mylonitic : struktur non foliasi yang dibentuk oleh adanya penggerusan mekanik pada
metamorfosa kataklastik, menunjukan goresan-goresan akibat penggerusan yang kuat dan
belum terjadi rekristalisasi mineral-mineral primer, batuannya disebut mylonite (milonit).

Phyllonitic : gejala dan kenampakan sama dengan milonitik tetapi butirannya halus,
sudah terjadi rekristalisasi, menunjukan kilap silky, batuannya disebut phyllonite (filonit).

Tekstur Batuan Metamorf


Tekstur batuan metamorf adalah kenampakan batuan yang berdasarkan ukuran, bentuk atau
orientasi butir mineral individual penyusun batuan metamorf (Jackson, 1970).
Tekstur batuan metamorf berdasarkan ketahanan terhadap proses metamorfosa (Gambar 1 dan
2) :

Tekstur relic (sisa) : tekstur batuan metamorf yang masih menunjukan sisa tekstur batuan
asalnya atau tekstur batuan asalnya masih tampak pada batuan metamorf tersebut.
Penamaannya dengan memberi awalan blasto (kemudian disambung dengan nama tekstur
sisa), misalnya : tekstur blastoporfiritik (batuan metamorf yang tekstur porfiritik batuan
beku asal nya masih bisa dikenali) atau dengan memberi awalan meta untuk
memberikan nama batuan metamorf bila masih dikenali sifat dari batuan asalnya,
misalnya metasedimen, metagraywacke, metavolkanik, dsb.

Tekstur kristaloblastik : setiap tekstur yang terbentuk pada saat metamorfosa.


Penamaannya dengan memberi akhiran blastik, dipakai untuk memberikan nama tekstur
yang terbentuk oleh rekristalisasi proses metamorfosis, misal tekstur porfiroblastik yaitu
batuan metamorf yang memperlihatkan tekstur mirip porfiritik pada batuan beku, tapi
tekstur ini betul-betul akibat rekristalisasi metamorfosis.

Tekstur batuan metamorf berdasarkan bentuk individu kristal :

Idioblastik : mineralnya berbentuk euhedral

Hypidioblastik : mineralnya berbentuk subhedral

Xenoblastik/alotrioblastik : mineralnya berbentuk anhedral

Tekstur batuan metamorf berdasarkan bentuk mineral (Gambar 2) :

Tekstur Homeoblastik : bila terdiri dari satu tekstur saja yaitu :


o Lepidoblastik : terdiri dari mineral-mineral tabular/pipih, misalnya mineral mika
(muskovit, biotit)
o Nematoblastik : terdiri dari mineral-mineral prismatik, misalnya mineral
plagioklas, k-felspar, piroksen
o Granoblastik : terdiri dari mineral-mineral granular (equidimensional), dengan
batas mineralnya sutured (tidak teratur), dengan bentuk mineral anhedral,
misalnya kuarsa.
o Granuloblastik : terdiri dari mineral-mineral granular (equidimensional), dengan
batas mineralnya unsutured (lebih teratur), dengan bentuk mineral anhedral,
misalnya kuarsa.

Tekstur Hetereoblastik : bila terdiri lebih dari satu tekstur homeoblastik, misalnya
lepidoblastik dan granoblastik, atau lepidoblastik, nematobalstik dan granoblastik.

Beberapa tekstur khusus lainnya yang umumnya tampak pada pengamatan petrogarafi
(pengamatan batuan/mineral dengan menggunakan mikroskop polarisasi) yaitu (Gambar 2) :

Porfiroblastik : kristal yang lebih besar (porphyroblast) dikelilingi oleh mineral-mineral


yang berukuran lebih kecil.

Poikiloblastik (Sieve Texture) : tekstur porfiroblastik dengan porphyroblast tampak


melingkupi beberapa kristal yang lebih kecil.

Mortar Texture : fragmen mineral yang besar terdapat pada masa dasar material yang
berasal dari kristal yang sama yang terkena pemecahan (crushing).

Decussate Texture : tekstur kristaloblastik batuan polimineralik yang tidak menunjukan


keteraturan orientasi.

Sacaroidal Texture : tekstur yang kenampakannya seperti gula pasir.

Gambar 1. Beberapa tekstur batuan metamorfik, A. Granoblastic dengan tekstur mosaic,


B. Granoblastic (butir tak teratur), C. Schistose dengan porfiroblast euhedral, D.
Schistose dengan granoblastik lentikuler, E. Metasandstone dengan Semischistose, F.
Semischistose dalam batuan blastoporphyritic metabasalt, G. Mylonite granite ke arah
bawah menjadi Protomylonite, H. Orthomylonite ke arah bawah menjadi Ultramylonite,
I. Granoblastic di dalam blastomylonite.
Penamaan dan Klasifikasi Batuan Metamorf
Klasifikasi batuan metamorf berdasarkan komposisi kimia batuan asal

Batuan metamorf pelitik, berasal dari batuan lempungan (batulempung, serpih,


batulumpur); komposisinya banyak mengandung Al2O3, K2O, dan SiO2; batuannya
kebanyakan bertekstur skistosa contohnya sekis, batusabak, dll.; mineralogi : muskovit,
biotit, kianit, silimanit, kordierit, garnet, stauroeit; secara umum batuan pelitik akan
berubah menjadi batuan metamorfosis dengan meningkatnya T, akan terbentuk berturutturut : batu sabak - filit sekis genes.

Batuan metamorf kuarsa-felspatik, berasal dari batupasir atau batuan beku felsik
(misalnya granit, riolit), dicirikan kandungan SiO2 tinggi dan MgO serta FeO rendah,
hasilnya batuannya bertekstur bukan skistosa.

Batuan metamorf karbonatan, berasal dari batuan yang berkomposisi CaCO3


(batugamping, dolomit), hasil metamorfosa berupa marmer, bila batuan asal
(batugamping) mengandung MgO dan SiO2 diharapkan terbentuk mineral tremolit,
diopsid, wolastonit dan mineral karbonatan yang lain, bila batuan asal mengandung

cukup Al2O3 diharapkan terbentuk mineral plagioklas, epidot, hornblenda yang hampir
mirip dengan mineralogi batuan metamorf yang berasal dari batuan beku basa.

Batuan metamorf basa, berasal dari batuan beku basa (SiO2 sekitar 50%), batuan
metamorfnya disebut metabasite, batuan asal banyak mengandung MgO, FeO, CaO dan
Al2O3 maka mineral metamorfosanya berupa klorit, aktinolit, epidot (fasies sekis hijau)
dan hornblenda (fasies amfibolit), untuk T lebih tinggi akan muncul klino dan
ortopiroksen dan plagioklas.

Batuan metamorf ultra basa, berasal dari batuan beku ultra basa, batuan hasil
metamorfosa berupa serpentinit, sering dijumpai pada daerah metamorf yang
mengandung glaukofan.

Penamaan batuan metamorf berdasarkan tekstur dan mineraloginya


Tekstur, struktur dan mineralogi memegang peranan penting dalam penamaan batuan metamorf.
Secara umum kandungan mineral di dalam batuan metamorf akan mencerminkan tekstur,
misalnya melimpahnya mika akan memberikan tekstur sekistosa pada batuannya. Penamaan
batuan metamorf bisa berdasarkan struktur, misal sekis, gneiss, dll. Untuk memperjelas dalam
penamaan, banyak digunakan kata tambahan yang menunjukan ciri khusus batuan metamorf
tersebut, misalnya keberadaan mineral pencirinya (contoh sekis klorit), atau nama batuan beku
yang mempunyai komposisi sama (contoh granite gneiss). Bisa juga berdasarkan jenis mineral
penyusun utamanya (contoh kuarsit) atau berdasarkan fasies metamorfiknya (contoh granulit).
Tabel 4 di bawah ini bisa digunakan untuk membantu dalam determinasi batuan metamorf.
determinasi batuan metamorf

Beberapa batuan metamorf yang penting :


Batusabak (Slate)

Mineral utama : seringkali masih berupa mineral lempung; mineral tambahan : muskovit, biotit,
kordierit, andalusit. Warna : abu-abu gelap yang mengkilap. Struktur : foliasi (sekistose) mulai
tampak namun belum jelas (slaty cleavage). Tekstur : lepidoblastik dan granoblastik tetapi tanpa
selang-seling mineral pipih dan mineral granular dengan butiran yang halus. Metamorfosa :
regional.
Filit (Phyllite)
Mineral utama : kuarsa, serisit, klorit; mineral tambahan : plagioklas, mineral bijih. Warna :
terang, abu-abu perak, abu-abu kehijauan, lebih mengkilap daripada batu sabak. Struktur : foliasi
(sekistose) mulai jelas dibandingkan dengan batu sabak (tekstur filitik). Tekstur : mulai
granoblastik sampai lepidoblastik dengan mulai terlihat perselingan antara mineral pipih dan
mineral granular, butiran mulai lebih kasar daripada batusabak. Metamorfosa : regional.
Sekis (Schist)
Mineral utama : biotit, muskovit, kuarsa (sekis mika), klorit (sekis klorit), talk (sekis talk) dll.
Warna : tergantung dari mineralnya misalnya sekis mika umumnya putih, hitam, mengkilap.
Struktur : foliasi (sekistose tertutup). Tekstur : granoblastik dan lepidoblastik, perselingan antara
mineral pipih dan mineral granular baik sekali, butiran umumnya sudah kasar. Metamorfosa :
regional.
Geneis (Gneis)
Mineral utama : k-felsfar, plagioklas, biotit, muskovit, kuarsa. Warna : sesuai dengan batuan
asalnya, misalnya dari granit atau batupasir arkose. Struktur : foliasi (sekistose terbuka/gneisose).
Tekstur : granoblastik dan lepidoblastik, mineral pipih dipotong oleh mineral granular.
Metamorfosa : regional.
Migmatit (Migmatite)
Beberapa jenis batuan bertekstur gneisik secara megaskopik sering memperlihatkan sifat yang
heterogen dan terlihat seperti percampuran antara metasedimen dan batuan granitis, batuan yang
demikian ini lazim disebut migmatit, material granitis diperkirakan berasal dari luar, hasil dari
insitu partial melting atau dapat juga dari segregasi akibat proses metamorfosis. Struktur : foliasi
(sekistose terbuka/gneisose). Tekstur : granoblastik dan lepidoblastik, mineral pipih dipotong
oleh mineral granular. Metamorfosa : regional, pada zona T tinggi, dan selalu dijumpai
berasosiasi dengan batuan granit.
Milonit (Mylonite)
Mineral dan warna tergantung batuan yang mengalami metamorfosa kataklastik. Struktur dan
tekstur : terlihat seperti adanya foliasi dengan lensa-lensa dari batuan yang tidak hancur
berbentuk mata, butiran umumnya halus. Tekstur : granoblastik, poikiloblastik, dengan tekstur
mosaik. Metamorfosa : kataklastik.

Filonit (Phyllonite)
Gejala dan kenampakan sama dengan milonitik (filonit butirannya halus), sudah terjadi
rekristalisasi, derajat metamorfosa lebih tinggi dibanding milonit. Matriks terdiri dari mika
berserabut, terorientasi tak sempurna (berupa alur-alur sangat halus), menunjukan kilap silky,
butiran halus sekali. Metamorfosa : kataklastik.
Kuarsit (Quartzite)
Mineral utama : kuarsa (>80%), mineral tambahan : muskovit, biotit, k-felsfar, mineral bijih.
Warna : putih terang, warna lainnya tergantung warna mineral tambahannya. Struktur : masif,
kadang-kadang berfoliasi. Tekstur : granoblastik tipe mosaik, kadang-kadang sacaroidal.
Metamorfosa : regional dan termal
Serpentinit (Serpentinite)
Mineral utama : serpentin, mineral tambahan : mineral bijih, mineral sisa : olivin, piroksen.
Warna : hijau terang hijau kekuningan. Struktur : masif, kadang-kadang terdapat struktur sisa
dari peridotit. Tekstur : lamelar, selular, tekstur sisa dari piroksen (bastit). Metamorfosa : regional
Amfibolit (Amphybolite)
Mineral utama : amfibol (horblenda), plagioklas, mineral tambahan : kuarsa, epidot, klorit, biotit,
garnet, mineral bijih. Warna : hijau/hitam bintik-bintik putih atau kuning. Struktur : masif atau
berfoliasi, kadang-kadang ada struktur sisa dari metagabro atau meta lava basal. Tekstur :
idioblastik/nematoblastik, kadang-kadang poikiloblastik (plagioklas), lepido-blastik (biotit),
porfiroblastik (garnet), berukuran sedang-kasar. Metamorfosa : regional
Granulit (Granulite)
Mineral utama : kuarsa, k-felspar, plagioklas, garnet, piroksen, sedikit mika. Warna : bervariasi
dari terang sampai gelap, tergantung mineralnya. Struktur : masif dengan besar butir bervariasi.
Tekstur : granoblastik, gneisosa seringkali mineral kuarsa berbentuk pipih, berukuran sedangkasar. Metamorfosa : regional Eklogit (Eklogite) Batuan metamorf berkomposisi basik, mineral
utama : piroksen ompasit (klinopiroksen/diopid yang kaya sodium dan aluminium), garnet kaya
pyrope, kuarsa. Warna : hijau-merah dengan bintik-bintik. Struktur : masif dengan besar butir
bervariasi. Tekstur : granoblastik seringkali porfiroblastik, berukuran sedang-kasar. Metamorfosa
: regional
Marmer
(Marble)
Mineral utama : kalsit; kadang-kadang dolomit, piroksen, amfibol, flogopit, ada mineral bijih
atau oksida besi. Warna : putih dengan garis-garis hijau, abu-abu, coklat dan merah. Struktur :
masif dengan besar butir bervariasi. Tekstur : granoblastik dengan tekstur sacaroidal.
Metamorfosa : kontak dan regional
Hornfels (Hornfels)

Mineral utama : andalusit, silimanit, kordierit, biotit, k-felsfar. Warna : terang, merah, coklat,
ungu dan hijau. Struktur : masif kadang-kadang dengan sisa foliasi. Tekstur : hornfelsik,
granoblastik, poikiloblastik, kadang-kadang porfiroblastik, dengan tekstur mosaik, butiran
ekuidimensional, tidak berorientasi, butiran halus. Metamorfosa : kontak.
DIAGRAM ALIR DESKRIPSI BATUAN METAMORF

Setelah mengetahui jenis-jenis pembentukan metamorfisme dan penamaan batuan metamorf


berdasarkan struktur,tekstur,dan komposisi mineralnya. Kini saatnya kita perlu mengetahui dan
melihat macam-macam batuan metamorf seperti yang telah dijelaskan pada postingan
sebelumnya. Berikut ini adalah gambar dengan klasifikasinya :
1. Slate

Slatycleavage (sabak)
Slate merupakan batuan metamorf terbentuk dari proses metamorfosisme batuan sedimen Shale
atau Mudstone (batulempung) pada temperatur dan suhu yang rendah. Memiliki struktur foliasi
(slaty cleavage) dan tersusun atas butir-butir yang sangat halus (very fine grained).
Asal

: Metamorfisme Shale dan Mudstone

Warna

: Abu-abu, hitam, hijau, merah

Ukuran butir

: Very fine grained

Struktur

: Foliated (Slaty Cleavage)

Komposisi

: Quartz, Muscovite, Illite

Derajat metamorfisme

: rendah

Ciri khas
2. Filit

Filitik ( filit)

: mudah membelah menjadi lembaran tipis.

Merupakan batuan metamorf yang umumnya tersusun atas kuarsa, sericite mica dan klorit.
Terbentuk dari kelanjutan proses metamorfosisme dari Slate.
Asal

: Metamorfisme Shale

Warna

: Merah, kehijauan

Ukuran butir

: Halus

Struktur

: Foliated (Slaty-Schistose)

Komposisi

: Mika, kuarsa

Derajat metamorfisme
Ciri khas

: Rendah Intermediate
: Membelah mengikuti permukaan gelombang

3. Gneiss

Gneissa (gneiss)
Merupakan batuan yang terbentuk dari hasil metamorfosisme batuan beku dalam temperatur dan
tekanan yang tinggi. Dalam Gneiss dapat diperoleh rekristalisasi dan foliasi dari kuarsa, feldspar,
mika dan amphibole.
Asal

: Metamorfisme regional siltstone, shale, granit

Warna

: Abu-abu

Ukuran butir

: Medium Coarse grained

Struktur

: Foliated (Gneissic)

Komposisi

: Kuarsa, feldspar, amphibole, mika

Derajat metamorfisme
Ciri khas

: Tinggi

: Kuarsa dan feldspar nampak berselang-seling dengan lapisan


tipis kaya amphibole dan mika

4. Sekis

Skistosa (sekis)
Schist (sekis) adalah batuan metamorf yang mengandung lapisan mika, grafit, horndlende.
Mineral pada batuan ini umumnya terpisah menjadi berkas-berkas bergelombang yang
diperlihatkan dengan kristal yang mengkilap.
Asal

: Metamorfisme siltstone, shale, basalt

Warna

: Hitam, hijau, ungu

Ukuran butir

: Fine Medium Coarse

Struktur

: Foliated (Schistose)

Komposisi

: Mika, grafit, hornblende

Derajat metamorfisme
Ciri khas

: Intermediate Tinggi
: Foliasi yang kadang bergelombang, terkadang terdapat

kristal garnet
5. Marmer

Marble (marmer)
Terbentuk ketika batu gamping mendapat tekanan dan panas sehingga mengalami perubahan dan
rekristalisasi kalsit. Utamanya tersusun dari kalsium karbonat. Marmer bersifat padat, kompak
dan tanpa foliasi.
Asal

: Metamorfisme batu gamping, dolostone

Warna

: Bervariasi

Ukuran butir

: Medium Coarse Grained

Struktur

: Non foliasi

Komposisi

: Kalsit atau Dolomit

Derajat metamorfisme : Rendah Tinggi


Ciri khas
: Tekstur berupa butiran seperti gula, terkadang
terdapat fosil, bereaksi dengan HCl.
6. Kuarsit

quartzite (kuarsit)
Adalah salah satu batuan metamorf yang keras dan kuat. Terbentuk ketika batupasir (sandstone)
mendapat tekanan dan temperatur yang tinggi. Ketika batupasir bermetamorfosis menjadi
kuarsit, butir-butir kuarsa mengalami rekristalisasi, dan biasanya tekstur dan struktur asal pada
batupasir terhapus oleh proses metamorfosis .
Asal

: Metamorfisme sandstone (batupasir)

Warna

: Abu-abu, kekuningan, cokelat, merah

Ukuran butir

: Medium coarse

Struktur

: Non foliasi

Komposisi

: Kuarsa

Derajat metamorfisme
Ciri khas

: Intermediate Tinggi
: Lebih keras dibanding glass

7. Milonit

Milonitik (milonit)
Milonit merupakan batuan metamorf kompak. Terbentuk oleh rekristalisasi dinamis mineralmineral pokok yang mengakibatkan pengurangan ukuran butir-butir batuan. Butir-butir batuan
ini lebih halus dan dapat dibelah seperti schistose.
Asal

: Metamorfisme dinamik

Warna

: Abu-abu, kehitaman, coklat, biru

Ukuran butir
Struktur

: Fine grained
: Non foliasi

Komposisi

: Kemungkinan berbeda untuk setiap batuan

Derajat metamorfisme : Tinggi


Ciri khas

: Dapat dibelah-belah

8. Filonit

Filonit
Merupakan batuan metamorf dengan derajat metamorfisme lebih tinggi dari Slate. Umumnya
terbentuk dari proses metamorfisme Shale dan Mudstone. Filonit mirip dengan milonit, namun
memiliki ukuran butiran yang lebih kasar dibanding milonit dan tidak memiliki orientasi. Selain
itu, filonit merupakan milonit yang kaya akan filosilikat (klorit atau mika)
Asal

: Metamorfisme Shale, Mudstone

Warna

: Abu-abu, coklat, hijau, biru, kehitaman

Ukuran butir

: Medium Coarse grained

Struktur

: Non foliasi

Komposisi

: Beragam (kuarsa, mika, dll)

Derajat metamorfisme
Ciri khas
9. Serpetinit

: Tinggi
: Permukaan terlihat berkilau

Serpentinit
Serpentinit, batuan yang terdiri atas satu atau lebih mineral serpentine dimana mineral ini
dibentuk oleh proses serpentinisasi (serpentinization). Serpentinisasi adalah proses proses
metamorfosis temperatur rendah yang menyertakan tekanan dan air, sedikit silica mafic dan
batuan ultramafic teroksidasi dan ter-hidrolize dengan air menjadi serpentinit.
Asal

: Batuan beku basa

Warna

: Hijau terang / gelap

Ukuran butir

: Medium grained

Struktur

: Non foliasi

Komposisi

: Serpentine

Ciri khas

: Kilap berminyak dan lebih keras dibanding kuku jari

10. Hornfels

Hornfelsik (hornfels)
Hornfels terbentuk ketika shale dan claystone mengalami metamorfosis oleh temperatur dan
intrusi beku, terbentuk di dekat dengan sumber panas seperti dapur magma, dike, sil. Hornfels
bersifat padat tanpa foliasi.
Asal

: Metamorfisme kontak shale dan claystone

Warna

: Abu-abu, biru kehitaman, hitam

Ukuran butir

: Fine grained

Struktur

: Non foliasi

Komposisi

: Kuarsa, mika

Derajat metamorfisme : Metamorfisme kontak


Ciri khas

: Lebih keras dari pada glass, tekstur merata

Anda mungkin juga menyukai