Anda di halaman 1dari 11

Paper

Manajemen Sarana Prasana dalam Pelaksanaan Kurikulum 2013,


Sudahkah Optimal? (Studi Kasus pada MIN Yogyakarta II)
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Kebijakan Pendidikan
MI/SD

Disusun oleh:

NAMA

: Rifka Khoirun Nada

NIM

: 1520420026

Dosen Pengampu

: Dr. Istiningsih, M.Pd.

PROGRAM MAGISTER
KONSENTRASI GURU KELAS
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
TAHUN 2016

Manajemen Sarana Prasana Dalam Pelaksanaan Kurikulum 2013,


Sudahkah Optimal?
(Studi Kasus pada MIN Yogyakarta II)
Oleh: Rifka Khoirun Nada

ABSTRAK
Paper ini membahas tentang tentang optimalisasi manajemen sarana dan
prasarana dalam pelaksanaan kurikulum 2013. Manajemen sarana prasarana
merupakan pengadaan dan pendayagunaan komponen-komponen yang secara
langsung maupun tidak langsung menunjang proses pendidikan untuk mencapai
tujuan yang efektif dan efisien. Sarana dan prasarana mempunyai peran yang
sangat penting dalam suatu organisasi, institusi ataupun lembaga pendidikan.
Dalam pelaksanaan kurikulum 2013 sarana dan prasarana tidak bisa dipandang
sebelah mata karena dalam kurikulum ini harus mengacu pada pembelajaran yang
berpusat pada peserta didik, mengembangkan kreativitas peserta didik,
menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang, bermuatan nilai, etika,
estetika, logika, kinestetika, dan menyediakan pengalaman belajar yang beragam
melalui

penerapan

berbagai

strategi

dan

metode

pembelajaran

yang

menyenangkan, konstektual, efektif, efisien, dan bermakna sehingga selain materi


yang diberikan pemanfaatan sarana prasarana sangat berpengaruh terhadap
berjalannya proses pembelajaran.
Kata kunci: sarana prsarana pendidikan, kurikulum 2013
PENDAHULUAN
Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan
yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Berdasarkan
bahwa

pasal 3 UU Sisdiknas tahun 2003 tentang pendidikan nasional

pendidikan

nasional

berfungsi

mengembangkan

kemampuan

dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka


mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1 Berkenaan dengan hal tersebut,
maka salah satu keberhasilan kegiatan pendidikan dipengaruhi oleh beberapa
faktor, diantaranya seperti kurikulum, metode belajar mengajar, guru, serta sarana
prasana pendidikan
Kurikulum adalah ujung tombak bagi terlaksananya kegiatan pendidikan.
Tanpa adanya kurikulum mustahil pendidikan akan dapat berjalan dengan baik,
efektif dan efisien sesuai yang diharapkan.2 Tetapi selain kurikulum, sarana dan
prasarana sekolah juga harus memenuhi standar minimum. Dalam hal ini dapat
dilihat dari PERMENDIKNAS No.24 Tahun 2007 pasal 1 yang menyebutkan
bahwa standar sarana dan prasarana untuk sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah
(SD/MI), sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah (SMP/MTs), dan
sekolah menengah atas/madrasah aliyah (SMA/MA) mencakup kriteria minimum
sarana dan kriteria minimum prasarana.
Dalam sistem pendidikan, proses sama pentingnya dengan masukan
instrumental dan masukan lingkungan. Semuanya akan menjadi penentu dalam
mencapai keluaran (out put) dan hasil pendidikan (out come). Terkait dengan hal
di atas, manajemen sarana dan prasarana mutlak harus diadakan dalam proses
pendidikan. Manajemen sarana dan prasarana pendidikan bertugas mengatur dan
menjaga sarana dan prasarana pendidikan agar dapat memberikan kontribusi
secara optimal dan berarti pada jalannya proses pendidikan.3 Agar semua fasilitas
dapat digunakan secara optimal dalam proses pendidikan, maka fasilitas tersebut
hendaknya dikelola dengan baik. Kegiatan pengelolaan meliputi kegiatan
perencanaan,

pengadaan,

pengawasan,

penyimpanan,

inventarisasi,

dan

penghapusan serta penataan.


1

Undang-Undang Sisdiknas 2003 (Jakarta: Sinar Grafika, 2003), hlm. 5


M. Fadhilah, Implementasi Kurikulum 2013 dalam pembelajaran SD/MI, SMP/MTS,
SMA/MA (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media , 2013), hlm. 13.
3
E.Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004),
hlm. 50.
2

Di Indonesia sedang hangat-hangatnya pembicaraan tentang pelaksanaan


kurikulum baru, yaitu kurikulum 2013. Kurikulum 2013 sudah berjalan untuk
sekolah-sekolah yang sudah menjalankan tiga semester dan pada awal
pelaksanaan kurikulum 2013 banyak sekali kendala salah satunya adalah sarana
prasana penunjang pelaksanaan kurikulum 2013. Salah satu sarana dan prasarana
yang menjadi penghambat pelaksanaan kurikulum 2013 adalah keterlambatan
dalam pencetakan maupun dalam penyaluran buku kesekolah. Selain itu sarana
prasana yang ada disekolah seharusnya dapat dimanfaatkan oleh semua guru
secara kreatif karena di dalam kurikulum 2013 ini siswa diminta untuk
berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Apakah manajemen sarana
prasarana yang ada saat ini sudah optimal dalam menghadapi kurikulum 2013?
Adapun tujuan dari penelitian yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui
seberapa optimal kesiapan manajemen sarana prasarana yang ada dalam
menghadapi kurikulum 2013.
TEORI
Definisi Manajemen Sarana dan Prasarana
Sarana pendidikan adalah semua perangkat peralatan, bahan, dan perabot
yang secara langsung digunakan dalam proses pendidikan di sekolah. Berkaitan
dengan ini prasarana pendidikan adalah semua perangkat kelengkapan dasar yang
tidak langsung menunjang pelaksanaan proses pendidikan di sekolah. Dengan
begitu manajemen sarana prasarana dapat diartikan sebagai segenap proses
pengadaan dan pendayagunaan komponen-komponen yang secara langsung
maupun tidak langsung menunjang proses pendidikan untuk mencapai tujuan
yang efektif dan efisien.4 Adapun pelaksanaan manajemen sarana dan prasarana
pendidikan di sekolah pada dasarnya meliputi: perencanaan dan pengadaan,
inventarisasi,

penyimpanan,

penataan,

penggunaan,

pemeliharaan

dan

penghapusan.

Barnawi, M. Arifin, Manajemen Sarana Prasarana Sekolah (Yogyakarta: Ar-Ruzz


Media, 2012), hlm. 47-48.

Sarana prasarana harus disesuaikan dengan standar tingkat pendidikan.


Ketentuan sarana prasarana SD/MI diatur dalam Permendiknas Nomor 24 Tahun
2007 Lampiran ke-16 bahwa standar sarana prasarana

SD/MI sekurang-

kurangnya meliputi ruang kelas, ruang perpustakaan, laboratorium IPA, Ruang


pimpinan, ruang guru, tempat beribadah, ruang UKS, jamban, gudang, ruang
sirkulasi, tempat bermain/olahraga.5
Pengelola sarana dan prasarana sekolah merupakan sumber daya manusia
yang mengoptimalkan pemanfaatan berbagai jenis sarana dan prasarana untuk
kepentingan pendidikan di suatu sekolah tertentu. Keberadaanya sangat penting
dalam suatu sistem organisasi sekolah. Disebabkan memang jika sarana dan
prasarana tidak dikelola dengan baik, penurunan mutu dari sarana dan prasarana
tersebut dapat terjadi dengan cepat. Selain itu jumlahnya pun akan cepat
berkurang karena keteledoran, kesemrawutan, atau bahkan karena pencurian.6
Selain pengelola sarana prasarana, seorang guru sebaiknya juga mampu
mengoptimalkan sarana prasarana yang ada untuk menunjang proses kegiatan
belajar mengajar. Hal ini dikarenakan dengan pengoptimalan suatu sarana dan
prasarana yang ada disekolah akan lebih mampu memberikan motivasi terhadap
siswa untuk selalu berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
Kurikulum 2013
1. Pengertian Kurikulum 2013
Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS kurikulum ialah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggarana kegiatan
belajara mengajar. Sedangkan kurikulum 2013 merupakan kurikulum baru
yang mulai diterapkan

pada tahun 2013/2014. Kurikulum ini adalah

pengembangan dari kurikulum yang telah ada sebelumnya, baik KBK


5

Peraturan Menteri Pendiidkan Nasional Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007


Tentang Standar Sarana Prasarana untuk SD/ MI, SMP/Mts, dan SMA/MA Pasal 1 Lampiran ke
16
6
Barnawi, M. Arifin, Manajemen Sarana ......, hlm.171.

yang dirintis pada tahun 2004 maupun KTSP pada tahun 2006. Hanya saja
yang menjadi titik tekan pada kurikulum 2013 ini adalah adanya
keseimbangan soft skill dan hard skill yang meliputi aspek kompetensi
sikap (spiritual dan sosial), keterampilan dan pengetahuan. Pembelajaran
dari Kurikulum 2013 ini adalah bersifat tematik integratif dalam semua
mata pelajaran.
2. Tujuan dan Fungsi Kurikulum 2013
a. Meningkatkan mutu pendidikan dengan menyeimbangkan hard
skils dan soft skill melalui kemampuan sikap, keterampilan, dan
pengetahuan dalam rangka menghadapi tantangan global yang
terus berkembang.
b. Membentuk dan meningkatkan SDM yang produktif, kreatif dan
inovatif.
c. Meringankan tenaga pendidik dalam menyampaikan materi dan
menyiapkan administrasi mengajar sebab pemerintah telah
menyipakan semua komponen kurikulum beserta buku teks yang
digunakan dalam pembelajaran.
d. Meningkatkan peran serta pemerintah pusat dan daerah serta warga
masyarkat secara seimbang dalam mengendalikan kualitas dalam
pelaksanaan kurikulum dii tingkat satuam pendidikan.
e. Meningkatkan persaingan yang sehat antar-satuan pendidikan
tentang kualitas pendidikan yang dicapai.7
Pembelajaran Kurikulum 2013
Pembelajaran pada kurikulum 2013 ini lebih menggunakan pendekatan
scientific (ilmiah) dan tematik integratif. Proses pembelajaran pada satuan
pendidikan
menantang,

diselenggarakan

secara

interaktif,

inspiratif,

menyenangkan,

dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta

memeberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai
7

M. Fadlillah, Implementasi Kurikulum 2013 (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), hlm.

24-25.

dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologi peserta didik. Untuk
itu, setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran, dan
pelaksanaan

proses pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran untuk

meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan.


Kurikulum 2013 merupakan kurikulum baru yang lebih menekankan untuk
tercapainya kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang semuanya
terangkum dalam kompetensi hard skil dan soft skill. Mengacu pada ketiga
kompetensi tersebut, dalam pelaksanaan pembelajaran pun harus di setting
sedemikian rupa sehingga apa yang menjadi tujuan utama pembelajaran dapat
tercapai. Berkenaan dengan hal ini ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan
bersama oleh para guru dalam melaksanakan pembelajaran, diantaranya: 1)
Berpusat pada peserta didik 2) Mengembangkan kreativitas peserta didik 3)
Menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang, 4) Bermuatan nilai, etika,
estetita, logika, kinestetika 5) Menyediakan pengalaman belajar yang beragam
melalui

penerapan

berbagai

strategi

dan

metode

menyenangkan, konstektual, efektif, efisien, dan bermakna.

pembelajaran

yang

METODE
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif deskriptif. Data dan sumber data pada penelitian ini diperoleh dari data
dari hasil wawancara secara langsung terhadap informan, observasi, dan
dokumentasi di lokasi penelitian yaitu MIN Yogyakarta II. Teknik analisis data
dalam penelitian kualitatif ini adalah reduksi data, penyajian data, dan yang
terakhir verifikasi data.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian di MIN Yogyakarta II pelaksanaan
manajemen sarana dan prasarana meliputi perencanaan dan pengadaan,
inventarisasi, pemanfaataan, penataan dan pemeliharaan. Perencanaan dan
8

Ibid..., hlm. 179-180.

pengadaan sarana dan prasarana sekolah dilakukan dengan berbagai cara sesuai
dengan jenis sarana dan prasarana yang diperlukan. Dalam melaksanakan
perencanaan dan pengadaan dilakukan dari kebijakan dari kepala sekolah dengan
melibatkan guru dan karyawan agar dalam pelaksanaannya dapat berjalan dengan
lancar. Langkah dari perencanaan ini dimusyawarahkan terlebih dahulu dan
dipilah mana skala prioritas yang banyak dibutuhkan.9
Dalam pelaksanaan kurikulum 2013 sarana dan prasarana yang diadakan
tidak cukup banyak hanya saja raport terbaru, buku pegangan siswa dan guru,
penambahan buku koleksi perpustakaan dan media LCD proyektor yang diadakan
untuk tiap kelas. Namun dalam pengadaannya, sarana ini belum maksimal
dikarenakan pada saat pendistribusian buku pegangan siswa masih banyak
hambatan sehingga membuat proses kegiatan belajar mengajar berjalan kurang
maksimal. Selain dari itu sarana dan prasarana yang lain dirasa cukup untuk
menunjang dari kegiatan di sekolah, namun dalam penggunaanya masih perlu
kreatifitas guru untuk mengoptimalkan pemanfaatan sarana dan prasarana yang
ada sebagai proses kegiatan pembelajaran.10 Dalam perencanaan dan pengadaan
sarana dan prasarana, sekolah menggunakan alokasi dana dari bantuan pemerintah
melalui DIPA, program BOS dan dana dari sekolah sendiri.11
Inventarisasi dilakukan dalam rangka usaha penyempurnaan pengurusan
dan pengawasan yang efektif terhadap sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah.
Barang inventaris sekolah adalah semua barang milik Negara yang diadakan atau
dibeli melalui dana dari pemerintah guna menunjang proses pembelajaran.
Berdasarkan hasil penelitian di MIN Yogyakarta II pelaksanaan inventaris
dilakukakan dengan mencatat keseluruhan barang yang ada disekolah dan
pencatatan kondisi barang apakah dalam keadaan baik, rusak ringan, rusak
sedang, ataupun rusak berat, selain itu di dalam perpustakaan sendiri terdapat
9

Wawancara dengan Bapak Wardanudin, S.Pd selaku Koordinator Sarana Prasarana di


MIN Yogyakarta II pada tanggal 7 Desember 2015 pukul 09.00
10
Wawancara dengan Ibu Erni Yuliati, S.Pd selaku Koordinator Kurikulum di MIN
Yogyakarta II pada tanggal 3 Desember 2015 pukul 09.30
11
Wawancara dengan Bapak Wardanudin, S.Pd selaku Koordinator Sarana Prasarana di
MIN Yogyakarta II pada tanggal 7 Desember 2015 pukul 09.00

inventarisasi buku-buku yang ada di perpustakaan dengan pencatatan daftar buku


sesuai dengan golongan, dan pencatatan buku yang dihapus.12
Dalam pelaksanaan kurikulum 2013 ini guru menjadi fasilitator bagi
siswanya, sedangkan siswa dituntut untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan
proses belajar mengajar. Disinilah peran guru dituntut untuk kreatif dalam
memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada di sekolah dalam proses kegiatan
mengajar. Siswa tidak hanya selalu belajar di ruang kelas, melainkan siswa
mampu belajar di ruang kelas dan di tempat yang mampu mengeksplorasi
kemampuan siswa dengan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan
tidak monoton.13 Di MIN Yogyakarta II penggunaan sarana prasarana sudah
cukup baik, hal ini terlihat adanya penjadwalan tiap kelas untuk memanfaatkan
perpustakaan untuk kegiatan proses KBM, guru juga dapat melaksanakan
pembelajaran di mushola, di kebun, ataupun di lapangan. Selain itu pemanfaatan
media yang ada juga terus ditingkatkan seperti dengan menggunakan KIT IPA,
LCD, alat peraga, ataupun media yang lain yang di buat sendiri dari guru yang ada
di MIN Yogyakarta II.14
Dalam penataan sarana prasarana yang ada di MIN Yogyakarta II tetap
memperhatikan nilai etika dan estetika penataan untuk menciptakan kondisi yang
menyenangkan sehingga membuat siswa nyaman untuk belajar di lingkungan
sekolahnya. Siswa di MIN Yogyakarta II sering dilibatkan dalam kegiatan kerja
bakti dan pemeliharaan sarana prasarana yang ada di lingkungan sekolah.15
Sedangkan dalam pemeliharaan sarana prasarana MIN Yogyakarta II
sudah dianggarkaan untuk pemeliharan mesin, alat-alat kantor, media, dan
sebagainya tatapi belum bisa mencakup semua komponen. Untuk penyimpanan
barang yang rusak dan belum sempat untuk diperbaiki ditempatkan di gudang.

12

Ibid...
Wawancara dengan Ibu Erni Yuliati, S.Pd selaku Koordinator Kurikulum di MIN
Yogyakarta II pada tanggal 3 Desember 2015 pukul 09.30
14
Observasi pada tanggal 3 Desember 2015
15
Wawancara dengan Bapak Wardanudin, S.Pd selaku Koordinator Sarana Prasarana di
MIN Yogyakarta II pada tanggal 7 Desember 2015 pukul 09.00
13

Sedangkan barang yang sudah tidak bisa diperbaiki lagi atau barang yang sudah
tidak digunakan sekolah mengusulkan untuk di hapuskan. Namun, dalam
penghapusan sarana prasarana masih menjadi bahan untuk dipikirkan kembali
karena prosedurnya yang begitu rumit. Barang yang akan dihapus harus didata
terlebih dahulu melalui aplikasi SIMAK BMN baru bisa diusulkan ke pusat untuk
dihapuskan.16
Manajemen sarana prasarana dalam pelaksanaan kurikulum 2013 di MIN
Yogyakarta II masih dirasa belum optimal. Saran dari penulis Kepala Sekolah
harus selalu memberikan arahan kepada koordinator sarana dan prasarana untuk
merangkul anggotanya yaitu warga sekolah untuk mengelola sarana prasarana
dengan baik seperti memanfaatkan sarana prasarana yang ada untuk kegiatan
proses pembelajaran dan merawat sarana prasarana sehingga manajemen sarana
dan prasaran dapat berjalan dengan baik, selain itu kepala sekolah harus lebih
baik lagi dalam mengelola anggaran dana untuk perawatan dan pemeliharaan
sarana prasarana agar barang yang tidak rusak parah dapat memperoleh perhatian
untuk diperbaiki. Selain itu, sekolah harus selalu berkoordinasi dengan Kantor
Pelayanan Piutang dan Lelang Negara (KPKNL) dan Kantor Wilayah terkait
untuk pengembangan manajemen sarana prasarana agar lebih optimal dalam
pelaksanaanya ke depan.
KESIMPULAN
Manajemen sarana dan prasarana pendidikan bertugas mengatur dan
menjaga sarana dan prasarana pendidikan agar dapat memberikan kontribusi
secara optimal dan berarti pada jalannya proses pendidikan. Adapun tujuan dari
manajemen sarana prasarana pendidikan yaitu agar dapat memberikan kontribusi
yang optimal terhadap proses pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan yang
telah ditetapkan. Manajemen sarana dan prasarana pendidikan meliputi
perencanaan, pengadaan dan pendistribusian, inventarisasi, penggunaan, penataan,
pemeliharan, dan penghapusan. Sarana dan prasarana pendidikan merupakan
16

Ibid...,

10

instrumen penting dalam pendidikan dan menjadi satu dari delapan Standar
Nasional Pendidikan. Sarana dan prasarana pendidikan merupakan penunjang
dari terlaksananya kurikulum. Manajemen sarana prasarana dalam pelaksanaan
kurikulum 2013 di MIN Yogyakarta II sudah cukup baik namun belum optimal.
REFERENSI
Barnawi, M. Arifin.2012. Manajemen Sarana Prasarana Sekolah.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
E. Mulyasa. 2004. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT Remaja
Rosda Karya
M. Fadlillah. 2014. Implementasi Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media
Moleong, Lexy J.. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT
Remaja Rosda Karya
Peraturan Menteri Pendiidkan Nasional Republik Indonesia Nomor 24
Tahun 2007 Tentang Standar Sarana Prasarana untuk SD/ MI,
SMP/Mts, dan SMA/MA Pasal 1 Lampiran ke 16
Sarlito, Irawan. 2000. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Shaleh, Chairul.2008. Metodologi Penelitian Sebuah Petunjuk Praktis.
Yogyakarta: CV. JayaAbadi
Undang-Undang Sisdiknas 2003.Jakarta: Sinar Grafika

11

Anda mungkin juga menyukai