Anda di halaman 1dari 15

PERILAKU PENGUJIAN TARIK PADA POLIMER POLISTIREN DAN

POLIPROPILEN
Sumaryono
Staf Pengajar Jurusan Pendidikan Teknik Mesin Otomotif IKIP Veteran Semarang

Abstraksi
Banyak ragam cara untuk mengetahui sifat dan ketangguhan material, salah satu
diantaranya adalah melalui pengujian tarik (tensile strength). Material yang
digunakan dalam penelitian pengujian tarik ini adalah polipropilen (PP), yang
termasuk dalam jenis polimer termoplastik yang ulet, polistiren (PS) yang termasuk
jenis polimer yang getas (brittle) dan bentuk bahan yang akan diuji (specimen)
menggunakan standar ASTM D 638 tipe II. Tegangan maksimum rata-rata untuk
bahan polipropilen adalah 19,53 (kg/mm2), sedangkan untuk bahan polistiren adalah
1,59 (kg/mm2).
Kata Kunci : Pengujian Tarik, Polimer Termoplastik, Specimen.

1. Pendahuluan
Di dalam industri rancang bangun, keberadaan bahan polimer semakin penting,
tidak hanya terbatas untuk keperluan rumah tangga dan arsitektur, tetapi juga dipakai
untuk konstruksi-konstruksi mahal seperti alat-alat elektronika, plat-plat bodi pada
kendaraan bermotor, kapal, pesawat

terbang serta banyak digunakan

dalam

pembentukan bahan baru.


Material struktur pada berbagai konstruksi diharapkan mampu menahan
pengaruh beban. Kegagalan material dapat terjadi antara lain akibat kelelahan
(fatigue), deformasi plastis, patah statik, korosi, mulur (creep) atau karena efek
relaksasi. Ketangguhan material merupakan parameter yang penting dalam bidang
mekanika bahan. Ketangguhan material adalah kemampuan material untuk dapat

Gardan. Vol. 1 No.1, Juli 2012

66

menyerap energi sampai pada titik patah, yang juga merupakan luasan bidang dibawah
kurva tegangan-regangan.
Ada beberapa metode pengujian yang dipakai untuk mengetahui ketangguhan
suatu material. Salah satunya adalah dengan melakukan pengujian tarik atau yang
biasa dikenal dengan tensile strength. Kebanyakan material mengalami tegangan
beserta deformasinya

selama pemrosesan

dan penggunaan.

Deformasi

plastis

diperlukan didalam pemrosesan. Biasanya fungsi yang semula diinginkan dari material
akan berakhir jika terdi perpatahan, apakah akibat beban yang berlebih, akibat impak
yang tiba-tiba atau gradien panas yang tajam. Untuk menghindari perpatahan, harus
dipertimbangkan konsentrasi-tegangan dan ketangguhan.
Material-material yang ulet mengalami suatu regangan plastis (permanen)
sebelum patah. Sebagai contoh, jika suatu bahan berbentuk batang dibebani, mulamula batang itu akan melentur secara elastis. Pelenturan akan hilang bila beban
ditiadakan. Suatu beban berlebih akan membengkokan batang secara permanen pada
lokasi-lokasi dimana tegangan melampaui kekuatan luluh dari bahan tersebut. Dalam
kasus ini, batang yang bengkok telah gagal, tetapi belum patah. Begitu pula untuk
bahan yang mudah patah (brittle). Untuk itu perlu mengetahui baik waktu produksi
maupun pada waktu pemakaian : tegangan kritis yang dibutuhkan agar deformasi
permanen bisa terjadi dan jumlah regangan plastis yang dapat diterima sebelum suatu
bahan yang ulet mengalami perpatahan.
Material

yang digunakan

dalam penelitian

pengujian

tarik ini adalah

polipropilen (PP), yang termasuk dalam jenis polimer termoplastik yang ulet serta
polistiren (PS) yang termasuk jenis polimer yang getas (brittle) dan bentuk bahan yang
akan diuji (specimen) menggunakan standar ASTM D 638 tipe II.

2. Dasar Teori
Deformasi
Struktur polimer cukup berbeda sehingga perilaku mekanisnya tidak selalu
sama dengan perilaku logam atau keramik nonsilikat. Pada gambar 2.1 menunjukan
perilaku hasil uji tarik pada bahan polimer yang mempunyai sifat dan karakter yang
Gardan. Vol. 1 No.1, Juli 2012

67

berbeda. Pada semua padatan, tegangan akan menimbulkan regangan elastis


(deformasi elastis). Regangan elastis muncul ketika ada tegangan, tetap konstan
apabila tegangannya konstan dan hilang apabila tegangannya dihilangkan.
Deformasi elastis adalah suatu regangan yang dapat balik (reversible) seperti
yang terlihat pada gambar 2.2. Jika suatu tegangan diberikan dalam bentuk tarik,
material akan menjadi sedikit lebih panjang, bila beban ditiadakan material tersebut
akan kembali ke dimensi semula. Sebaliknya, bila material mengalami penekanan,
material menjadi sedikit lebih pendek.
Pada tegangan yang lebih tinggi terjadi pergeseran tetap dari atom-atom dalam
suatu bahan disamping regangan elastis. Regangan ini tidak mampu balik pada saat
regangan ditiadakan , regangan ini disebut regangan plastis. Pada pemakaian produk,
kita selalu menghindari terjadinya deformasi plastis sehingga perhitungan desain
dilandaskan pada tegangan-tegangan didaerah elastis (proporsional).

Gambar 2.1. Kurva tegangan-regangan untuk polimer a) getas (brittle); b) plastis;


dan c) elastomer (highly elastic)

Gardan. Vol. 1 No.1, Juli 2012

68

Gambar 2.2. Grafik deformasi tegangan-rengangan

Hukum Hook
Dalam pengujian tarik, ketika spesimen mendapatkan beban, maka dia akan
mengalami perpanjangan, sampai kemudian putus. Jika l1 adalah panjang mula-mula
dari spesimen dan

l2 adalah panjang akhir spesimen setelah penarikan, maka

perpanjangan persatuan panjang (e) adalah :

e=

l 2 l1
l1

(2.1)

Perpanjangan per satuan panjang ini disebut regangan (strain). Dari regangan
ini kita bisa mengetahui mampu bentuk suatu bahan. Semakin besar nilai regangan
berarti bahan tersebut semakin baik mampu bentuknya. Disamping itu spesimen juga
mendapatkan pembebanan (P) per satuan luas (A) yang besarnya adalah

Gardan. Vol. 1 No.1, Juli 2012

69

s=

P
A

(2.2)

Pada pengujian tarik akan dihasilkan diagram hubungan antara tegangan dan
regangan. Bentuk diagram tegangan-regangan pada tiap bahan adalah berbeda-beda,
namun yang biasanya diperoleh dari pengujian tarik bahan yang ulet bisa dilihat pada
gambar 2.3 berikut

Tegangan
(s)

X
B
A
s max

e2

e1

Regangan
(e)
Gambar 2.3 Diagram tegangan-regangan uji tarik bahan ulet

O C

Bagian awal linear garis OA merupakan daerah elastis. Titik A ialah batas
elastis yang didefinisikan sebagai tegangan terbesar yang dapat ditahan oleh bahan
tanpa mengalami regangan permanen apabila beban ditiadakan. Penentuan batas elastis
cukup rumit, tergantung kepekaan instrument pengukur regangan. Itulah sebabnya
mengapa batas elastis sering diganti dengan batas proporsional. Batas proporsional
adalah tegangan dimana garis lengkung tegangan-regangan menyimpang dari
kelinierannya. Titik B merupakan kekuatan luluh (yield strength) dimana tegangan
yang akan menghasilkan deformasi permanent dalam jumlah kecil yang pada
umumnya sama dengan regangan sebesar 0,2 %. Dalam hal ini digunakan metode
offset. Hal ini dilakukan dengan menarik garis sejajar dengan daerah proporsional pada
jarak 0,2 % atau titik C. Kemudian perpotongan antara garis offset dengan diagram
ditentukan sebagai titik luluh bahan. Pada bahan yang bersifat ulet, biasanya setelah

Gardan. Vol. 1 No.1, Juli 2012

70

pembebanan dihilangkan, regangan total akan berkurang dari e1 menjadi e2.


Berkurangnya regangan ini disebut recoverable elastic strain. Maka regangan yang
diambil untuk menentukan offset adalah e2.
Kekuatan tarik suatu bahan ditunjukkan oleh harga tegangan maksimum (s
max) kurva tegangan-regangan. Sedangkan tegangan patah adalah tegangan dimana
spesimen mengalami patah.

Polimer
Polimer adalah suatu bahan yang terdiri dari unit molekul yang disebut
monomer. Jika monomernya sejenis disebut homopolimer, dan jika monomernya
berbeda akan menghasilkan kopolimer. Umumnya suatu polimer terbentuk atas suatu
struktur yang tersusun secara berulang, diikat gaya tarik menarik yang kuat yang
disebut ikatan kovalen. Polimer alam yang kita kenal antara lain selulosa, protein,
karet alam dan sejenisnya. Polimer diketahui orang dengan sebutan plastik. Plastik
adalah suatu polimer yang mempunyai sifat-sifat unik dan luar biasa, seperti karena
densitasnya yang rendah serta pemanfaatanya sebagai isolator termal dan listrik.
Plastik merupakan pemantul cahaya yang kurang baik dan cenderung bersifat
transparan atau translusen (setidak-tidaknya sebagai lembaran tipis). Selain itu,
beberapa jenis plastik bersifat fleksibel dan dapat dibentuk. Karakteristik mampu
bentuk ini dimanfaatkan pada fabrikasi. Plastik yang pertama kali dibuat secara
komersial adalah nitroselulosa.
Polimer dibedakan menjadi dua, yaitu termoplastik dan termoset. Termoplastik
adalah polimer atau plastik yang akan menjadi lunak jika dipanaskan dan mengeras
kembali jika didinginkan. Jadi jenis termoplastik ini dengan sendirinya ada segi negatif
yaitu tidak dapat digunakan lagi apabila kondisi pemakaian melampaui suhu
pelunakan. Sedangkan termoset adalah jenis polimer yang apabila telah mengalami
kondisi tertentu tidak dapat dibentuk kembali, artinya pemanasan kembali tidak akan
banyak melunakkan, karena bangun polimernya berbentuk jaringan tiga dimensi.
Material plastik telah berkembang pesat dan sekarang mempunyai peranan
yang sangat penting dalam penggunaannya di bidang elektronika, pertanian, tekstil,
Gardan. Vol. 1 No.1, Juli 2012

71

transportasi, furniture, konstruksi, kemasan kosmetik, mainan anak-anak dan produkproduk industri lainnya.

Gambar 2.4. Struktur molekul monomer dari polimer yang diulang

Gardan. Vol. 1 No.1, Juli 2012

72

Polipropilen merupakan polimer kristalin yang dihasilkan dari polimerisasi gas


propilena. Polipropilena mempunyai specific gravity rendah dibandingkan dengan
jenis plastic yang lain.namun mempunyai titik leleh yang cukup tinggi antara 190
200 oC, sedangkan titik kristalisasinya antara 130 135 oC. Polipropilen mempunyai
ketahanan terhadap bahan kimia (chemical resistance) yang tinggi, tetapi ketahanan
pukul (impact strength) yang rendah.
Sedangkan polistiren adalah hasil polimerisasi dari monomer stirena, dimana
monomer stirena-nya di dapat dari hasil dehidrogenisasi dari etil benzena (dengan
bantuan katalis), sifat mekanis yang menonjol dari polistiren adalah kaku, keras,
mempunyai bunyi seperti metalik bila dijatuhkan, ketahanan terhadap kimia tidak
sebaik polipropilen. PS akan larut dalam eter, hidrokarbon aromatic dan chlorinated
hidrokarbon. Namun polistiren mempunyai sifat transapansi yang tinggi.
3.

Metode Penelitian
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah polimer termoplastik dengan

dua jenis bahan yang berbeda, yaitu polipropilen dengan ketebalan 3,3 mm dan
polistiren dengan ketebalan 2,7 mm. Jenis material ini mempunyai karakteristik yang
berbeda, dimana polipropilen mempunyai sifat ulet sedangkan polistiren mempunyai
sifat getas (brittle).

Gambar 3.1 Spesimen dari bahan polipropilen

Gardan. Vol. 1 No.1, Juli 2012

73

Bentuk dan ukuran spesimen


Bentuk dan ukuran spesimen pengujian tarik menggunakan standar ASTM D
638-03 dengan jenis spesimen tipe II, seperti yang ditunjukkan oleh gambar 3.2.

Gambar 3.2 Spesimen uji tarik

Jumlah benda uji masing 5 buah dan laju pertambahan panjang (S) = 5 mm/menit.
Untuk dimensi benda uji, sebagai berikut :
- Lebar (W)

= 6 0,5 mm

- Panjang (L)

= 57 0,5 mm

- Lebar keseluruhan (Wo)

=19 6,4 mm

- Panjang keseluruhan (Lo)

= 183 (toleransi no max)

- Panjang ukur (G)

= 50 0,25 mm

- Jarak antar grip (D)

= 135 5 mm

- Jari-jari fillet (R)

= 76 1 mm

3.3 Tata Cara Pengujian


3.3.1 Persiapan awal
Langkah awal adalah pembuatan spesimen sesuai dengan bentuk dan ukuran
yang diinginkan, kemudian mengondisikan spesimen sesuai standar ASTM D 638-03
sebelum dilakukan pengujian tarik.

Gardan. Vol. 1 No.1, Juli 2012

74

3.3.2.Pelaksanaan pengujian
Dalam uji tarik spesimen standar ASTM D 638-03 digunakan mesin uji tarik
(Tensile Strength Tester KT-7001-AZ dengan kalibrasi terakhir pada 21 Agustus 2008,
maksimum beban 500 kg, ketelitian 0,05 kg, kecepatan : 5, 50, 75,100 mm/menit.

Gambar 3.3 Mesin Uji Tarik KT-7001-AZ

Sebelum melakukan pengujian, lebih dulu ruangan di seting dengan temperatur


ruang 23 oC dan kelembaban 50 %. Sedangkan langkah-langkah pengujian dapat
dilihat pada diagram alir.

Gardan. Vol. 1 No.1, Juli 2012

75

Start

Persiapan specimen
(5 buah)

Seting mesin uji tarik

Uji Tarik

Analisa Data

Kesimpulan

Selesai

Gambar 3.4 Diagram alir pengujian tarik

4.

Hasil dan Pembahasan


Hasil Uji Tarik
Hasil pengujian tarik spesimen standar ASTM D 638-03 tipe II untuk

mengetahui tegangan luluh dapat dilihat pada tabel berikut :

Gardan. Vol. 1 No.1, Juli 2012

76

Tabel 4.1 Hasil pengujian tarik bahan polipropilen


No
1
2
3
4
5

t
(mm)
3,47
3,15
3,31
3,31
3,30

W
(mm)
6,1
5,85
5,85
5,85
5,85

S
(mm/min)
5
50
5
5
5

Beban max
(kg)
50,75
44,30
48,70
48,45
50,20

Beban Patah
(mm)
29,6
40,5
26
27,55
26,20

Dl
(mm)
51
7
10
99
46

Tabel 4.2 Hasil pengujian tarik bahan polistiren


No
1
2
3
4
5

t
(mm)
2,70
2,60
2,80
2,70
2,72

W
(mm)
5,95
5,95
5,80
6,10
6,15

S
(mm/min)
5
5
5
5
5

Beban max
(kg)
21,75
34,6
23,5
21,60
27,45

Beban Patah
(mm)
21,75
34,6
23,5
19,35
27,45

Dl
(mm)
1
1,5
2
1,5
2

Tabel 4.3 Hasil waktu pengujian tarik bahan polipropilen


No
1
2
3
4
5

t
(mm)
3,47
3,15
3,31
3,31
3,30

W
(mm)
6,1
5,85
5,85
5,85
5,85

S
(mm/min)
5
50
5
5
5

Beban max
(kg)
50,75
44,30
48,70
48,45
50,20

Beban Patah
(mm)
29,6
40,5
26
27,55
26,20

t
(min)
1120
10
134
1814
1013

Tabel 4.4 Hasil waktu pengujian tarik bahan polistiren


No
1
2
3
4
5

t
(mm)
2,70
2,60
2,80
2,70
2,72

W
(mm)
5,95
5,95
5,80
6,10
6,15

Gardan. Vol. 1 No.1, Juli 2012

S
(mm/min)
5
5
5
5
5

Beban max
(kg)
21,75
34,6
23,5
21,60
27,45

Beban Patah
(mm)
21,75
34,6
23,5
19,35
27,45

t
(detik)
17
19,6
20,4
18,2
26

77

Pembahasan
Bila kita lihat pada hasil pengujian diatas, disana tidak ada titik luluh yang jelas.
Maka dari itu untuk mendapatkan harga beban luluh, kita menerapkan dengan metode
offset dengan daerah proporsional pada jarak 2 % regangan, sampai memotong dengan
kurva. Pada bahan polipropilen (ulet), regangan akan menurun seketika setelah
pembebanan dihilangkan. Berbeda dengan bahan polistiren, waktu yang diperlukan
spesimen mengalami perpatahan adalah sangat singkat, bersamaan dengan tegangan
maksimum tercapai.

(a)

(c)

(b)

(d)

Gambar 4.1 Hasil uji tarik bahan polipropilen : a) specimen 1, kecepatan 5 (mm/min)
dalam waktu 1120 ; b) specimen 2, kecepatan 50 (mm/min) dalam waktu 10 detik; c)
specimen 4, kecepatan 5 (mm/min) dalam waktu 1814; d) bahan polistiren,
kecepatan 5 (mm/min)
Gardan. Vol. 1 No.1, Juli 2012

78

Tabel 4.5 Perhitungan Tegangan Maksimum Polipropilen


No
1
2
3
4
5

t
(mm)
3,47
3,15
3,31
3,31
3,30

W
(mm)
6,1
5,85
5,85
5,85
5,85

Beban max
(kg)
50,75
44,30
48,70
48,45
50,20

Luasan (Ao)
(mm2)
51
7
10
99
46

sp
(kg/ mm2)
21,17
18,43
19,36
19,36
19,31
sp rata2 = 19,53

Tabel 4.6 Perhitungan Tegangan Maksimum Polistiren


No
1
2
3
4
5

5.

t
(mm)
2,70
2,60
2,80
2,70
2,72

W
(mm)
5,95
5,95
5,80
6,10
6,15

Beban max
(kg)
21,75
34,6
23,5
21,60
27,45

Luasan (Ao)
(mm2)
16,10
15,47
16,24
16,47
16,73

sp
(kg/ mm2)
1,35
2,24
1,45
1,31
1,64
sp rata2 = 1,59

Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan analisa/pembahasan yang dilakukan maka dapat ditarik
kesimpulan sebagi berikut:
1. Perbedaan harga yang terjadi dapat disebabkan karena pada proses produksi
aliran material tidak merata.
2. Bahan polipropilen lebih ulet dan bahan polistiren lebih getas.
3. Tegangan maksimum rata-rata untuk bahan polipropilen adalah 19,53
(kg/mm2), sedangkan untuk bahan polistiren adalah 1,59 (kg/mm2).

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim, 2006, Annual Book of ASTM Standart, Vol. 08.01, USA


2. Charles A. Harper, , 1999, Modern Plastic Handbook, Mc. Graw Hill
Gardan. Vol. 1 No.1, Juli 2012

79

3. Surdia, tata MS and Roku Shin, 2000, Pengetahuan Bahan Teknik, PT.
Pradnya Paramita, Jakarta
4. Lawrence H. Van Vlack, 2004, Elemen-elemen Ilmu dan Rekayasa Material,
Ed.6th , Penerbit Erlangga, Jakarta.
5. Lawrence H. Van Vlack, Sriati Djaprie, 1992, Ilmu dan Teknologi Bahan, Ed
5 th, Penerbit Erlangga , Jakarta
6. J.A. Brydson, 1999, Plastics Materials, Butterworth-Heinemann, Oxford
7. Dominick. V. Rosato, Donald V. Rosato,2003, Plastics Engineered Product
Design, Elsevier Ltd.
8. R.J. Crawford, 2002, Plastics Engineering, Ed.3rd, Butterworth-Heinemann,
Oxford.

Gardan. Vol. 1 No.1, Juli 2012

80

Anda mungkin juga menyukai