Anda di halaman 1dari 39

TINJAUAN TEORITIS DAN TINJAUAN KASUS

A. Tinjauan Teoritis
1.

Konsep Dasar Prolaps Uteri Sistorektokel


a.

Pengertian

Prolaps merupakan suatu keadaan di mana jika struktur yang


menyangga uterus melemah (biasanya akibat melahirkan anak),
uterus dapat turun ke kanalis vaginal. Turunnya uterus akan
menarik otot-otot vagina dan bahkan kandung kemih dan rektum
seiring dengan proses penurunan (Smeltzer & Bare, 2001).

Sistorektokel adalah perpindahan tempat ke bawah dari


kandung kemih ke arah

orifisium vagina diikuti dengan

menggelantungnya rektum ke arah depan oleh karena robekan otot


di bawah vagina sehingga dinding vagina akan terdorong ke arah
depan (Smeltzer & Bare, 2001).
b.

Patofisiologi
Jika struktur yang menyangga uterus melemah (biasanya akibat
melahirkan anak), uterus dapat turun ke kanalis vaginal (prosidensial).
Turunnya uterus akan menarik otot-otot vagina dan bahkan kandung
kemih dan rektum seiring dengan proses penurunan ini. Gejala-gejala
termasuk masalah tekanan dan perkemihan (inkontinen/retensi) akibat
pergeseran kandung kemih. Gejala lainnya yang muncul meliputi nyeri
pada punggung bagian bawah dan pelvis bagian dalam, kesulitan
eliminasi, ketegangan pramenstruasi yang berlebihan dan dispareunia.

Web of Caution
Melahirkan anak
Struktur penyangga uterus melemah

Uterus turun ke kanalis vagina


Menarik otot-otot vagina
Turunnya kandung kemih dan rektum

Pembedahan

Pre Operasi

Nyeri pada
punggung
bagian bawah
dan pevis
bagian dalam

Tekanan pada
perkemihan
Inkontinensia/
retensi urine

Post Operasi

Ketegangan
pramenstruasi
yang berlebihan

Kurang
Pengetahuan

Dispareunia
Ansietas

Gangguan
Rasa Nyaman
(Nyeri)

Perubahan
Pola
Eleminasi
Urine

Gangguan
sensori/motorik

Disfungsi
Seksual

Perubahan/
Retensi
Eleminasi
Urinarius

Risiko
Tinggi
terhadap
Konstipasi/
Diare

Adanya luka
bekas operasi

Nyeri
Akut

Kerusakan
Integritas
Kulit

Risiko
Infeksi

Pemasangan
kateter

Risiko
Perubahan
Perfusi
Jaringan

Risiko Tinggi
Kekurangan
Volume
Cairan

Perubahan
feminimitas

Kurang
Pengetahuan

Gangguan
Harga Diri

Disfungsi
Seksual

Sumber : Smeltzer & Bare, 2001


2

c.

Pemeriksaan Diagnostik

CT-Scan : Membantu mengidentifikasi ukuran/lokasi uterus.

Pemeriksaan dalam.

d.

Penatalaksanaan Medik

Pembedahan merupakan pengobatan pilihan. Uterus dijahit


kembali ke tempatnya dan diperbaiki untuk menguatkan dan
mengencangkan pita-pita otot.

Pada

wanita

pascamenopause,

uterus

dapat

diangkat

(histerektomi).

Bagi lansia atau mereka yang terlalu sakit untuk menahan


regangan pembedahan, pesari dapat menjadi pengobatan pilihan.

2.

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pasien Post Vaginal


Histerektomi Anterior Posterior Repair Hari Ke-1 oleh karena
Prolaps Uteri Grade III Sistorektokel
a.

Pengkajian
1)

Data perawatan
Pengkajian adalah hal yang paling penting dilakukan oleh perawat
untuk mengenal masalah pasien agar dapat menjadi pedoman
dalam melakukan tindakan keperawatan. Pada pengkajian pasien
post vaginal histerektomi anterior posterior repair hari ke-1 oleh
karena prolaps uteri grade III sistorektokel didapatkan data sebagai
berikut:
a)

Sirkulasi
Gejala : Riwayat masalah jantung, GJK, edema pulmonal,
penyakit vaskuler perifer, atau stasis vaskuler
(peningkatan risiko pembentukan trombus).

b)

Integritas ego
Gejala : Perasaan cemas, takut, marah, apatis.

Faktor-faktor stres multipel, misalnya finansial,


hubungan, gaya hidup.
Tanda : Tidak dapat beristirahat, peningkatan ketegangan/peka
rangsang.
Stimulasi apatis.
c)

Eliminasi
Gejala : Inkontinensia/retensi.
Tanda : Volume urin berkurang/sedikit.

d)

Makanan/cairan
Gejala : Insufisiensi

pankreas/DM

(predisposisi

untuk

hipoglikemi/ketoasidosis).
Malnutrisi (termasuk obesitas).
Membran

mukosa

kering

(pembatasan

pemasukan/periode puasa praoperasi).


e)

Neurosensori
Gejala : Pusing/pening, sakit kepala, kesemutan, gangguan
penglihatan.
Tanda : Disorientasi, mengantuk, letargi, gangguan memori,
kacau mental.

f)

Nyeri atau kenyamanan


Gejala : Abdomen tegang atau nyeri.
Tanda : Wajah meringis.

g)

Pernapasan
Gejala : Infeksi, kondisi yang kronis/batuk,merokok.

h)

Keamanan
Gejala : Alergi atau sensitif terhadap obat, makanan, plester
dan larutan.
Defisiensi imun (peningkatan risiko infeksi sistemik
dan penundaan penyembuhan).
Riwayat keluarga tentang hipertermia malignan/reaksi
anestesi.

Riwayat penyakit hepaatik (efek dari detoksifikasi


obat-obatan dan dapat mengubah koagulasi).
Riwayat transfusi/reaksi transfusi.
Tanda : Munculnya proses infeksi yang melelahkan, demam.
i)

Seksualitas
Gejala : Rabas vagina/infeksi, kesulitan orgasme pada wanita,
dispareunia.

j)

Penyuluhan dan pembelajaran


Gejala : Penggunaan antibiotik, analgesik, antiinflamasi.
Penggunaan alkohol (risiko akan kerusakan ginjal
yang mempengaruhi koagulasi dan pilihan anestesi,
potensial bagi penarikan diri pascaoperasi).

2)

Diagnosa keperawatan pasca operasi


a) Gangguan

harga

diri

berhubungan

dengan

masalah

ketidakmampuan mempunyai anak, perubahan feminitas, efek


hubungan seksual, konflik religius.
b) Perubahan/retensi eleminasi urinarius berhubungan dengan
trauma mekanis, manipulasi bedah, adanya edema jaringan
lokal, hematoma, gangguan sensori/motorik, paralisis.
c) Risiko tinggi terhadap konstipasi/diare berhubungan dengan
faktor fisik, bedah abdominal, dengan manipulasi usus,
melemahkan otot abdominal.
d) Risiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan berhubungan
dengan hipovolemi, penurunan/penghentian aliran darah,
kongesti pelvis, inflamasi jaringan pasca operasi, stasis vena,
trauma intra operasi atau tekanan pada pelvis/pembuluh
betis/posisi litotomi selama histerektomi vaginal.
e) Risiko tinggi terhadap disfungsi seksual berhubungan dengan
perubahan struktur tubuh/fungsi, contoh memendeknya kanal
vaginal,

perubahan

kadar

hormon,

penurunan

libido,

kemungkinan perubahan respon seksual, contoh tidak adanya

irama kontraksi uterus selama orgasme, ketidaknyamanan/nyeri


vagina (dispareunia).
f) Nyeri (akut) berhubungan dengan gangguan pada kulit,
jaringan, dan integritas otot, trauma muskuloskeletal/tulang,
munculnya saluran dan selang.
g) Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan
dengan pembatasan pemasukan cairan secara oral (proses
penyakit/prosedur medis/adanya rasa mual), hilangnya cairan
tubuh secara tidak normal seperti melalui kateter, selang, jalur
normal seperti muntah, pengeluaran integritas pembuluh darah,
perubahan dalam kemampuan pembekuan darah, usia dan berat
badan yang berlebihan.
h) Kurang

pengetahuan

terpajan/mengingat,

berhubungan

salah

interpretasi

dengan
informasi,

kurang
tidak

mengenal sumber informasi.


i) Kerusakan

integritas

kulit/jaringan

berhubungan

dengan

interupsi mekanis pada kulit/jaringan, perubahan sirkulasi,


efek-efek yang ditimbulkan oleh medikasi, akumulasi drain,
perubahan status metabolis.
j) Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan kulit yang
rusak, trauma jaringan, stasis jaringan tubuh, munculnya zat-zat
patogen/kontaminan, pemajanan lingkungan, prosedur invasif.
b.

Perencanaan
Perencanaan keperawatan terdiri atas dua tahap yaitu prioritas
diagnosa dan rencana keperawatan. Perencanaan perawatan adalah
menyusun rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan
untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan
yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien.
Perencanaan ditulis sesuai dengan prioritas diagnosa yang ada.

1)

Gangguan harga diri berhubungan dengan masalah


ketidakmampuan mempunyai anak, perubahan feminitas, efek
hubungan seksual, konflik religius.
Intervensi :
Tindakan mandiri :
a) Berikan informasi akurat, kuatkan informasi yang diberikan
sebelumnya.
Rasional

: Memberikan kesempatan pada pasien untuk


bertanya dan mengasimilasi informasi.

b)

Ketahui kekuatan individu dan identifikasi


perilaku koping positif sebelumnya.
Rasional

: Membantu dalam membuat kekuatan yang telah


ada bagi pasien untuk digunakan dalam situasi
saat ini.

c)

Perhatikan perilaku menarik diri, menganggap


diri

negatif,

penggunaan

penolakan,

atau

terlalu

mempermasalahkan perubahan aktual/yang ada.


Rasional

: Mengidentifikasi

tahap

kehilangan/kebutuhan

intervensi.
Tindakan kolaborasi :
a)

Rujuk

ke

konseling

profesional

sesuai

kebutuhan.
Rasional

: Mungkin memerlukan bantuan tambahan untuk


mengatasi perasaan kehilangan.

2)

Perubahan/retensi eleminasi urinarius berhubungan


dengan trauma mekanis, manipulasi bedah, adanya edema jaringan
lokal, hematoma, gangguan sensori/motorik, paralisis.
Intervensi :
Tindakan mandiri :
a)

Perhatikan pola berkemih dan awasi keluaran urine.

Rasional

: Dapat

mengindikasikan

berkemih

dengan

retensi

sering

urine

dalam

bila

jumlah

sedikit/kurang (<100 ml).


b)

Berikan perawatan kebersihan perineal dan perawatan


kateter.
Rasional

: Meningkatkan kebersihan menurunkan risiko ISK


asenden.

c)

Kaji karakteristik urine, perhatikan warna, kejernihan, bau.


Rasional

: Retensi urine, drainase vaginal dan kemungkinan


adanya

kateter

intermitten/tak

menetap

meningkatkan risiko infeksi, khususnya bila


pasien mempunyai jahitan perineal.
Tindakan kolaborasi :
a) Periksa residu volume urine setelah berkemih bila diindikasi.
Rasional

: Tidak dapat mengosongkan kandung kemih secara


lengkap, retensi urine meningkatkan kemungkinan
untuk infeksi dan ketidaknyamanan/nyeri.

3)

Risiko tinggi terhadap konstipasi/diare berhubungan


dengan faktor fisik, bedah abdominal, dengan manipulasi usus,
melemahkan otot abdominal.
Intervensi :
Tindakan mandiri :
a)

Auskultasi bising usus. Perhatikan distensi abdomen,


adanya mual/muntah.
Rasional

: Indikator adanya/perbaikan ileus, mempengaruhi


pilihan intervensi.

b)

Bantu pasien untuk duduk pada tepi tempat tidur dan


berjalan.
Rasional

: Ambulasi dini membantu merangsang fungsi


intestinal dan mengembalikan peristaltik.

c)

Dorong pemasukan cairan adekuat, termasuk sari buah, bila


pemasukan per oral dimulai.
Rasional

: Meningkatkan pelunakan feses, dapat membantu


merangsang peristaltik.

Tindakan kolaborasi :
a) Batasi pemasukan oral sesuai indikasi.
Rasional

: Mencegah

mual/muntah

sampai

peristaltik

kembali (1-2 hari).


4)

Risiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan


berhubungan dengan hipovolemi, penurunan/penghentian aliran
darah, kongesti pelvis, inflamasi jaringan pasca operasi, stasis
vena, trauma intra operasi atau tekanan pada pelvis/pembuluh
betis/posisi litotomi selama histerektomi vaginal.
Intervensi :
Tindakan mandiri :
a) Pantau tanda vital, palpasi nadi perifer dan perhatikan
pengisian kapiler, kaji keluaran/karakteristik urin, evaluasi
perubahan mental.
Rasional

: Indikator keadekuatan perfusi sistemik, kebutuhan


cairan/darah, dan terjadinya komplikasi.

b) Hindari posisi fowler tinggi dan tekanan di bawah lutut atau


menyilangkan kaki.
Rasional

: Menimbulkan stasis vena dengan meningkatkan


kongesti pelvik dan pengumpulan darah dalam
ekstremitas,

potensial

risiko

pembentukan

trombus.
c) Bantu/instruksikan latihan kaki dan telapak dan ambulasi
sesegera mungkin.
Rasional

: Gerakan meningkatkan sirkulasi dan mencegah


komplikasi stasis.

Tindakan kolaborasi :

a) Berikan cairan IV, produk darah sesuai indikasi.


Rasional

: Menggantikan kehilangan darah, mempertahankan


volume sirkulasi dan perfusi jaringan.

5)

Risiko

tinggi

terhadap

disfungsi

seksual

berhubungan dengan perubahan struktur tubuh/fungsi, contoh


memendeknya kanal vaginal, perubahan kadar hormon, penurunan
libido, kemungkinan perubahan respon seksual, contoh tidak
adanya

irama

kontraksi

uterus

selama

orgasme,

ketidaknyamanan/nyeri vagina (dispareunia).


Intervensi :
Tindakan mandiri :
a) Mendengarkan pernyataan pasien atau orang terdekat.
Rasional

: Masalah seksual sering tersembunyi sebagai


pernyataan humor dan atau ungkapan yang
gamblang.

b) Identifikasi faktor budaya atau nilai dan adanya konflik.


Rasional

: Dapat

mempengaruhi

kembalinya

kepuasan

hubungan seksual.
c) Dorong pasien untuk berbagi pikiran/masalah dengan teman.
Rasional

: Komunikasi terbuka dapat mengidentifikasi area


penyesuaian/masalah dan meningkatkan diskusi
dan resolusi.

Tindakan kolaborasi :
a) Rujuk ke konselor atau ahli seksual sesuai kebutuhan.
Rasional

: Mungkin dibutuhkan bantuan tambahan untuk


meningkatkan kepuasan hasil.

6)

Nyeri (akut) berhubungan dengan gangguan pada


kulit, jaringan, dan integritas otot, trauma muskuloskeletal/tulang,
munculnya saluran dan selang.
Intervensi :
Tindakan mandiri :

10

a) Kaji lokasi, sifat dan durasi nyeri


Rasional

: Menandakan ketepatan pilihan tindakan.

b) Hilangkan faktor-faktor yang menghilangkan ansietas.


Rasional

: Tingkat toleransi ansietas adalah individual dan


dipengaruhi

oleh

berbagai

faktor.

Ansietas

berlebihan pada respon terhadap situasi darurat


dapat meningkatkan ketidaknyamanan karena rasa
takut, tegang dan nyeri yang saling berhubungan
dan

merubah

ketidakmampuan

klien

untuk

mengatasi.
c) Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi, posisikan senyaman
mungkin. Gunakan sentuhan terapeutik.
Rasional

: Dapat membantu dalam reduksi ansietas dan


ketegangan dan peningkatan kenyamanan.

Tindakan kolaborasi :
a) Kolaborasi dalam pemberian analgetik.
Rasional
7)

: Mengurangi rasa nyeri.


Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan

berhubungan dengan pembatasan pemasukan cairan secara oral


(proses penyakit/prosedur medis/adanya rasa mual), hilangnya
cairan tubuh secara tidak normal seperti melalui kateter, selang,
jalur normal seperti muntah, pengeluaran integritas pembuluh
darah, perubahan dalam kemampuan pembekuan darah, usia dan
berat badan yang berlebihan.
Intervensi :
Tindakan mandiri :
a) Ukur dan catat pemasukan dan pengeluaran (termasuk
pengeluaran cairan gastrointestinal). Tinjau ulang catatan intra
operasi.
Rasional

: Dokumentasi yang akurat akan membantu dalam


mengidentifikasi pengeluaran cairan/kebutuhan

11

penggantian

dan

pilihan-pilihan

yang

mempengaruhi intervensi.
b) Kaji pengeluaran urinarius terutama untuk tipe prosedur
operasi yang dilakukan.
Rasional

: Mungkin

akan

penghilangan

terjadi

setelah

penurunan

prosedur

ataupun

pada

sistem

genitourinarius dan atau struktur yang berdekatan


mengindikasikan malfungsi ataupun obstruksi
sistem urinarius.
c) Berikan bantuan pengukuran berkemih sesuai kebutuhan,
misalnya privasi, posisi duduk, air yang mengalir dalam bak,
mengalirkan air hangat di atas perineum.
Rasional

: Meningkatkan

relaksasi

otot

perineal

dan

memudahkan upaya pengosongan.


Tindakan Kolaborasi :
a) Pasang kateter urinarius dengan atau tanpa urimeter sesuai
kebutuhan.
Rasional

: Memberikan

mekanisme

untuk

memantau

pengeluaran urinarius secara akurat.


8)

Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang


terpajan/mengingat, salah interpretasi informasi, tidak mengenal
sumber informasi.
Intervensi :
Tindakan mandiri :
a) Tinjau ulang efek prosedur pembedahan dan harapan pada
masa datang, misalnya pasien perlu mengetahui bahwa ia tidak
akan menstruasi atau melahirkan anak, apakah menopause
pembedahan akan terjadi dan kemungkinan kebutuhan untuk
penambahan hormon.
Rasional

: Memberikan dasar pengetahuan di mana pasien


dapat membuat pilihan berdasarkan informasi.

12

b) Identifikasi kebutuhan diet, contoh protein tinggi, tambahan


besi.
Rasional

: Memfasilitasi penyembuhan/regenerasi jaringan


dan membantu memperbaiki anemia bila ada.

c) Dorong minum obat yang diresepkan secara rutin.


Rasional

: Minum hormon dengan makanan membiasakan


kebiasaan minum obat dan menurunkan potensi
timbulnya mual.

9)

Kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan


dengan interupsi mekanis pada kulit/jaringan, perubahan sirkulasi,
efek-efek yang ditimbulkan oleh medikasi, akumulasi drain,
perubahan status metabolis.
Intervensi :
Tindakan mandiri :
a) Beri penguatan pada balutan awal/penggantian sesuai indikasi.
Gunakan teknik aseptik yang tepat.
Rasional

: Lindungi luka dari perlukaan mekanis dan


kontaminasi. Mencegah akumulasi cairan yang
dapat menyebabkan ekskoriasi.

b) Secara hati-hati lepaskan perekat (sesuai arah pertumbuhan


rambut) dan pembalut pada waktu mengganti.
Rasional

: Mengurangi risiko trauma kulit dan gangguan


pada luka.

c) Ingatkan pasien untuk tidak menyentuh daerah luka.


Rasional

: Mencegah kontaminasi luka.

Tindakan kolaborasi :
a) Berikan es pada daerah luka jika dibutuhkan.
Rasional

: Menurunkan pembentukan edema yang mungkin


menyebabkan

tekanan

yang

tidak

dapat

diidentifikasi pada luka selama periode pasca


operasi.

13

10)

Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan


kulit yang rusak, trauma jaringan, stasis jaringan tubuh, munculnya
zat-zat patogen/kontaminan, pemajanan lingkungan, prosedur
invasif.
Intervensi :
Tindakan mandiri :
a) Observasi keadaan luka.
Rasional

: Mengetahui adanya inflamasi dan menentukan


intervensi selanjutnya.

b) Rawat luka secara teratur.


Rasional

: Mencegah meluasnya luka dan mempercepat


proses penyembuhan.

c) Observasi adanya pus dan luka.


Rasional

: Mengetahui adanya peradangan pada luka.

Tindakan kolaborasi :
a) Berikan antibiotik sesuai petunjuk.
Rasional

: Dapat diberikan secara profilaksis bila dicurigai


terjadinya infeksi atau kontaminasi.

c. Pelaksanaan
Dalam tahap ini akan dilaksanakan tindakan keperawatan yang
disesuaikan dengan rencana.
d. Evaluasi
Evaluasi adalah proses penilaian pencapaian tujuan serta
pengkajian ulang rencana keperawatan. Tujuan evaluasi adalah
menentukan kemampuan pasien dalam mencapai tujuan yang telah
ditentukan, menilai efektivitas rencana keperawatan atau strategi
asuhan keperawatan.

14

Dalam proses keperawatan berdasarkan permasalahan yang


muncul maka hal-hal yang diharapkan pada evaluasi adalah sebagai
berikut :
1)

Menyatakan penerimaan diri pada situasi dan adaptasi terhadap


perubahan pada citra tubuh.

2)

Mengosongkan kandung kemih secara teratur dan tuntas.

3)

Mempertahankan pola eliminasi biasanya.

4)

Menunjukkan perfusi adekuat, sesuai dengan bukti tanda vital


stabil, nadi teraba, pengisian kapiler baik, mental biasa, keluaran
urin

adekuat

secara

individual

dan

bebas

edema,

tanda

pembentukan trombus.
5)

Mendiskusikan masalah tentang gambaran diri, peran seksual,


hasrat seksual pasangan dengan orang terdekat.

6)

Mengatakan bahwa rasa sakit telah terkontrol/dihilangkan.

7)

Mendemonstrasikan

keseimbangan

cairan

yang

adekuat,

sebagaimana ditunjukkan dengan adanya tanda-tanda vital yang


stabil, palpasi denyut nadi dengan kualitas yang baik, turgor kulit
normal, membran mukosa lembab, dan pengeluaran urin individu
yang sesuai.
8)

Menyatakan pemahaman kondisi.

9)

Menunjukkan integritas kulit yang normal.

10)

Pertahankan lingkungan aseptik yang aman.

15

DAFTAR PUSTAKA
Bobak, Lowdermilk, & Jensen. (2004). Buku ajar keperawatan maternitas (Edisi
4). Jakarta: EGC.
Doenges, M. E., Moorhouse, M. F., Geissler, A.C. (1999). Rencana asuhan
keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian
perawatan pasien (Edisi 3). Jakata: EGC.
Smeltzer, S.C., dan Bare, B.G. (2001). Buku ajar keperawatan medikal-bedah
Brunner & Suddarth (Edisi 8 volume 2). Jakarta : EGC.

16

B. Tinjauan Kasus
1.

Pengkajian
Pengkajian dilakukan tanggal 10 Juni 2008 pukul 09.00 Wita di
Ruang Belibis BP RSUD Wangaya Denpasar. Data diperoleh berdasarkan
teknik wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan studi dokumentasi
pasien.
a.

Pengumpulan Data
1) Identitas

Pasien

Penanggung

Nama

: MR

NS (Anak)

Umur

: 50 tahun

33 tahun

Jenis kelamin

: Perempuan

Laki-laki

Status perkawinan : Janda

Kawin

Agama

: Hindu

Hindu

Suku/Bangsa

: Bali/Indonesia

Bali/Indonesia

Pendidikan

: Tidak tamat SD

SMA

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Pegawai Swasta

Alamat

: Jln. Kenyeri Gg.

Jln. Kenyeri Gg.

Pacah 5, Tegal

Pacah 5, Tegal

Kuwalon, Dps

Kuwalon, Dps

2) Alasan dirawat
a) Keluhan utama
(1)

Keluhan saat masuk rumah sakit


Pasien mengatakan keluar peranakan sejak satu tahun yang
lalu (tahun 2007).

17

(2)

Keluhan saat pengkajian


Pasien mengatakan badannya terasa lemah.

b) Riwayat penyakit (prolaps uteri)


Pasien mengatakan keluar peranakan sejak satu tahun
yang lalu dan paling dirasakan saat bergerak, berjalan dan
mengedan. Pada mulanya peranakan yang keluar hanya sedikit
sehingga pasien tidak menghiraukannya. Sekitar 5 bulan yang
lalu (bulan Januari 2008) peranakannya dirasakan semakin
banyak keluar dari kemaluannya.
Pasien bekerja sebagai buruh pengangkut pasir. Pasien
mengatakan beban yang dibawanya cukup berat dan banyak.
Karena tidak merasa sakit, pasien mendiamkan penyakitnya
hingga suatu hari ketahuan oleh menantunya. Oleh menantu
dan anaknya pasien diperiksakan di dokter B (spesialis bedah)
pada bulan April 2008. Di sana pasien dilakukan tindakan pap
smear. Karena penurunan uterus tidak terlalu banyak, oleh
dokter dilakukan tindakan pemasangan alat (pessarium) dan
pasien diberi obat (pasien tidak tahu namanya). Setelah
diperiksa pasien disarankan kontrol bila keadaannya kurang
membaik. Setelah obat habis pasien tidak kontrol lagi karena
merasa kondisinya membaik dan pasien tetap melaksanakan
pekerjaannya mengangkut pasir.
Pada bulan Mei 2008 pasien mengatakan peranakannya
kembali turun dan kain yang dipakainya sering basah. Oleh
anak dan menantunya pasien diperiksakan kembali ke dokter B
(spesialis bedah) dan diberi surat rujukan periksa ke dokter M
(spesialis kandungan). Di sana pasien dilakukan USG. Dari
hasil USG ditemukan penurunan uterus sudah tingkat lanjut
sehingga pasien disarankan untuk operasi. Keluarga dan pasien
menerima saran dokter M (spesialis kandungan).

18

Pada tanggal 6 Juni 2008 pasien datang ke poliklinik


kebidanan dengan membawa surat rujukan dari dokter M
(spesialis kandungan). Setelah dilakukan pemeriksaan pasien
disarankan untuk masuk rumah sakit. Pasien opname di ruang
Belibis BP RSUD Wangaya Denpasar untuk mendapat
perawatan lebih lanjut. Pasien diterima di ruang Belibis pukul
12.00 Wita (6 Juni 2008). Pada tanggal 8 Juni 2008 dilakukan
persiapan operasi seperti inform consent, personal hygiene,
puasa, lavement dan pembersihan daerah operasi. Pada tanggal
9 Juni pukul 08.00 Wita pasien dikirim ke OK untuk
dilaksanakan operasi. Pukul 11.00 Wita pasien dijemput dari
OK, pasien datang dalam keadaan sadar, terpasang infus Dex
5% pada tangan kanan dan dower catheter serta terdapat luka
pada orifisium vagina yang masih tertutup perban.
Diagnosa medis :
Post Vaginal Histerektomi Anterior Posterior Repair Hari ke-1
oleh karena Prolaps Uteri Grade III Sistorektokel
Terapi tanggal 10 Juni 2008 :
Diet bubur saring

Cefotaxim

3 x 1 gr

Vitamin C

2 x 1 amp

ROB

1 x 1 tab

Rawat luka

Mobilisasi bertahap

Dower catheter lanjut


sampai hari ke-5

c) Riwayat obstetri
(1)

Riwayat menstruasi

19

Pasien menarche pada umur 14 tahun, siklus menstruasi 2830 hari, lama 3-5 hari, banyaknya 2-3 kali ganti pembalut
( 50 cc), warna kehitaman, bau amis, konsistensi encer,
saat menstruasi tidak pernah mengalami dismenorea, pasien
menopause sejak 5 tahun yang lalu.
(2)

Riwayat perkawinan
Pasien menikah 1 kali, lama perkawinan dengan suaminya
3 tahun, suaminya sudah meninggal 30 tahun yang lalu
karena sakit (pasien tidak tahu nama penyakitnya).

(3)

Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas


Pasien hamil 1 kali, melahirkan anak laki-laki, berat lahir
3000 gr, sekarang berumur 33 tahun. Selama hamil pasien
rajin memeriksakan diri ke bidan. Pasien mengalami
kesulitan saat melahirkan. Pasien melahirkan di RS
Wangaya dengan tindakan forcep.

(4)

Riwayat kontrasepsi
Semenjak anak pertama lahir pasien tidak pernah memakai
kontrasepsi, karena suaminya telah meninggal.

d) Riwayat penyakit yang pernah diderita


Pasien tidak pernah menderita penyakit DM, kanker, tumor,
hemoroid, batuk yang berkepanjangan dan TBC.
e) Riwayat penyakit keluarga
Keluarga pasien tidak ada yang menderita TBC, DM, kanker
dan tumor. Bapak kandung pasien pernah menderita hemoroid.
Pasien mengatakan ibunya tidak menderita penyakit yang sama
seperti dirinya.
3) Data bio-psiko-sosial-spiritual
a) Biologis
(1)

Bernapas

20

Sebelum sakit, selama sakit dan saat pengkajian pasien


mengatakan tidak mengalami gangguan dalam bernapas,
baik saat menarik napas maupun saat menghembuskan
napas.
(2)

Makan dan minum


Makan : Pasien mengatakan sebelum sakit biasa makan 3
kali sehari dengan menu nasi, lauk pauk, sayur
daan kadang buah. Makan habis 1 porsi setiap
kali makan. Selama sakit pasien mengatakan
nafsu makannya tidak berubah, pasien makan
habis 1 porsi setiap kali makan. Pasien makan 3
kali sehari dengan menu yang disediakan di RS.
Tanggal 8 Juni 2008 pukul 22.00 Wita pasien
mengatakan dirinya puasa karena besoknya akan
dioperasi. Saat pengkajian pasien makan bubur
saring

yang

disediakan

di

RS.

Pasien

mengatakan makan 1 kali pada pagi hari, habis 1


porsi.
Minum : Pasien mengatakan sebelum sakit biasa minum
8-9 gelas/hari ( 2500 cc/hari). Saat pengkajian
pasien mengatakan mulai minum sedikit-sedikit
pada tanggal 9 Juni 2008. Pukul 13.00 Wita
pasien minum 250 cc. Pasien mengatakan
minum 1 botol Aqua besar ( 2500 cc) dari
pukul 13.00 Wita (9 Juni 2008) sampai dengan
pukul 09.00 Wita (10 Juni 2008).
(3)

Eliminasi
BAB : Sebelum sakit pasien mengatakan berak 1 kali
sehari pada pagi hari di WC dengan konsistensi
lembek, lendir dan darah tidak ada. Selama sakit
pasien tidak mengalami kesulitan saat berak,

21

pasien mengatakan berak 1 kali sehari dengan


konsistensi lembek, warna kuning kecoklatan,
lendir dan darah tidak ada. Pasien mengatakan
saat berak peranakannya tambah turun namun
tidak mengganggu keluarnya berak pasien. Saat
pengkajian pasien mengatakan belum berak sejak
1 hari yang lalu (9 Juli 2008) karena pasien baru
habis operasi.
BAK : Sebelum sakit pasien mengatakan kencingnya 4-5
kali pada siang harinya ( 1500 cc). Selama sakit
pasien mengatakan kencing 3-4 kali ( 1200 cc)
pada siang hari. Pasien juga mengatakan sering
kencing pada malam harinya 2-3 kali ( 500 cc),
dalam 1 hari pasien kencing 1700-2000 cc. Saat
pengkajian
catheter

pasien tampak
dengan

volume

terpasang

dower

200

warna

cc

kekuningan, cairan yang keluar dari pukul 13.00


Wita (9 Juni 2008) sampai pukul 06.00 Wita (10
Juni 2008) adalah 2400 cc.
(4)

Istirahat dan tidur


Sebelum sakit dan saat pengkajian pasien mengatakan
pasien tidak mengalami gangguan dalam istirahat dan tidur.
Pasien tidur 7-8 jam/hari. Saat pengkajian pasien
mengatakan tidur pukul 22.00 Wita sampai pukul 05.00
Wita walaupun sedikit terganggu dengan suara pasien di
ruangan sebelah. Pasien mengatakan di RS lebih sering
dapat tidur siang, pasien tidur siang 1-2 jam.

(5)

Gerak dan aktivitas


Sebelum sakit pasien mengatakan tidak mengalami
gangguan saat bergerak dan beraktivitas. Selama sakit
pasien mengatakan pergerakannya sedikit terganggu karena

22

peranakannya turun. Pasien mengatakan masih bisa


melaksanakan kegiatan ringan seperti menyapu, memasak
dan

mengasuh

cucunya.

Saat

pengkajian

pasien

mengatakan pergerakannya terbatas karena terpasang


selang pada kemaluannya dan infus di tangan kanannya,
pasien tampak berbaring di tempat tidur. Pasien hanya
tampak miring kanan dan kiri di tempat tidur. Pasien
mengatakan belum berani duduk karena terpasang selang
pada kemaluannya. Pasien mengatakan badannya terasa
lemah dan takut berjalan. Pasien mengatakan saat makan
dan minum dibantu oleh perawat atau keluarga, saat mandi
pasien dilap oleh perawat atau keluarga.
(6)

Kebersihan diri
Sebelum dan saat sakit pasien mengatakan mandi 2 kali
sehari di kamar mandi memakai sabun, gosok gigi 2 kali
sehari dan cuci rambut 2 kali seminggu. Pada tanggal 9 Juni
2008 pasien hanya dilap oleh perawat. Saat pengkajian
pasien mengatakan dilap 2 kali sehari oleh perawat dan
gosok gigi 2 kali sehari dibantu oleh perawat.

(7)

Pengaturan suhu tubuh


Sebelum sakit pasien jarang mengalami peningkatan suhu
tubuh. Setelah dilakukan operasi (tanggal 9 Juni 2008)
pasien

mengalami

peningkatan

suhu

tubuh.

Saat

pengkajian, suhu tubuh pasien 37 C.


b) Data psikologis
(1)

Rasa nyaman
Sebelum dan selama sakit pasien mengatakan tidak merasa
sakit

pada

alat

kelaminnya,

perut,

panggul

dan

pinggangnya. Setelah operasi dan saat pengkajian pasien


mengatakan merasa sakit pada alat kelamin dan perut
bagian bawahnya. Nyeri dirasakan seperti diiris-iris pisau,

23

skala nyeri 5 dari 10 skala nyeri yang diberikan. Pasien


mengatakan dapat menggerakkan tubuhnya miring ke
kanan dan kiri walaupun merasa sakit. Pasien mengatakan
nyeri bertambah apabila pasien mengubah posisi. Pasien
tampak meringis saat bergerak.
(2)

Rasa aman
Sebelum sakit pasien mengatakan tidak khawatir dengan
keadaannya, selama sakit pasien mengatakan khawatir
dengan keadaannya. Pasien mengatakan senang jika
sakitnya

sudah

dioperasi.

Saat

pengkajian

pasien

mengatakan senang karena sakitnya sudah dioperasi.


c) Data sosial
Sebelum, selama dan saat pengkajian pasien mengatakan tidak
malu dengan keadaannya. Pasien mengatakan: Saya mau
dioperasi agar peranakan yang turun ini tidak mengganggu
lagi. Pasien mengatakan tidak ada rencana menikah dan punya
anak lagi. Hubungan pasien dengan keluarga baik, komunikasi
pasien lancar, pasien kooperatif dalam tindakan keperawatan
dan medis yang diberikan.
d) Spiritual
Pasien menganut agama Hindu dan pasien sembahyang pada
hari-hari tertentu ke Pura. Saat pengkajian pasien hanya bisa
berdoa dari tempat tidur mohon keselamatan dan cepat sembuh.
e) Pengetahuan
Pasien mengatakan sebelum operasi dan saat pengkajian belum
mengetahui dengan pasti tentang penyakit dan perawatan
setelah operasi, pasien bertanya: Kapan saya bisa pulang dan
kapan selang di kemaluan dan infusnya dibuka?. Pasien juga
menanyakan mengapa bisa terkena penyakit seperti ini. Pasien
tampak bertanya tentang penyakitnya dan perawatan setelah
operasi kepada perawat.

24

4) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
Kesadaran

: Compos mentis

Bangun tubuh

: Gemuk

Postur tubuh

: Tegak

Keadaan kulit

: Kulit elastis, edema tidak ada

b) Gejala kardinal
(1) Suhu

: 37 C

(2) Respirasi

: 20 x/menit

(3) Nadi

: 84 x/menit

(4) Tekanan darah : 120/80 mmHg


c) Ukuran-ukuran
(1) Berat badan sebelum sakit

: 70 kg

(2) Berat badan saat sakit

: Tidak dapat diobservasi

(3) Tinggi badan

: 165 cm

d) Keadaan fisik
(1)

Kepala
Benjolan tidak ada, keadaan kulit bersih, nyeri tekan tidak
ada.

(2)

Muka
Kulit muka bersih, edema tidak ada, tidak pucat.

(3)

Mata
Konjungtiva agak pucat, sklera putih, pupil isokor, nyeri
tekan tidak ada.

(4)

Hidung
Benjolan tidak ada, sekret tidak ada, nyeri tekan tidak
ada.

(5)

Telinga
Serumen tidak ada, nyeri tekan tidak ada.

(6)

Mulut

25

Mukosa bibir lembab, gigi kurang lengkap, stomatitis


tidak ada, reflek muntah ada.
(7)

Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan tiroid, tidak ada
bendungan vena jugularis, reflek menelan ada.

(8)

Thorak
Pergerakan dada simetris, suara paru vesikuler, suara
jantung S1 S2 murni tunggal reguler, kedua payudara
simetris, benjolan tidak ada, pengeluaran cairan pada
payudara tidak ada.

(9)

Abdomen
Bentuk simetris, terdapat nyeri tekan pada perut bagian
bawah, distensi perut tidak ada, peristaltik usus 7
kali/menit, flatus ada 2 kali setelah operasi.

(10) Ekstremitas
Atas

: Tangan kanan terpasang infus RL 28 tetes/menit


(flash ke-3), kulit elastis, kelainan tidak ada,
kekuatan otot 3.

Bawah : Reflek patella +/+, reflek babinsky +/+, kelainan


tidak ada, kulit elastis, edema tidak ada,
kekuatan otot 3.
(11) Genetalia
Terpasang dower catheter dengan volume 200 cc,
terdapat bercak darah pada gaas ( cc), terdapat luka
pada orifisium vagina yang masih basah, terdapat nyeri
tekan pada area sekitar luka.
(12) Anus
Kelainan tidak ada, tidak ada hemoroid.
5)

Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan laboratorium tanggal 6 Juni 2008
Darah lengkap

26

Hasil

Nilai normal

WBC

7,67

K/uL

4,10-10,9

K/uL

NEU

6,20

70,6%N

2,50-7,50

42,0-80,0%N

LYM

1,82

20,01%L

1,00-4,00

13,0-40,0%L

MONO 0,388 4,80%M

0,100-1,20 2,00-11,0%M

EOS

0,485 5,00%E

0,00-0,100 0,00-5,00%E

BASO

0,72

0,521%B

0,00-0,100 0,00-2,00%B

RBC

4,80

M/uL

4,00-5,20

M/uL

HGB

11,9

Gr/dL

12,0-16,0

Gr/dL

HCT

37,2

36,0-46,0

MCV

90

fL

80,0-100

fL

MCH

29,3

Pq

26,0-34,0

Pq

MCHC 34,0

g/dL

31,0-36,0

g/dL

RDW

12,1

11,6-14,8

PLT

321

K/uL

140-440

K/uL

MPV

65

0,00-100

b) Pemeriksaan laboratorium tanggal 10 Juni 2008


Darah lengkap
Hasil

Nilai normal

WBC

10,2

K/uL

4,10-10,9

K/uL

NEU

5,21

67,9%N

2,50-7,50

42,0-80,0%N

LYM

1,38

18,0%L

1,00-4,00

13,0-40,0%L

MONO 0,368 4,80%M

0,100-1,20 2,00-11,0%M

EOS

0,645 8,41%E

0,00-0,100 0,00-5,00%E

BASO

0,68

0,892%B

0,00-0,100 0,00-2,00%B

RBC

4,01

M/uL

4,00-5,20

M/uL

HGB

12,0

Gr/dL

12,0-16,0

Gr/dL

HCT

36,1

36,0-46,0

MCV

84,3

fL

80,0-100

fL

MCH

28,2

Pq

26,0-34,0

Pq

g/dL

31,0-36,0

g/dL

MCHC 33,4

27

b.

RDW

14,5

11,6-14,8

PLT

316

K/uL

140-440

K/uL

MPV

7,55

0,00-100

Analisa Data

Analisa Data Keperawatan Pasien MR dengan Post Vaginal


Histerektomi Anterior Posterior Repair Hari Ke-1
oleh karena Prolaps Uteri Grade III Sistorektokel
di Ruang Belibis BP RSUD Wangaya Denpasar
Tanggal 10 Juni 2008
No.
1
1.

2.

Data Subjektif
2
Pasien mengatakan
pergerakannya
terbatas.
- Pasien mengatakan
belum berani duduk.
- Pasien mengatakan
badannya terasa
lemah dan takut
berjalan.
- Pasien mengatakan
saat makan dan
minum dibantu oleh
perawat atau
keluarga, saat mandi
pasien dilap oleh
perawat atau
keluarga.
-

Pasien mengatakan
merasa sakit pada
alat kelamin dan
perut bagian
bawahnya.

Data Objektif
-

3
Pasien terpasang
infus RL 28 tetes/menit
pada tangan kanannya.
Pasien tampak
berbaring di tempat
tidur.
Pasien hanya tampak
miring kanan dan kiri
di tempat tidur.
Terpasang dower
catheter dengan
volume 200 cc.
Kekuatan otot
333
333
333
333

Skala nyeri 5 dari 10


skala nyeri yang
diberikan.
- Pasien tampak
meringis saat bergerak.

Kesimpulan
4
Kerusakan Mobilitas Fisik

Nyeri Akut

28

No.

Data Subjektif
-

3.

Data Objektif

Kesimpulan

Nyeri dirasakan
seperti diiris-iris
pisau.
- Pasien mengatakan
dapat menggerakkan
tubuhnya miring ke
kanan dan kiri
walaupun merasa
sakit.
- Pasien mengatakan
nyeri bertambah
apabila pasien
mengubah posisi.

Kurang Pengetahuan

Risiko Infeksi

Pasien mengatakan
belum mengetahui
dengan pasti tentang
penyakit dan
perawatan setelah
operasi.

4.

Terdapat nyeri tekan


pada perut bagian
bawah dan area sekitar
luka.

Pasien menanyakan
mengapa bisa terkena
penyakit seperti ini.
- Pasien tampak
bertanya tentang
penyakitnya dan
perawatan setelah
operasi kepada
perawat.
Pasien terpasang
infus RL 28 tetes/menit
pada tangan kanannya.
- Terpasang dower
catheter dengan
volume 200 cc.
- Terdapat bercak darah
pada gaas ( cc).
- Terdapat luka pada
orifisium vagina yang
masih basah.

c.

d.

Perumusan Masalah
1)

Kerusakan mobilitas fisik

2)

Nyeri akut

3)

Kurang pengetahuan

4)

Risiko infeksi
Analisa Masalah

29

1) P = Kerusakan mobilitas fisik


E = Pemasangan alat-alat eksternal (infus dan dower catheter),
kelemahan, kurangnya motivasi dan nyeri.
S = Pasien

mengatakan

pergerakannya

terbatas,

pasien

mengatakan belum berani duduk, pasien mengatakan


badannya

terasa

lemah

dan takut

berjalan,

pasien

mengatakan saat makan dan minum dibantu oleh perawat


atau keluarga, saat mandi pasien dilap oleh perawat atau
keluarga, pasien terpasang infus RL 28 tetes/menit pada
tangan kanannya, pasien tampak berbaring di tempat tidur,
pasien hanya tampak miring kanan dan kiri di tempat tidur,
terpasang dower catheter dengan volume 200 cc, kekuatan
otot :
333
333
333
333
Proses terjadinya : Adanya pemasangan alat-alat eksternal (infus
dan dower catheter), kelemahan, kurangnya
motivasi dan nyeri menyebabkan rasa tidak
nyaman saat bergerak dan bernafas. Di mana
terjadi penurunan suplai O2 ke jaringan
sehingga tidak ada O2 yang beredar ke seluruh
tubuh, akibatnya pasien menjadi lemah dan
menyebabkan kerusakan mobilitas fisik.
Akibat bila tidak ditanggulangi : Kontraktur (kekakuan otot dan
ADL pasien terganggu).
2) P = Nyeri akut
E = Trauma jaringan dan spasme otot sekunder terhadap
pembedahan
S = Pasien mengatakan merasa sakit pada alat kelamin dan
perut bagian bawahnya, nyeri dirasakan seperti diiris-iris
pisau, pasien mengatakan dapat menggerakkan tubuhnya
miring ke kanan dan kiri walaupun merasa sakit, pasien

30

mengatakan nyeri bertambah apabila pasien mengubah


posisi, skala nyeri 5 dari 10 skala nyeri yang diberikan,
pasien tampak meringis saat bergerak, terdapat nyeri tekan
pada perut bagian bawah dan area sekitar luka.
Proses terjadinya : Adanya trauma jaringan dan spasme otot
sekunder terhadap pembedahan menyebabkan
terputusnya saraf-saraf perifer. Rangsangan ini
akan dibawa oleh saraf aferen ke talamus.
Talamus

memancarkaan

korteks.

Korteks

diolah dan dibawa kembali ke saraf perifer dan


dipresentasikan sebagai nyeri.
Akibat bila tidak ditanggulangi : Mengganggu

istirahat

tidur

pasien dan menghambat proses


penyembuhan.
3) P = Kurang pengetahuan
E = Kurang pemajanan (informasi)/mengingat, keterbatasan
kognitif.
S = Pasien mengatakan

belum mengetahui dengan pasti

tentang penyakit dan perawatan setelah operasi, pasien


menanyakan mengapa bisa terkena penyakit seperti ini,
pasien tampak bertanya tentang penyakitnya dan perawatan
setelah operasi kepada perawat.
Proses terjadinya : Kurangnya pemajanan (informasi)/mengingat
dan keterbatasan kognitif menyebabkan pasien
tidak tahu tentang penyakit dan perawatannya.
Akibat bila tidak ditanggulangi : Pasien tidak kooperatif.
4) P = Risiko infeksi
FR = Sisi masuknya organisme sekunder terhadap pembedahan
dan adanya jalur invasif.
Proses terjadinya : Karena adanya pembedahan yang merupakan
jalan sisi masuknya kuman/organisme yang

31

dapat menjadi media yang baik bagi kuman


untuk

berkembang

menyebabkan
dower

biak

sehingga

infeksi. Apabila

catheter

dan infus

dapat

perawatan

tidak teratur

dilakukan dapat juga sebagai jalan masuknya


kuman ke tubuh pasien.
Akibat bila tidak ditanggulangi : Infeksi akan terjadi.

e.

Diagnosa Keperawatan
1) Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan pemasangan alatalat eksternal (infus dan dower catheter), kelemahan, kurangnya
motivasi

dan

nyeri,

ditandai

dengan

pasien

mengatakan

pergerakannya terbatas, pasien mengatakan belum berani duduk,


pasien mengatakan badannya terasa lemah dan takut berjalan,
pasien mengatakan saat makan dan minum dibantu oleh perawat
atau keluarga, saat mandi pasien dilap oleh perawat atau keluarga,
pasien terpasang infus RL 28 tetes/menit pada tangan kanannya,
pasien tampak berbaring di tempat tidur, pasien hanya tampak
miring kanan dan kiri di tempat tidur, terpasang dower catheter
dengan volume 200 cc, kekuatan otot :

333
333

333
333

2) Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan spasme otot


sekunder

terhadap

pembedahan,

ditandai

dengan

pasien

mengatakan merasa sakit pada alat kelamin dan perut bagian


bawahnya, nyeri dirasakan seperti diiris-iris pisau, pasien
mengatakan dapat menggerakkan tubuhnya miring ke kanan dan
kiri walaupun merasa sakit, pasien mengatakan nyeri bertambah
apabila pasien mengubah posisi, skala nyeri 5 dari 10 skala nyeri

32

yang diberikan, pasien tampak meringis saat bergerak, terdapat


nyeri tekan pada perut bagian bawah dan area sekitar luka.
3) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang pemajanan
(informasi)/mengingat, keterbatasan kognitif, ditandai dengan
pasien mengatakan

belum mengetahui dengan pasti tentang

penyakit dan perawatan setelah operasi, pasien menanyakan


mengapa bisa terkena penyakit seperti ini, pasien tampak bertanya
tentang penyakitnya dan perawatan setelah operasi kepada perawat.
4) Risiko infeksi berhubungan dengan sisi masuknya organisme
sekunder terhadap pembedahan dan adanya jalur invasif.
2.

Perencanaan Keperawatan
a.

Prioritas Masalah
1)

Nyeri akut berhubungan dengan


trauma jaringan dan spasme otot sekunder terhadap pembedahan.

2)

Kerusakan

mobilitas

fisik

berhubungan dengan pemasangan alat-alat eksternal (infus dan


dower catheter), kelemahan, kurangnya motivasi dan nyeri.
3)

Kurang pengetahuan berhubungan


dengan kurang pemajanan (informasi)/mengingat, keterbatasan
kognitif.

4)

Risiko infeksi berhubungan dengan


sisi masuknya organisme sekunder terhadap pembedahan dan
adanya jalur invasif.

33

34

b.

Rencana Perawatan
Rencana Perawatan Pasien MR dengan Post Vaginal Histerektomi
Anterior Posterior Repair Hari Ke-1 oleh karena Prolaps Uteri Grade III Sistorektokel
di Ruang Belibis BP RSUD Wangaya Denpasar
Tanggal 10 Juni 2008

No.

Hr/Tgl/Jam

Diagnosa
Keperawatan
3

Rencana Tujuan

Rencana Tindakan

Rasional

35

No.

Hr/Tgl/Jam

1.

Selasa
10-06-08
09.00 Wita

Diagnosa
Keperawatan
Kerusakan mobilitas
fisik berhubungan
dengan pemasangan
alat-alat eksternal
(infus dan dower
catheter), kelemahan,
kurangnya motivasi dan
nyeri, ditandai dengan
pasien mengatakan
pergerakannya terbatas,
pasien mengatakan
belum berani duduk,
pasien mengatakan
badannya terasa lemah
dan takut berjalan,
pasien mengatakan saat
makan dan minum
dibantu oleh perawat
atau keluarga, saat
mandi pasien dilap oleh
perawat atau keluarga,
pasien terpasang infus
RL 28 tetes/menit pada
tangan kanannya,
pasien tampak
berbaring di tempat
tidur, pasien hanya
tampak miring kanan
dan kiri di tempat tidur,

Rencana Tujuan

Rencana Tindakan

Rasional

Setelah diberikan askep selama


3 x 24 jam diharapkan gerak
dan aktivitas pasien dapat
terkoordinir dengan kriteria
hasil:
Pasie
n mengatakan tidak sulit
dalam bergerak.
Pasie
n tampak mampu melakukan
aktivitas dalam memenuhi
ADL.
Keku
atan otot :

Bantu pasien dalam


pemenuhan ADL
kemudian motivasi
pasien untuk melakukan
ADL sendiri secara
bertahap sesuai
kemampuan pasien.

Agar pasien tidak


menjadi
ketergantungan dan
menghindari kekakuan
otot.

Kaji kekuatan otot.

Dengan mengkaji
kekuatan otot dapat
mengetahui sejauh
mana perkembangan
kemampuan otot
pasien.

555
555

555
555

36

No.

2.

Hr/Tgl/Jam

Selasa
10-06-08
09.00 Wita

Diagnosa
Keperawatan
terpasang dower
catheter dengan
volume 200 cc,
kekuatan otot
333
333
333
333
Nyeri akut
berhubungan dengan
trauma jaringan dan
spasme otot sekunder
terhadap pembedahan,
ditandai dengan pasien
mengatakan merasa
sakit pada alat kelamin
dan perut bagian
bawahnya, nyeri
dirasakan seperti diirisiris pisau, pasien
mengatakan dapat
menggerakkan
tubuhnya miring ke
kanan dan kiri
walaupun merasa sakit,
pasien mengatakan
nyeri bertambah
apabila pasien
mengubah posisi, skala
nyeri 5 dari 10 skala

Rencana Tujuan

Rencana Tindakan

Setelah diberikan askep selama


3 x 24 jam diharapkan nyeri
pasien berkurang dengan
kriteria hasil:
Nyeri
pasien berkurang
Skala
nyeri 0-2 dari 10 skala nyeri
yang diberikan.
Pasie
n tidak meringis saat bergerak.
Nyeri
tekan tidak ada.
Nadi
80100 x/menit.

Kaji tingkat nyeri pasien.

Observasi TTV tiap 6 jam


terutama nadi.

Rasional

Untuk memudahkan
memberikan
tindakan/intervensi
selanjutnya.
Perubahan nadi
menunjukkan adanya
perubahan tingkat nyeri
pasien.

Ajarkan kemudian
terapkan teknik distraksi
dan relaksasi.
Anjurkan pasien untuk
mengambil posisi yang
nyaman.

Mampu mengalihkan
perhatian pasien dari
nyeri yang dirasakan.
Mengurangi nyeri karena
otototot terjadi rileks.

Kolaboratif dalam

Mengurangi nyeri yang

37

No.

3.

4.

Hr/Tgl/Jam

Selasa
10-06-08
09.00 Wita

Selasa
10-06-08
09.00 Wita

Diagnosa
Keperawatan
nyeri yang diberikan,
pasien tampak meringis
saat bergerak, terdapat
nyeri tekan pada perut
bagian bawah dan area
sekitar luka.

Rencana Tujuan

Rencana Tindakan
pemberian analgetik
bila perlu.

Rasional
dirasakan pasien karena
memblok stimulus
nyeri pada tubuh
pasien.

Kurang pengetahuan
berhubungan dengan
kurang pemajanan
(informasi)/mengingat,
keterbatasan kognitif,
ditandai dengan pasien
mengatakan belum
mengetahui dengan
pasti tentang penyakit
dan perawatan setelah
operasi, pasien
menanyakan mengapa
bisa terkena penyakit
seperti ini, pasien
tampak bertanya
tentang penyakitnya
dan perawatan setelah
operasi kepada perawat.

Setelah diberikan askep selama


1 x 15 menit diharapkan
pengetahuan pasien bertambah,
dengan kriteria hasil:
Pasie
n tidak bertanya-tanya lagi.
Pasie
n tahu tentang penyebab
penyakitnya dan perawatan
penyakitnya.

Berikan informasi tentang


penyakitnya dan
perawatan setelah
operasi.

Memberikan dasar
pengetahuan sehingga
pasien dapat membuat
pilihan yang tepat dan
dapat meningkatkan
kerjasama dalam
program terapi.

Kuatkan rasional tentang


pengobatan.

Pasien percaya pada


pengobatan yang
diberikan.

Risiko infeksi
berhubungan dengan
sisi masuknya

Setelah diberikan askep selama


3 x 24 jam diharapkan infeksi
tidak terjadi dengan kriteria

Kaji tandatanda infeksi.

Untuk mengetahui
tandatanda infeksi

38

No.

Hr/Tgl/Jam

Diagnosa
Keperawatan
organisme sekunder
terhadap pembedahan
dan adanya jalur
invasif.

Rencana Tujuan
hasil:
Tand
atanda infeksi tidak terjadi.
Tida
k ada pengeluaran cairan yang
purulen.
WBC
dalam batas normal (4,10-10,9
K/uL).

Rencana Tindakan

Rasional
sehingga dapat dicegah
secara dini.

Observasi TTV tiap 6 jam


terutama suhu.
Rawat luka bekas operasi
dengan tehnik aseptik
bila gaas basah atau
kotor.
Delegatif dalam
pemberian antibiotika.

Peningkatan suhu tubuh


merupakan salah satu
tanda infeksi.
Untuk mencegah
berkembang biaknya
kumankuman
mikroorganisme di
tempat tersebut.
Mencegah pertumbuhan
kuman sehingga infeksi
tidak terjadi.

39

Anda mungkin juga menyukai