PENDAHULUAN
penyakit ini adalah kemampuan dalam mendiagnosis dan mengenali gejala dini
penyakit ini.3
Di Indonesia, diagnosis EKN di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
(RSCM) Jakarta pada tahun 60-an jarang sekali ditegakkan. Kewaspadaan
terhadap penyakit ini baru meningkat sesudah tahun 1972. Pada penelusuran
catatan medik di sub bagian Perinatologi FKUI/RSCM, sejak tahun 1982-1985
menunjukkan 1 kasus pada tahun 1980, 2 kasus tahun 1982, 3 kasus pada tahun
1983, 4 kasus pada tahun 1984 dan 3 kasus pada tahun 1985. Dari gambaran
kejadian ini terlihat bahwa penambahan kejadian justru pada saat digunakan alat
canggih dalam penanganan neonatus.1
Angka kematian EKN cukup tinggi berkisar antara 20% sampai 40% dan
cenderung meningkat pada akhir dekade ini. Kematian meningkat menjadi 64%
jika perforasi telah terjadi. Karena semakin tingginya angka kematian setelah
perforasi, deteksi dini iskemik berat atau jaringan nekrotik usus sebelum terjadi
perforasi berpotensi menurunkan morbiditas dan mortalitas EKN. Pencitraan
memainkan peranan penting dalam hal ini.7
Berikut akan dibahas lebih jauh mengenai EKN yang meliputi definisi,
epidemiologi, patogenesis, faktor risiko, gejala klinis, diagnosis, diagnosis
banding, penatalaksanaan, pencegahan, komplikasi, dan prognosis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
EKN adalah penyakit kegawatdaruratan saluran pencernaan paling umum
yang terjadi pada neonatus yang ditandai dengan berbagai tingkatan nekrosis
mukosa atau submukosa usus hingga perforasi. Penyebab EKN masih belum jelas
dan kemungkinan besar multifaktorial. Insidensi dan mortalitas meningkat seiring
dengan menurunnya usia gestasi dan rendahnya berat badan lahir.8
Prematuritas
Prematuritas merupakan salah satu faktor risiko yang paling signifikan
mendasari
terjadinya
EKN.
Pada
bayi
prematur,
terdapat
penurun
menyebabkan
maldigesti
dan
malabsorbsi
nutrisi
yang
memacu
pertumbuhan bakteri, kolonisasi, dan iskemi pada usus bayi prematur. Selain itu,
ketidakstabilan kardiorespirasi, homeostatik, dan miskinnya autoregulasi aliran
darah, menyebabkan bayi prematur lebih rentan terhadap kejadian iskemik atau
hipoksia, dan menempatkan mereka pada risiko EKN.12
2.
pada beberapa bayi dengan EKN berat kerusakan usus total dapat terjadi.14 Hal ini
disebabkan karena area predileksi tersebut dialiri end-artery. Bayi dengan EKN
mengalami penurunan akitivitas endotelial nitrit okside sintetase sehingga
menurunnya vasodilator arteriola.14 Akibat dari hipoksia, terjadi refleks survival
berupa vasokontriksi arteri pada pembuluh darah otot, kulit, ginjal, dan saluran
cerna sebagai upaya mempertahankan aliran darah ke otak dan jantung. Neonatus
kurang bulan bereaksi seperti itu pada stres yang berulang-ulang sehingga
menyebabkan iskemia intermiten pada dinding saluran cerna.1,11
3.
Makanan enteral
Meskipun EKN dapat terjadi pada neonatus yang tidak diberi makanan,
90%-95% kasus terjadi pada bayi dengan riwayat kelebihan volume atau inisiasi
pemberian makanan dini. Selain risiko osmotik yang langsung melukai mukosa
usus, pemberian makanan juga dapat mengubah aliran darah splanknikus dan
meningkatkan risiko iskemik akibat meningkatnya kebutuhan oksigen lokal.
Selain itu, pencernaan yang imatur dan motilitas yang belum sempurna dapat
meninggalkan makanan dalam lumen untuk waktu yang lama menyebabkan
pertumbuhan yang berlebihan dan translokasi bakteri.14 Produk fermentasi bakteri,
seperti asam lemak rantai pendek, juga dapat melukai mukosa usus imatur.15
Bayi yang menerima susu formula memiliki risiko EKN lebih tinggi
dibandingkan dengan ASI eksklusif.16 Formula kurang baik secara larutan maupun
faktor imunoprotektif, seperti IgA, dan juga memiliki kecenderungan untuk
mengubah ekosistem koloni bakteri usus normal postnatal.17 Studi terbaru
menunjukkan bahwa pemberian susu formula pada hewan yang baru lahir
langsung mendorong inflamasi dalam mukosa usus.14
Selanjutnya terjadi nekrosis atau gangren transmural usus dan berakhir dengan
perforasi dan peritonitis.11
Kasus EKN sering terjadi di NICU menunjukkan bahwa EKN dapat
disebabkan oleh agen menular. Namun, kebanyakan studi, baik berdasarkan kultur
atau polymerase chain reaction amplification ribosomal RNA, telah gagal secara
konsisten menunjukkan penyebab agen tunggal EKN. Kultur darah dan cairan
steril lainnya dari bayi EKN biasanya memperlihatkan mikroorganisme yang
berasal dari lingkungan NICU. Adanya interaksi bakteri ini dengan bakteri pada
usus yang imatur berperan besar dalam patogenesis EKN. Beberapa studi terbaru
menunjukkan bahwa kolonisasi awal duodenum dengan Enterobacteriaceae
spesifik dan Clostridia diprediksi nantinya akan dapat berkembang menjadi
EKN.20,21
Mengubah mikrobiota usus melalui pengobatan antibiotik oral dini
berkepanjangan meningkatkan risiko EKN. Hal ini terlihat dalam kohort analisis
4039 bayi berat lahir sangat rendah. Bayi yang menerima setidaknya 4 hari
pengobatan empiris antibiotik enteral awal memiliki risiko lebih tinggi.22
Insufisiensi plasenta
Perinatal
Penggunaan coccain
Prematuritas
Perinatal iskemia
Kondisi hipoksik
Terapi indometacin
Postnatal
B
P
a
e
k
mt
b e
e
r
r
i
a
n
R
e
s
p
o
i
n
K
e
r
u
s
a
k
a
n
I
s
k
e
m
i
F
a
k
t
o
r
Gejala yang muncul pada EKN dapat terjadi tiba-tiba tetapi umumnya onset
terjadi pada 2-4 minggu setelah kelahiran dan bisa terjadi hingga 3 bulan pada
beberapa bayi. Onset EKN berbanding terbalik dengan usia kehamilan dimana
bayi yang lahir pada 28 minggu cenderung menderita EKN lebih besar dari pada
bayi usia yang lebih matang.24
Bayi dengan EKN menunjukkan gejala pencernaan yang spesifik. Gejala
awal terdapat distensi abdomen (70%-98%), intoleransi makanan dengan
peningkatan residual lambung (70%), emesis (70%), darah segar per rektum
(25%-63%), perdarahan gastrointestinal (22%-59%), dan terkadang diare (4%26%). Ketika penyakit terus berkembang, distensi abdomen menjadi lebih parah.
Distensi akibat dilatasi usus yang meningkat dan adanya asites. Dinding perut
eritema disebabkan oleh loop nekrotik usus yang berbatasan dengan dinding perut
tipis. Ketika terjadi perforasi, perut dapat menggembung dan terlihat
intraperitoneal mekonium melalui dinding perut.25
EKN pada bayi matur berbeda dengan bayi prematur. Tidak seperti bayi
prematur yang berkembang pada minggu kedua atau ketiga kehidupan (rata-rata
12 hari), sebagian besar kasus terlihat pada minggu pertama (rata-rata 2 hari). 5,26
EKN pada bayi matur biasanya akibat penyakit sekunder, dari kondisi seperti
asfiksia saat lahir, polisitemia, penyakit jantung bawaan, infeksi rotavirus, dan
hirschsprung disease. Prognosis umumnya lebih baik daripada prematur, dengan
tingkat kematian 0% -13%.26.
Perkembangan gejala klinis EKN dikelompokkan berdasarkan Modified
Bell Staging Criteria for NEC sesuai dengan tabel dibawah ini.14
Tabel 2. Klasifikasi staging EKN berdasarkan Modified Bell Staging Criteria for
NEC
Stage
IA
IB
IIA
IIB
IIIA
Klasifikasi
Gejala Sistemik
Suspect NEC
Sama dengan
Suspect NEC
diatas
NEC-mild
Sama dengan
diatas
Gejala Intestinal
Tanda Radiologi
Residual
lambung
meningkat
Normal, atau dilatasi
Distensi
intestinal
abdomen
Ileus ringan
ringan
Emesis
Tes tinja guaiac
positif
Terdapat darah
segar dari
rectum
Sama dengan
diatas
Tidak ada bising Dilatasi intestinal
Ileus
usus
Dengan atau
Pneumatosis
tanpa dinding
intestinal
tegang
abdomen
Gas
vena porta
NEC-moderate
tanpa selulitis
metabolic ringan
Dengan atau tanpa
Trombositopenia
abdominal atau
asites
ringan
massa di
kuadran kanan
bawah
Advance NEC- Sama dengan IIB Sama dengan
severe-bowel Hipotensi
diatas
intact
Tanda-tanda
bradikardi
peritonitis
Apneu berat
Asidosis
general
respiratorik dan Kekakuan dan
asidosis
ketegangan
metabolic
abdomen
DIC
Neutropenia
IIIB
F. Diagnosis
Deteksi awal diagnosis bayi berisiko EKN penting. Namun, kebanyakan
sebelum stadium III gambaran klinis gangguan pencernaan tidak spesifik sehingga
sulit memberikan tindakan awal. Gejala gastrointestinal paling sering adalah
adanya darah dalam tinja, pembesaran lingkar perut, peningkatan residu lambung
atau emesis pada + 4 jam sebelum EKN muncul. Tidak ada tanda laboratorium
yang khas ditemukan.14
Radiografi polos merupakan pemeriksaan baku emas dengan ditemukannya
tanda patognomonik untuk EKN yaitu pneumatosis intestinalis. Pneumatosis hasil
dari penghancuran mukosa dengan berlalunya gas yang dihasilkan oleh bakteri ke
dalam dinding usus besar dan dalam beberapa kasus, ke dalam sistem vena portal.
Gambaran radiolusen gelembung udara muncul ketika udara berada di submukosa
dan menjadi linier saat berada di subserosal. Adanya gas pada vena portal
merupakan tanda prognosis buruk dan pneumoperitonium menunjukkan sudah
adanya perforasi.14
Pada sonografi, tanda awal EKN didapatkan gambaran udara pada vena
portal. Dalam sebuah studi kohort prospektif, adanya udara portal pada
pemeriksaan sonografi memiliki spesifisitas 86% untuk EKN (stage II), dan
sensitivitasnya rendah sekitar 45%. Masih belum diketahui bahwa adanya gas
pada vena portal yang divisualisasikan oleh USG atau radiografi juga memiliki
makna prognostik yang sama. Sonografi dapat mendeteksi bunyi echo cairan
bebas dan penipisan dinding usus sehingga lebih sensitif untuk mendeteksi
perforasi usus daripada radiografi.14 Untuk evaluasi hasil pengobatan, dapat
dilakukan pemeriksaan radiografi dengan interval waktu bervariasi 6-24 jam. Pada
pasien yang yang telah membaik, interval waktu dapat semakin panjangan.4
Gambar 5. Udara dalam portal vena. Udara yang diamati dalam cabang vena
portal pada bayi usia 3-minggu. 7
G. Diagnosis Banding1
1. Penyakit Sistemik
pneumoperitoneum
Penyakit perdarahan pada neonatus
Darah dari ibu tertelan
Nekrosis usus post asfiksia
2. Penyakit Gastrointestinal
Volvunus
Malrotasi
Colitis pseudomembran
Hirschprung
Intususepsi
Tromboemboli pada arteri umbilikalis
Perforasi usus yang terjadi spontan
Perdarahan hepatik-splenik-adrenal
Stress ulcer
Meconeum ileus
Alergi susu, protein
H. Penatalaksanaan
1. Perawatan Umum
Bayi dirawat
dalam
inkubator
diruangan
tersendiri
dengan
(asidosis
metabolik,
kegagalan
pernafasan,
oliguria,
plasma dinding usus, tahan terhadap enzim usus dan mempunyai fungsi
antibakteri, anti virus, dan antitoksin.
c. ASI mempunyai daya anti bakteri, melalui cara-cara lain yaitu
mengandung laktoferin yang mempunyai efek bakteriostatik terhadap
E. coli.
3. Cara pemberian makan, tidak ada bukti yang menyatakan pemberian
volume makanan dengan pelan mengurangi risiko EKN, (evidence level I,
recommendation level D)14
4. Pemberian antibiotika per oral (evidence level I, recommendation level D)14
Pengobatan antibiotik per oral mengurangi risiko EKN, tetapi meningkatkan
risiko resistensi mikrobiota intestinal sehingga tidak boleh diberikan rutin.
5. Antenatal kortikosteroid, terdapat manfaat pemberian antenatal steroid
mengurangi risiko EKN (evidence level I, recommendation level A)14
6. Imunoglobulin oral, dari data beberapa percobaan menyebutkan untuk tidak
memberikan immunoglobulin oral untuk mencegah EKN (evidence level I,
recommendation level D)14
7. Suplemen asam amino, pemberian L-arginin atau glutamine parenteral
sebagai prekursor nitrit okiside hanya menjanjikan sedikit dapat mengurangi
risiko EKN (evidence level I, recommendation level C)14
8. Probiotik, meningkatkan mekanisme pertahanan usus, termasuk sekresi IgA,
proliferasi sel epitel usus, meningkatkan barir fungsi, mengurangi
peradangan dan sel epitel apoptosis. Probiotik bisa mengurangi risiko
mortalitas EKN berat, tetapi pilihan regimen dan dosis belum diteliti
(evidence level I, recommendation level C)14,28
J. Komplikasi 1
1. Komplikasi segera meliputi :
a. Sepsis (9%-21% )
b. Gagal nafas (91%)
BAB III
PENUTUP