Anda di halaman 1dari 2

Fraktur mahkota akar merupakan salah satu trauma dental, biasanya terjadi akibat kerusakan

horizontal, yang melibatkan enamel, dentin dan sementum, terjadi di bawah margin gingiva
dan dapat dikalsifikasikan menjadi yang kompleks maupun tidak kompleks, tergantung
apakah adanya keterlibatan pulpa atau tidak. Penatalaksanaan fraktur mahkota-akar yang
kompleks sering kali menantang karena kesulitan dalam mendapatkan isolasi dengan rubber
dam untuk daerah kerja yang kering. Tujuan dari perawatan fraktur ini adalah mengekspos
fraktur margin ke level supragingiva sehingga prosedur restorasi dapat diterapkan tanpa
adanya kontaminasi darah maupun saliva.1
Banyak prosedur terapeutik yang dapat diindikasikan untuk merawat gigi dengan fraktur
mahkota-akar yang kompleks, tergantung dari lokasi frakur. Pilihan penanganan dari fraktur
subgingiva atau infraosseous yaitu secara bedah ortodontik atau extrusion orthodontic,
gingivectomi, dan osteotomy dan replantasi intensional. Fraktur yang terjadi pada gigi yang
pertumbuhan apikalnya belum sempurna, perlu dipertimbangkan vitalitas pulpanya agar
pertumbuhan akar dapat terus berlangsung. Tetapi, jika pulpa telah mengalami infeksi dan
nekrosis, perawatan endodontik termasuk apeksifikasi dapat dilakukan. 2
Penanganan ortodontik (Orthodontic extrusion)
Penanganan ini merupakan pilihan yang cukup baik dimana panjang akar cukup untuk
mendukung mahkota. Gingivoplasty bisa saja diperlukan untuk reposisi margin gingiva
setelah retensi yang sempurna.2 Orthodontic extrusion mengekspos garis fraktur dengan ,
sangat mirip dengan pergerakannya melibatkan erupsi akar secara fisiologi. Walaupun
prosedurnya mahal dan memerlukan banyak waktu dimana diperlukan 5 minggu untuk
mendapatkan 2-3 mm ektrusi, diikuti dengan periode retensi yaitu 8-10 minggu, namun
merupakan teknik yang disarankan untuk menjaga vitalitas pulpa dan kesehatan gingiva.
Selain itu, prosedur ini tidak melibatkan keilangan tulang ataupun pendukung periodontal dan
memberikan estetik yang baik. Menurut Caliskan et al., teknik bedah ini berlangsung sukses
dalam ekstrusi gigi dengan fraktur mahkota-akar karena tidak ditemukannya tanda klinis dari
kerusakan periapikal, ankilosis atau kehilangan margin tulang. Dalam studinya, hanya 5%
dari kasus yang menunjukkan resorpsi akar secara eksternal daklam 3 tahun. Insidens yang
rendah ini mungkin berkaitan dengan penggunaan kalsium hidroksia sebgai dressing pada 3
bulan sebelum obturasi final.1
Gingivektomi dan osteotomi
Keduanya merupakan prosedur perawatan yang sederhana dan dapat dilakukan dalam waktu
singkat dimana membolehkan restorasi terhadap fraktur segera setelah injuri dengan

mempertahankan vitalitas pulpa. Namun, kedua teknik ini tidak diindikasikan pada gigi yang
memerlukan estetik karena prosedurnya mengurangi rasio mahkota-akar.1
Replantasi intensional
Teknik ini merpakan teknik pencabutan gigi secara sengaja dan memasukkan lagi gigi ke
dalam soket. Cara ini aman dan cepat dimana memelihara rasio mahkota-akar dan
mengizinkan finishing dari restorasi pada waktu yang sama, namun vitalitas pulpa tidak dapat
dipertahankan dan ligament periodontal dapat gagal melekat pada permukaan akar, sehingga
meningkatkan risiko dari resorpsi akar.1

DAFTAR PUSTAKA
1. Rivera S et al. Clinical management of a complicated crown-root fracture : a case
report. Braz Dent J 2011; 22 (3) : 258-61.

2. Cameron A, Widmer R eds. Handbook of pediatric dentistry. Missouri : Mosby,


1997 : 122-4.

Anda mungkin juga menyukai