Anda di halaman 1dari 2

Lalu Mariyun

Tidak Grogi Mengadili Soeharto


Mungkin ketika pertama kali terjun ke dunia kehakiman pada 1967,
Lalu Mariyun SH, tidak pernah membayangkan bahwa ia akan menjadi
salah seorang hakim yang mengadili mantan Presiden Soeharto. Pada
masa itu, Soeharto adalah pahlawan yang dielu-elukan, setelah berhasil
menumbangkan golongan komunis. Apalagi, kemudian, Soeharto
menjadi orang terkuat pada zaman Orde Baru.
Tetapi dunia berubah, waktu berlalu. Sekarang, Soeharto adalah
seorang pesakitan yang dikejar-kejar hukum karena kesalahannya pada
masa lalu. Mariyun, sebagai Ketua Majelis Hakim Pengadilan Kasus
Soeharto, kini menjadi orang yang sangat menentukan dalam
mewujudkan rasa keadilan masyarakat terhadap kesalahan yang telah
diperbuat oleh mantan Presiden kedua RI itu. Apalagi, bila melihat
harapan masyarakat supaya Soeharto diadili begitu tinggi. Tentu, ini
bukan sebuah pekerjaan yang ringan buat Mariyun dan timnya.
Bagi Mariyun, jelas saja ini perkara paling besar dan monumental yang
dihadapkan kepadanya. Meski begitu, kepada <i>Republika</i>, ia
mengaku tidak grogi. "Saya justru harus berpikir objektif dalam
mengadili kasus yang mendapat soroton tajam masyarakat," katanya. Ia
pun mengaku sudah siap dengan resiko apa pun berkaitan dengan
pengadilan kasus tersebut. "Insya Allah, putusan yang akan saya
hasilkan, keluar dari hati nurani saya yang paling dalam," ia
menambahkan.
Mariyun lahir di Desa Kopang, Lombok, Nusa Tenggara Barat, 55 tahun
lalu. Sejak kecil, ia memang sudah bercita-cita menjadi hakim,
mengikuti jejak kakeknya. Untuk mengejar cita-cita itu, begitu lulus
SMP ia pun merantau ke Malang, Jawa Timur, dan masuk Sekolah
Hakim dan Djaksa (SHD). Lulus dari sana, ia mendaftar jadi hakim dan
bertugas di Pengadilan Negeri Selong, Lombok Tengah, sebagai hakim
muda.
Tidak puas dengan ilmu yang sudah diperolehnya, pada 1969 ia
melanjutkan pendidikan ke Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada.
Setelah menggondol gelar sarjana hukum pada 1974, ia kembali
ditugaskan menjadi hakim di Pengadilan Negeri Selong. Dari sana, ayah

tiga anak ini dipindahkan menjadi hakim di Pengadilan Negeri


Bayuwangi, Jawa Timur. Selanjutnya, ia dikembalikan lagi ke Mataram
menjadi hakim di PN di sana.
Beberapa lama di sana, Mariyun menjadi Wakil Ketua Pengadilan Negeri
Praya, Lombok Tengah. Kemudian, ia ditugaskan lagi ke PN Mataram,
terakhir suami Ratna Rumingsih -- dosen Fakultas Hukum Universitas
Mataram -- menjadi ketua pengadilan negeri itu. Lewat SK Menteri
Hukum dan Perundang-undangan No. M.1036. KP.0404 tahun 2000
tertanggal 16 Mei 2000 ia ditugaskan menjadi Ketua Pengadilan Negeri
Jakarta Selatan. <b>(mis/dari berbagai sumber)</b>

Nama
Tempat/Tgl. Lahir
Pendidikan

: Lalu Mariyun
: Lombok, NTB, 15 Juni 1945
: - SMP di Lombok, NTB
- Sekolah Hakim dan Djaksa (SHD) di Malang
- Fakultas Hukum UGM

Karier, antara lain : - Calon Hakim Muda Pengadilan Negeri Selong,


Lombok Timur (1967)
- Hakim Pengadilan Negeri Selong (1974)
- Hakim Pengadilan Negeri Bayuwangi (Jawa
Timur)
- Hakim Pengadilan Negeri Mataram
- Wakil Ketua Pengadilan Negeri Praya, Lombok
Tengah
- Ketua Pengadilan Negeri Mataram
- Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Selatan (2000)
Alamat kantor

: Pengadilan Negeri Jakarta Selatan


Jalan Ampera Raya, Jakarta Selatan

Anda mungkin juga menyukai