Anda di halaman 1dari 5

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum WR.WB, Shalom

Segala puji bagi TYME yang telah memberikan rahmat serta hidayah kepada kita
selaku makhluk-Nya. Serta semoga tercurahkan kepada kekasih Allah yang memiliki akhlak
paling mulia.
Syukur kehadiran TYME yang telah memberikan anugrah,kesempatan dan pemikiran
kepada kami untuk dapat menyelesaikan makalah ini . makanlah ini merupakan pengetahuan
tentang Kasus Marsinah ,semuanya kami paparkan dengan sebaik mungkin.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna,untuk menjadi lebih
sempurna lagi saya membutuhkan kritik dan saran dari pihak lain untuk membagikannya
kepada saya demi memperbaiki kekurangan pada makalah ini. Semoga makalah ini
bermanfaaat bagi Murid-murid SMA SANTO PAULUS JAKARTA PUSAT.

Terimakasih.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Shalom.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.    LATAR BELAKANG
Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia sejak manusia
masih dalam kandungan sampai akhir kematiannya. Di di dalamnya tidak jarang
menimbulkan gesekan-gesekan antar individu dalam upaya pemenuhan HAM pada dirinya
sendiri. Hal inilah yang kemudian bisa memunculkan pelanggaran HAM seorang individu
terhadap individu lain,kelompok terhadap individu, ataupun sebaliknya.
Setelah reformasi tahun 1998, Indonesia mengalami kemajuan dalam bidang
penegakan HAM bagi seluruh warganya. Instrumen-instrumen HAM pun didirikan sebagai
upaya menunjang komitmen penegakan HAM yang lebih optimal. Namun seiring dengan
kemajuan ini, pelanggaran HAM kemudian juga sering terjadi di sekitar kita. Untuk itulah
kami menyusun makalah yang berjudul “Pelanggaran Hak Asasi Manusia Di
Indonesia”,untuk memberikan informasi tentang apa itu pelanggaran HAM.

1.2.     TUJUAN PERMASALAHAN
Tujuan dari mengangkat materi ini tentang penegakkan hak asasi manusia di
Indonesia yaitu:
1.      Untuk mengetahui kejadian Kasus HAM Marsinah
2.      Untuk mengetahui hal apa saja yang dilanggar dalam Kasus Marsinah
3.    Untuk mengetahui siapa saja yang terlibat dalam Kasus Marsinah
4.    Untuk mengetahui dampak dari Kasus Marsinah

1.3.    IDENTIFIKASI MASALAH
Sesuai dengan judul makalah ini “Pelanggaran Hak Asasi Manusia” , maka masalah
yang dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1.      Apa pengertian pelanggaran HAM ?
2.      Pengertian  Kasus HAM Marsinah ?
3.    Hal yang dilanggar dalam  Ham Marsinah ?
4.     Siapa saja yang terlibat?
5.   Apa hukumannya?
6.   Bagaimana dampaknya?

BAB I
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Ham
       Hak Asasi Manusia adalah hak dasar yang dimiliki manusia sejak dilahirkan ke dunia yang secara
kodrati sudah melekat dalam diri manusia tersebut yang harus dijunjung tinggi dan diakui oleh semua
orang.
Hak asasi manusia, setiap manusia lahir pasti memiliki hak ini, hak yang dimiliki sejak lahir hak
manusia untuk berpendapat dan melakukan yang mereka mau atau dengan kata lain hak kebebasan
manusia. Tetapi ada beberapa kasus orang mengunci mati hak seseorang, salah satunya adalah kasus
yang saya angkat menjadi studi kasus saya yaitu kasus “Marsinah”.

2.2 Marsinah Pahlawan Buruh


 Pada pertengahan April 1993, para buruh PT. CPS (Catur Putra Surya) pabrik tempat
kerja Marsinah resah karena ada kabar kenaikan upah menurut Sudar Edaran Gubernur Jawa
Timur. Dalam surat itu termuat himbauan pada para pengusaha untuk menaikkan upah buruh
sebesar 20% dari upah pokok. Pada minggu-minggu tersebut, Pengurus PUK-SPSI PT. CPS
mengadakan pertemuan di setiap bagian untuk membicarakan kenaikan upah sesuai dengan
himbauan dalam Surat Edaran Gubernur.
Tanggal 4 Mei 1993 pukul 07.00 para buruh PT. CPS melakukan unjuk rasa dengan
mengajukan 12 tuntutan. Seluruh buruh dari ketiga shift serentak masuk pagi dan mereka
bersama-sama memaksa untuk diperbolehkan masuk ke dalam pabrik. Satpam yang menjaga
pabrik menghalang-halangi para buruh shift II dan shift III. Para satpam juga mengibas-
ibaskan tongkat pemukul serta merobek poster dan spanduk para pengunjuk rasa sambil
meneriakan tuduhan PKI kepada para pengunjuk rasa.
Aparat dari koramil dan kepolisian sudah berjaga-jaga di perusahaan sebelum aksi
berlangsung. Selanjutnya, Marsinah meminta waktu untuk berunding dengan pengurus PT.
CPS. Perundingan berjalan dengan hangat. Dalam perundingan tersebut, sebagaimana
dituturkan kawan-kawannya. Marsinah tampak bersemangat menyuarakan tuntutan. Dialah
satu-satunya perwakilan dari buruh yang tidak mau mengurangi tuntutan.
Namun, pertentangan antara kelompok buruh dengan pengusaha tersebut belum berakhir.
Pada tanggal 5 Mei 1993, 13 buruh dipanggil kodim Sidoarjo. Para buruh terpaksa menerima
PHK karena tekanan fisik dan psikologis yang bertubi-tubi. Dua hari kemudian menyusul 8
buruh di-PHK di tempat yang sama.
Marsinah bahkan sempat mendatangi Kodim Sidoarjo untuk menanyakan keberadaan
rekan-rekannya yang sebelumnya dipanggil pihak Kodim. Setelah itu, sekitar pukul 10
malam, Marsinah lenyap. Marsinah marah saat mengetahui perlakuan tentara kepada kawan-
kawannya. Selanjutnya, Marsinah mengancam pihak tentara bahwa Ia akan melaporkan
perbuatan sewenang-wenang terhadap para buruh tersebut kepada Pamannya yang berprofesi
sebagai Jaksa di Surabaya dengan membawa surat panggilan kodim milik salah seorang
kawannya. Mulai tanggal 6,7,8, keberadaan Marsinah tidak diketahui oleh rekan-rekannya
sampai akhirnya ditemukan telah menjadi mayat pada tanggal  9 Mei 1993.

Mayat Marsinah ditemukan di gubuk petani dekat hutan Wilangan, Nganjuk tanggal 9


Mei 1993. Posisi mayat ditemukan tergeletak dalam posisi melintang dengan kondisi sekujur
tubuh penuh luka memar bekas pukulan benda keras, kedua pergelangannya lecet-lecet,
tulang panggul hancur karena pukulan benda keras berkali-kali, pada sela-sela paha terdapat
bercak-bercak darah, diduga karena penganiayaan dengan benda tumpul dan pada bagian
yang sama menempel kain putih yang berlumuran darah.

2.3 Dasar Hukum / Pasal pada Undang Undang Yang dilanggar


A.  Dasar Negara Pancasila sila ke 2 “Kemanusiaan yang adil dan beradap"
B. UUD 1945 pasal 27(3)
       “ setiap warga Negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya  pembelaan Negara”.
Makna yang terkandung :  setiap warga negara memiliki hak untuk mendapatkan
perlindungan    dari negara   serta wajib untuk ikut serta dalam upaya pembelaan negara ,
membela negara tidak harus dalam wujud perang tetapi bisa diwujudkan dengan cara lain
seperti :
-. Ikut serta dalam mengamankan lingkungan sekitar (seperti siskamling)
-. Ikut serta membantu korban bencana di dalam negeri
– Belajar dengan tekun pelajaran atau mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan atau pkn
– Selalu menaati dan melaksanakan peraturan             
C.    Isi dari pasal 30 ayat 4 UUD 1945
         “Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang menjaga kemanan dan
ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, serta
menegakkan hukum.”
D. Tap MPR No.XVII/MPR/1998 PASAL1
       “Menugaskan kepada Lembaga-lembaga Tinggi Negara dan seluruh Aparatur
Pemerintah, untuk menghormati, menegakkan dan menyebarluaskan pemahaman mengenai
hak asasi manusia kepada seluruh masyarakat.”
E. UU NO. 39 th 1999 pasal 9 – 66 Salah satunya pasal 9
1. Setiap orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup dan meningkatkan taraf
kehidupannya.
2. . Setiap orang berhak hidup tenteram, aman, damai, bahagia, sejahtera lahir dan batin.
3. Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.

3.1 Yang Terlibat Dalam Kasus Marsinah


        Tanggal 30 September 1993 telah dibentuk Tim Terpadu Bakorstanasda Jatim untuk
melakukan penyelidikan dan penyidikan kasus pembunuhan Marsinah. Sebagai penanggung
jawab Tim Terpadu adalah Kapolda Jatim dengan Dan Satgas Kadit Reserse Polda Jatim dan
beranggotakan penyidik/penyelidik Polda Jatim serta Den Intel Brawijaya.
Delapan petinggi PT CPS ditangkap secara diam-diam dan tanpa prosedur resmi, termasuk
Mutiari selaku Kepala Personalia PT CPS dan satu-satunya perempuan yang ditangkap,
mengalami siksaan fisik maupun mental selama diinterogasi di sebuah tempat yang kemudian
diketahui sebagai Kodam V Brawijaya. Setiap orang yang diinterogasi dipaksa mengaku telah
membuat control dan menggelar rapat untuk membunuh Marsinah. Pemilik PT CPS, Yudi
Susanto, juga termasuk salah satu yang ditangkap
Dua orang yang terlibat dalam otopsi pertama dan kedua jenazah Marsinah, Haryono
(pegawai kamar jenazahRSUD Nganjuk) dan Prof. Dr. Haroen Atmodirono (Kepala Bagian
Forensik RSUD Dr.Sutomo,Surabaya), menyimpulkan, Marsinah tewas akibat penganiayaan
berat.Marsinah memperoleh Penghargaan yap thiem hien pada tahun yang sama.Kasus ini
menjadi catatan Organisasi Buruh Internasional (ILO), dikenal sebagai kasus 1773.

3.2 Hukuman Bagi Pelanggar Kasus Marsinah


         Setelah penyelidik menangkap 10 petinggi PT CPS dan  mereka diidentifikasi Baru 18
hari kemudian, akhirnya diketahui mereka sudah mendekam di tahanan Polda Jatim dengan
tuduhan terlibat pembunuhan Marsinah. Pengacara Yudi Susanto, Trimoelja D. Soerjadi,
mengungkap adanya rekayasa oknum aparat kodim untuk mencari kambing hitam pembunuh
Marsinah.
Secara resmi, Tim Terpadu telah menangkap dan memeriksa 10 orang yang diduga terlibat
pembunuhan terhadap Marsinah. Salah seorang dari 10 orang yang diduga terlibat
pembunuhan tersebut adalah Anggota TNI.
Di pengadilan, Yudi Susanto divonis 17 tahun penjara, sedangkan sejumlah stafnya yang lain
itu dihukum berkisar empat hingga 12 tahun, namun mereka naik banding ke Pengadilan
Tinggi dan Yudi Susanto dinyatakan bebas. Dalam proses selanjutnya pada tingkat kasasi,
Mahkamah Agung Republik Indonesia membebaskan para terdakwa dari segala dakwaan
(bebas murni). Putusan Mahkamah Agung RI tersebut, setidaknya telah menimbulkan
ketidakpuasan sejumlah pihak sehingga muncul tuduhan bahwa penyelidikan kasus ini adalah
“direkayasa”.

3.3 Dampak Adanya Kasus Marsinah


      Rekayasa kasus marsinah, adanya banyak  kecaman dari berbagai pihak.
Kasus Marsinah seharusnya menjadi salah satu cermin bagi Indonesi.Betapa hokum dapat
dibeli oleh para penguasa .Sementara kasus marsinah sudah tenggelam selama hampir 20
tahun,tapi pembunuhnya entah kemana.Untuk menghindari kasus-kasus seperti ini terjadi
lagi,seharusnya ada tindakan khusus dari pemerintah untuk memberikan efek jera pada
pelaku.
BAB III
PENUTUP
     4.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian tentang definisi HAM pada pasal 1 butir ke-1 jo pasal 9 butir ke-1
UU No. 39 tahun 1999, dikaitkan dengan dengan adanya fakta kejadian tersebut diatas, serta
didukung oleh pernyataan Komnas HAM dalam laporan tahunannya pada tahun 2007, maka
pembunuhan terhadap Marsinah dapat dikategorikan sebagai pelanggaran
HAM, namun bukan termasuk dalam kategori pelanggaran HAM berat (vide pasal 7 UU No.
26 tahun 2000), sebagaimana halnya dalam kasus pembunuhan aktifis HAM lainnya yaitu
antara lain Munir yang dalam nampak dalam proses hukumnya dengan diterapkannya pasal-
pasal dalam KUHP tentang pembunuhan, bukan pasal-pasal dalam UU No. 26 tahun 2000
tentang Pengadilan HAM.

4.2 SARAN
Sebagai makhluk sosial kita harus mampu mempertahankan dan memperjuangkan
HAM kita sendiri. Di samping itu kita juga harus bisa menghormati dan menjaga HAM orang
lain jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM. Dan Jangan sampai pula HAM kita
dilanggar dan dinjak-injak oleh orang lain. Jadi dalam menjaga HAM kita harus mampu
menyelaraskan dan mengimbangi antara HAM kita dengan HAM orang lain

Anda mungkin juga menyukai