Anda di halaman 1dari 36

PANDUAN PRAKTIKUM INSTALASI

TEE 204
(INSTALLATION LAB.WORK HANDOUT)

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO DAN TEKNOLOGI INFORMASI


FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS GADJAH MADA


2013

UNIT-UNIT PRAKTIKUM INSTALASI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO dan TEKNOLOGI


INFORMASI FAKULTAS TEKNIK UGM
Unit I :

Pemasangan instalasi listrik satu fase dengan dua buah saklar tukar untuk menghidupkan
satu /sekelompok lampu TL.

Unit II :

Pemasangan instalasi listrik satu fase dengan sistem DIM.

Unit III:

Pengamatan unjuk kerja tegangan sulut lampu TL 10 Watt dengan berbagai macam
besaran ballast termasuk intensitas cahayanya.

Unit IV:

Perencanaan instalasi listrik.

Unit V :

Pengukuran hambatan tanah di sekitar area elektroda pentanahan.

Unit VI : Pemasangan instalasi motor listrik tiga fase yang dikendalikan jarak jauh agar dapat
beroperasi putar kiri dan putar kanan.
TATA TERTIB PRAKTIKUM
1. Praktikan wajib melaksanakan praktikum sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
2. Praktikan diwajibkan berpakaian rapi dan tidak boleh memakai kaos tanpa kerah, sandal, dan
atau sepatu sandal serta selalu mengenakan name tag yang telah disiapkan sesuai dengan
identitas masing-masing praktikan. Name tag adalah sarana untuk memudahkan asisten
bersosialisasi dgn praktikan dan memberikan penilaian.
3. Praktikan diwajibkan mengikuti praktikum tepat waktu dengan maksimum toleransi
keterlambatan tidak lebih dari 15 menit. Bagi praktikan yang datang lebih dari 15 menit
dinyatakan tidak dapat mengikuti praktikum dan dipersilahkan untuk mengikuti inhal.
4. Maksimum inhal bagi setiap praktikan adalah dua kali, apabila peserta tidak mengikuti
seluruh unit praktikum maka peserta dinyatakan tidak lulus.
5. Setiap akan memberi tegangan pada peralatan harus diketahui/melapor pada asisten/laboran.
6. Demi kelancaran praktikum, praktikan terlebih dahulu dianjurkan mempelajari materi
praktikum yang akan dilaksanakan. Untuk itu peserta diharapkan memiliki buku panduan
praktium.
7. Penggunaan peralatan praktikum diharapkan sesuai dengan fungsi alat serta parameternya.
Kelalaian dalam penggunaan peralatan sehingga menyebabkan kerusakan pada peralatan
maka yang bersangkutan diwajibkan mengganti atau memperbaikinya apabila
memungkinkan.
8. Setiap selesai melaksanakan praktikum, praktikan wajib membuat laporan praktikum yang
mencakup judul praktikum, grafik (jika ada), analisa, kesimpulan serta jawaban pertanyaan
dari unit praktikum tersebut, kemudian praktikan akan diberikan post-test yang wajib
dikumpulkan pada praktikum selanjutnya sebagai syarat agar dapat mengikuti praktikum.
9. Praktikan wajb merapikan kembali peralatan telah digunakan.
10. Praktikan wajib mengikuti responsi dengan jadwal yang akan ditentukan kemudian.
11. Penilaian akhir praktikum didasarkan pada:
a. Kedisplinan
b. Kerapian
c. Laporan
d. Responsi
e. Post Test

UNIT I
Pemasangan instalasi listrik satu fase dengan dua buah saklar
tukar untuk menghidupkan satu /sekelompok lampu TL
Rangkaian instalasi penerangan yang menggunakan saklar tukar banyak dijumpai di hotelhotel atau di rumah penginapan maupun di lorong-lorong yang panjang. Sehingga saklar tukar ini
dikenal juga sebagai saklar hotel maupun saklar lorong. Tujuan dari penggunaan ini ialah untuk
efisiensi waktu dan tenaga karena penggunaan saklar ini sangat praktis.
Rancangan Percobaan
Peralatan yang dipasang adalah dua buah saklar tukar dan lampu penerangan. Pemasangan
saklar di dua tempat yang berbeda, operasi mematikan atau menghidupkan lampu dapat dilakukan
dengan menggunakan salah satu saklar saja.
Skema Instalasi

P
N

Diagram satu garis

Setelah pemasangan instalasi listrik selesai, dilakukan beberapa pengujian, yaitu :


1.

Pengujian tahanan isolasi, Pengujian ini dimaksudkan untuk mengecek instalasi yang sudah
terpasang apakah layak dioperasikan atau tidak dan untuk memeriksa apakah terjadi hubung
singkat yang mungkin terjadi saat pemasangan instalasi listrik. Instalasi terpasang minimal harus
mampu menahan 1000 kali tegangan kerja untuk daerah kering, dan 100 kali tegangan kerja
untuk daerah lembab. Pengujian ini menggunakan Megger .
Megger adalah alat untuk menguji/mengukur ketahanan isolasi. Alat ini berupa sumber tegangan
searah yang cukup tinggi (500 V, 1000 V).Tegangan ini berbahaya bagi keselamatan manusia
jika terjadi sentuh langsung.
Dalam melaksanakan pengujian ketahanan isolasi, sumber listrik dilepas, beban-beban listrik,
seperti lampu dan peralatan listrik, dilepaskan. Jika sumber listrik masih tersambung maka dapat
merusakkan alat pengujian (megger).

2. Pengujian peralatan listrik dengan mengoperasikan secara kontinyu sampai beberapa waktu
apakah telah sesuai perencanaan.
3.

Pengujian tegangan, yaitu untuk mengetahui seberapa besar jatuh tegangan yang terjadi pada
saluran. Batas jatuh tegangan yang diijinkan adalah 5%, di Indonesia.
Langkah Percobaan
1. Merancang skema hubungan atau diagram satu garis dari skema di atas.
2. Mengerjakan pemasangan instalasi penerangan sesuai skema yang dirancang.
3. Operasikan instalasi yang telah selesai dikerjakan, apakah telah bekerja dengan benar.
4. Lakukan pengujian tahanan isolasi dalam kondisi tidak ada sumber tenaga dan semua beban
terlepas.
5. Ukur tegangan di sisi sumber dan di sisi beban, untuk menentukan jatuh tegangan yang terjadi
dalam instalasi penerangan tersebut.
Keterangan:
1. SK1 dan SK2 : Saklar tukar/saklar hotel; L1 dan L2 : Lampu TL
2. Pada laporan anda, jelaskan prinsip kerja dari rangkaian instalasi tersebut serta aplikasinya.
3. Hitunglah drop tegangan pada lampu dan bandingkan dengan hasil pengukuran anda. Apakah
drop tegangan tersebut masih sesuai dengan standar?
4. Bandingkan tahanan isolasi hasil pengukuran dengan tahanan isolasi minimal.

Pertanyaan
1. Mengapa pada rangkaian instalasi tersebut tidak terdapat kabel ground?
2. Sekring adalah alat pengaman untuk..
a.daya
b.arus
c.tegangan
d.panas
3. Tegangan 110 V bila dibandingkan dengan tegangan 220 V maka:
a. arus lebih kecil
b. lebih berbahaya
c. lebih aman
d. sama berbahayanya
4. Dari skema instalasi berikut ini, gambarkan diagram satu garisnya

S1
S2

L1
L2

UNIT II
Pemasangan instalasi listrik satu fase dengan sistem DIM

Instalasi dengan sistem DIM ini biasanya digunakan untuk instalasi dekorasi, seperti
misalnya lampu-lampu panggung ataupun pada lampu mobil atau motor. Dengan sistem DIM
rangkaian lampu diubah dengan pengaturan saklar. Lampu dapat menyala secara seri maupun
paralel.
Sistem DIM menggunakan dua buah saklar, yaitu saklar tunggal dan saklar dua kutub.
dengan diagram persambungannya sebagai berikut :
Skema Instalasi

N
P

L1

Sk1

L2

L3

Sk2

Setelah pemasangan instalasi listrik selesai, dilakukan beberapa pengujian, yaitu :


1.

Pengujian tahanan isolasi, Pengujian ini dimaksudkan untuk mengecek instalasi yang sudah
terpasang apakah layak dioperasikan atau tidak dan untuk memeriksa apakah terjadi hubung
singkat yang mungkin terjadi saat pemasangan instalasi listrik. Instalasi terpasang minimal
harus mampu menahan 1000 kali tegangan kerja untuk daerah kering, dan 100 kali tegangan
kerja untuk daerah lembab. Pengujian ini menggunakan Megger .
Megger adalah alat untuk menguji/mengukur ketahanan isolasi. Alat ini berupa sumber
tegangan searah yang cukup tinggi (500 V, 1000 V).Tegangan ini berbahaya bagi keselamatan
manusia jika terjadi sentuh langsung.
Dalam melaksanakan pengujian ketahanan isolasi, sumber listrik dilepas, beban-beban listrik,
seperti lampu dan peralatan listrik, dilepaskan. Jika sumber listrik masih tersambung maka
dapat merusakkan alat pengujian (megger).

2.

Pengujian peralatan listrik dengan mengoperasikan secara kontinyu sampai beberapa waktu
apakah telah sesuai perencanaan.

3.

Pengujian tegangan, yaitu untuk mengetahui seberapa besar jatuh tegangan yang terjadi pada
saluran. Batas jatuh tegangan yang diijinkan adalah 5%, di Indonesia.
Keterangan:

1. Sk1 : Saklar Tunggal, Sk2 : Saklar Kutub Ganda, L1 , L2 , L3 : Lampu pijar.


2. Pada laporan anda, jelaskan prinsip kerja dari rangkaian instalasi tersebut serta aplikasinya.
3. Hitunglah drop tegangan pada lampu dan bandingkan dengan hasil pengukuran anda. Apakah
drop tegangan tersebut masih sesuai dengan standar?
4. Bandingkan tahanan isolasi hasil pengukuran dengan tahanan isolasi minimal.
Pertanyaan:
1.

Gambarkan diagram satu garis dari rangkaian instalasi tersebut pada laporan anda.

2.

Jelaskan kelebihan penggunaan kabel terselubung jika dibandingkan dengan kabel dalam
pipa?

UNIT III
Pengamatan unjuk kerja tegangan sulut lampu TL 10 Watt dengan
berbagai macam besaran ballast termasuk intensitas cahayanya
Tujuan Percobaan:
1. Menyelidiki intensitas cahaya dari berbagai jenis lampu
2. Menyelidiki intensitas cahaya beberapa lampu TL dengan beberapa ukuran ballast
3. Menyelidiki hubungan antara nilai ballast dengan tegangan sulut dan arus start
Peralatan Praktikum:
1. Variac 1 Fase input 110/220 V, Output 0-220 V
2. kWh Meter 1 Fase
3. Amperemeter
4. Voltmeter
5. Luxmeter
6. Lampu
Dasar Teori
Intensitas penerangan dari suatu sumber cahaya umumnya bervariasi terhadap jarak serta arah sumber
tersebut. Untuk sumber cahaya yang memiliki sifat simetris terhadap sumbu vertical dapat
o

digambarkan grafik distribusi intensitas cahaya terhadap sumbu vertical terhadap sudut 180 yang
dimulai dan berakhir pada sumbu simetris yang menggambarkan variasi geometris dengan intensitas
sumber.
Kuat Penerangan
Kuat penerangan di titik P pada bidang horisontal berjarak D dari sumber cahaya dengan tinggi h dan
berjarak horisontal d dari titik bawah sumber dapat ditentukan menggunakan perumusan sebagai
berikut :

Ep

I cos
D

dimana :
Ep

= Kuat penerangan pada titik P

I()

= Intensitas sumber pada arah P sudut terhadap sumbu vertikal

= Jarak dari pusat sumber cahaya ke P

= Sudut antara normal bidang dan garis sumbu cahaya ke penerima

d
Gambar Penerapan distribusi intensitas
Umumnya tinggi h sumber cahaya terhadap bidang horisontal penerima konstan. Persamaan 1
dapat ditulis menjadi :

Ep( padahorisontal )

I cos
2

d h

h
cos

d h
2
2
2
D
cos
d h
2

sehingga

Ep

I cos
3

Berarti untuk sistem dengan tinggi konstan, kuat penerangan dapat ditentukan bila I() dan cos
diketahui. Untuk titik pada bidang vertikal, berjarak d dari bidang normal :

sin

h
h

2
2
D
d h

h2
2
2
d h
2
cos

I sin
3

Ep

Tegangan sulut
Tegangan sulut merupakan tegangan minimal yang disupply ke lampu, dalam hal ini lampu TL
sehingga menjadi ON/menyala. Besar tegangan sulut tiap lampu berbeda-beda tergantung daya lampu
dan ballastnya, demikian juga pada arus starting yaitu arus yang mengalir pada lampu saat mulai
menyala. Lampu TL butuh pemicu berupa starter dimana saat lampu sudah menyala, starter tersebut
sudah tidak berpengaruh lagi terhadap lampu.

Arus pada lampu TL dapat ditentukan sebagai berikut


I = P/(cos.Vs)
Keterangan:
I

= arus ke beban (A)

= daya pada beban (watt)

Vs

= tegangan sumber (V)

cos

= faktor daya, untuk TL = 0,8

10

Langkah percobaan
A. Lampu Pijar
1. Sebuah lampu pijar diletakkan di sebuah papan. Lalu diukur kuat penerangan di
sekeliling lampu dengan luxmeter.
2. Hitung intensitas lampu sesuai dengan pembacaan luxmeter.
3. Buat grafik hubungan antara intensitas lampu dengan sudut terhadap sumbu lampu.
4. Berikan analisis tentang percobaan ini.
5. Berapa perbandingan kuat penerangan maksimum dan kuat penerangan minimum
B. Lampu TL
1. Pasang alat ukur sesuai dengan gambar.
2. Naikkan secara perlahan tegangan masukan ke lampu sampai lampu menyala.
3. Amati waktu yang dibutuhkan lampu TL untuk menyala dan kuat penerangan lampu.
4. Catat pembacaan alat ukur masing-masing lampu.
5. Amati perbedaan yang terjadi untuk beberapa keadaan misalnya untuk tegangan
kurang dari 220 V.
C. Rangkaian Percobaan

1
1

Keterangan
1. Buatlah grafik hubungan antara intensitas lampu dengan sudut sumbu lampu untuk setiap jenis
lampu, kemudian beri anaisis.
2. Berdasarkan percobaan tersebut,beri penjelasan lampu manakah yang paling efisien.
Pertanyaan
1. Apa yang terjadi jika lampu TL 10 W diberi ballast 40 W?
2. Suatu rangkaian lampu TL 220V/40 W memiliki ballast 4W dengan faktor daya 0.86. Besar
arus yang mengalir pada lampu tersebut adalah.A
a.0.13

b.0.23

c.0.33

d.0.43

e.0.53

3. Jelaskan hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan sebuah lampu?


4. Jelaskan makna dari istilah berikut:
a. Armature
b. Tingkat pencahayaan

1
2

UNIT IV
Perencanaan instalasi listrik

Deskripsi Unit :

Unit kompetensi ini berkaitan dengan merancang instalasi listrik bangunan


sederhana dari KWH Meter, Panel Hubung Bagi, distribusi tenaga listrik
tegangan rendah, sampai ke titik pemasangan listrik.

I.

Dasar Teori
Selain menguasai persyaratan, perancangan dan memiliki pengetahuan tentang peralatan

instlasi listrik, hal yang tidak boleh ditinggalkan oleh seorang ahli listrik adalah kemampuan
menggambar dan membaca gambar instalasi. Gambar instalasi memegang peranana penting dan
menentukan dalam suatu perancangan instalasi, karena hanya dengan bantuan gambar, suatu proyek
pemasangan instalasi dapat dilaksanakan.
Ada beberapa jenis gambar yang harus dikerjakan dalam tahap perancangan suatu proyek
instalasi listrik menurut PUIL 2000. Rancangan instalasi listrik terdiri dari:
1. Gambar situasi
Gambar situsi adalaha gambar yang menunjukkan dengan jelas letak bangunan instalasi
tersebut akan dipasang dan rencana penyambungannya dengan jaringannya dengan listrik PLN.

2. Gambar instalasi, meliputi:


a. Rancangan tata letak yang menunjukkan dengan jelas tata letak perlengkapan
listrik beserta sarana pelayanannya (kendalinya), seperti titik lampu, saklar,
kotak kontak, motor listrik, panel hubung bagi dan lain-lain.
b. Rancangan hubungan peralatan atau pesawat listrik dengan pengendalinya.

1
3

c. Gambar hubungan antara bagian-bagian dari rangkaian akhir, serta pemberian


tanda yang jelas mengenai setiap peralatan atau pesawat listrik.
d. Tanda ataupun keterangan yang jelas mengenai setiap perlengkapan listrik
3. Gambar diagram garis tunggal, meliputi
a. DiagramPHB lengkap dengan keterangan mengenai ukuran dan besaran
nominal komponennya.
b. Keterangan

mengenai

jenis dan

besar beban yang

terspasang dan

pembagiannya.
c. Ukuran dan besar penghantar yang dipakai
d. Sistem pembumiannya

4. Gambar detail, meliputi:


a. Perkiraan ukuran fisik dari panel hubung bagi (PHB).
b. Cara pemasangan perlengkapan listrik.
c. Cara pemasangan kabel.
d. Cara kerja instalasi kontrolnya.
5. Perhitungan teknis, meliputi:
a. Susut tegangan.
b. Perbaikan faktor daya.
c. Beban terpasang dan kebutuhan maksimum.
d. Arus hubung pendeknya dan daya hubung pendek.
e. Tingkat penerangan
6. Tabel bahan instalasi, meliputi:
a. Jumlah dan jenis kabel, penghantar dan perlengkapan listrik.
b. Jumlah dan jenis perlengkapan bantu.

1
4

c. Jumlah dan jenis PHB.


d.

Jumlah dan jenis armature lampu.

7. Uraian teknis, yang meliputi:


a. Ketentuan

teknis

perlengakapan

listrik

yang

dipasang

serta

cara

pemasangannya.
b. Jadwal waktu pelaksanaan.
8. Perkiraan biaya
Pemasangan

instalasi

listrik

mengacu

pada

gambar

rencana

dan

dimana

komponen/bahan-bahan akan dipasang. Pemasangan kabel listrik dan pipa kabel dilakukan oleh
tenaga kerja yang ahli dan dibantu oleh tenaga pembantu. Misalnya untuk mengerjakan instalasi
suatu bangunan diperlukan 2 orang tukang listrik dan 1 orang pelaksana selama 6 hari, dengan
perincian sbb:
1 orang pelaksana per hari

= Rp; 6 hari =

2 orang tukang listrik per hari

= Rp; 6 hari =

Jumlah

= Rp

1
5

II.

Langkah Kerja
Buatlah rancangan instalasi sebuah gedung berdasarkan denah yang akan diberikan pada Anda

sesuai dengan PUIL 2000 dan peraturan-peraturan Teknik ketenaga-listrikan yang berlaku. Hasil
analisa dan perhitungan yang diinginkan antara lain:
1. Identifikasi berbagai bahan instalasi yang dibutuhkan.
a. Jumlah saklar
b. Jumlah stop kontak
2. Perhitungan beban listrik.
3. Perhitungan kapasitas kabel.
a. Jenis penghantar yang digunakan
b. Jumlah panjang penghantar
4. Perhitungan drop tegangan penghantar.
5. Besar sistem proteksi pada jaringan instalasi listrik tersebut.
6. Dipertimbangkan aspek efisiensi biaya .
a. Harga masing-masing komponen/bahan
b. Biaya pelaksanaan pekerjaan
c. Harga pemasangan instalasi per titik
d. Biaya keseluruhan instalasi beserta jaringan instalasi listriknya.
7. Peta instalasi listrik dari bangunan yang diinginkan.
8. Data/spesifikasi teknis alat proteksi yang dipakai dan data penyetelannya sesuai dengan
yang diberlakukan.

1
6

UNIT V
Pengukuran hambatan tanah di sekitar area elektroda pentanahan
Tujuan
1. Memahami konsep elektroda pentanahan dan hambatan tanah
2. Memahami prinsip perhitungan hambatan tanah
3. Memahami cara untuk menemukan besar hambatan tanah
Dasar Teori
Elektroda bumi adalah penghantar yang ditanam dalam bumi dan membuat kontak langsung
dengan bumi sebagai tegangan referensi netral.
Jenis elektroda bumi:
1.

Elektroda pita, adalah elektroda yang dibuat dari penghantar berbentuk pita atau penampang
bulat atau penghantar pilin yang pada umumnya ditanam dangkal. Elektroda ini dapat ditanam
sebagai pita lurus, radial, melingkar, jala-jala atau kombinasi dari bentuk tersebut.

2. Elektroda batang, adalah elektroda dari pipa besi, baja atau profil atau batang logam utuh
(tidak berlubang) lainnya, yang dipancangkan ke dalam tanah (lihat gambar).
3.

Elektroda pelat, adalah elektroda yang terbuat dari bahan utuh logam atau berlubang. Pada
umumnya elektroda pelat ditanam paling dalam, jika dibandingkan dengan kenis elektroda
lainnya.
Bahan elektroda adalah tembaga atau baja yang digalvanish atau dilapisi tembaga, sepanjang

kondisi setempat tidak mengharuskan pemakaian bahan lain (misalnya pada perusahaan kimia).
Pentanahan dengan menggunakan batang pentanah pada teknik pelaksanaanya lebih praktis
dan lebih efisien bila dibandingkan dengan menggunakan cara lainnya. Pentanahan dengan batang
pentanah telah lama digunakan di Indonesia. Hal ini dapat dari data-data penggunaan batang pentanah
yang telah dipakai sejak pesatnya pembangunan kelistrikan. Persyaratan yang harus dipenuhi ialah
nilai tahanan pentanah harus rendah, memiliki kuat mekanis yang baik dan tahan terhadap korosi.
Pada sistem tenaga listrik dengan netral ditanahkan, berlaku aturan bahwa di setiap terminal
netral yang masuk ke konsumen, netral ini harus ditanahkan langsung. Dengan demikian, sistem
pentanahan yang dijumpai bukan pentanahan tunggal, melainkan pentanahn berganda (multi
grounded) atau sistem parallel. Pada kondisi ini, besarnya niai tahanan pentanahan keseluruhan akan
semakin kecil dan tidak tertutup kemungkinan pada suatu area yang distribusi bebannya sangat padat,
diperlukan pentanahan hanya pada beberapa lokasi saja karena dipandang dari segi teknis sudah
memenuhi syarat.

1
7

Besarnya nilai tahanan pentanahan yang menggunakan batang pentanah dipengaruhi oleh:
1. Panjang batang pentanah
2. Diameter batang pentanah
3. Kedalaman penanaman
4. Jenis tanah
5. Kandungan kimiawi tanah
6. Tahanan jenis tanah
7. Banyaknya batang parallel
Nilai tahanan pentanah dengan menggunakan batang pentanah dirumuskan sebagai berikut
( Dwight, 1936, Hutauruk 1986):
1. Satu batang pentanah, panjang = L, radius batang = a;

4L
ln 1 untuk L >> a
2L
a

2. Dua batang pentanah paralel, panjang masing-masing = L, radius batang = a, jarak


parallel = S, sengan S > L

2
4
4L
L
2L

1
ln 1

2L
a
3S 2 5S 4
4S

3. Dua batang pentanah paralel, panjang masing-masing = L, radius batang = a, jarak


parallel = S, sengan S < L

4
4L
4L
S
S2

ln ln

2
2L
a
S
2L 16L 512L4

dengan:
R = tahanan pentanahan (ohm)
= tahanan jenis tanah (ohm-meter)
L = panjang batang pentanah (meter)
S = jarak antar batang pentanah (meter)
a = radius batang pentanah (meter)
Penerapan persamaan/rumus di atas untuk penentuan tahanan pentanahan adalah dengan
asumsi bahwa nilai tahanan jenis di tempat pengukuran adalah seragam (uniform).
Prinsip pengukuran resistansi tanah menggunakan metode Fall of Potential . Besar beda
potensial yang diuji (E) dengan batang penguji potensial (P2) diukur dan besar arus antara batang yang
diuji dengan batang penguju (C2) juga diukur. Sehingga besar hambatan dapat diukur menggunakan
persamaan ohm :

E
I

1
8

Pengukuran yang baik dapat dicapai apabila jarak P2 dengan E dan C2 cukup jauh sehingga
pengukuran P2 tidak terpengaruh oleh resistansi efektif dari batang E dan juga batng C2. Besarnya
jarak yang baik ini ditentukan menggunakan percobaan dimana apabila setelah memindah P2
mendekat atau menjauh dari batang E maka perubahan resistansi yang terukur tidak terlalu besar.
Langkah Kerja
1. Mengukur resistansi elektroda penangkal petir gedung Jurusan Teknik Elektro
a. Hubungkan elektroda pentanahan penangkal petir yang telah dilepas
hubungannya dengan rangkaian penangkal petir (E), batang penguji potensial
(P2), dan batang penguji arus (C2) dengan alat ukur Earth Resistance Tester
(ERT) seperti gambar di bawah.

b.

Variasikan posisi batang penguji potensial seperti ganbar berikut dan hitung
besar resistansi tanah dari berbagai konfigurasi tersebut menggunakan ERT.

2. Mengukur resistansi tanah elektroda tanah buatan sendiri dengan kedalaman


bervariasi.
a. Tanam elektroda pentanahan buatan sendiri kemudian ukur resistansi tanah
dengan cara yang sama seperti percobaan pertama.
b. Varasikan kedalaman elektroda pentanahan seperti gambar berikut.

3. Mengukur resistansi tanah elektroda tanah buatan sendiri dengan dua elektroda tanah
yang diparalel
a. Tanam dua elektroda pentanahan dengan konfigurasi sebagai berikut.

b. Variasikan jarak antara kedua elektroda dengn S sebesar 2m, 4m, dan 6m
c. Hitung resistansi tanah dengan cara yang sama seperti pada percobaan
pertama.
Tips dan Trick
1. Hati-hati terhadap pengguna jalan serta utamakan mereka. Apabila ada kendaraan
yang melewati area sekitar praktikum, hentikan proses pemasangan kabel sejenak
hingga kondisi aman.
2. Selama pengukuran hambatan penangkal petir, teman yang lain dapat mulai
mengerjakan pemasangan elektroda pentanahan buatan sendiri.
3. Setelah praktikum, rapikan peralatan seperti sedia kala. Jangan lupa untuk memasang
kembali baut pada penangkal petir gedung jurusan teknik elektro.
Pertanyaan
1. Berapakah standar resistansi tanah yang baik? Apakah penangkal petir gedung
Jurusan Teknik Elektro sudah memenuhi standar tersebut?
2.

Mengapa elektroda pentanahan yang kita buat sendiri memiliki nilai resistansi tanah
yang kurang baik?

3. Apakah fungsi pengubahan sudut batang E2? Menurut anda tanah yang memiliki nilai
resistansi yang baik berada di titik mana?
4.

Seberapa besar pengaruh kedalaman dan juga pengaruh penambahan batang parallel
berdasarkan data percobaan yang anda peroleh?

Unit VI
Pemasangan instalasi motor listrik tiga fase yang dikendalikan
jarak jauh agar dapat beroperasi putar kiri dan putar kanan

Tujuan Praktikum
1. Mampu memasang instalasi motor 3 fase dengan kendali sistem jarak jauh
2. Mampu mengoperasikan motor listrik 3 fase dengan sistem operasi putar kanan atau
putar kiri
Peralatan yang digunakan
1. Motor listrik 3 fase
2. Kontaktor magnetis
3. Kabel
4. Sekring
5. Saklar thermis

6.
7.
8.
9.

Saklar
Merge
Amperemeter
Voltmeter

Dasar Teori
Dalam pengoperasian mesin listrik dikenal adanya sistem pengendalian yang memiliki dua
bagian utama yaitu rangkaian control (dicatu oleh tegangan DC) dan rangkaian daya (dicatu oleh
tegangan AC).
Motor merupakan bagian vital dalam suatu industri atau instalasi fasilitas komersial,
ketidaksesuaian proteksinya akan mengakibatkan kondisi serius.Walaupun beberapa faktor perlu
dipertimbangkan untuk mewujudkan proteksi yang sesuai, tetapi paling utama adalah bila fungsifungsi penyulang motor yang digambarkan diatas diwujudkan dengan beberapa gawai proteksi dan
kontrol.
Sehingga pada penyulang motor, komponen proteksi hubung pendek dan beban lebih serta
komponen switching/kontrol harus dikoordinasikan. Sehingga bila terjadi gangguan listrik apapun
jenisnya, komponen-komponen tersebut tidak akan rusak atau terjadi kerusakan yang lebih besar
dari yang diperkirakan ataupun dengan level yang dapat diterima. Maka unggulnya koodinasi
gawai proteksi akan menjamin kontinuitas layanan.
Struktur penyulang motor ditentukan oleh metode pengaturan motor mulai dari saat
dihidupkan hingga dimatikannya kembali.
Metode-metode start motor yg dikenal:
1.

Metode Tradisional
a. Start langsung (DOL)
b. Bintang-delta (Star-Delta)
c. Ototransformator

2.

Metode

start

elektronik,

dengan

menggunakan

gawai

elektronika

untuk

mengendalikan arus start motor (soft start).


Distribusi Tegangan Rendah

Pemisah

Pemisah

Switching

Switching

Proteksi
Hubung
Pendek

Proteksi
Hubung
Pendek

Kontrol

Kontrol

Proteksi
Beban Lebih

Variable Speed
Drive

Soft Starting

A.

Kontak atau Saklar


Kontak atau Saklar adalah komponen pemutus dan penyambung rangkaian dimana
posisi terbuka berarti memutus sambungan dan posisi tertutup berarti menyambung
sambungan. Terdapat jenis saklar yang berdiri sendiri seperti saklar ON, saklar OFF,
saklar toggle, saklar push-button, dll. Tetapi banyak kontak, sebagai salah satu
komponen

pengendali, yang terintegrasi dengan komponen lainnya sehingga

memiliki fungsi untuk keadaan khusus seperti kontak pada rele maupun kontak pada
kontaktor.

1.

Kontak Normally Open (NO), saat koil dalam kondisi tidak energized kontak dalam
posisi terbuka (open, OFF) dan saat koil diberikan arus listrik dan energized maka
kontak dalam keadaan posisi menutup ON.

2. Kontak Normally Close (NC), kebalikan dari kontak NO, saat koil dalam kondisi
tidak energized kontak dalam posisi menutup (close, ON) dan saat koil diberikan arus
listrik dan energized maka kontak dalam keadaan posisi terbuka, OFF.
3.

Kontak single pole double through, memiliki satu kontak utama dan dua kontak
cabang, saat koil tidak energized kontak utama terhubung dengan cabang atas, dan
saat koil energized justru kontak utama terhubung dengan kontak cabang bawah.

B.

Kontaktor
Kontaktor adalah gawai elektromekanik yang dapat berfungsi sebagai penyambung
dan pemutus rangkaian, yang dapat dikendalikan dari jarak jauh pergerakan kontakkontaknya terjadi karena adanya gaya electromagnet. Kontaktor magnet merupakan
saklar yang bekerja berdasarkan kemagnetan, artinya bekerja bila ada gaya
kemagnetan. Magnet berfungsi sebagai penarik dan pelepas konak-kontak. Kontakkontak pada kontaktor terdapat dua macam yaitu kontak utama dan kontak bantu.

Sistem pengendalian pada motor listrik ada bermacam-macam tergantung dengan


tujuan pengendalian dai motor tersebut. Pada praktikum kali ini diberikan conroh
suatu pengendalian putaran dua arah yaitu arah kanan-kiri. Hal ini dapat dilakukan
dengan mempertukarkan dua kawat terminal sehingga mempunyai urutan fasa yang
berbeda dengan urutanfasa pada arah yang berbeda yang dapat dilakukan dengan
menggunakan bantuan dari kontaktor dan kontak-kontak push button.

Sirkit Motor
Berdasarkan PUIL 2000, adapun persyaratan penhantar dari sirkit motor adalah sebagai
berikut:
1. Penghantar sirkit akhir yang menyuplai motor tunggal tidak boleh mempunyai KHA kurang
dari 125% arus pengenal beban penuh. Di samping itu, untuk jarak jauh perlu digunakan
penghantar yang cukup sehingga tidak terjadi susut tegangan yang berlebihan. Penghantar sirkit
akhir untuk motor dengan berbagai daur kerja dapat menyimpang dari ketentuan di atas asalkan
jenis dan penampang penghanatar serta pemasangannya disesuaikan dengan daur kerja tersebut.
2. Penghantar sirkit akhir yang mensuplai dua motor atau lebih, tidak boleh mempunyai KHA
kurang dari jumlah arus beban penuh semua motor itu ditambah 25% dari arus beban penuh
motor yang terbesar dalam kelompok tersebut. Yang dianggap motor terbesar adalah yang
mempunya beban arus penuh paling tinggi.
3. Bila pemasangan penghantar berkurang karena motor bekerja dengan daur kerja tertentu,
seperti pembebanan singkat, intermiten atau karena tidak semua motor bekerja bersamaan, dapat
digunakan penghantar utama yang lebih kecil daripada yang ditentukan dalam pasal 2 diatas, asal
penghantar tersebut mempunyai KHA cukup untuk beban maksimum yang ditentukan oleh
ukuran dan jumlah motor yang disuplai, sesuai dengan sifat motor dan daur kerjanya.

26

Keterangan
1. Pada laporan anda, jelaskan pengaruh urutan fase terhadap arah putar motor tiga fase!
2. Jelaskan pual prinsip kerja kontaktor magnetis dan kontaktor termis!
Pertanyaan
1. Pada laboratorium instalasi listrik, terdapat motor induksi tiga fase rotor sangkar tupai ganda
(double cage rotor) 220/380 V memiliki daya input 100 kW dan daya output 98 kW dengan
faktor daya 0.6. Maka besar KHA minimal pada penghantar pada motor tersebut
adalahA
2. PT. A ingin memasang sebuah motor induksi satu fase rotor sangkar tupai (single cage rotor)
230 V memiliki daya input 11 kW, 16.923 kVA dan daya output 10.67 kW. Dari tabel berikut
ini, jenis kabel yang tepat untuk digunakan sebagai sirkit pada motor tersebut adalah

3. Perhatikan nameplate motor berikut ini! Jika faktor daya motor tersebut adalah 0.55 pada
beban penuh sebesar 21.47 kW, maka KHA minimal pada penghantar motor tersebut
adalah.

2
7

LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM INSTALASI RESIDENTIAL (UNIT I)


NAMA MAHASISWA:

1.

NIM

2.

NIM

3.

NIM

HARI/TANGGAL :

Hasil Percobaan
A. Tahanan Isolasi
POSISI
PPN-

ATAS-

ATAS-

BAWAH-

BAWAH-

B. Tegangan
1. Sumber PLN : V
2. L1 :.V
3. L2 : :...V

2
8

LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM INSTALASI RESIDENTIAL (UNIT II)


NAMA MAHASISWA:

1.

NIM

2.

NIM

3.

NIM

HARI/TANGGAL :

Hasil Percobaan
A. Tahanan Isolasi
POSISI
SAKLAR
PN
PG
N-G

ATASATAS

ATASBAWAH

BAWAHATAS

BAWAHBAWAH

KEADAAN
LAMPU 1,2

B. Tegangan
Sumber PLN :

redup V
terang V

L1:

redup V
terang V

L2 :

redup V
terang V

2
9

30

31

32

33

34

35

Anda mungkin juga menyukai