Anda di halaman 1dari 13

PERKEMBANGAN SANITASI TOTAL

BERBASIS MASYARAKAT (STBM)


DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU
TAHUN 2011 - 2012

P2PL
DINAS KESEHATAN
PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Kondisi Kesehatan Indonesia masih didominasi oleh penyakit berbasis lingkungan
khususnya penyakit yang dibawa oleh air (water borne diseases), seperti DBD, Diare,
Kecacingan dan Polio. Penyebab utama tingginya penyakit-penyakit tersebut adalah perilaku
hidup yang belum bersih dan sehat, terutama masih banyak masyarakat yang buang air besar di
tempat terbuka (open defecation), seperti di kebun, sungai, dan sebagainya.
Upaya-upaya peningkatan cakupan jamban yang telah dilakukan bertahun-tahun
melalui berbagai proyek dan pendekatan, tetapi belum memberikan hasil yang signifikan dengan
besarnya biaya yang telah dikeluarkan. Tolok ukur yang digunakan dalam pelaksanaan programprogram adalah peningkatan jumlah jamban yang dibangun. Namun demikian, pada
kenyataannya belum mampu menurunkan prevalensi penyakit berbasis lingkungan, karena
banyak masyarakat yang tetap buang air besar di tempat terbuka.
Kementrian Kesehatan khususnya Direktorat Penyehatan Lingkungan bersama Pokja
WASPOLA mengembangkan teknik pendekatan perilaku hidup bersih dan sehat, yaitu dengan
pendekatan Community Led Total Sanitation(CLTS) atau istilah lain adalah Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat (STBM). Pendekatan CLTS ini menitikberatkan kepada fasilitasi atas suatu
proses untuk menyemangati serta memberdayakan masyarakat setempat untuk tidak buang air
besar di tempat terbuka serta membangun dan menggunakan jamban atas kemauan sendiri tanpa
subsidi dari luar. Melalui pendekatan CLTS anggota masyarakat diajak menganalisis masalah
sekaligus mencari solusinya sendiri.

Pendekatan CLTS ini pertama kali diperkenalkan dan dikembangkan di India dan
Bangladesh dengan hasil yang luar biasa. Dengan hasil seperti itu, kegiatan disebarluaskan ke
berbagai pelosok di negara-negara tersebut, bahkan kini telah diadopsi dan disebarluaskan di
berbagai negara, termasuk Indonesia. Di Indonesia pendekatan ini pada awalnya diujicobakan di
Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi, Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan, Kabupaten
Sumbawa Provinsi Nusa Tenggara Barat, Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat, Kabupaten
Sambas Provinsi Kalimantan Barat serta Kabupaten Lumajang Provinsi Jawa Timur. Pendekatan
ini ternyata memberikan hasil dalam peningkatan akses sanitasi secara spektakuler karena
berlangsung dalam waktu yang sangat cepat.Dengan persentase keberhasilan untuk
membebaskan lingkungan dari masyarakat yang buang air besar sembarangan yang begitu tinggi
dan cepat, maka dirasa perlu diadopsi kegiatan tersebut melalui kegiatan pemicuan STOP BABS
terhadap masyarakat Kepulauan Riau.
1.2. TUJUAN
A. Tujuan Umum
Meningkatnya jumlah Desa/Kelurahan di Provinsi Kepulauan Riau yang bebas dari
buang air besar sembarangan.
B. Tujuan Khusus
Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap perubahan perilaku higiene sanitasi
lingkungan terutama dalam hal buang air besar pada tempatnya.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM)


Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) yang disebut juga Community-led Total
Sanitation (CLTS) merupakan pendekatan untuk merubah pola pikir dan perilaku higiene dan
sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan. STBM merupakan salah
satu konsep untuk mempercepat pencapaian target MDGs poin ketujuh.
Saat ini STBM adalah sebuah program nasional di bidang sanitasi berbasis masyarakat
yang bersifat lintas sektoral. Program ini dicanangkan pada bulan Agustus 2008 oleh Menteri
Kesehatan RI. Pada bulan September 2008 STBM dikukuhkan sebagai Strategi Nasional melalui
Kepmenkes No 852/Menkes/SK/IX/2008bahwa dalam rangka memperkuat upaya pembudayaan
hidup bersih dan sehat, mencegah penyebaran penyakit berbasis lingkungan, meningkatkan
kemampuan masyarakat, sertamengimplementasikan komitmen Pemerintah untuk meningkatkan
akses air minum dan sanitasi dasar yang berkesinambungan dalam pencapaian Millenium
DevelopmentGoals (MDGs) tahun 2015. Strategi Nasional STBM memiliki indikator outcome
yaitu menurunnya kejadian penyakit diare dan penyakit berbasis lingkungan lainnya yang
berkaitan dengan sanitasi dan perilaku.
STBM memiliki 5(lima) pilar utama yakni :bebas buang air besar sembarangan atau
Open Defecation Free (ODF),mencuci tangan pakai sabun,pengelolaan air minum dan makanan
rumah tangga, pengelolaan sampah rumah tangga, dan pengelolaan limbah cair rumah tangga.

Indikator output 5 PILAR STBM : setiap individu dan komunitas mempunyai akses
terhadap sarana sanitasi dasar sehingga dapat mewujudkan komunitas yang bebasdaribuang air di
sembarang

tempat

(ODF),

setiap

rumahtangga

telah

menerapkan

pengelolaan

air

minumdanmakanan yang aman di rumah tangga, setiap rumah tangga dan sarana pelayanan
umum dalam suatu komunitas(seperti sekolah,kantor, rumah makan, puskesmas, pasar, terminal)
tersedia fasilitas cuci tangan (air, sabun, sarana cuci tangan), sehingga semua orang mencuci
tangan dengan benar, setiap rumah tangga mengelola limbahnya dengan benar, setiap rumah
tangga mengelola sampahnya dengan benar.
Dalam Kepmenkes No 852/Menkes/SK/IX/2008 disebutkan bahwa terdapat 6 (enam)
strategi dalam Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM), yaitu: penciptaan lingkungan yang
kondusif (enabling environment), peningkatan kebutuhan (demand creation), peningkatan
penyediaan (supply improvement), pengelolaan pengetahuan (knowledge management),
pembiayaan, pemantauan dan evaluasi.

2.2. PELAKSANAAN KEGIATAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI


PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2011 2012
A. SOSIALISASI SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT
Program STBM sudah dilakukan di hampir seluruh Provinsi di Indonesia, namun
ada sebagian Provinsi di Indonesia yang daerahnya belummenerapkan program tersebut
seperti Provinsi Sumatra Utara, Papua dan Kepulauan Riau. Untuk itu pada bulan April
2011 Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau melaksanakan sosialisasi Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat (STBM) di Kota Tanjungpinang yang diikuti oleh Tim Penggerak
PKK dan 7 Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau yang masing-masing diwakili oleh

Kepala Seksi Penyehatan Lingkungan dan pemegang program. Dengan harapan agar
program ini memperoleh dukungan dari sektor manapun.

B. PELATIHAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT


Pada bulan Mei 2011 pelatihan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat khususnya
untuk pilar pertama yaitu Stop BABS dilaksanakan di 3 Kabupaten/Kota berturut-turut
selama 3 minggu yaitu Kabupaten Bintan, Kota Batam dan Kabupaten Karimun yang
diikuti oleh 6 Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau seperti Kota Tanjungpinang,
Kabupaten Natuna dan Kabupaten Lingga. Pelatihan STBM bagi Kabupaten Natuna dan
Kabupaten Kepulauan Anambas dilaksanakan pada tanggal 27 Februari s.d 2 Maret 2012 di
Ranai Kabupaten Natuna. Peserta dalam pelatihan STBM ini terdiri dari Pengelola Program
Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Sanitarian Puskesmas, Bidan
Desa, ibu-ibu PKK dan Tokoh Masyarakat. Dalam pelatihan ini fasilitator memberikan
materi mengenai STBM, yang membedakan antara metode pemicuan dengan penyuluhan
adalah dimana dalam memicu masyarakat tidak diberikan bantuan apapun, semua hasil dari
pemberdayaan masyarakat, masyarakat yang menjadi pemimpin, tugas dari tim pemicu
hanya menimbulkan rasa jijik, rasa malu dan rasa takut sakit untuk buang air besar
sembarangan, sehingga timbul rasa membutuhkan jamban dari masyarakat itu sendiri dan
terpicu untuk segera membangun jamban.

Dengan menerapkan metode pemberdayaan masyarakat jamban tersebut dibangun


oleh masyarakat itu sendiri sehingga akan timbul rasa memiliki dan rasa butuh dengan
harapan masyarakat menggunakan jamban karena sudah terjadi perubahan perilaku
masyarakat untuk tidak lagi buang air besar sembarangan. Fasilitator juga berbagi
pengalaman dalam hal pemicuan STBM yang telah dilakukan di daerah lain, apa kendala
yang biasa ditemukan dimasyarakat dan apa kiat-kiat agar pemicuan STBM berhasil dan
dapat diterapkan di Provinsi Kepulauan Riau.

C. PEMICUAN STBM DI DESA


Dalam kegiatan pelatihan STBM terdapat kegiatan pemicuan langsung ke
masyarakat yang dibagi dalam beberapa kelompok. Hari keempat pelatihan peserta akan
diajak turun ke lapangan yang telah ditentukan oleh panitia dimana masyarakatnya belum
memiliki jamban. Disini la akan terlihat seperti apa pemicuan STBM dimana tiap peserta
mempunyai peran masing-masing, ada yang ditunjuk sebagai fasilitator, penjaga situasi,
menyiapkan alat-alat untuk pemetan dan ada yang mencatat hasil dari masyarakat yang
terpicu. Kerjasama tim dalam hal ini sangat dibutuhkan. Setelah ada masyarakat yang
terpicu mereka diminta untuk membuat komitmen kapan akan mulai membangun dan
kapan rencana selesai pekerjaan. Semua direncanakan dan ditentukan oleh masyarakat itu
sendiri mulai dari bentuk dan lokasi jamban. Monitoring rutin selanjutnya juga
dilaksanakan oleh petugas sanitarian di wilayah kerja masing-masing.

D. PENDAMPINGAN STBM DI DESA


Masyarakat yang telah membuat komitmen untuk membangun jamban dalam
pemicuan harus tetap didampingi, dilakukan pengawasan oleh tim pemicu yang telah
melakukan pemicuan secara berkesinambungan seperti bidan desa, sanitarian Puskesmas
secara aktif memantau perkembangan STBM didesa tersebut. Hal ini dilakukan agar
masyarakat merasa diperhatikan dan dihargai hasil kerjanya sehingga masyarakat tetap
semangat dan masyarakat yang sebelumnya tidak terpicu timbul rasa malu dan ikut
membangun jamban seperti warga desa lainnya. Setiap masyarakat mempunyai
karakteristik yang berbeda sehingga pendekatan terhadap masyarakat harus disesuaikan
dengan kondisi masyarakat itu sendiri. Pemantauan terus dilakukan sampai akhirnya
seluruh masyarakat di desa tersebut dinyatakan bebas dari buang air besar sembarangan
atau ODF (open defecation free) dan masyarakat melakukan Deklarasi yang dihadiri oleh
pejabat daerah seperti Bupati, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota,
Camat dan Lurah setempat, seluruh masyarakat Desa menyatakan bahwa mereka tidak
akan buang air besar sembarangan lagi dalam Deklarasi tersebut.

E. JAMBAN YANG TERBANGUN HASIL PEMICUAN STBM DI PROVINSI


KEPULAUAN RIAU

NO

KABUPATEN/

JUMLAH

KOTA

DESA

JUMLAH
DESA
DIPICU

JUMLAH
DESA

JUMLAH

SEDANG

DESA ODF

PROSES

JUMLAH
JAMBAN YANG
BERTAMBAH

Bintan

51

51

36

11

823 unit

Tanjungpinang

18

13 unit

Batam

64

14

2 Kampung

64 unit

Karimun

54

56 unit

Lingga

57

17

16

339 unit

Natuna

73

92 unit

Anambas

34

0 unit

Provinsi Kepri

351 desa

94 desa

69 desa

18 desa

1386 unit

2 Kampung

Kabupaten Bintan telah terbangun sebanyak 823 unit jamban baru di 36 desa dari
51 desa yang ada di Kabupaten Bintan dan 11 desa diantaranya telah dinyatakan ODF.
Untuk Kota Batam telah terbangun 64 unit jamban dari 14 kelurahan yang telah dipicu.
Kampung Taroka dan Kampung Cunting telah dinyatakan ODF dengan jumlah jamban
terbangun masing-masing 15 dan 20 unit jamban di kampong tersebut. Untuk Kota
Tanjungpinang telah terbangun 13 unit jamban yaitu di Desa Sungai Nyirih Kelurahan
Kampung Bugis Kecamatan Kota Tanjungpinang dan Kelurahan Mekar Baru.

Kabupaten Karimun telah terbangun 56 unit jamban di 4 desa yang telah dipicu
yaitu Desa Sungai Raya, Desa Pangke, Desa Pongkar dan Desa Lubuk. Untuk Kabupaten
Lingga telah terbangun 339 unit jamban dari 17desa yang telah dipicu dan 6 desa
dinyatakan ODF di Kecamatan Daik Lingga. Lingga sedang dalam proses menuju
Deklarasi. Kabupaten Natuna telah terbangun 92 unit jamban di 4 Desa dari 9 Desa yang
telah dilakukan pemicuan, 1 Desa telah dinyatakan ODF yaitu Desa Air Lengit dengan
jumlah jamban 21 unit.

F. DESA ODF (OPEN DEFECATION FREE) DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU

NO

KABUPATEN

KECAMATAN

DESA

JUMLAH
JAMBAN
29

Toapaya

Toapaya Asri

73

Toapaya Utara

69

Toapaya Selatan

41

Ekang Anculai

47

Sri Bintan

65

Kota Baru

32

Sei Lekop

47

Tg. Uban Selatan

Tg. Uban Timur

12

TANGGAL
DEKLARASI
27 Juli 2011

Toapaya

Bintan

Teluk Sebong

25 Okt 2012
7
8

Bintan Timur

9
Bintan Utara
10
11
12

Seri Kuala Lobam Teluk Sasah


Natuna

Bunguran Tengah

Air Lengit

21

13 Juni 2012

13

Kerandin

19

14

Sei Pinang

32

15

Musai

Belum

16

Langkap

12

deklarassi

17

Pekaka

30

18

Merawang

Lingga

Daik

Pada tanggal 13 Juni 2011 Desa Toapaya Kecamatan Toapaya Kabupaten Bintan
menyatakan telah ODF dimana telah terbangun 29 unit jamban baru setelah pemicuan
STBM dengan total 203 jamban yang ada di desa tersebut1152 penduduk Desa Toapaya
telah bebas dari buang air besar sembarangan. Deklarasi diadakan pada tanggal 29 Juli
2011 yang dihadiri oleh Bapak Bupati Bintan Ansar Ahmad dan Bapak Agus Budiono
sebagai perwakilan dari Kementrian Kesehatan RI serta segenap jajaran Dinas Kesehatan
Provinsi Kepulauan Riau dan Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan. Setahun kemudian
tepatnya pada tanggal 13 Juni 2012 Desa Air Lengit Kecamatan Bunguran Tengah
Kabupaten Natuna melakukan Deklarasi Stop BABS dengan jumlah jamban baru yang
terbangun sebanyak 21 unit sehingga 288 KK yang terdiri dari 1064 jiwa penduduk di
desa tersebut telah buang air besar di tempat yang aman. Untuk Kecamatan Toapaya dan
7 desa lainnya di Kabupaten Bintan yang telah dinyatakan ODF direncanakan ada
dilakukan Deklarasi pada tanggal 25 Oktober 2012. Untuk 6 desa di Kabupaten Lingga
belum melakukan Deklarasi.

BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN DAN SARAN


A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas, maka Pelaksanaan Kegiatan Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat (STBM) di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2011-2012 dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1) 7 Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau telah mengikuti Pelatihan STBM.
2) 3 Kabupaten dan 1 Kota telah odf yaitu Kabupaten Bintan, Lingga, Natuna
dan Kota Batam
3) Dari 351 desa yang ada di Provinsi Kepulauan Riau sebanyak 94 desa telah
dilakuukan pemicuan STBM
4) Sebanyak 18 desa dan 2 kampung di Provinsi Kepulauan Riau telah odf, 11
desa di Kab. Bintan, 6 desa di Kab. Lingga, 1 desa di Kab. Natuna dan 2
kampung di Kota Batam
5) Jumlah jamban yang terbangun dari hasil pemicuan STBM hingga Oktober
2012 yaitu sebanyak 1386 unit jamban.
6) 2 desa telah di Deklarasi dan 16 desa lainnya akan segeda melakukan
Deklarasi.

B. SARAN
1) Seluruh Kabupaten/Kota se-Provinsi Kepulauan Riau dapat mendukung
sepenuhnya terhadap kegiatan STBM dengan melatih

sanitarian, tokoh

masyarakat dan bidan desa agar dapat melakukan pemicuan di banyak


wilayah kerja sehingga tercapai seluruh desa/kelurahan di Provinsi Kepri
bebas dari buang air besar sembarangan.
2) Peserta yang telah diilatih agar tetap melakukan pemicuan secara
berkesinambungan bahkan ke daerah Kab/Kota Provinsi Kepri lainnya agar
hasil pemicuan STBM tercapai sebagaimana yang diharapkan.
Demikian

laporan

Pelaksanaan

Kegiatan

Sanitasi

Total

Berbasis

Masyarakat (STBM) di Provinsi Kepulauan Riau 2011-2012 ini dibuat, untuk dapat
menjadi bahan referensi kegiatan selanjutnya.

Tanjungpinag,

Oktober 2012

Penyusun
Staf Penyehatan Lingkungan,

YESSY MARYATI, SKM


NIP. 19890312 201101 2 003

Anda mungkin juga menyukai